i
PENGARUH PEMBERIAN JUS PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP
KERUSAKAN HISTOLOGIS ALVEOLUS PARU MENCIT YANG
DIPAPAR ASAP ROKOK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
SACHARISSA ARDELIA LARASATI
G.0006151
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Januari 2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya)
terhadap Kerusakan Histologis Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap
Rokok
Sacharissa Ardelia Larasati, G.0006151, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari , Tanggal 2010
Pembimbing Utama
Penguji Utama
S. B. Widjokongko, dr., MP.d Ked, PHK.
Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP : 19481231 197609 1 001
NIP : 19660702 199802 2 001
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
Anik Lestari, dr., M.Kes.
Endang Sri Hardjanti, dr., PFK.
NIP : 19680805 200112 2 001 NIP : 19471007 197611 2 001
Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes.
iv
ABSTRAK
Sacharissa Ardelia Larasati, G.0006151, 2010, Pengaruh Pemberian Jus Pepaya
(Carica papaya) terhadap Kerusakan Histologis Alveolus Paru Mencit yang
Dipapar Asap Rokok. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian: Pepaya mengandung elemen-elemen
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Elemen tersebut berupa vitamin
C dan karoten. Vitamin C berperan sebagai penghancur singlet oxygen (O
2-),
radical peroxyl scavenger, dan menghambat peroksidasi lipid. Asap rokok adalah
penyebab utama kerusakan paru-paru. Salah satu kerusakan yang nyata akibat
asap rokok adalah stress oksidatif. Stress oksidatif memicu terjadinya respon
inflamasi dan kerusakan paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian jus pepaya terhadap kerusakan histologis alveolus paru
mencit yang dipapar asap rokok.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
dengan rancangan penelitian the post test only control group design. Hewan uji
yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 30 ekor yang terbagi dalam 3
kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) yang diberi aquadest 0,1 ml/10grBB
mencit, kelompok perlakuan I (PI) dimana kandang dipapar asap dari 1 batang
rokok, dan kelompok perlakuan II (PII) yang diberi jus pepaya dosis 0,2
ml/20grBB mencit lalu 2 jam kemudian dipapar asap dari 1 batang rokok. Setelah
14 hari, tiga parameter kerusakan alveolus paru dihitung dalam penelitian ini,
yaitu destruksi septum alveolar, oedem paru, dan infiltrasi sel radang. Gambaran
histologis kerusakan alveolus paru mencit diamati dengan mikroskop cahaya
menggunakan perbesaran 100x dilanjutkan dengan perbesaran 400x dan
perbesaran 1000x. Hasil pengamatan dibagi menjadi kategori normal, kerusakan
ringan, sedang, dan berat. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji
statistik Kruskal Wallis dan Mann Whitney dengan
α = 0,05.
Hasil Penelitian: Hasil uji statistik Kruskal Wallis menunjukkan adanya paling
sedikit satu populasi menunjukkan nilai yang lebih besar secara signifikan
daripada populasi lainnya. Hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara kelompok K-PI, PI-PII, dan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara K-PII.
Simpulan Penelitian: Pemberian jus pepaya dapat mencegah kerusakan
histologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok.
v
ABSTRACT
Sacharissa Ardelia Larasati, G.0006151, 2010, The Effect of Papaya Juice
(Carica papaya) on Histological Damage of Lung Alveolar of Mice Which
Exposed by Cigarette Smoke. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret
University, Surakarta.
Objective: Papaya has antioxidant elements as a protection of free radicals. These
elements consist of vitamin C and karoten. Vitamin C has been demonstrated to
quench singlet oxygen (O
2-), radical peroxyl scavenger, and hamper lipid
peroxidation. Cigarette smoking is a major cause of lung damage. One of many
real damages caused by smoke from cigarette is oxidative stress. Oxidative stress
may lead to inflammation response and lung injury. The aim of this research was
to know the effect of papaya juice on histological damage of lung alveolar of mice
which exposed by cigarette smoke.
Methods: This research is a laboratorium experimental research with the post test
only control group design. Thirty male mice which used in this research were
divided into three groups. First group was used as negative control group (K)
which given no treatment beside aquadest dose 0,1 ml/10grBB mice, second
group as positive control group (PI) was exposed by smoke of a cigarette, and
third group (PII) was given papaya juice dose 0,2 ml/20grBB mice then exposed
by smoke of a cigarette after two hours. After 14 days, three parameters were
measured in this research; they were septum alveolar destruction, lung edema, and
inflammation cells infiltration. The histological damage of mice’s lung alveolar
was seen with light microscope using 100x enlargements then 400x enlargements
and also 1000x enlargements. These result were classified into normal, mild,
average, and severe damage. All data from three parameters in this research were
analyzed by Kruskal Wallis statistic test and Mann Whitney statistic test with α =
0,05.
Results: The result of Kruskal Wallis statistic test showed that there was minimal
one population which has greater rank significantly than other populations. The
result of Mann Whitney statistic test showed that there was significant difference
between K-PI, PI-PII groups, and not significant difference between K-PII groups.
Conclusion: Papaya juice can prevent histological damage of lung alveolar of
mice which exposed by cigarette smoke.
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica papaya) terhadap Kerusakan Histologis
Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok”.
Skripsi ini merupakan bentuk persembahan penulis dalam melaporkan
hasil penelitian tentang pengaruh pemberian jus pepaya terhadap kerusakan
histologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok. Penulis hanya ingin
merajut sehelai ilmu melalui pepaya dalam skripsi ini agar pembaca dapat
memanfaatkannya minimal sebagai cakrawala pengetahuan.
Penyelesaian skripsi ini dapat tersusun berkat bimbingan, petunjuk,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu pula, segala kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan selanjutnya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi semua pihak di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta, serta seluruh masyarakat pada umumnya.
Surakarta, Januari 2010
vii
DAFTAR ISI
Hal
PRAKATA...
vi
DAFTAR ISI...
vii
DAFTAR GAMBAR...
ix
DAFTAR TABEL...
x
DAFTAR LAMPIRAN...
xi
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah...
1
B.
Perumusan Masalah...
4
C.
Tujuan Penelitian...
4
D.
Manfaat Penelitian...
4
BAB II. LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka...
6
B.
Kerangka Pemikiran...
18
C. Hipotesis...
19
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...
20
B. Lokasi Penelitian...
20
C. Subjek Penelitian...
20
D. Teknik Sampling...
20
E. Desain Penelitian...
21
viii
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian...
22
H. Alat dan Bahan Penelitian...
26
I. Cara Kerja...
27
J. Teknik Analisis Data Statistik...
30
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian...
31
B. Analisis Data...
33
BAB V. PEMBAHASAN...
35
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...
39
B. Saran...
39
DAFTAR PUSTAKA...
40
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambaran Histologis Normal
Gambar 2. Gambaran Histologis Kerusakan Ringan
Gambar 3. Gambaran Histologis Kerusakan Sedang
Gambar 4. Gambaran Histologis Kerusakan Berat
Gambar 5. Gambaran Destruksi Septum Alveolar
Gambar 6. Gambaran Edema
Gambar 7. Gambaran Infiltrasi Sel Radang
BAB IPENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
x
Secara global, penggunaan r okok m emang m eningkat t et api prevalensi perokok di negara maju just ru berkurang. Lebih dari 80 persen perokok di seluruh dunia hidup di negara berkembang (World Healt h Organizat ion, 2006b). Laporan WHO m enyebut kan, jumlah perokok meningkat 2,1 persen per t ahun di negara berkembang sedangkan di negara maju angka ini menurun sekit ar 1,1 persen per t ahun (Tandra, 2003).
Rokok mengandung lebih dari 4.000 zat berbahaya, di ant aranya t ar, arsen, f ormaldehid, dan benzo(a)piren yang bersifat kar sinogenik. Tar bersifat direk karsinogen sehingga t idak m emerlukan promot or unt uk dapat menim bulkan kanker. Di dalam asap rokok juga m engandung karbon monoksida (CO), hidrogen sianida, nit rogen oksida, dan amonia (Cancerr esear chuk, 2006). Radikal bebas rokok berasal dari asap rokok yang menyebabkan irit asi dan ef ek inflamasi (Winarsi, 2007).
Tubuh manusia sangat r ent an t erhadap serangan radikal bebas t erut ama dari radikal bebas alami dalam t ubuh dan polusi lingkungan (Put ra, 2008). Unt uk dapat bert ahan hidup, di dalam t ubuh t erdapat sejumlah enzim dan zat yang dapat menet ralkan radikal bebas yang disebut ant ioksidan (Kart aw iguna, 1998). Walaupun paru-paru memiliki sist em pert ahanan yang st rat egis dengan cara menghisap banyak oksigen pada saat inspirasi, meningkat nya asupan asap rokok dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru (Arkeman, 2006).
xi
diper oleh dari t anaman at au hew an, yait u t okof erol, vit amin C, bet akarot en, f lavonoid, dan senyaw a fenolik; iii) ant ioksidan sint et ik yang dibuat dari bahan-bahan kimia, yait u But ylat ed Hydroxyanisole (BHA) yang dit ambahkan dalam makanan unt uk mencegah kerusakan lemak (Kumalaningsih, 2007).
Hal yang harus diperhat ikan oleh set iap organism e t ent ang ant ioksidan adalah, sebaiknya komponen t ersebut diasup set iap hari. Dengan demikian, st at us ant ioksidan dalam t ubuh selalu t erjaga dan mam pu m encegah pembent ukan radikal bebas (Winar si, 2007). Beberapa ant ioksidan dapat dihasilkan dari produk alam, sepert i rempah, herbal, sayuran, dan buah. Saat ini, semuanya cenderung kembali ke alam. Oleh sebab it u, ant ioksidan yang berasal dari alam lebih dimanfaat kan sebagai obat her bal karena sederhana dan ekonomis (Hernani dan Rahardjo, 2006).
Pepaya (Carica papaya) adalah buah t r opis yang mer upakan sumber vit amin C yang baik sehingga mampu m encegah kerusakan sel yang disebabkan oleh zat radikal bebas. M engkonsumsi set engah buah pepaya ukuran sedang sehar i mampu mem enuhi kebut uhan vit amin C harian seorang m anusia dew asa. Pepaya juga mengandung sedikit kalsium dan besi (Kumalaningsih, 2007).
The World Cancer Research Fund’s melaporkan bahw a mengonsumsi pepaya
xii
Ber dasarkan uraian di at as, penelit i bermaksud ingin menget ahui apakah pepaya yang biasa dikonsumsi masyarakat dapat m emberikan efek prot eksi t erhadap kerusakan hist ologis alveolus paru akibat paparan asap rokok.
B.
Perumusan Masalah
Apakah pemberian jus pepaya (Carica papaya) dapat m emberikan efek prot eksi t erhadap kerusakan hist ologis alveolus par u m encit yang dipapar asap rokok?
C.
Tujuan Penelitian
Penelit ian eksperim ent al ini bert ujuan unt uk menget ahui ef ek pr ot eksi jus pepaya (Carica papaya) t erhadap ker usakan hist ologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
xiii
b. Sebagai bahan pert imbangan unt uk dilakukan penelit ian lanjut t erhadap manusia mengenai manfaat pepaya (Carica papaya) sebagai pelindung paru dari efek asap rokok.
2. M anfaat aplikat if
a. Penelit ian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut t ent ang manf aat pepaya (Carica papaya) sebagai prot eksi t er hadap kerusakan hist ologis alveolus par u.
xiv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Asap rokokxv
Asap rokok mengandung berbagai zat yang diket ahui dapat m enyebabkan kanker, seper t i t ar, arsen, PAH, nit rosamin, kadmium, formaldehid, kromium, benzen, polonium, 1,3-But adin, dan akrolein. Tar diakui sebagai komponen paling dest rukt if dari kebiasaan m erokok, t erakumulasi di paru-paru perokok sepanjang w akt u dan m erusak paru-paru m elalui bermacam-macam pr oses biokimia dan mekanik (Sukendro, 2007).
Asap rokok juga m engandung berbagai zat yang t idak menyebabkan kanker t et api dapat mengganggu kesehat an t ubuh. Beber apa di ant aranya adalah hidrogen sianida, karbon monoksida, nit rogen oksida, amoniak, sulfur dioksida, t oluen, dan lain-lain (Cancerresearchuk, 2006).
Beberapa unsur yang t erdapat dalam asap rokok dapat diamat i pada t abel 1 berikut ini.
Tabel 1. Senyaw a-Senyaw a yang Terkandung dalam Asap Rokok
Senyaw a Efek
I. Fase Part ikel
a. Tar Karsinogen
b. Hidrokarbon aromat ik polinuklear Karsinogen
c. Nikot in St imulat or, depresor ganglion,
kokarsinogen
xvi
e. Kr esol Kokarsinogen dan irit an
f.
β-Naft ilamin
Karsinogeng. N-Nit rosonomikot in Karsinogen
h. Benzo(a)piren Karsinogen
i. Logam r enik Karsinogen
j. Indol Akselerat or t umor
k. Karbazol Akselerat or t umor
l. Kat ekol Kokarsinogen
II. Fase Gas
a. Karbonmonoksida Pengurangan t ransf er
dan pemakaian O2 b. Asam Hidrosianat Sit ot oksin dan irit an
c. Aset aldehid Sit ot oksin dan irit an
d. Akrolein Sit ot oksin dan irit an
e. Amonia Sit ot oksin dan irit an
f. Formaldehid Sit ot oksin dan irit an
g. Oksida dari Nit rogen Sit ot oksin dan irit an
h. Nit rosamin Karsinogen
i. Hidrozin Karsinogen
j. Vinil Klor ida Karsinogen
(Purnamasari, 2006).
xvii
Sekit ar 95%, sebagian komponen asap rokok m engandung komponen f ase gas. Set iap sat u hirupan asap rokok dikat akan mengandung 1017 molekul React ive Oxygen Species (ROS). ROS diproduksi secara endogen melalui pengakt ifan
sel-sel inflamasi, sepert i neut rofil dan makr ofag. St ress oksidat if yang disebabkan oleh asap rokok akan menginduksi t erjadinya r espons inflamasi yang menyebabkan dest ruksi sept um alveolar paru (Siant uri, 2003).
2. Pepaya (Carica papaya)
Pepaya m erupakan t anaman buah berupa herba yang ber asal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kaw asan sekit ar M eksiko dan Kost a Rika. Tanaman pepaya banyak dit anam orang, baik di daerah t ropis maupun sub t ropis, di daerah-daerah basah dan kering at au di daerah-daerah dat aran dan pegunungan.
Dalam t aksonomi t umbuhan, pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :
Regnum : Plant ae
Divisio : M agnoliophyt a
Kelas : M agnoliopsida
Ordo : Brassicales
Familia : Caricaceae
xviii
Spesies : Carica papaya
(Warint ek, 2006).
Pepaya bangkok bukan t anaman asli Indonesia. Jenis pepaya ini didat angkan dari Thailand sekit ar t ahun 70-an. Pepaya bangkok diunggulkan karena ukurannya paling besar dibanding jenis pepaya lainnya. Selain ukuran, keunggulan lainnya ialah rasa dan ket ahanan buah. Daging buahnya berw arna jingga kemerahan, rasanya manis segar, dan t ekst ur nya keras sehingga t ahan dalam pengangkut an. Rongga buahnya kecil sehingga dagingnya t ebal. Per mukaan kulit buah kasar dan t idak rat a (IPTEKnet , 2005). Pepaya yang masak berumur 8-10 bulan dan menunjukkan ¾ dar i bagian bu ah berw arna kekuning-kuningan sert a get ahnya encer dan berw arna bening (Rukmana, 1995).
Kandungan buah pepaya masak (100 gr) adalah: kalori 46 kal; vit amin A 365 SI; vit amin B1 0,04 mg; vit amin C 78 mg; kalsium 23 mg; hidrat arang 12,2 gr; fosf or 12 mg; besi 1,7 mg; prot ein 0,5 mg; air 86,7 gr (Kumalaningsih, 2007).
Sedangkan m enurut Heinerman (2001), pepaya mat ang berukuran sedang mengandung nut risi sebagai berikut : 61 mg kalsium; 49 mg fosf or ; 0,9 mg besi; 9 mg sodium; 711 mg kalium; 5.320 I.U. vit amin A; 170 mg vit amin C; dan 31 m g magnesium.
xix
obat , unt uk pemakaian luar, caranya pepaya direbus kemudian airnya digunakan unt uk mencuci bagian yang sakit , at au get ah dioleskan pada bagian yang sakit . Sedangkan unt uk pemakaian dalam, digunakan 30-60 gr bahan segar yang direbus at au dihaluskan menjadi jus (Wijayakusuma, 2005).
Pepaya kaya akan vit amin C dan m erupakan sumber ant ioksidan yang baik. Begit u juga dengan kandungan karot en dan f lavonoid yang berf ungsi sebagai zat ant ikanker (Wirakusumah, 1999). Unt uk perokok m emerlukan asupan vit amin C 120 mg per hari agar kebut uhan t ubuh t erpenuhi. Takaran t ersebut lebih t inggi dibandingkan orang yang bukan per okok (Soenardi, 2005). Kandungan serat di dalamnya juga halus sehingga baik dikonsumsi oleh kalangan balit a sampai lanjut usia (Kumalaningsih, 2007).
3. Strukt ur Histologis Paru
a. Paru-paru
Paru-paru t erdiri at as sepasang or gan yang m enempat i rongga dada, dibat asi ot ot , rusuk, dan diafragma. Per mukaan luar paru-paru diliput i oleh selaput t ipis yang t erdiri at as m embran ser osa, disebut pleur a (Tauf iqqurohman, 1998). Paru-paru ber t ekst ur seper t i spons dan t ert ut up epit elium sehingga per mukaan t ot alnya jauh lebih besar daripada permukaan luar par u-paru it u sendiri (Eroschenko, 2003).
xx
Bronkus int rapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng t ulang raw an yang let aknya berdekat an. Epit elnya adalah epit el bert ingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet . Sel goblet adalah sel penghasil lendir, berbent uk mirip piala. Sisa dindingnya t erdiri dari lamina propria t ipis, selapis t ipis ot ot polos, submukosa dengan kelenjar br onkial, lempeng t ulang raw an hialin, dan advent isia (Eroschenko, 2003).
c. Bronkiolus
Bronkiolus m er upakan segmen saluran konduksi yang t erdapat di dalam lobulus paru. Bronkiolus t idak m empunyai t ulang raw an maupun kelenjar dalam mukosanya t et api r ongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung m empunyai epit elium berbent uk kubus bersilia. Selain silia, bronkiolus juga menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai pember sih udara (Tauf iqqurohman, 1998). Epit elnya adalah epit el bert ingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet (kadang-kadang). M ukosanya berlipat dan ot ot polos yang mengelilingi lumennya relat if banyak (Eroschenko, 2003).
d. Bronkiolus Terminalis
xxi
e. Bronkiolus Respirat orius
Bifurkasi bronkiolus t erminalis menghasilkan bronkiolus respirat orius berupa t abung pendek. Br onkiolus ini merupakan per alihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru (Bloom dan Faw cet t , 2002). M ukosa bronkiolus respirat orius st rukt urnya sama dengan bronkiolus bagian t erminal. Hanya di sini t erdapat muara beberapa alveoli (Taufiqqurohman, 1998).
f. Dukt us Alveolaris
Bagian t er minal set iap bronkiolus respirat orius bercabang menjadi beberapa dukt us alveolaris. Dinding dukt us alveolaris biasanya dibent uk oleh sederet an alveoli yang saling bersebelahan (Eroschenko, 2003).
g. Alveolus
xxii
int eralveolar juga t erdapat banyak kapiler darah, art er i dan vena pulm onalis, dukt us limfat ik, dan saraf (Eroschenko, 2003).
4. Pertahanan Saluran Pernapasan
Keadaan ist imew a di dalam paru-paru adalah 200m2 perm ukaan epit el yang t erpapar di lingkungan sehingga membut uhkan m ekanisme pert ahanan yang ef ekt if unt uk melindungi individu dari subst ansi asing yang masuk t er masuk mikroorganism e pat ogen. Udara di alam bebas t idak suci hama sert a mengandung par t ikel-part ikel debu, t oksin, gas beracun, logam berat , dan sebagainya. Oleh kar ena udara t ersebut harus dihisap oleh paru-paru unt uk t et ap bersih maka har us t ersedia perangkat pert ahanan t ubuh di dalam sist em respirasi (Garn, 2006).
Seluruh saluran napas dipert ahankan agar t et ap lem bab oleh selapis mukus yang m elapisi seluruh per mukaan. M ukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet dalam epit el saluran napas dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang kecil. Selain it u mukus juga berfungsi unt uk menangkap part ikel-part ikel dari udar a inspirasi dan menahannya agar t idak t erus ke alveoli. M ukus bersifat ant isept ik m elalui kandungan lisozim dan IgA. Seluruh saluran napas juga dilapisi epit el bersilia yang menyebabkan mukus m engalir lambat sehingga memudahkan penjerat an part ikel unt uk dapat dikeluarkan t ubuh.
xxiii
part ikel. Alveolar makrofag m erupakan pert ahanan paling akhir dan paling pent ing. Dalam bekerja, alveolar makrofag migrasi ke BALT (Bronchus Associat ed Lymphat ic Tissue) unt uk produksi sekret ori IgA. IgA yang dibebaskan ke
perm ukaan mukosa bersama-sama dengan IgE dan IgG dapat digunakan dalam pert ahanan hum oral.
Secara r ef lek, paru-paru dengan bant uan ot ot -ot ot diafragma, perut , dan dada mampu m enghasilkan bat uk yang berfungsi unt uk mengur angi beban paru-paru yang m er adang dan m enghindar i masuknya l ebih banyak agen noksius. Reflek bersin sangat mirip dengan r eflek bat uk kecuali bahw a reflek ini berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran napas bagian baw ah (Wahiduddin, 2006).
5. Hubungan Asap Rokok dengan M ekanisme Pertahanan Paru
St ress oksidat if yang diakibat kan asap rokok berkait an dengan peningkat an sekuest rasi neut rofil di mikrovaskuler pulmonal sert a ekspr esi gen-gen proinflamasi. Selain it u juga memodifikasi fungsi ant ielast ase pada salur an napas yang seharusnya bekerja menghambat elast ase neut rofil menjadi t idak berfungsi sehingga t erjadi kerusakan pada int erst it ial alveolus (M arw an, 2005).
xxiv
menyebabkan peroksidasi lipid yang akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan mengakt ifkan sel alveolar makrofag, akt ivasi sel t ersebut akan m enyebabkan dilepaskannya fakt or kemot at ik neut rofil, seper t i int er leukin 8 dan leukot rien B4. Fakt or-fakt or t ersebut akan m erangsang neut rof il m elepaskan prot ease yang akan m erusak jaringan ikat parenkim paru sehingga t imbul kerusakan dinding al veolar dan hiper sekresi mukus. Sel T CD8+ juga t erlibat dalam proses inflamasi ini (Sari, 2001).
M erokok m enyebabkan meningkat nya jumlah sirkulasi fagosit dan fagosit yang muncul dapat m enst imulasi t imbulnya sist em React ive Oxygen Species (ROS). Peningkat an jumlah fagosit yang t erakt ivasi dapat m enambah st r ess oksidat if lebih besar daripada st ress oksidat if akibat m erokok it u sendiri. Kejadian yang pent ing adalah jejas pada jaringan merupakan peningkat an adhesi perlekat an fagosit pada dinding kapiler, yang sebelumnya didahului oleh perlekat an fagosit ke dalam jaringan dan merupakan pusat proses imun dan inflamasi t erut ama jejas pada jaringan yang berhubungan dengan ROS. Asap rokok menyebabkan peningkat an ROS dan RNS yang mengandung komponen kimia yang t oksik, mengakt ivasi fagosit yang akhirnya menyebabkan berbagai penyakit (Purnamasari, 2006).
Kebiasaan m erokok akan m erusak m ekanisme pert ahanan paru yang disebut muccocilliary clearance. Bulu-bulu get ar dan bahan lain di paru t idak mudah
xxv
di paru, t erjadi kenaikan per meabilit as endot el kapiler sehingga menyebabkan prot ein plasma keluar bersama cairan dan t er t imbun di jaringan sert a menyebabkan edema. Asap rokok juga diket ahui dapat m enurunkan r espons t erhadap ant igen sehingga jika ada benda asing m asuk ke paru t idak l ekas dikenali dan dilaw an (Adit ama, 2003).
6. Interaksi Antioksidan dalam Pepaya dan Asap Rokok
Hubungan ant ioksidan dengan asap r okok dinilai dari adanya st r ess oksidat if, kerusakan DNA, dan fungsi endot el. Biomarker dari st ress oksidat if t erdiri dari ant ibodi LDL t eroksidasi, kuant it as malondialdehid (M DA), dan t hiobarbit uric react ive subst ances (TBARS). Asap rokok m enyebabkan peningkat an ant ibodi
LDL t eroksidasi, M DA, dan TBARS sehingga t erjadi peningkat an st r ess oksidat if dan ket idakseimbangan proses imun. Asap rokok juga menyebabkan fungsi endot el m enjadi abnor mal dan t erjadi peningkat an adhesi leukosit ke endot el (Kelly, 2002).
Pepaya mengandung elem en-elem en ant ioksidan yang dapat m enangkal radikal bebas. Elem en t ersebut berupa vit amin C, bet a karot en, asam f olat , dan kalsium. Juga kandungan serat t erlarut , t erut ama pekt in, yang t inggi membuat nya makin ampuh m enyapu racun radikal bebas (Cyberhealt h, 2001). Vit amin C selain sebagai ant ioksidan juga m emiliki kemampuan m enjaga fungsi kolagen, imunomodulat or, dan akt ivit as ant ikarsinogenik. Sebagai ant ioksidan, vit amin C ber peran sebagai penghancur singlet oxygen (O2
xxvi
scavenger, dan menghambat peroksidasi lipid. Asupan vit amin C dapat
mengurangi ant ibodi LDL t eroksidasi, kerusakan DNA, kadar serum peroksidasi lipid, serum malondialdehid (M DA), dan m ent ransf er elekt ron ke dalam t okoferol t er oksidasi (Winarsi, 2007).
C. Hipotesis
Pemberian jus pepaya (Carica papaya) dapat m encegah kerusakan hist ologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Senyawa-Senyawa yang Terkandung dalam Asap Rokok
Tabel 2. Kriteria Penilaian Derajat Kerusakan Alveolus Paru
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan pada Masing-Masing Kelompok
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Statistik Mann Whitney
xxvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Kontrol (K)
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan I (PI)
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan II (PII)
Lampiran 4. Grafik Rerata Kerusakan Struktur Histologis Alveolus Antar
Kelompok
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Statistik Kruskal Wallis
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann Whitney
Lampiran 7. Foto-Foto Penelitian
Lampiran 8. Tabel Nilai U
kritisuntuk α = 0,05 untuk Pengujian Dua Arah
BAB III
M ETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelit ian ini bersifat Eksperim ent al M urni Seder hana karena penelit i mengadakan perlakuan t erhadap sam pel kemudian sampel diobservasi dan dilakukan pengambilan dat a. Dat a diolah dan dideskripsikan oleh penelit i (Tauf iqqurohman, 2004).
xxviii
Penelit ian ini dilakukan di Laborat orium Hist ologi Fakult as Kedokt eran Universit as Sebelas M aret , Surakart a.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelit ian ini adalah mencit jant an galur Sw iss w ebst er berusia 2-3 bulan dengan berat badan ± 20-30 gr.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara incident al sam pling. Pemilihan subjek sampel berasal dari individu-individu yang secara kebet ulan dijumpai (Tauf iqqurohman, 2004). Besar sampel t iap kelompok dihit ung dengan rumus Feder er, dimana (t ) adalah jumlah ulangan unt uk t iap perlakuan dan (n) adalah jumlah subjek (Arkeman, 2006).
(n-1)(t -1)
15(n-1)(3-1)
152n
17n
8,5xxix
E. Desain Penelitian
Rancangan penelit ian yang dipakai adalah The Post Test Only Cont rol Group Design (Taufiqqurohman, 2004).
K : (-) O1
P1 : (X1) O2
P2 : (X2) O3
Gam bar 2. Skema Desain Penelit ian
K : Kelompok Kont rol P1 : Kelompok Perlakuan I P2 : Kelompok Perlakuan II
(-) : Pemberian aquades 0,1 ml/ 10grBB m encit
(X1) : Kandang diberi paparan asap dari 1 bat ang rokok t iap hari selama 14 hari.
(X2) : Kandang diberi paparan asap dari 1 bat ang rokok t iap hari selama 14 hari, 2 jam sebelumnya t elah diberi jus pepaya dengan dosis 0,2 ml/ 20gr BB mencit / hari.
xxx
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Pemberian jus pepaya
2. Variabel Terikat
Derajat kerusakan alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok
3. Variabel Luar yang Terkendali
a. Umur dan Berat Badan
b. Jenis Kelamin
c. M akanan dan M inuman
d. Tempat Hidup
e. Suhu dan Kelembaban Ruangan
4. Variabel Luar yang Tidak Terkendali
a. Pat ogenesis zat yang m erusak paru selain radikal bebas
b. Kondisi Psikologis M encit
c. Imunit as masing-masing M encit
xxxi
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Yang menjadi variabel bebas adalah st at us pemberian jus pepaya dengan dosis 0,2 ml/ 20gr BB m encit yang diberikan ke mencit sat u kali sehari dengan menggunakan sonde 2 jam sebelum pengasapan rokok selama 14 hari. Skala pengukuran unt uk variabel bebas adalah skala nominal.
2. Variabel t erikat
a. Yang m enjadi variabel t erikat adalah derajat kerusakan alveolus paru m encit yang dipapar asap rokok. Derajat kerusakan alveolus yang dijadikan paramet er adalah edema paru, dest ruksi sept um alveolar, dan infilt rasi sel radang.
1). Edema paru
Dengan skoring:
0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis
1 = Edema pada kur ang dari sepert iga dari seluruh lapang pandang
2 = Edema pada sepert iga hingga dua pert iga dari seluruh lapang pandang
3 = Edema pada lebih dari dua per t iga dari seluruh lapang pandang
xxxii
Dengan skoring:
0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis
1 = Kerusakan sept um alveolus pada kurang dari sepert iga dari seluruh lapang pandang
2 = Kerusakan sept um alveolus pada sepert iga hingga dua pert iga dari seluruh lapang pandang
3 = Kerusakan sept um alveolus pada lebih dari dua per t iga dari seluruh lapang pandang
3). Infilt rasi sel radang
Dengan skoring:
0 = Tidak t erjadi perubahan st rukt ur hist ologis
1 = Inf ilt rasi sel radang pada kurang dari seper t iga dari seluruh lapang pandang
2 = Inf ilt rasi sel radang pada sepert iga hingga dua per t iga dari seluruh lapang pandang
xxxiii
[image:33.612.177.508.212.431.2]b. Krit eria Penilaian Derajat Kerusakan Alveolus Paru
Tabel 2. Krit eria Penilaian Derajat Kerusakan Alveolus Paru
Krit eria Ket erangan Nilai Variasi
Normal Tidak t erjadi perubahan hist ologis 0 Kerusakan Kerusakan alveolus paru
0% sampai
30% 1ringan dari kerusakan maksimal
Kerusakan Kerusakan alveolus paru 30%-60% dari 2 sedang kerusakan maksimal
Kerusakan Kerusakan alveolus paru
60% 3 berat kerusakan maksimal(Hansel dan Barnes, 2004).
Kerusakan alveolus paru ini dinilai berdasarkan adanya dest ruksi sept u m alveolar, oedema paru, dan infilt rasi sel radang. Skala pengukuran unt uk variabel ini adalah skala ordinal.
xxxiv
a. Umur dan Berat Badan
Dikendalikan dengan m enyamakan umur m encit ber umur 2-3 bulan dengan berat badan ± 20-30 gr.
b. Jenis Kelamin
Semua populasi berjenis kelamin jant an.
c. M akanan dan M inuman
Dengan cara m emberikan makanan pelet dan minuman dari air yang t idak t erbat as.
d. Tempat Hidup
Dikendalikan dengan menyamakan w adah dan t empat .
e. Suhu dan Kelembaban Ruangan
Suhu ruangan dijaga dengan suhu ber kisar 25o C - 28o C dengan kelembaban 50% hingga 60%.
4. Variabel Luar yang Tidak Terkendali
a. Pat ogenesis suat u zat yang dapat m erusak paru selain radikal bebas, yait u reaksi hipersensit ivit as t erhadap asap rokok dan efek t oksiknya.
xxxv
Kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan sekit ar. Karena lingkungan yan g t erlalu gaduh at au ramai, pemberian per lakuan berulang kali, dan perkelahian ant ar mencit dapat mem pengaruhi kondisi psikologis ini.
c. Imunit as (sist em kekebalan) masing-masing m encit .
d. Daya regenerasi paru-paru masing-masing mencit .
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat :
a. Kandang hew an percobaan
b. Timbangan duduk dan t imbangan neraca
c. Kanula dan spuit injeksi
d. Alat bedah hew an percobaan (skalpel, pinset , gunt ing, jarum, dan meja lilin)
e. Alat unt uk pembuat an pr eparat hist ologi
f. M ikroskop cahaya medan t erang
g. Gelas ukur dan pengaduk
h. Blender
i. Saringan jus
xxxvi
a. M akanan hew an percobaan (pelet )
b. Rokok kret ek
c. Aquadest
d. Formaldehid
e. Alkohol 90%
f. Parafin
g. Xilen
h. Hemat oxilin Eosin
i. Pepaya (Carica papaya)
I. Cara Kerja
1. Langkah I
M encit diadapt asikan selama t ujuh hari di Laborat orium Hist ologi Fakult as Kedokt eran UNS, Surakart a. Suhu dan kelembaban r uangan t et ap dijaga. Pada hari ke-8 dilakukan penimbangan unt uk m enent ukan dosis dan dilakukan perlakuan.
2. Langkah II
xxxvii
Pada penelit ian ini yang dimaksud pember ian jus pepaya adalah pemberian jus pepaya yang dibuat dengan cara mencam pur pepaya 100 gr dalam 50 ml aquadest kemudian diblender dan disaring. Dosis jus pepaya yang diberikan secara peroral adalah 0,2ml/ 20grBB.
b. M embuat kandang perlakuan
Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang t ert ut up berukuran 50 x 35 x 20 cm dengan vent ilasi berukuran 20 x 10 cm.
3. Langkah III: Pengelompokan Subyek
Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Sampel m encit sebanyak 30 ekor dibagi m enjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor secara random. Kelompok pert ama sebagai kont rol hanya diberi makan dan minum yang diberikan secara ad libit um. Kelompok kedua diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dari 1 bat ang rokok dalam kandang. Kelompok ket iga diberi perlakuan dengan diberi pengasapan dar i 1 bat ang rokok dalam kandang, namun 2 jam sebelumnya diberi 0,2 ml/ 20grBBm encit jus pepaya.
4. Langkah IV
xxxviii
5. Langkah V
Set iap pr eparat jaringan paru diamat i gambaran mikroskopisnya dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000 kali. Dengan perbesaran 1000 kali ini, set iap preparat diambil 5 lapang pandang secara acak. Dari set iap lapang pandang, dilihat apakah gambaran yang t erlihat nor mal, mengalami kerusakan ringan, kerusakan sedang at au kerusakan berat sepert i pada definisi operasional variabel t erikat . Bila dari 5 lapang pandang t er dapat gambaran normal
3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat t ersebut memberi gambaran nor mal dan diberi skor 0. Bila t erdapat gambaran kerusakan ringan
3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan ringan dan diberi skor 1. Bila t erdapat gam baran kerusakan sedang
3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat memberi gambaran kerusakan sedang dan diberi skor 2. Bila t erdapat gam baran kerusakan berat
3 lapang pandang, maka disimpulkan bahw a preparat m ember i gambaran kerusakan berat dan diberi skor 3. Dan apabila dari 5 lapang pandang t erdapat 2 macam gam baran yang jumlahnya sama (misalnya 2 gambaran nor mal, 2 gambaran kerusakan ringan, dan 1 gambaran kerusakan sedang) maka pengamat an dit ambah sat u lapang pandang lagi unt uk m enent ukan gambaran mikroskopisnya. Pengamat an dengan perbesaran 1000 kali dilakukan unt uk mengamat i ada t idaknya dest ruksi dinding alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang.xxxix
Hasil pengamat an pr eparat digunakan unt uk menent ukan nilai variasi. Sebagai cont oh, bila dari 3 krit eria dest ruksi sept um alveolar, edema paru, dan inf ilt rasi sel radang mengalami kerusakan berat , berart i masing-masing m endapat skor 3. Kemudian ket iga skor dijumlah lalu dibagi t ot al skor maksimal t iap kat egori, yait u 9. Set elah it u dikali 100% dan hasilnya dilihat kembali ber dasarkan krit eria yang t elah dit et apkan. Cont oh lain, bila jumlah ket iga skor adalah 5 berar t i nilai variasinya adalah 5 dibagi 9 dikali 100% sama dengan 55,6%. Nilai t ersebut masuk krit eria kerusakan sedang kar ena berada di ant ara > 30% dan < 60%. Berart i nilai var iasinya adalah 2. Set elah m endapat kan nilai variasi, dibuat gr afik rerat a dengan t ujuan unt uk m embandingkan ser t a m enunjukkan rat a-rat a t iap kelompok perlakuan. Rat a-rat a kerusakan kelompok kont rol adalah kerusakan ringan, begit u juga dengan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan II. Sedangkan rat a-rat a kerusakan kelompok perlakuan I adalah kerusakan sedang.
J. Teknik Analisis Data Statist ik
Dat a yang diperoleh dianalisis secara st at ist ik dengan uji Kruskal Wallis unt uk menget ahui perbedaan yang ber makna di ant ara semua kelom pok perlakuan, kemudian unt uk m enget ahui perbedaan di ant ar a dua kelompok perlakuan digunakan uji st at ist ik M ann Whit ney (M ur t i, 1994). Derajat kemaknaan yang
digunakan α = 0,05.
xl
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian jus pepaya terhadap
kerusakan struktur histologis alveolus paru mencit yang dipapar asap rokok,
didapatkan data hasil pengamatan pada setiap kelompok perlakuan seperti
yang tertera pada tabel 3. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan
data ordinal, yaitu gambaran kerusakan histologis alveolus paru dibagi dalam
4 kategori. Keempat kategori tersebut adalah normal, kerusakan ringan,
kerusakan sedang, dan kerusakan berat dengan derajat kerusakan alveolus
paru yang dijadikan parameter berupa destruksi septum alveolar, edema paru,
dan infiltrasi sel radang.
Gambaran mikroskopis destruksi septum alveolar yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah adanya septum alveolar yang mengalami
penipisan, atrofi, dan pada beberapa tempat terdapat kerusakan total septum
alveolar yang membentuk bula serta dapat pula disertai pembesaran duktus
dan sakus alveolus.
Gambaran mikroskopis edema paru pada pengamatan sediaan preparat
berupa ditemukannya alveolus yang berisi cairan dan hampir tidak didapatkan
sel apapun dalam cairan tersebut serta ditandai dengan bertambah longgarnya
septum alveolar. Sedangkan gambaran mikroskopis infiltrasi sel radang
berupa sekuestrasi leukosit polimorfonuklear terutama neutrofil pada
xli
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan pada Masing-Masing Kelompok
Kelompok
Normal
Kerusakan
Kerusakan
Kerusakan
Ringan
Sedang
Berat
K
1
5
4
0
10
PI
0
2
2
6
10
PII
0
5
5
0
10
Sumber : Data Primer, 2009
Keterangan :
K
: Kelompok Kontrol, mencit diberi aquadest sebanyak 0,1
ml/10grBB per oral selama 14 hari
PI
: Kelompok Perlakuan I, mencit diberi paparan asap dari 1
batang rokok setiap hari selama 14 hari
PII
: Kelompok Perlakuan II, mencit diberi paparan asap dari 1
batang rokok setiap hari selama 14 hari, 2 jam sebelumnya
telah diberi jus pepaya dengan dosis 0,2 ml/20grBBmencit/hari
Dari tabel 3 terlihat bahwa kelompok kontrol menunjukkan 1 buah
gambaran mikroskopis paru normal, 5 buah gambaran mikroskopis paru
dengan kerusakan ringan, yaitu kerusakan alveolus paru > 0% sampai < 30%,
dan 4 buah gambaran mikroskopis paru dengan kerusakan sedang, yaitu
kerusakan alveolus paru > 30% sampai < 60%. Pada kelompok perlakuan I,
ditemukan 2 buah gambaran mikroskopis paru dengan kerusakan ringan,
yaitu kerusakan alveolus paru > 0% sampai < 30%, 2 buah gambaran
mikroskopis paru dengan kerusakan sedang, yaitu kerusakan alveolus paru >
30% sampai < 60%, dan 6 buah gambaran mikroskopis paru dengan
kerusakan berat, yaitu kerusakan alveolus paru > 60%. Sedangkan pada
kelompok perlakuan II, didapatkan 5 buah gambaran mikroskopis paru
xlii
dan 5 buah gambaran mikroskopis paru dengan kerusakan sedang, yaitu
kerusakan alveolus paru > 30% sampai < 60%. Normal artinya tidak dijumpai
adanya kelainan histologis baik berupa destruksi septum alveolar, edema
paru, dan infiltrasi sel radang. Sedangkan kerusakan maksimal artinya
parameter kerusakan alveolus paru yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
destruksi septum alveolar, edema paru, dan infiltrasi sel radang pada
pengamatan mikroskopis terjadi pada lebih dari dua pertiga dari seluruh
lapang pandang sehingga masing-masing parameter kerusakan alveolus paru
memiliki skor sama dengan 3 dan skor total sama dengan 9.
B. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kruskal
Wallis dan Mann Whitney. Uji statistik Kruskal Wallis dilakukan untuk
mengetahui bahwa paling sedikit satu populasi menunjukkan nilai yang lebih
besar secara signifikan daripada populasi lainnya kemudian untuk mengetahui
adanya perbedaan yang bermakna diantara dua kelompok perlakuan
dilakukan uji statistik Mann Whitney.
Dari perhitungan statistik menggunakan uji Kruskal Wallis didapatkan
nilai p = 0,011. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa paling tidak terdapat satu kelompok menunjukkan nilai-nilai yang
lebih besar daripada kelompok lainnya.
Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai nilai-nilai yang
xliii
post hoc untuk uji Kruskal Wallis adalah uji Mann Whitney. Berikut ini
[image:43.612.159.501.208.296.2]adalah data hasil uji statistik Mann Whitney.
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Statistik Mann Whitney
Kelompok yang
n
1n
2U U
kritisp
Signifikansi
Dibandingkan
K-P1
10 10 17
23
< 0,05
Signifikan
K-P2
10 10 42,5
23
> 0,05 Tidak Signifikan
P1-P2
10 10 20
23
< 0,05
Signifikan
Sumber : Data Primer, 2009
Keterangan :
n
1: Jumlah sampel pada kelompok pertama
n
2: Jumlah sampel pada kelompok kedua
U
: Nilai uji statistik Mann Whitney berdasarkan rumus
U
kritis: Nilai uji statistik Mann Whitney berdasarkan tabel
p
: Derajat probabilitas
Dari hasil perhitungan uji statistik Mann Whitney yang tertera pada
tabel 4, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara K-P1 dan P1-P2.
Sedangkan untuk K-P2 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang didapatkan, terlihat adanya perbedaan derajat
destruksi septum alveolar, edema paru, dan infiltrasi sel radang pada tiap
kelompok setelah dilakukan perlakuan. Untuk mengetahui apakah perbedaan itu
mempunyai tingkat signifikansi atau tidak, dilakukan analisa statistik dengan uji
xliv
paru, dan infiltrasi sel radang terdapat paling tidak satu kelompok menunjukkan
nilai-nilai yang lebih besar daripada kelompok lainnya.
Pada pengujian dengan uji Mann Whitney dapat dilihat bahwa antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan I hipotesis nol ditolak karena nilai p =
0,009, berarti p < 0,05 dan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan I. Antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan II didapatkan nilai p = 0,522, berarti p > 0,05, hipotesis nol diterima,
dan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan II. Sedangkan antara kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan II diperoleh nilai p = 0,016, hipotesis nol ditolak, yang berarti ada
perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II.
Dari hasil tersebut membuktikan adanya pengaruh jus pepaya terhadap kerusakan
histologis alveolus paru mencit yang diberi paparan asap rokok.
Perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan I disebabkan karena pada kelompok perlakuan I mendapat paparan asap
rokok yang mengandung radikal bebas dan memicu terjadinya stress oksidatif
sehingga menimbulkan kerusakan pada muccociliary clearance. Bulu-bulu getar,
reflek batuk, dan makrofag alveolar tidak dapat berfungsi dengan baik membuang
partikel yang masuk ke dalam paru sehingga meningkatkan risiko terjadinya
infeksi dan inflamasi dalam paru. Menurut MacNee (2005), asap rokok
menyebabkan terjadinya stress oksidatif yang merusak alveolus paru. Oksidan
yang terdapat dalam asap rokok menyebabkan peningkatan protease akibat
xlv
sehingga membuat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Keadaan
ini akan berakibat langsung terhadap kerusakan paru.
Pada penelitian ini, pada kelompok kontrol terdapat gambaran
kerusakan ringan dan kerusakan sedang. Gambaran ini disebabkan oleh adanya
variabel luar yang tidak bisa dikendalikan, seperti patogenesis suatu zat yang
dapat merusak paru selain radikal bebas, yaitu reaksi hipersensitivitas dan efek
toksik asap rokok dan imunitas mencit. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi
psikologik mencit yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti lingkungan
yang terlalu gaduh, pemberian perlakuan berulang kali, dan perkelahian antar
mencit serta daya regenerasi paru pada masing-masing mencit.
Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Hal ini disebabkan karena
radikal bebas yang terdapat pada kelompok perlakuan II direduksi dan dicegah
pembentukannya oleh antioksidan yang terdapat pada jus pepaya. Antioksidan
terbanyak yang terkandung dalam pepaya adalah vitamin C dan karoten yang
berfungsi sebagai penghancur singlet oxygen (O
2-), radical peroxyl scavenger, dan
menghambat peroksidasi lipid.
Menurut Proskocil dkk (2005), asap rokok menyebabkan kerusakan
oksidatif dan vitamin C yang terkandung dalam pepaya memiliki kandungan
antioksidan yang efektif. Asap rokok menyebabkan oksidasi dalam plasma protein
dan kerusakan organ, seperti kerusakan pada hati, ginjal, dan paru-paru. Karena
vitamin C yang terkandung dalam pepaya, pepaya dapat mencegah asap rokok
xlvi
sebagai antioksidan dengan mendonorkan hidrogennya kepada oksidan dalam
asap rokok.
Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan II menunjukkan perbedaan
yang tidak bermakna dari hasil hitung uji statistik. Hal ini menunjukkan bahwa
antioksidan di dalam pepaya mampu mengikat radikal bebas yang terdapat dalam
asap rokok terutama radikal bebas yang berupa benzo(a)piren sehingga gambaran
histologisnya sama dengan kelompok kontrol. Potensi antioksidan yang dimiliki
pepaya dapat mengurangi terjadinya stress oksidatif yang dihasilkan asap rokok
sehingga menekan terjadinya inflamasi pada saluran pernapasan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Banerjee dkk (2008), konsumsi pepaya pada kelompok perokok akan menurunkan
kerusakan yang disebabkan oleh stress oksidatif, apoptosis, dan lesi pada paru.
Penelitian yang dilakukan oleh Fiala dkk (2005) mengungkapkan bahwa vitamin
C meningkatkan enzim yang mengkatabolisme aktivasi senyawa spesifik asap
rokok, seperti benzo(a)piren. Mekanisme lain disebabkan oleh reaksi glikasi yang
membuat perubahan fungsi biologi dari faktor transkripsi dan enzim yang
berperan dalam apoptosis, menghasilkan disregulasi atau kokarsinogenik.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan
antioksidan yang terdapat dalam jus pepaya dapat mengurangi terjadinya stress
oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas asap rokok.
BAB VI
xlvii
A. Simpulan
1. Pemberian jus pepaya secara oral dengan dosis 0,2 ml/20grBB mencit
yang diberikan 2 jam sebelum pemaparan asap rokok selama 14 hari dapat
mencegah kerusakan histologis alveolus paru mencit yang dipapar asap
rokok.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis jus pepaya yang
lebih bervariasi sehingga dapat diketahui dosis efektif untuk manusia yang
dapat mencegah kerusakan histologis alveolus paru yang dipapar asap
rokok.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan jus pepaya
dalam mencegah kerusakan histologis alveolus paru yang dipapar asap
rokok dengan menggunakan parameter lain, seperti enzimatis, dan
kemampuan fagositosis makrofag alveolar.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping jus
pepaya. Jika tidak terdapat efek samping yang berbahaya maka dapat
diteliti lebih lanjut sebagai obat untuk manusia.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kandungan yang terdapat dalam
pepaya sehingga diketahui zat-zat yang berperan sebagai antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Adit ama T.Y. 2003. Rokok dan Tuberkulosis Paru.
xlviii
Arief S. 2002. Radikal Bebas. ht t p:/ / w w w.pediat rik.com/ bulet in/ 06224113752-x0zu6l.doc. (18 Februari 2009).
Arkeman D. 2006. Ef ek Vit amin C dan E Terhadap Sel Goblet Saluran Napas pada Tikus akibat Pajanan Asap Rokok. M ajalah Universa M edicina. Vol 25 No 2 April-Juni 2006. Jakart a. pp: 62-3.
Banerjee S. dkk. 2008. Cellular and M olecular M echanisms of Cigaret t e Smoke-Induced Lung Dam age and Prevent ion by Vit amin C. ht t p:/ / w w w .journal-inflammat ion.com/ cont ent / 5/ 1/ 21. (13 Sept ember 2009).
Bloom W. dan Faw cet t D. 2002. Buku Ajar Hist ologi. 12t h ed. Jakart a: EGC. pp: 632-5.
Cancerresearchuk. 2006. Cancer-causing Chemicals.
ht t p:/ / w w w.cancerr esear chuk.org/ healt hyliving/ smokeispoison/ poisonoussmok e/ cancercausingchemicals/ ?a=5441. (15 Februari 2009).
Cyberhealt h. 2001. Pepaya bukan Sekedar Buah M eja.
ht t p:/ / w w w.cyber m ed.cbn.net .id/ cbprt l/ cybermed/ det ail.aspx?x=Healt h+New s
& y=cyberm ed%7C0%7C0%7C5%7C47. (18 Februari 2009).
Eroschenko V.P. 2003. At las Hist ologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakart a: Penerbit Buku Kedokt eran EGC. pp: 231-45.
Fiala E. S. dkk. 2005. Induct ion of Preneoplast ic Lung Lesions in Guinea Pigs by Cigaret t e Smoke Inhalat ion and Their Exacerbat ion by High Diet ary Levels of Vit amins C
xlix
Garn H., Siese A., St umpf S., Wensing A., Renz H. dan Gemsa D. 2006. Phenot ypical and Funct ional Charact erizat ion of Alveolar M acrophage Subpopulat ions in t he Lungs
of NO2 Exposed Rat s. ht t p:/ / respirat ory-r esear ch.com/ cont ent / 7/ 1/ 4. (18
Februari 2009).
Hansel T.T. dan Barnes P.J. 2004. An At las of Chronic Obst r uct ive Pulmonary Disease. London: Part henon Publishing Group. pp: 22-36.
Heinerman J. 2001. Ensiklopedi Juice Buah & Sayur unt uk Penyem buhan. Jakart a: Pust aka Delaprat asa. p: 180.
Hernani dan Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Ant ioksidan. Jakart a: Penebar Sw adaya. pp: 25-6.
IPTEKnet . 2005. Tanam an Obat Indonesia.
ht t p:/ / w w w.IPTEKnet .com/ PORTAL/ pepaya.ht m. (18 Februari 2009).
Kart aw iguna E. 1998. Vit amin yang Dapat Berfungsi Sebagai Ant ioksidan. M ajalah Ilmu Fakult as Kedokt eran USAKTI. Vol 17 No 1 Januari 1998. pp: 16-24.
Kelly G. 2002. The Int eract ion of Cigaret t e, Smoking, and Ant ioxidant s. Part I: Diet and Carot enoids. (Smoking & Carot enoids).
ht t p:/ / w w w.encyclopedia.com/ amr evi ew / smoking& carot enoid.aspx.ht m. (9
Februari 2009).
l
M arw an. 2005. Pengaruh Pemberian Ekst rak Biji Jint en Hit am (Nigella sat iva) t er hadap Kadar GSH, M DA, Jumlah sert a Fungsi Sel M akrofag Alveolar Paru Tikus Wist ar yang Dipapar Asap Rokok Kronis. Jurnal Kedokt eran Braw ijaya. Vol XXI No 3 Desember 2005. pp: 111-20.
M acnee W. 2005. Pulmonary and Syst emic Oxidant / Ant ioxidant Im balance in Chronic Obst ruct ive Pulmonar y Disease. ht t p:/ / w w w.at sjour nals.org. (13 Sept ember
2009).
M urt i B. 1994. Penerapan M et ode St at ist ik Non Paramet rik dalam Ilmu Kesehat an. Jakart a: PT Gramedia Pust aka Ut ama. pp: 85-114.
Ngat idjan. 1991. Pet unjuk Laborat orium M et ode Laborat orium dalam Toksikologi. Yogyakart a: Pusat ant ar Universit as Biot eknologi UGM . pp: 23-5.
Proskocil B. J. dkk. 2005. Vit amin C Prevent s t he Effect s of Prenat al Nicot ine on Pulm onary Funct ion in New born M onkeys. ht t p:/ / w w w .at sjournals.org. (13
Sept ember 2009).
Purnamasari Y. 2006. Pengaruh Per at ur an Sekolah t erhadap Kebiasaan M erokok pada Personalia Sekolah M enengah Pert ama di Surakar t a. Jakart a, Universit as
Indonesia. Thesis.
Put ra S.E. 2008. Ant ioksidan Alami di Sekit ar Kit a. ht t p:/ /w w w .chem-is-t ry.org/ ?sec.chem-is-t =ar.chem-is-t ikel& ex.chem-is-t =182. (11 November 2008).
li
Rukmana R. 1995. Pepaya. Yogyakart a: Penerbit Kanisius. p: 57.
Sari A. 2001. Pengar uh Radikal Bebas t erhadap Paru.
ht t p:/ / w w w.members.f ort unecit y.com/ bheru/ ref erat / 0101/ at ik1000.ht m. (18
Februari 2009).
Siant uri G. 2003. M erokok dan Kesehat an..! .
ht t p:/ / w w w.kompas.co.id/ kesehat an/ new s/ 0306/ 30/ 105012.ht m. (24 Februari 2009).
Soenardi T. 2005. Pepaya Sehat kan Sperma.
ht t p:/ / w w w.kompas.com/ kesehat an/ new s/ 0509/ 29/ 095824.ht m . (18
November 2008).
Sukendro S. 2007. Filosofi Rokok. Yogyakart a: Pinus Book Publisher. pp: 80-4.
Syamsuri I. 2000. Biologi 2000. Jakart a: Erlangga. p: 123
Tandra H. 2003. M er okok dan Kesehat an. Dalam: Cahanar P. dan Suhanda I. (eds). M akan Sehat Hidup Sehat. Jakart a: Kompas. pp: 51-3.
Taufiqqurohman M .A. 1998. Sist em Pernafasan. Surakart a: Depart emen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. pp: 11-6.
lii
Wahiduddin M . 2006. Sist em Kekebalan pada Trakt us Respirat orius.
ht t p:/ / w w w.w ah1d.w ordpress.com/ sist emkekebalanpadat rakt usrespirat orius.
(18 Februari 2009).
Warint ek. 2006. Pepaya. ht t p:/ / w w w.w arint ek.rist ek.go.id/ pert anian/ pepaya.pdf. (18 November 2008).
Wijayakusuma M .H. 2005. Khasiat Buah Pepaya.
ht t p:/ / w w w.purw akart a.org/ khasiat buahpepaya.ht m. (15 Februari 2009).
Winarsi H. 2007. Ant ioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakar t a: Kanisius. pp: 138-281.
Wirakusumah. 1999. Pepaya yang M ult imanfaat .
ht t p:/ / w w w.kompas.com/ kesehat an/ new s.ht m. (15 Februari 2009).
World Healt h Organizat ion. 2006a. Tobacco.
ht t p:/ / w w w.w pro.w ho.int / healt ht opics/ t obacco/. (15 Februari 2009).
World Healt h Organizat ion. 2006b. Tobacco Key Fact .