BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Penelitian Langsung ke Bank BRI cabang
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan melihat dan menggunakan data-data berupa arsip-arsip atau catatan yang berhubungan dengan obyek penelitian yang terdapat di Bank BRI cabang Malang. Data-data ini merupakan data sekunder.
b) Wawancara
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan melakukan komunikasi atau wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek penelitian, yang dalam hal ini dilakukan melalui kunjungan ke Bank BRI cabang Malang.
3.3.2 Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan tujuan memecahkan permasalahan yang ada dengan menggunakan teori yang ada pada literatur dan membandingkan dengan metode yang dimiliki oleh bank.
3.4 Diagram Alir Penelitian Mulai Survei Nasabah Studi Literatur Tujuan Penelitian Analisa Data
Kesimpulan dan Saran Perumusan Masalah
Selesei
3.4 Analisis Data
Setelah data diperoleh, dilakukan analisis dan perhitungan terhadap data yang diperoleh. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan bunga sederhana, bunga majemuk dan bunga efektif.
2. Perhitungan angsuran per bulan menggunakan anuitas biasa dan anuitas di muka.
3. Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
4. Membentuk tabel Analisis Rasio keuangan untuk mendapatkan keputusan pemberian kredit.
5. Menghitung sisa hutang pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu.
6. Mengimplementasikan perhitungan pembayaran kredit data pada bahasa pemograman Matlab.
7. Membandingkan hasil perhitungan persamaan beda linier orde satu pembayaran kredit dengan metode yang dimiliki oleh bank.
Mulai
Data Nasabah
Perhitungan bunga sederhana, bunga majemuk dan bunga efektif
Perhitungan angsuran perbulan menggunakan anuitas biasa dan
di muka
Analisis Rasio Keuangan
Menghitung Sisa hutang menggunakan persamaan beda
linier orde satu
Mengimplementasikan perhitungan pembayaran kredit
pada bahasa pemprograman Matlab Perbandingan Perhitungan Pembayaran Kredit Selesei Tidak ya
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang analisis rasio keuangan untuk memngambil keputusan kelayakan pemberian kredit. Sedangkan pada Tugas Akhir ini, akan dicoba untuk membandingkan sistem pengambilan keputusan kelayakan pemberian kredit antara sistem bank dengan sistem analisis rasio keuangan, selanjutnya di tambahkan dengan mencari rumusan untuk menghitung sisa pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu. Metode ini diharapkan mampu untuk merancang sistem pendukung keputusan yang dapat membantu bank dalam menentukan kelayakan pemberian kredit terhadap nasabah.
Pada bab ini dibahas teori-teori yang terkait dengan permasalahan dalam Tugas Akhir. Pertama, membahas mengenai pengolahan data menggunakan analisis rasio keuangan. Selanjutnya, menghitung sisa hutang pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu.
2.1 Kredit
Perkataan kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin yaitu credete yang berarti kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit, berarti ia memperoleh kepercayaan. Dengan perkataan lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan lainnya bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Terjadinya kredit pada mulanya disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan pengeluaran anggota masyarakat(Ariyanti dan Firdaus, 2009).
2.2 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja peminjam dengan cara membandingkan
antara satu elemen dengan elemen yang lain dalam laporan keuangan agar dapat diinterprestasikan lebih lanjut. Analisis rasio keuangan dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio hutang dan rasio profitabilitas. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing rasio tersebut (Simanora,2004).
2.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan peminjam untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan seluruh keuangan peminjam, tetapi juga berkaitan dengan untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Beberapa rasio yang dapat digunakan dalam pengukuran likuiditas ini antara lain:
1. Net Working Capital (NWC), merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin besar NWC maka menunjukan tingkat likuiditas yang semakin tinggi pula. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐๐ถ = ๐ด๐๐ก๐๐ฃ๐ ๐๐๐๐๐๐ โ ๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐.
2. Current Ratio, merupakan salah satu rational financial yang sering digunakan. Tingkat Current Ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ถ๐ข๐๐๐๐ ๐ ๐๐ก๐๐ =๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐ฟ๐๐๐๐๐ ร 100% . ๐ด๐๐๐ก๐๐ฃ๐ ๐ฟ๐๐๐๐๐
3. Quick Ratio hampir sama dengan Current Ratio hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen
aktiva lancar harus dikeluarkan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐ข๐๐๐ ๐ ๐๐ก๐๐ =๐ด๐๐ก๐๐ฃ๐ ๐ฟ๐๐๐๐๐ โ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐ฟ๐๐๐๐๐ ร 100% .
4. Cash Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan peminjam dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang tersimpan di bank. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ถ๐๐ โ ๐ ๐๐ก๐๐ =๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐ฟ๐๐๐๐๐ ร 100% .๐พ๐๐
(Syamsudin, 2004) 2.2.2 Rasio aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktivitas peminjam dalam menggunakan dana atau aktiva yang dimiliki secara efektif dan efesien. Rasio ini dapat digunakan oleh pihak bank dan peminjam lainnya untuk mengukur kemampuan peminjam dalam menggunakan dana yang tersedia tercermin dalam perputaran modalnya. Rasio aktivitas terdapat 3 macam yaitu sebagai berikut:
1. Inventory Turnover (ITO) atau tingkat perputaran persediaan yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar selama setahun. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ผ๐๐ =๐ป๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐
๐ ๐๐ก๐ โ ๐ ๐๐ก๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ .
2. Recevable Turnover (RTO) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam
hutang perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran piutang usaha, semakin singkat periode waktu antara pencatatan penjualan dan Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ ๐๐ =๐ ๐๐ก๐ โ ๐ ๐๐ก๐ ๐๐๐ข๐ก๐๐๐ .๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ๐ต๐๐๐ ๐โ
3. Debt Turnover (DTO) merupakan perputaran hutang yang dihitung dengan membagi hutang dagang dengan harga pokok penjualan dikalikan hari selama kegiatan tersebut berlangsung. Sehingga diperoleh jumlah hari perputaran pengembalian hutang dagang.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ท๐๐ =๐ป๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐๐ ร 360.
(Syamsudin, 2004) 2.2.3 Rasio Hutang
Rasio hutang menunjukkan seberapa jauh peminjam dipengaruhi oleh pihak luar atau kreditur Rasio hutang yang digunakan antara lain:
1. Pengukuran tingkat hutang peminjam (measures of the degree of indebtedness):
a) Debt Ratio digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam kegiatan operasional.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ท๐๐๐ก ๐ ๐๐ก๐๐ =๐๐๐ก๐๐ ๐ป๐ข๐ก๐๐๐๐๐๐ก๐๐ ๐ด๐๐ก๐๐ฃ๐ ร 100%,
standart umum Debt Ratio adalah sebesar 50%.
b) The Debt Equity Ratio digunakan untuk menghitung perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐โ๐ ๐ท๐๐๐ก ๐ธ๐๐ข๐๐ก๐ฆ ๐ ๐๐ก๐๐ =๐ป๐ข๐ก๐๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ร 100%. 2. Pengukuran tingkat kemampuan peminjam membayar
kewajiban financialyang tetap (measure of the ability service fixed financial charges).
a) Time Interest Earned atau juga sering disebut the total converage ratio yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan peminjam membayar kewajiban berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik peminjam dalam membayar bunga atas segala hutangnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐๐๐ ๐ผ๐๐ก๐๐๐๐ ๐ก ๐ธ๐๐๐๐๐ =๐ต๐๐๐๐ ๐ต๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐ก๐โ๐ข๐ .๐ฟ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
b) Total Debt Coverage rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peminjam untuk membayar kepada kreditur baik secara bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran angsuran.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐๐ก๐๐ ๐ท๐๐๐ก ๐ถ๐๐ฃ๐๐๐๐๐ = ๐ฟ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐ต๐ข๐๐๐ +๐ด๐๐๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐1โ๐๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐ .
(Syamsudin, 2004) 2.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan peminjamdalam memperoleh keuntungan. Dengan pengukuran ini memungkinkan seorang analisis dari pihak bank dan kreditur untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari milik peminjam. Rasio profitbilitas terdapat 4 macam yaitu sebagai berikut:
1. Net Profit Margin digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio dari Net Profit Margin maka semakin baik pula operasi peminjam.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐ =๐ฟ๐๐๐ ๐ต๐๐๐ ๐โ๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ร 100%.
2. Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini menggambarkan keuntungan yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi peminjam dengan mengabaikan kewajiban financial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pajak. Semakin tinggi tingkat rasio ini maka semakin baik bagi kegiatan operasional peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐๐๐๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐ =๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐
๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐ ร 100%.
3. Return On Investement digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
4. Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
๐ ๐๐ธ =๐ฟ๐๐๐ ๐ต๐๐๐ ๐โ ๐๐๐ก๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ร 100%.
(Syamsudin, 2004) 2.3 Bunga
Bunga dapat diartikan sebagai bentuk imbalan jasa atau kompensasi atas pinjaman yang diberikan oleh suatu pemilik modal. Persentase besarnya pinjaman yang harus dibayarkan sebagai bunga pada suatu periode tertentu disebut tingkat bunga atau suku bunga modal per periode. Besar bunga suatu pinjaman ditentukan oleh tiga hal yaitu besar pokok pinjaman, lama waktu pinjaman, dan besar tingkat bunga. Secara umum ada tiga macam perhitungan bunga, yaitu bunga sederhana (flat), bunga majemuk dan bunga efektif(Frensidy, 2005).
2.3.1 Bunga Sederhana
Apabila kita menggunakan konsep bunga sederhana, besarnya bunga dihitung dari nilai pokok awal (principal) dikalikan dengan tingkat bunga (interest rate) dan waktu (time). Perhitungan bunga ini dilakukan satu kali saja yaitu pada akhir periode atau pada tanggal pelunasan. Secara sistematis dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut.
๐๐ผ = ๐๐๐ก, (2.1)
dengan :
๐๐ผ = Simple Interest(bunga sederhana),
๐ = Principal (pokok),
๐ = interest rate p.a (tingkat bunga/tahun),
๐ก = time (waktu dalam tahun).
Karena satuan t adalah tahun maka jika waktu t diberikan dalam bulan maka kita dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.
๐ก =๐ฝ๐ข๐๐๐โ ๐๐ข๐๐๐ 12 .
Jika t diberikan dalam hari akan ada dua metode dalam mencari nilai t yaitu sebagai berikut.
1. Bunga tepat atau SIe (Exact interest method) yaitu dengan
๐ก =๐ฝ๐ข๐๐๐โ ๐ป๐๐๐365 .
2. Bunga biasa atau Sio (Ordinary interest Method) yaitu dengan
๐ก =๐ฝ๐ข๐๐๐โ โ๐๐๐360 .
Penggunaan metode bunga biasa akan menguntungkan penerima bunga dan akan merugikan pembayar bunga. Sebaliknya, penggunaan metode bunga tepat akan menguntungkan pembayar bunga dan merugikan penerima bunga. Oleh karena itu, dalam hal pinjaman (kredit), bank lebih menyukai penggunaan bunga biasa. Sementara untuk tabungan dan deposito mereka lebih memilih penggunaan bunga tepat dalam perhitungan bunganya. Pembayaran secara angsuran atau cicilan sering ditawarkan oleh pemberi kredit untuk membantu pelanggan yang tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar hutang yang dipinjam (Frensidy, 2005).
2.3.2 Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang jatuh tempo ditambahkan ke nilai pokok pada akhir setiap periode atau periode perhitungan bunga untuk mendapatkan pokok yang baru. Periodenya tidak harus satu tahun walaupun tingkat bunga selalu dinyatakan per tahun. Periode perhitungan bunga dapat dinyatakan dalam bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan yang masing-masing dapat dinyatakan dengan ๐ =121 , ๐ =14, ๐ = 1
2 dan ๐ = 1Untuk mempermudah melakukan perhitungan bunga majemuk dapat digunakan notasi sebagai berikut (Frensidy,2005).
๐ = ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ค๐๐, ๐ = ๐๐๐๐๐ ๐๐โ๐๐,
๐ = ๐ฝ๐ข๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐โ๐๐ก๐ข๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐,
๐ = ๐ก๐๐๐๐๐๐ก ๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐โ๐๐ก๐ข๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐.
Dengan menggunakan notasi dan definisi bunga majemuk, persamaan bunga majemuk dapat dinyatakan sebagai berikut:
๐ = ๐(1 + ๐)๐. (2.2)
Faktor (1 + ๐)๐ disebut faktor majemuk dan proses perhitungan ๐
dari ๐ disebut akumulasi atau mencari nilai akan datang. Sedangkan perhitungan ๐ dari ๐ disebut mencari nilai sekarang.
Menurut Smith (1992) untuk tingkat bunga sebesar ๐% dan periode perhitungan bunga adalah bulanan maka bunga yang dibayarkan untuk periode ini sebesar ๐๐% dari jumlah pinjaman pada akhir periode. Tingkat bunga majemuk dapat dituliskan sebagai berikut:
(Suku bunga) ๐ = ๐ ร ๐ ร ๐% =100๐๐ ร ๐. (2.3)
(Frensidy, 2005) 2.3.3 Bunga Efektif
Metode bunga efektif adalah kebalikan dari metode bunga sederhana, yaitu besar cicilan bunga yang harus dibayar nasabah dihitung dari sisa pinjaman kredit. Cicilan bunga yang dibayar nasabah setiap bulannya pada sistem bunga efektif semakin menurun karena mengikuti turunnya sisa pinjaman kredit nasabah. Persamaan bunga efektif dapat ditulis sebagai berikut:
๐ด = ๐ ร12,๐ (2.4)
dengan
๐ = ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐), ๐ = ๐ ๐ข๐๐ข ๐๐ข๐๐๐.
Namun jika pada persamaan (2.4) tingkat bunga yang diketahui masih dalam bentuk tingkat bunga sederhana maka tingkat bunga sederhana tersebut dikonversikan terlebih dahulu menjadi tingkat bunga efektif menggunakan persamaan berikut:
๐ธ๐ = (2 ร ๐น๐) โ 1 (2.5)
dengan
๐ธ๐ = ๐๐๐๐๐๐๐ก ๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐ก๐๐, ๐น๐ = ๐๐๐๐๐๐๐ก ๐๐ข๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐โ๐๐๐.
(Frensidy, 2005) 2.4 Metode Perhitungan Angsuran Anuitas
Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran atau tagihan yang jumlahnya tetap setiap periode selama waktu tertentu. Persamaan-persamaan anuitas diturunkan dengan menggunakan asumsi bunga majemuk. Secara garis besar anuitas dibagi menjadi dua, yaitu anuitas biasa dan anuitas di muka (Frensidy, 2005). 2.4.1 Anuitas Biasa (Ordinary Anuity)
Persamaan Anuitas Biasa adalah persamaan untuk jumlah nilai sekarang (JNS) atau present value of an annuity dari serangkaian cicilan yang berupa pembayaran yang sama banyaknya, yang baru dapat diterima atau dibayar mulaiperiode berikutnya selama๐ periode maka dengan memperhitungkan tingkat bunga ๐ tiap periodenya maka
nilai sekarang ๐ด rupiah pertama = ๐ด(1+๐)1 , nilai sekarang ๐ด rupiah kedua = ๐ด(1+๐)1 2 ,
nilai sekarang ๐ด rupiah ketiga = ๐ด(1+๐)1 3 ,
nilai sekarang ๐ด rupiah ke ๐ = ๐ด(1+๐)1 ๐.
Jadi jumlah nilai sekarang seluruh cicilan adalah ๐ = ๐ด ((1 + ๐) +1
1
(1 + ๐)2+(1 + ๐)1 3+ โฏ +(1 + ๐)1 ๐โ1+(1 + ๐)1 ๐) (2.6)
Persamaan (2.6) merupakan deret geometri dengan suku awal 1+๐1 banyaknya suku = ๐ dan ๐ =1+๐1 yakni ๐ โค 1 sehingga jumlah deret (dapat dinyatakan dengan ๐๐ก dan disebut present worth of an annuity factor) adalah
๐๐ก= ๐1 โ ๐1 โ ๐ .๐ (2.7)
Dari persamaan (2.7) maka diperoleh. ๐๐ก= (1 + ๐) (1 1 โ ( 1 1+๐)๐ (1+๐1 ) ), ๐๐ก=1 โ 1 (1+๐)๐ ๐ . (2.8)
Jadi rumus untuk perhitungan ๐ฝ๐๐ = ๐ dari serangkaian tagihan tetap sebesar ๐ด rupiah yang baru dapat diterima mulai periode berikutnya selama ๐ก periode berturut adalah
๐ = ๐ด ร (1 โ
1 (1+๐)๐
๐ ), (2.9)
Jika dari rumus (2.9) ini yang diketahui nilai dari i, n, dan ๐ฝ๐๐ = ๐maka A yang dihitung merupakan Anuitas sehingga besarnya Anuitas atau angsuran dibayar dibelakang adalah
๐ด = ๐ ร ๐ 1 โ(1+๐)1 ๐ , (2.10) dengan ๐ด = ๐ด๐๐ข๐๐ก๐๐ ๐๐ก๐๐ข ๐๐๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐, ๐ = ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐), ๐ = ๐๐ข๐๐ข ๐๐ข๐๐๐, ๐ = ๐ค๐๐๐ก๐ข. (Frensidy, 2005) 2.4.2 Anuitas di Muka (Annuity Due)
Perbedaan anuitas biasa dan anuitas di muka adalah saat pembayaran pertama. Jika pada anuitas biasa pembayaran pertama dimulai satu periode lagi. Sedangkan pembayaran pertama pada anuitas di muka adalah pada hari ini di awal periode. Anuitas di muka untuk nilai sekarang, pembayaran pertama sebesar A dilakukan pada hari ini sehingga bernilai A juga. Sedangkan untuk pembayaran lainnya adalah sama tetapi sebanyak n โ1 sehingga totalnya tetap sama yaitu n kali pembayaran. Persamaan untuk anuitas dimuka adalah
๐ด = ๐ ร ๐ 1 โ ((1+๐)1 ๐ร (1 + ๐)) (2.11) dengan ๐ด = ๐ด๐๐ข๐๐ก๐๐ ๐๐ก๐๐ข ๐๐๐๐๐๐ฆ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐, ๐ = ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐), ๐ = ๐๐ข๐๐ข ๐๐ข๐๐๐, ๐ = ๐ค๐๐๐ก๐ข. (Frensidy, 2005)
2.5 Persamaan Beda
Persamaan beda merupakan sebuah persamaan yang berkaitan dengan nilai suatu barisan bilangan real๐ฆ(๐ฅ) pada sebuah titik x dan menghasilkan nilai-nilai pada beberapa titik. Persamaan beda biasanya menyatakan beberapa anggota dari barisan yang berkenaan dengan anggota sebelumnya dari barisan tersebut. Persamaan ini menyatakan laju perubahan fungsi secara diskrit.
Persamaan beda order n adalah linear jika dan hanya jika persamaan beda dapat dituliskan dalam bentuk,
๐0(๐ฅ)๐ฆ๐ฅ+๐+ ๐1(๐ฅ)๐ฆ๐ฅ+๐โ1+ โฏ + ๐๐โ1(๐ฅ)๐ฆ๐ฅ+1+ ๐๐(๐ฅ)๐ฆ๐ฅ
= ๐(๐ฅ). (2.12)
Dimana ๐0, ๐1, โฆ ๐๐ dan ๐ merupakan fungsi ๐ฅ. Jika ๐(๐ฅ)
bernilai nol maka disebut persamaan beda homogen. Suatu persamaan beda linear orde pertama dapat ditulis sebagai berikut:
๐ฆ๐ฅ+1= ๐๐ฆ๐ฅ+ ๐. (2.13)
Dengan ๐ dan ๐ konstan. Jika diberikan nilai awal ๐ฆ๐ maka pemecahan persamaan ini dapat diperoleh dengan cara induksi sebagai berikut. ๐ฆ1= ๐๐ฆ0+ ๐ ๐ฆ2 = ๐๐ฆ1+ ๐ = ๐(๐๐ฆ0+ ๐) + ๐ = ๐2๐ฆ0+ ๐๐ + ๐ ๐ฆ3 = ๐๐ฆ2+ ๐ = ๐(๐2๐ฆ0+ ๐๐ + ๐) + ๐ = ๐3๐ฆ0+ ๐2๐ + ๐๐ + ๐ โฎ ๐ฆ๐ฅ= ๐๐ฅ๐ฆ0+ ๐๐ฅโ1๐ + ๐๐ฅโ2๐ + โฏ + ๐2+ ๐๐ + ๐ ๐ฆ๐ฅ= ๐๐ฅ๐ฆ0+ ๐(1 + ๐ + ๐2+ ๐3+ โฏ + ๐๐ฅโ1),
dimana 1 + ๐ + ๐2+ ๐3+ โฏ + ๐๐ฅโ1 merupakan suatu deret ukur dengan jumlah 1โ๐1โ๐๐ฅ, maka solusi khusus untuk ๐ฆ๐ฅ+1 = ๐๐ฆ๐ฅ+ ๐ adalah sebagai berikut
๐ฆ๐ฅ = {๐๐ฅ๐ฆ0+ ๐1 โ ๐1 โ ๐ , ๐๐๐๐ ๐ โ 1 ๐ฅ ๐ฆ0+ ๐๐ฅ , ๐๐๐๐ ๐ = 1
Jika persamaan beda tidak memenuhi persamaan (2.13) maka persamaan beda tersebut dinamakan persamaan beda nonlinier dan solusi dari persamaan beda nonlinier dapat diperoleh dengan iterasi. Namun, tidak semua persamaan beda nonlinier mempunyai solusi khusus. Persamaan beda nonlinier yang tidak mempunyai solusi khusus dapat diselesaikan dengan menggunakan iterasi numerik.
4.1 Perhitungan Analisis Rasio Keuangan
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank BRI cabang Malang. Langkah pertama untuk menentukan kelayakan pemberian pinjaman kredit adalah menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan analisis rasio keuangan.Selanjutnya dihitung besarnya bungayang harus ditanggung oleh Nasabah dan besarnya angsuranyang harus dibayarkan pada setiap bulannya.
Metode analisis rasio keuangan yang digunakandi dalam tugas akhir ini memiliki perbedaan perhitungan dengan sistem yang ada di bank BRI.