BAB III. METODE PENELITIAN
E. Tata Cara Penelitian
Pembuatan Nanoemulsi spray minyak kayu putih dengan emolien aloevera Pembuatan formula nanoemulsi HS dengan bahan aktif minyak kayu putih dan emolien aloe vera dilakukan optimasi proses menggunakan rancangan desain faktorial 2 faktor 2 level untuk menghasilkan sediaan yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik. Faktor yang dioptimasi adalah sebagai berikut:
Tabel IV. Faktor dan Level Optimasi
Faktor yang dioptimasi Level -1 Level +1
Suhu 40°C 50°C
Waktu 20 menit 30 menit
Rancangan formula yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel V. Rancangan Formula
Formula
Faktor
Tween 80
(mL) Span 80 (mL)
Ekstrak aloe vera
(mL)
Minyak kayu putih (mL)
Propilen Glikol
(mL)
Metil Paraben
(g)
Aquadest (ml) Suhu Waktu
F1 40 20 13 4 5 5 10 0,1 100
FA 50 20 13 4 5 5 10 0,1 100
FB 40 30 13 4 5 5 10 0,1 100
FAB 50 30 13 4 5 5 10 0,1 100
Optimasi suhu dan waktu pengadukan mengacu pada penelitian (Prasert dan Gohtani, 2016; Krisanti, 2021) yang dimodifikasi. Tween 80, Span 80, propilen glikol, ekstrak aloe vera, metil paraben serta fase minyak yang digunakan yaitu minyak kayu putih dimasukkan ke dalam gelas beaker.
Selanjutnya bahan dicampurkan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah 10 menit, aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama sisa waktu.
Selanjutnya sediaan yang telah jadi dimasukkan ke dalam botol spray sebagai media penyimpanan.
Uji Sifat Fisik Nanoemulsi a. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, bau dan warna sediaan. Selain itu diamati juga pemisahan fase/endapan yang terjadi pada nanoemulsi setelah dilakukan penyimpanan.
b. Uji persen transmitan
Sampel sebanyak 1 ml dilarutkan dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan aquadest. Larutan diukur persen transmitan pada panjang gelombang 650 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Aquadest digunakan sebagai blanko saat pengujian.
c. Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan Viskometer Rion (VT-04, Jepang). Sediaan nanoemulsi dimasukkan ke dalam wadah berbentuk tabung, kemudian dipasang spindel no 3 dan pastikan spindel terendam semua dalam sediaan uji. Alat dinyalakan dan pastikan spindel dapat berputar. Jarum penunjuk dari viskometer diamati yang mengarah ke angka pada skala viskositas untuk spindel nomor 3. Ketika jarum menunjukkan arah yang stabil, maka angka itulah merupakan viskositasnya dan dicatat dalam satuan dPa.S (Zulkarnain et al., 2013).
d. Uji Sentrifugasi
Pada pengujian ini dilakukan proses sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Selanjutnya diamati pada sediaan dengan parameter ketidakstabilan seperti terjadi pemisahan, pengendapan, creaming dan cracking. Sediaan yang dinilai stabil dilakukan pengujian pemanasan dan pendinginan. (Pratiwi et al., 2018)
e. Uji pola penyemprotan
Pengujian pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan sediaan ke selembar kertas mika yang sudah ditimbang bobot wadah sebelumnya. Pengujian dilakukukan dengan jarak 3, 5, 10, 15 cm dan dilakukan 3 kali replikasi. Setelah disemprotkan plastik mika ditimbang sebagai bobot dan diukur diameter pola penyemprotan yang terbentuk (Cendana et al., 2021).
f. Uji Ukuran Droplet
Ukuran Droplet diukur dengan menggunakan particle size analyzer dengan tipe dynamic light scattering. Sebanyak 10 mL sampel
diambil dan dimasukkan ke dalam kuvet. Kuvet harus terlebih dahulu dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi hasil analisis.
Kuvet yang telah diisi dengan sampel kemudian dimasukkan ke dalam sampel holder dan dilakukan analisis oleh instrumen.
(Yuliani dkk., 2016) g. Uji Freeze - thaw cycle
Masing-masing formula nanoemulsi disimpan pada suhu -10°C dan 30°C / 75% RH selama 24 jam sebanyak 3 siklus. Nanoemulsi pada akhir siklus ketiga dilakukan uji organoleptis, pH, persen transmitan, viskositas, serta ukuran droplet sediaan.
Analisa Hasil
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sifat fisis sediaan Nanoemulsi Spray Sanitizer berupa organoleptis, persen transmitan, sentrifugasi, dan Freeze - thaw cycle. Analisis data dilakukan dengan menggunakan desain faktorial 2 faktor 2 level. Analisis data menggunakan uji statistik two way Analysis Of Variance (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%, aplikasi yang digunakan adalah minitab versi 19 (free trial, USA)
19 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Kayu Putih Dengan Emolien Lidah Buaya
Uji sifat fisik dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi yang dibuat sudah memenuhi kriteria dan parameter yang ditentukan. Uji sifat fisik meliputi uji organoleptis, persen transmittan, viskositas, dan pola penyemprotan, sedangkan uji stabilitas fisik dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi stabil selama dalam masa penyimpanan. Uji stabilitas fisik meliputi uji sentrifugasi dan uji freeze thaw cycle. Sediaan nanoemulsi disimpan selama 3 siklus dengan suhu rendah yaitu ± -10°C dan suhu tinggi yaitu 30°C dengan kelembaban 75%. Masing – masing suhu dilakukan selama 24 jam yang dihitung selama 1 siklus dan diuji pada siklus 0 dan 3.
1. Uji organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau, dan bentuk, pengujian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perubahan yang terjadi selama masa penyimpanan. Uji organoleptis diamati pada masing – masing formula selama masa penyimpanan. Hasil pengamatan sediaan yang dikehendaki adalah berbentuk cair, berbau khas minyak kayu putih dan berwarna putih serta tidak terdapat perubahan pada kedua siklus. Hasil uji organoleptis yang didapatkan adalah pada siklus 0 dan siklus 3 tidak terdapat perubahan baik dari warna, bau, dan bentuk. Oleh dari itu sediaan dapat dikatakan stabil selama masa penyimpanan secara subjektif. Data hasil uji organoleptis Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada gambar dibawah ini
20
Gambar 1. Sediaan Nanoemulsi Siklus 0
Gambar 2. Sediaan Nanoemulsi Siklus 3
2. Uji persen transmittan
Menurut Huda dan Wahyuningsih (2016), uji ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kejernihan sediaan nanoemulsi yang dihasilkan mendekati tingkat kejernihan 100% dan diperkirakan droplet
21
yang terbentuk ukurannya telah mencapai nanometer, dimana secara visual tampak dari tingkat transparansi. Larutan yang memiliki nilai transimtasi sebesar 90-100%, maka larutan tersebut memiliki penampilan visual yang jernih dan transparan. Nilai persen transmitan menggambarkan kejernihan atau transparansi nanoemulsi (Siqhny et al., 2020). Hasil pengamatan uji transmittan dalam % (persen) dari sediaan emulsi diamati pada dua suhu 40℃ dan suhu 50℃ selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Tabel VIII.
Table VIII. Hasil uji %Transmittan
Formula Rata – rata ± SD
Siklus 0 Siklus 3
F1 94,257% ± 0,43 95,871% ± 1,37
FA 93,124% ± 0,75 96,303% ± 1,31
FB 93,284% ± 0,48 94,544% ± 0,44
FAB 91,479% ± 0,38 93,082% ± 1,23
Data hasil uji persen transmitan Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel V. Hasil rata – rata uji persen transmitan siklus 0 pada FI sebesar 94,224%; FA sebesar 94,291%; FB sebesar 92,951%;
FAB sebesar 91,479%, sedangkan rata – rata uji %transmittan siklus 0 pada FI sebesar 95,871%; FA sebesar 96,303%; FB sebesar 94,544%;
FAB sebesar 93,082%. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara 90-100%. Pada lampiran 2 juga dilampirkan serta nilai uji
%transmittan masing – masing formula dengan 3 replikasi secara detail.
.
Tabel IX. Analisis efek dan nilai P-Value uji %Transmittan
Faktor Efek P-value p-value model
Suhu -1,302 0,005
0,006
Waktu -1,142 0,010
Interaksi -0,169 0,629
22
Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada Tabel V didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,006 yang berarti persamaan model uji pada penelitian ini dapat digunakan untuk menghitung %transmittan berdasarkan kombinasi kedua factor tersebut dikarenakan memiliki nilai <0,05. Akan tetapi interaksi dari kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,629 yang berarti melebihi nilai 0,05.
Nilai efek yang dihasilkan dari faktor suhu, waktu serta interaksi dari keduanya berturut – turut adalah -1,302; -1,142; dan -0,169. Nilai tersebut menandakan bahwa faktor suhu mampu memberikan efek dalam menurunkan %Transmittan dan faktor waktu dapat memberikan efek dalam menurunkan %Transmittan, hal ini dapat ditunjukkan pada factor suhu dan waktu angka yang didapat negative (-) .
Gambar 4. Contour Plot 2d uji %Transmittan Pada gambar 4 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji %Transmittan. Area yang dapat menghasilkan
%Transmittan sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau tua hingga biru muda. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya faktor suhu maka semakin meningkatkan %Transmittan, begitu pula dengan faktor waktu, semakin bertambahnya waktu maka
23
semakin meningkatkan %Transmittan. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari
%Transmittan, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.
Y= 98,03 + 0,046 X1 +0,038 X2 - 0,00339 X1X2*waktu 3. Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan yang dihasilkan, semakin tinggi viskositasnya maka sediaan tersebut semakin kental (Husni et al., 2019). Pengujian viskositas dilakukan dengan bantuan alat viscometer rion (VT-04, Jerman). Viscometer dipasang pada klem dengan arah horizontal / tegak lurus dengan arah klem. Rentang viskositas sediaan nanoemulsi tipe minyak dalam air yang baik adalah berkisar 0,1 – 40 dPa.s (Sumardi, 2015). Hasil pengamatan viskositas dalam dPas (desipascalsecond) dari sediaan emulsi diamati pada dua suhu 40℃ dan suhu 50℃ selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Tabel X
Table X. Hasil uji viskositas
Formula Rata – rata ± SD
Siklus 0 Siklus 3
F1 2,083 ± 0,29 1,917 ± 0,14
FA 2,083 ± 0,29 1,883 ± 0,13
FB 2,167 ± 0,14 2 ± 0
FAB 2,583 ± 0,14 2,367 ± 0,25
Data hasil uji viskositas Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel V. Hasil rata – rata uji viskositas siklus 0 pada FI sebesar 2,083; FA sebesar 2,083; FB sebesar 2,167; FAB sebesar 2,583.
Sedangkan rata – rata uji viskositas siklus 0 pada FI sebesar 1,917; FA sebesar 1,883; FB sebesar 2; FAB sebesar 2,367. Berdasarkan hasil data
24
yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara <3 dPas.
Table XI. Analisis efek dan nilai P-Value uji viskositas
Faktor Efek P-value p-value model
Suhu 0,208 0,037
0,008
Waktu 0,292 0,008
Interaksi 0,208 0,037
Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada lampiran VI didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,008 yang persamaan model uji pada penelitian ini dapat digunakan untuk menghitung viskositas berdasarkan kombinasi kedua factor tersebut dikarenakan memiliki nilai <0,05. Selain itu interaksi dari kedua faktor memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,008 yang berarti nilai tidak melebihi 0,05. Nilai efek yang dihasilkan dari faktor suhu, waktu serta interaksi dari keduanya berturut – turut adalah 0,208; 0,292; dan 0,208. Nilai tersebut menandakan bahwa faktor suhu mampu memberikan efek dalam meningkatkan viskositas dan faktor waktu dapat memberikan efek dalam meningkatkan viskositas.
25
Gambar 5. Contour Plot 2d uji viskositas
Pada gambar 5 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji Viskositas. Area yang dapat menghasilkan viskositas sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau muda hingga hijau tua. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya faktor suhu maka semakin meningkatkan viskositas, begitu pula dengan faktor waktu, semakin bertambahnya waktu maka semakin meningkatkan viskositas. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari Viskositas, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.
Y= 5,25 - 0,0833 suhu - 0,1583 waktu + 0,00417 suhu*waktu
4. Uji sentrifugasi
Tujuan dilakukannya uji sentrifugasi adalah untuk mengetahui adanya pemisahan fase emulsi untuk mengetahui adanya pemisahan pada fase emulsi. Uji ini dilakukan dengan cara sediaan emulsi disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Hasil uji stabilitas dengan sentrifugasi ini dapat menggambarkan besarnya pengaruh gaya gravitasi bumi terhadap penyimpanan emulsi selama satu tahun (Rahmawanty et al., 2021). Hasil uji sentrifugasi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada gambar berikut. Menurut hasil uji sentrifugasi pada ke empat formula tidak ditemukan pemisahan fase sehingga bisa dikatakan sediaan nanoemulsi yang dibuat stabil.
26
Gambar 6. Nanoemulsi sebelum disentrifugasi
Gambar 7. Nanoemulsi sesudah disentrifugasi 5. Uji pola penyemprotan
Pola penyemprotan adalah salah satu parameter penting untuk mengevaluasi kualitas dari alat semprot yang digunakan (Anindhita dan Oktaviani, 2020). Uji pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan ke-empat formula sediaan beserta 3 replikasi ke atas selembar kertas mika yang telah ditimbang dahulu sebagai bobot wadah pada jarak 3, 5, 10, 15 cm. Kemudian ditimbang kertas mika yang sudah disemprot tadi lalu dihitung bobot isi, serta diukur diameter pola penyemprotan. Uji dilakukan pada siklus 0 dan siklus 3, data hasil uji pola penyemprotan dapat dilihat pada table XII.
27
Tabel XII. Hasil uji pola penyemprotan Formula Jarak Rata – rata Diameter
penyemprotan (cm) ± SD
Rata – rata Bobot penyemprotan (g) ± SD
Siklus 0 Siklus 3 Siklus 0 Siklus 3
F1
3 4,4 ± 0,17 4,75 ± 0,38 0,129 ± 0,00 0,12 ± 0,00 5 6,017 ± 0,23 6,2 ± 0,35 0,126 ± 0,00 0,12 ± 0,00 10 10,167 ±
0,29
12 ± 0,87 0,116 ± 0,00 0,109 ± 0,00
15 16,2 ± 0,44 16,633 ± 0,44
0,113 ± 0,00 0,105 ± 0,00
FA
3 4 ± 0 4,2 ± 0,09 0,098 ± 0,00 0,108 ± 0,01 5 5,867 ± 0,32 6,433 ± 0,40 0,112 ± 0,01 0,105 ± 0,01 10 10,667 ±
1,16
11 ± 1 0,119 ± 0,01 0,112 ± 0,00
15 16,167 ± 0,21
16,667 ± 0,29
0,112 ± 0,00 0,104 ± 0,00
FB
3 4.167 ± 0,29 4,533 ± 0,15 0,100 ± 0,00 0,092 ± 0,00 5 4,833 ± 0,29 5,5 ± 0,00 0,102 ± 0,01 0,089 ± 0,00 10 10,333 ±
0,58
11 ± 1 0,105 ± 0,00 0,093 ± 0,00
15 15,667 ± 0,35
16,2 ± 0,4 0,103 ± 0,00 0,095 ± 0,00
FAB
3 4 ± 0,00 4,283 ± 0,20 0,092 ± 0,01 0,083 ± 0,02 5 5,533 ± 0,06 6,083 ± 0,14 0,098 ± 0,01 0,089 ± 0,01 10 11,267 ±
0,78
11,667 ± 0,61
0,105 ± 0,01 0,102 ± 0,00
15 15,3 ± 0,27 15,6 ± 0,36 0,096 ± 0,00 0,084 ± 0,00 Variasi dari pola dan bobot penyemprotan dipengaruhi oleh factor viskositas serta jarak penyemprotan (Puspita et al., 2021). Jarak penyemprotan berbanding lurus dengan diameter penyemprotan, semakin
28
jauh jarak penyemprotan maka semakin tinggi pula diameter penyemprotan yang dihasilkan. Viskositas berbanding terbalik dengan bobot penyemprotan yang didapat, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi viskositas maka semakin kental sediaan sehingga bobot yang dihasilkan per satu kali semprot menjadi lebih kecil atau semakin sulit untuk disemprot. Keempat formula memiliki pola penyemprotan yang berbentuk melingkar.
6. Uji Ukuran Droplet
Pengujian ukuran droplet dilakukan dengan alat Horiba SZ – 100 dengan tipe dynamic light scattering, uji dilakukan pada masing – masing formula yang sudah dibuat. Prinsip dari alat particle size analyzer menurut Zulfa, dkk (2019) adalah dengan suatu penghamburan cahaya sinar laser pada partikel sampel yang dideteksi oleh detector foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel dalam suatu sampel atau sediaan.
Tabel XIII. Hasil Uji Ukuran Droplet Formula Rata – rata Ukuran
Droplet Siklus 0 (nm)
Rata – rata Polydispersity Index Siklus 0
F1 143,1 ± 1,46 0,161 ± 0,03
FA 140,8 ± 1,99 0,216 ± 0,05
FB 139 ± 0,61 0,165 ± 0,03
FAB 158,4 ± 0,84 0,181 ± 0,02
Data hasil uji ukuran droplet Nanoemulsi pada siklus 0 dapat dilihat pada tabel XIII. Hasil rata – rata uji ukuran droplet siklus 0 pada FI sebesar 143,1; FA sebesar 140,8; FB sebesar 139; FAB sebesar 158,4. Sedangkan rata – rata Polydispersity Index siklus 0 pada FI sebesar 1,917; FA sebesar 1,883; FB sebesar 2; FAB sebesar 2,367. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara 5 – 200 nm.
29
Polydispersity Index adalah parameter yang menyatakan distribusi ukuran partikel dari sistem nanoemulsi yang nilainya 0,01 sampai 0,7 menyatakan sistem nanoemulsi dengan distribusi ukuran partikel yang sempit (Rusti, 2017). Berdasarkan data hasil Polydispersity Index yang diperoleh berada pada rentang 0,1 – 0,2. Semakin kecil nilai Polydispersity Index maka semakin baik karena distribusi ukuran partikel yang diperoleh semakin seragam.
Table XIV. Analisis efek dan nilai P-Value uji ukuran droplet
Faktor Efek P-value p-value model
Suhu 8,517 0,000
0,000
Waktu 6,717 0,000
Interaksi 10,817 0,000
Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada lampiran VI didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,000 yang berarti faktor suhu dan waktu pengadukan berpengaruh secara signifikan terhadap respon ukuran droplet dikarenakan memiliki nilai <0,05. Selain itu interaksi dari kedua faktor memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,000 yang berarti nilai tidak melebihi 0,05.
30
Gambar 8. Contour Plot 2d uji ukuran droplet Pada gambar 5 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji ukuran droplet. Menurut hasil contour plot, area yang dapat menghasilkan ukuran droplet sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau muda hingga hijau tua. Karena area berwarna hijau muda hingga hijau tua tersebut memenuhi kriteria ukuran droplet yang diinginkan yaitu 20 – 200 nm. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari ukuran droplet, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.
Y= 333,6 – 4,557 suhu – 9,063 waktu + 0,2163 suhu*waktu
Optimasi Formula sediaan Nanoemulsi
Penentuan formula yang optimum pada sediaan Nanoemulsi dapat dilakukan menggunakan aplikasi minitab 19 pada menu Overlaid Contour Plot. Respons yang digunakan adalah respons yang signifikan, dalam penelitian kali ini yang digunakan adalah respon uji uji %Transmittan, dan uji viskositas. Kemudian dimasukkan pula nilai optimal yang diinginkan pada pilihan contours.
31
Gambar 8. Overlaid Contour Plot respons sediaan Nanoemulsi
Berdasarkan gambar hasil overlaid contour plot yang diperoleh, didapatkan hasil satu area berwarna putih seluruhnya yang mana menunjukkan area optimum untuk formula sediaan Nanoemulsi Minyak Kayu Putih ini. Dapat dikatakan bahwa semua formula (F1, FA, FB, FAB) masuk ke dalam area yang optimum karena telah memenuhi kriteria berupa respon respon %Transmittan (90% - 100%), dan respon Viskositas (0,1 – 40 dPas), ukuran droplet (20 – 200 nm).
32 BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Semua formula menunjukkan suhu dan waktu pengadukan yang optimum agar dapat membentuk sediaan nanoemulsi spray sanitizer yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji antibakteri pada sediaan Nanoemulsi Minyak Kayu Putih dengan Emolient Lidah Buaya untuk melihat aktivitas antibakteri.
33
DAFTAR PUSTAKA
Alfita, R., Ibadillah, A. F., Zaifuddin, Laksono, D. T., 2021. Hotplace Magnetic Stirrer Automatic Heat Control and Water Velocity Based on PID (Proportional Integral Derivative). Procedia of Engineering and Life Science, 1(1), 1 – 6.
Aprilia, E., Kuncahyo, I., & Aisiyah, S., 2012. Optimasi Proporsi Campuran Carbopol 941 dan CMC-Na dalam Pembuatan Gel Lendir Bekicot (Achatina fullica Ferr.) secara Simplex Lattice Design. Jurnal Farmasi Indonesia, 9(1), 30 – 36.
Ardani, 2010. Efek suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia l.): aplikasi desain faktorial. Universitas Sanata Dharma.
Asngad, A., Nopitasari, N. 2018. Kualitas gel pembersih tangan (handsanitizer) dari ekstrak batang pisang dengan penambahan alkohol, triklosan dan gliserin yang berbeda dosisnya. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 4(2), 61 - 70.
Bahri, S., Ginting, Z., Vanesa, S., Nasrul, Z. A., 2021. Formulasi sediaan gel minyak atsiri tanaman nilam (Pogostemon cablin benth) sebagai antiseptik tangan (hand sanitizer). Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 10(1), 87 - 99.
Cendana, Y., Adrianta, K. A., Suena, N. M. D. S., 2021. Formulasi Spray Gel Minyak Atsiri Kayu Cendana (Santalum album L.): sebagai Salah Satu Kandidat Sediaan Anti Inflamasi. Jurnal Ilmiah Medicamento, 7(2), 84 – 89.
Dewi, L. T., Mulyono, I. J., Maukar, A. L., 2013. Penentuan Kombinasi Komposisi Paving Dengan Menggunakan Metode Full Faktorial Design. Widya Teknik, 10(1), 82 – 91.
Hariono, M., Patramurti, C., Amin, R., Nastiti, C. M., 2020. A Review on the Potency of Melaleuca leucadendron Leaves Solid Waste in Wood Preservation and Its In Silico Prediction upon Biological Activities.
International Journal of Forestry Research, 1 – 13.
Hariyatno, S. P., Paramita, V., Amalia, R., 2021. The Effect Of Surfactant, Time And Speed Of Stirring In The Emulsification Process Of Soybean Oil In Water. Journal of Vocational Studies on Applied Research, 3(1), 21 – 25.
34
Helfiansah, R., Sastrohamidjojo, H., Riyanto, 2013. Isolasi, identifikasi dan pemurnian senyawa 1, 8 sineol minyak kayu putih (Malaleuca leucadendron). ASEAN Journal of Systems Engineering, 1(1), 19 – 24.
Huda, N., Wahyuningsih, I., 2016. Karakterisasi self-nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 3(2), 49 – 57.
Husni, P., Hisprastin, Y., Januarti, M., 2019. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). As-Syifaa Jurnal Farmasi, 11(02), 137 – 146.
Husniati, Oktarina, E., 2014. Sintesis nano partikel kitosan dan pengaruhnya terhadap inhibisi bakteri pembusuk jus nenas. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 25(2), 89 – 95.
Irsyad, L. P., Yudianingsih, Lestari, S., 2016. Perancangan Alat Magnetic Stirrer Dengan Pengaturan Kecepatan Pengaduk Dan Pengaturan Waktu Pengadukan. Jurnal sains dan komputer (infact), 1(2), 22 – 29.
Jafar, G., Adiyati, I., Kartanagara, F. F., 2017. Pengembangan Formula dan Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan Yang Diinkorporasikan ke dalam Spray Sebagai Penumbuh Rambut. Jurnal Pharmascience, 4(2), 155 – 166.
Jaiswal, M., Dudhe, R., Sharma, P. K., 2015. Nanoemulsion: an advanced mode of drug delivery system. 3 Biotech, 5(2), 123-127.
Krisanti, E. A., Kirana, D. P., Mulia, K., 2021. Nanoemulsions containing Garcinia mangostana L. pericarp extract for topical applications:
Development, characterization, and in vitro percutaneous penetration assay. PloS one, 16(12), 1 – 17.
Lina, N. W. M., Maharani, T., Sutharini, M. R., Wijayanti, N. P. A. D., Astuti, K.
W., 2017. Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 6(1), 6 - 10.
Lestari, U., Suci, U., Latief, M., 2021. Uji Iritasi Dan Efektifitas Spray Handsinitizer Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Achantus Ilicifolious) Sebagai Antibakteri. Jambi Medical Journal" Jurnal Kedokteran dan Kesehatan", 9(1), 34 - 39.
Marhaeni, L. S., 2020. Potensi Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) Sebagai Obat Dan Sumber Pangan. Agrisia - Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian, 13(1), 32 – 39.
35
Martono, C. Suharyani, I., 2018. Formulasi sediaan Spray Gel antiseptik dari ekstrak etanol lidah buaya (Aloe Vera). Jurnal FARMAKU (Farmasi Muhammadiyah Kuningan), 3(1), 29 - 37.
Meisarani, A. Ramadhania, Z. M., 2016. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas Melaleuca leucadendron Linn. Farmaka, 14(2), 123-144.
Melliawati, R., 2018. Potensi tanaman lidah buaya (Aloe pubescens) dan keunikan kapang endofit yang berasal dari jaringannya. Biotrends, 9(1), 1-6.
Murnalis, Yanita, M., 2019. Manfaat Lidah Buaya Sebagai Masker Untuk Perawatan Kulit Tangan Kering. Jurnal Pendidikan Dan Keluarga, 11(1), 53-62.
Ningsih, N., Yasni, S., Yuliani, S., 2017. Sintesis nanopartikel ekstrak kulit manggis merah dan kajian sifat fungsional produk enkapsulasinya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 28(1), 27 – 35.
Nurdianti, L., Rosiana, D., Aji, N., 2018. Evaluasi sediaan emulgel anti jerawat tea tree (Melaleuca alternifolia) oil dengan menggunakan hpmc sebagai gelling agent. Journal of Pharmacopolium, 1(1). 23 – 31.
Novita, Amin, M., Hudalinnas, H., 2019. Analisa Potensi Kandungan Lidah Buaya Untuk Pengendalian Vibrio Pada Ikan Kakap Putih. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 12(2), 154-157.
Pongsumpun, P., Iwamoto, S., Siripatrawan, U., 2020. Response surface methodology for optimization of cinnamon essential oil nanoemulsion with improved stability and antifungal activity. Ultrasonics sonochemistry, 60, 104604.
Prasert, W., Gohtani, S., 2016. Effect of temperature on low-energy nano-emulsification and phase behavior in water/polyoxyethylene sorbitan fatty acid ester (Tweens®) / vegetable oil systems. Journal of Food Engineering, 180, 101-109.
Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., Pramono, S., 2018. Uji Stabilitas fisik dan kimia sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying drug delivery system) dan nanoemulsi fraksi etil asetat kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Traditional Medicine Journal, 23(2), 84 – 90.
Puspita, W., Puspasari, H., Shabrina, A., 2021. Formulasi dan Stabilitas Fisik Gel Semprot Ekstrak Daun Buas-buas (Premna serratifolia L.). Pharmacon:
Jurnal Farmasi Indonesia, 115-119.
36
Rachim, P. F., Mirta, E. L., Thoha, M. Y., 2012. Pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit dengan sulfonasi langsung. Jurnal Teknik Kimia, 18(1), 41 – 46.
Rahmawanty, D., Sariah, Sari, D. I., 2021. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Surfaktan Nonionik Terhadap Stabilitas Fisik Sediaan Nanoemulsi Minyak Ikan Haruan (Channa Striata). In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 6(1). 1 – 10.
Reningtyas, R., Mahreni, 2015. Biosurfaktan. Eksergi, 12(2), 12-22.
Sari, A. I., Herdiana, Y., 2018. Formulasi Nanoemulsi Terhadap Peningkatan Kualitas Obat: Review Jurnal. Farmaka, 16(1), 247 - 254.
Siva, J., Afriadi, A., 2018. Formulasi Gel dari Sari Buah Strawberry (Fragaria X ananassa Duchesne) sebagai Pelembab Alami. Jurnal Dunia Farmasi, 3(1), 9 – 15.
Siqhny, Z. D., Azkia, M. N., Kunarto, B., 2020. Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume). Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, 15(1), 1 – 10.
Sudradjat, S. E., 2020. Minyak Kayu Putih, Obat Alami dengan Banyak Khasiat:
Tinjauan Sistematik. Jurnal Kedokteran Meditek, 26(2), 51-59.
Sumardi, D.P., 2015. Pengaruh Span Dan Tween 80 Sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas Fisis Emulsi Ekstrak Etanol Biji Kluwak Dengan Aplikasi Desain Factorial. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Tisngati, U., Martini., Meifiani, N.I., Apriyani, D.C.N., 2019. Model-Model ANAVA untuk Desain Faktorial 4 Faktor. Penerbit Pustaka Intermedia, Bojonegoro.
Yuliani, S. H., Hartini, M., Stephanie, Pudyastuti, B., Istyastono, E.P., 2016.
Comparison of physical stability properties of pomegranate seed oil nanoemulsion dosage forms with long-chain triglyceride and medium-chain triglyceride as the oil phase. Majalah Obat Tradisional, 21(2), 93-98.
Zulfa, E., Novianto, D., Setiawan, D., 2019. Formulasi Nanoemulsi Natrium Diklofenak Dengan Variasi Kombinasi Tween 80 Dan Span 80: Kajian Karakteristik Fisik Sediaan. Media Farmasi Indonesia, 14(1), 1471-1477.
37
Zulkarnain, A. K., Susanti, M., Lathifa, A. N., 2013. The physical stability of lotion o/w and w/o from phaleria macrocarpa fruit extract as sunscreen and primary irritation test on rabbit. Majalah Obat Tradisional, 18(3), 141 – 150.
38 LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Organoleptis Siklus 0
Formula Bentuk Bau Warna
F1
Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FA
Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FB Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FAB Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
Lampiran 2. Hasil Uji Organoleptis Siklus 3
Formula Bentuk Bau Warna
F1
Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FA
Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FB
Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
FAB Cair Khas minyak kayu
putih Putih Susu
39 Lampiran 4. Tabel hasil uji %Transmittan
Formula Replikasi Siklus 0 Rata - rata
Siklus 3 Rata - rata
F1 1 94,128
94,257%
97,005
95,871%
2 94,740 96,259
3 93,903 94,348
FA 1 92,263
93,124%
97,804
96,303%
2 93,652 95,430
3 93,457 95,675
FB 1 93,139
93,284%
94,286
94,544%
2 93,823 95,056
3 92,890 94,291
FAB 1 91,137
91,479%
91,671
93,082%
2 92,346 93,876
3 91,954 93,700
Lampiran 2. Persen pergeseran uji %Transmittan
Formula Replikasi Siklus 0 Siklus 3 %pergeseran 𝑥̅ %pergeseran
F1 1 94,128 97,005 3,057
4,14
2 94,740 96,259 1,603
3 93,903 94,348 1,555
FA 1 92,263 97,804 6,001
3,42
2 93,652 95,430 1,899
3 93,457 95,675 2,373
FB 1 93,139 94,286 1,231
1,35
2 93,823 95,056 1,314
3 92,890 94,291 1,508
FAB 1 91,137 91,671 0,586 1,38
40
2 92,346 93,876 1,657
3 91,954 93,700 1,899
%Pergeseran %transmittan = |%transmittan 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 3 − %transmittan 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 0
%transmittan 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 0 | × 100%
Formula 1 Formula B
- Replikasi 1 - Replikasi 1
|97,005−94,128
94,128 | × 100% |94,286−93,139
93,139 | × 100%
= 3,057% = 1,231%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
|96,259−94,740
94,740 | × 100% |95,056−93,823
93,823 | × 100%
= 1,603% = 1,314%
- Replikasi 3 - Replikasi 3
|94,348−92,903
92,903 | × 100% |94,291−92,890
92,820 | × 100%
= 1,555% = 1,508%
Formula A Formula AB
- Replikasi 1 - Replikasi 1
|97,804−92,263
92,263 | × 100% |91,671−91,137
91,137 | × 100%
= 6,001% = 0,586%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
|95,430−93,652
93,652 | × 100% |93,876−92,346
92,346 | × 100%
= 1,899% = 1,076%
- Replikasi 3 - Replikasi 3
|95,675−93,457
93,457 | × 100% |93,700−91,954
91,954 | × 100%
= 2,373% = 1,899%
41 Lampiran 5. Tabel hasil uji viskositas
Formula Replikasi Siklus 0 Rata - rata
Siklus 3 Rata - rata
F1 1 2
2,083 2
1,917
2 2 1,75
3 2,25 2
FA 1 2,25
2,083 2
1,883
2 2 1,75
3 2 1,9
FB 1 2
2,167 2
2
2 2,25 2
3 2,25 2
FAB 1 2,75
2,583
2,65
2,367
2 2,5 2,25
3 2,5 2,3
Lampiran 6. Persen pergeseran uji viskositas
Formula Replikasi Siklus 0 Siklus 3 %pergeseran 𝑥̅ %pergeseran
F1 1 2 2 0
7,87
2 2 1,75 12,5
3 2,25 2 11,111
FA 1 2,25 2 11,111
9,54
2 2 1,75 12,5
3 2 1,9 5
FB 1 2 2 0
7,41
2 2,25 2 11,111
42
3 2,25 2 11,111
FAB 1 2,75 2,65 3,636
7,21
2 2,5 2,25 10
3 2,5 2,3 8
%Pergeseran viskositas = |𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 3 − 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 0
𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 0 | × 100%
Formula 1 Formula B
- Replikasi 1 - Replikasi 1
|2−2
2 | × 100% = |2−2
2,75| × 100%
= 0% = 0%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
|1,75−2
2 | × 100% |2−2,25
2,25 | × 100%
= 12,5% = 11,111%
- Replikasi 3 - Replikasi 3
|2−2,25
2,25 | × 100% |2−2,25
2,25 | × 100%
= 11,111% = 11,111%
Formula A Formula AB
- Replikasi 1 - Replikasi 1
|2−2,25
2,25 | × 100% |2,65−2,75
2,75 | × 100%
= 11,111% = 3,636%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
|1,75−2
2 | × 100% |2,25−2,5
2,5 | × 100%
= 12,5% = 10%
- Replikasi 3 - Replikasi 3
|1,9−2
2 | × 100% |2,3−2,5
2,5 | × 100%
43
- = 5% = 8%
Lampiran VIII. Hasil uji ANOVA dan respon factor terhadap uji
%Transmittan
Lampiran IX Hasil uji ANOVA dan respon factor terhadap uji viskositas