• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Suhu Dan Waktu Pengadukan Nanoemulsi Spray Sanitizer Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra) Dengan Emolien Lidah Buaya (Aloe Vera) : Ap-likasi Desain Faktorial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Optimasi Suhu Dan Waktu Pengadukan Nanoemulsi Spray Sanitizer Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra) Dengan Emolien Lidah Buaya (Aloe Vera) : Ap-likasi Desain Faktorial"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGADUKAN NANOEMULSI SPRAY SANITIZER MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra) DENGAN EMOLIEN LIDAH BUAYA (Aloe vera) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vera Yulita Purnamasari NIM : 188114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

i

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGADUKAN NANOEMULSI SPRAY SANITIZER MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra) DENGAN EMOLIEN LIDAH BUAYA (Aloe vera) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Vera Yulita Purnamasari NIM : 188114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGADUKAN NANOEMULSI SPRAY SANITIZER MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra) DENGAN EMOLIEN LIDAH BUAYA (Aloe vera) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

Skripsi yang diajukan oleh:

Vera Yulita Purnamasari NIM : 188114077

[-Pembimbing utama

Dr. apt. Rini Dwiastuti Tanggal 6 Oktober 2022

(4)

Oleh :

Vera Yulita Purnamasari NIM : 188114077

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

pada tanggal: 12 Desember 2022

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Dewi Setyaningsih) Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGADUKAN NANOEMULSI SPRAY SANITIZER MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra) DENGAN EMOLIEN LIDAH BUAYA (Aloe vera) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

Panitia penguji Tanda tangan

1. Dr. apt. Rini Dwiastuti 2. Dr. apt. Sri Hartati Yuliani

3. apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti Ph.D

iii

………...

………...

………...

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Yang Kudus Tuhan Yesus Kristus. Papa, mama, kakak Eva, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses

pengerjaan ini serta Alamamaterku Universitas Sanata Dharma.

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 20 September 2022 Penulis,

(Vera Yulita Purnamasari)

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Vera Yulita Purnamasari

Nomor Mahasiswa : 188114077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Optimasi Suhu Dan Waktu Pengadukan Nanoemulsi Spray Sanitizer Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra) Dengan Emolien Lidah Buaya (Aloe Vera) : Aplikasi Desain Faktorial

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 September 2022

Yang menyatakan

(Vera Yulita Purnamasari)

(8)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas perlindungan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang merupakan bagian dari penelitian dosen Dr. apt. Rini Dwiastuti dengan judul

“Optimasi Suhu Dan Waktu Pengadukan Nanoemulsi Spray Sanitizer Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra) Dengan Emolien Lidah Buaya (Aloe Vera) : Aplikasi Desain Faktorial”. Skripsi ini disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam melakukan pengerjaan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. apt. Dewi Setyaningsih, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Florentinus Dika Octa Riswanto M.Sc., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Damiana Sapta Candrasari S.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Kelas FSMB Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.o

4. Ibu Dr. apt. Rini Dwiastuti, selaku Dosen Pembimbing yang telah menuntun serta memberikan bantuan dan saran ini selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Dr. apt. Sri Hartati Yuliani, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu apt. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti Ph.D., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.

(9)

viii

7. Bapak Musrifin, Bapak Agung, Bapak Heru, Bapak Suparlan selaku laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Keluarga tercinta, Papa Herry, Mama Sri, Kakak Eva, yang telah memberikan doa serta selalu menyemangati penulis.

9. Benedicta, Monica, Anastasia, dan Arya selaku rekan seperjuangan Nanoemulsi dan Nanosilver yang telah berjuang bersama sejak mulai dari penyusunan proposal hingga detik ini.

10. Maria, Enjelliberty, Putri, Yoanes, Anandha, Jullius dan Frederich selaku rekan Meja 1 yang telah bersama – sama berjuang selama 8 tahun ini.

11. Semua teman – teman kelas FSMB 2018 atas kebersamaan dan dinamika nya selama perkuliahan dan dukungannya dalam penyusunan naskah skripsi ini.

12. Seluruh Angkatan 18 yang tidak bisa saya sebutkan satu – satu atas kerja samanya selama ini.

Dengan penelitian ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna untuk kedepannya sebagai sumber pengetahuan terutama dalam bidang formulasi.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 20 September 2022 Penulis

(10)

ix ABSTRAK

Hand sanitizer adalah pembersih tangan yang memiliki kemampuan anti bakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri. Hand sanitizer yang akan dibuat nantinya dibuat dalam bentuk nanoemulsi spray sanitizer. Nanoemulsi merupakan emulsi yang jernih / transparan yang memiliki rentang ukuran partikel 5 – 200 nm dan stabil dalam termodinamika. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sediaan Hand Sanitizer berbasis air berupa sediaan nanoemulsi spray sanitizer yang mengandung minyak kayu putih dan aloevera.

Penelitian kuasi eksperimental dilakukan dengan desain faktorial 2 faktor 2 level. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji persen transmitan, uji viskositas, uji sentrifugasi, uji freeze-thaw cycle.

Analisis data menggunakan software Minitab 19 dengan 2 faktor dan dua level berupa suhu pengadukan (40℃ dan 50℃) serta waktu pengadukan (20 menit dan 30 menit). Data hasil uji dimasukkan dengan uji two way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%. Untuk menentukan daerah yang optimum digunakan Overlaid Contour Plot dengan memasukkan hasil data uji yang signifikan. Didapatkan area optimum dengan range suhu pengadukan 40 - 50℃ dan waktu pengadukan 20 – 30 menit

Kata kunci : Spray sanitizer, minyak atsiri, Kayu Putih, desain faktorial.

(11)

x ABSTRACT

Hand sanitizer is a hand sanitizer that has anti-bacterial ability to inhibit and kill bacteria. The hand sanitizer that will be made will be made in the form of nanoemulsion spray sanitizer. Nanoemulsions are clear / transparent emulsions that have a particle size range of 5 – 200 nm and are thermodynamically stable.

The purpose of this study was to develop an air-based hand sanitizer in the form of a nanoemulsion spray sanitizer containing eucalyptus oil and aloevera.

A quasi-experimental study was conducted with a factorial design of 2 factors 2 levels. Physical and physical properties tests were carried out including organoleptic tests, evaluation of light transmittance, viscosity tests, centrifugation tests, freeze-thaw cycle tests. Data analyzed using Minitab 19 software with 2 factors and two levels, namely stirring temperature (40℃ and 50℃) and stirring time (20 minutes and 30 minutes). Data from the test results were entered using two-way ANOVA test with a 95% confidence level. To determine the optimal area, the Overlaid Contour Plot is used by entering significant test data results. The optimum area is obtained with a stirring temperature range of 40 - 50℃ and a stirring time of 20-30 minutes

Keywords: Spray sanitizer, essential oil, Eucalyptus, factorial design.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PRAKATA ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. A. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L.) ... 6

2. Nanoemulsi... 7

3. Optimasi proses ... 7

4. Spray Hand Sanitizer ... 8

5. Magnetic Stirrer ... 9

6. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) ... 10

7. Desain Faktorial ... 11

B. Landasan Teori ... 12

C. Hipotesis ... 12

BAB III. METODE PENELITIAN... 13

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 13

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 13

C. Bahan atau Materi Penelitian ... 14

D. Alat atau Instrumen ... 14

E. Tata Cara Penelitian ... 14

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil ... 17

G. Jadwal Kegiatan ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tabel sifat fisika kimia minyak kayu putih ... 6

Tabel II. Sifat fisika kimia lidah buaya ... 11

Tabel III. Rancangan Desain Faktorial ... 11

Tabel IV. Faktor dan Level Optimasi ... 15

Tabel V. Rancangan Formula ... 16

Tabel VI. Hasil uji %Transmittan ... 22

Tabel VII. Analisis efek dan nilai P-Value uji %Transmittan ... 23

Tabel VIII. Hasil Uji Viskositas ... 25

Tabel IX. Analisis efek dan nilai P-Value uji viskositas ... 26

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kayu Putih ... 6

Gambar 2. Tanaman Lidah Buaya ... 10

Gambar 4. Contour Plot 2d uji %transmittan ... 24

Gambar 5. Contour Plot 2d uji viskositas ... 26

Gambar 6. Nanoemulsi sebelum disentrifugasi ... 27

Gambar 7. Namoemulsi sesudah disentrifugasi ... 28

Gambar 8. Overlaid Contour Plot respons sediaan Nanoemulsi ... 28

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Corona Virus 19 (COVID 19) berasal dari daerah Wuhan, Tiongkok dan mulai ditemukan pada Desember 2019 (Syauqi, 2019). Virus Covid 19 diperkirakan mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020 dan terus merajarela hingga munculnya varian virus baru, hingga saat ini belum ditemukan obat untuk terapi Covid 19. Varian virus baru yang masuk ke Indonesia diantaranya adalah varian Delta, Kappa, Alpha, Beta, Lambda.

Hand sanitizer adalah antiseptik yang digunakan sebagai alternatif dalam mencuci tangan dengan air dan sabun dalam era pandemi covid 19 ini karena dinilai lebih praktis dan efisien dalam penggunaannya. Spray Hand sanitizer memiliki beberapa keuntungan yaitu adalah lebih tidak lengket jika dibandingkan dengan gel, mudah dibawa kemana saja serta daya bunuh kuman yang efektif (Martono, 2018). Hand sanitizer berbasis alkohol memiliki beberapa keuntungan diantaranya mudah menguap, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengering ketika diaplikasikan ke tangan. Akan tetapi ini juga menjadi kelemahan, karena efektivitasnya hanya jangka pendek, sehingga bakteri hanya dapat dikurangi dalam waktu singkat setelah penggunaan. Selain itu penggunaan alkohol yang berlebihan juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, bahkan memiliki efek terbakar (Asngad dan Nopitasari., 2018).

Aplikasi nanoteknologi sangat luas sekali untuk diaplikasikan termasuk implementasi dalam bidang medis dan farmasi yang mencakup penghantaran obat, implant medis, serta dalam bidang kecantikan (Husniati, 2014). Ukuran partikel nanopartikel yang disepakati secara umum memiliki ukuran di bawah 1 mikron atau 1000 nm, namun ukuran dibawah 500 nm memiliki karakteristik yang lebih baik (Ningsih et al., 2017). Nanopartikel terdiri dari 2 jenis nano partikel yaitu nanocarrier dan nanokristal, nanopartikel sendiri juga memiliki kelebihan, diantaranya adalah mampu menembus ruang antar sel yang bisa ditembus oleh

(17)

partikel koloida. Seiring dengan perkembangan zaman, ukuran partikel nano memainkan peran penting dalam aktivitas antibakteri. Penelitian telah melaporkan bahwa partikel berukuran lebih kecil menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih tinggi daripada yang berskala makro. Nanoformulasi dengan produk alami dapat memberikan potensi terapi yang lebih luas (Parolia, etal., 2020)

Sediaan yang akan dikembangkan adalah Spray Sanitizer berbasis air yang mengandung bahan aktif dan moisturizer / pelembab berupa bahan alam asli Indonesia. Bahan alam yang digunakan adalah minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) sebagai antiseptik dan lidah buaya (Aloe vera) sebagai moisturizer (Helfiansah dkk., 2013). Minyak kayu putih memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai pengobatan saluran nafas, anti inflamasi, anti mikroba, anti virus, anti kanker, anti spasmodik, analgesik, obat penenang, dan obat hipertensi (Sudradjat, 2020). Minyak kayu putih dapat berfungsi sebagai antiseptic Berdasarkan Penelitian Hakim, et al., 2019 minyak kayu putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dengan mekanisme menghambat pertumbuhan bakteri. Lidah buaya juga dapat melembabkan kulit karena kandungan Kandungan Mukopolisakarida pada lidah buaya dapat membantu dalam mengikat kelembaban kulit, merangsang fibroblas yang memproduksi kolagen dan elastin sehingga membuat kulit lebih elastis (Aryani, et al., 2019)

Nanoemulsi memiliki keuntungan berupa meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas dari produk herbal, memiliki sistem yang stabil secara kinetika, serta dapat diformulasikan dengan konsentrasi surfaktan dan minyak yang rendah sehingga dapat memberikan rasa nyaman pada kulit tanpa meninggalkan rasa lengket (Yuliani dkk., 2016). Sebagian besar tipe aliran sediaan emulsi mengikuti tipe aliran non newtonian khususnya pseudoplastis sifat alir yang non newtonian menyebabkab stabilitas sediaan emulsi dapat dipengaruhi oleh proses pengadukan. Pengadukan atau agitasi adalah suatu proses yang menunjukkan gerakan yang terinduksi pada suatu bahan atau campuran dimana proses agitasi akan membentuk pola sirkulasi (Sari dan Lestari, 2015). Dalam proses pembuatan

(18)

emulsi, suhu diperlukan selama pengadukan karena dapat memperkecil ukuran partikel, namun suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan terjadinya coalescence pada sediaan nanoemulsi (Pongsumpun et al., 2020). Waktu pengadukan juga dioptimasi dalam penelitian ini, waktu pengadukan diketahui memiliki pengaruh terhadap viskositas dari nanoemulsi. Semakin lama waktu pengadukan maka semakin menurun nilai viskositas dan densitas dari suatu emulsi (Hariyatno et al., 2021). Namun hal ini perlu dipertimbangkan karena dengan menurunnya viskositas maka bisa mempengaruhi stabilitas dari suatu nanoemulsi. Hal ini dikarenakan dengan menurunnya viskositas maka dapat meningkatkan pemisahan fase antara minyak dan air (Hariyatno et al., 2021).

Maka dari itu perlu dilakukannya optimasi suhu dan waktu pengadukan selama pembuatan nanoemulsi.

Nanoemulsi terdiri dari 2 fase, fase minyak dan air, untuk membantu ketercampuran selama proses pengadukan maka diperlukan magnetic stirrer.

Magnetic stirrer adalah perangkat yang banyak digunakan di laboratorium dan terdiri dari magnet berputar atau elektromagnet stasioner yang menciptakan medan magnet berputar. Magnetic stirrer adalah perangkat yang banyak digunakan di laboratorium dan terdiri dari magnet berputar atau elektromagnet stasioner yang menciptakan medan magnet berputar. Alat ini digunakan untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan, Magnetic stirrer akan digunakan bersamaan dengan hot plate yang membantu dalam dalam proses pemanasan dan kecepatan Magnetic stirrer.

Pada pembuatan emulsi juga diperlukan surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan antara dua fase, yakni fase air dan fase minyak. Surfaktan dapat menurukan tegangan dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic yaitu mempunyai struktur molekul yang terdiri dari gugus hidrofilik (kepala) dan gugus hidrofobik (ekor). Sifat amphiphatic inilah yang menyebabkan surfaktan dapat berikatan dengan komponen baik bersifat hidropobik maupun hidropilik. Interaksi gugus hidropobik dan gugus hidropilik dengan fluida, menyebabkan surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan antar fase.

(19)

Surfaktan dalam jumlah sedikit apabila ditambahkan ke dalam suatu campuran dua fase yang tidak saling bercampur seperti minyak dan air dapat mengemulsikan kedua fase tersebut menjadi emulsi yang stabil (Rachim dkk., 2012; Reningtyas dan Mahreni, 2015)

Metode optimasi yang digunakan dalam penelitian adalah Desain Faktorial. Pada penelitian ini dipilih Desain Faktorial karena memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengeksplorasi variasi perlakuan dan efisien untuk menguji efek utama maupun interaksi antar faktor atau 3 variabel penelitian (Tisngati dkk., 2019). Metode desain faktorial dengan dua level akan digunakan untuk memperoleh kombinasi suhu dan waktu pengadukan yang optimal, sehingga dapat diharapkan untuk diperoleh sediaan nanoemulsi yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Berapakah suhu dan waktu pengadukan yang optimum agar dapat membentuk sediaan nanoemulsi spray sanitizer yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik?

C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

1. “Effect of temperature on low-energy nano-emulsification and phase behavior in water / polyoxyethylene sorbitan fatty acid ester (Tweens®) / vegetable oil systems” (Prasert dan Gohtani, 2016)

2. “Nanoemulsions containing Garcinia mangostana L. pericarp extract for topical applications: Development, characterization, and in vitro percutaneous penetration assay” (Krisanti, 2021)

(20)

Setelah dilakukan penelusuran pustaka, penelitian mengenai “optimasi suhu dan waktu pengadukan nanoemulsi spray sanitizer minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra) dengan emolien lidah buaya (Aloe vera)” belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui suhu dan waktu pengadukan yang optimum agar dapat membentuk sediaan nanoemulsi spray sanitizer yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai suhu dan waktu pengadukan sediaan nanoemulsi spray sanitizer ekstrak minyak kayu putih dengan emolien lidah buaya.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan proses optimasi suhu dan waktu pengadukan dari magnetic stirrer dalam pembuatan sediaan nanoemulsi spray sanitizer ekstrak minyak kayu putih dengan emolien lidah buaya.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan hasil komposisi optimum suhu dan waktu pengadukan sediaan nanoemulsi spray sanitizer minyak kayu putih dengan emolien lidah buaya sehingga pengembangan dengan penggunaan alat lain dapat ditingkatkan.

(21)

6

BAB II

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L.)

Gambar 1. Tanaman Kayu Putih (Hariono et al., 2020) Sifat Fisika Kimia

Tabel I. Tabel sifat fisika kimia minyak kayu putih

Parameter Persyaratan

Fase / Bentuk Material Cair

Warna Tidak berwarna, kekuningan atau kehijauan dan jernih

Bau Khas kayu putih

Bobot jenis (g/mL) 0,900 – 0,930

Indeks bias 1,450 – 1,470

Densitas (kg/m3) 0,813 Kelarutan dalam etanol Jernih Putaran optis (-) 4° s.d. 0°

pH 4 - 8

Kadar sineol 50 – 60%

(Badan Standardisasi Nasional, 2014)

(22)

2. Nanoemulsi

Nanoemulsi merupakan emulsi yang jernih / transparan yang memiliki rentang ukuran partikel 20 – 500 nm dan stabil dalam termodinamika (Lina et al., 2017 ; Ramli et al., 2017). Nanoemulsi memiliki keuntungan seperti mampu meningkatkan absorbsi, meningkatkan bioavailabilitas, dapat mengurangi risiko terjadinya ketidakstabilan dalam emulsi seperti creaming, coalescence, inheren, flokulasi serta sedimentasi. Selain itu nanoemulsi juga stabil dalam termodinamik, memiliki tegangan permukaan yang tinggi dan energi bebas yang membuat nanoemulsi sebagai sistem transport yang aktif, energi yang dibutuhkan relatif lebih sedikit, dapat digunakan dalam pemberian rute per oral, intra vena maupun topikal (Sari dan Herdiana, 2016).

3. Optimasi proses Suhu Pengadukan

Suhu dikatakan mempengaruhi gerakan termal film surfaktan dan pada gilirannya mempengaruhi fleksibilitas antarmuka yang mengarah pada penurunan atau peningkatan organisasi molekul surfaktan, oleh karena itu, suhu secara langsung mempengaruhi pembentukan agregat surfaktan (Prasert and Gohtani, 2016). Dalam penelitian kali ini surfaktan yang digunakan ialah Tween 80, penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa efek Tween 80 sangat tergantung pada suhu.

Peningkatan suhu meningkatkan kelarutan Tween 80, membuat surfaktan lebih larut dalam fase minyak dan mempengaruhi kelengkungan spontan film surfaktan. Kelompok kepala Tween 80 menjadi semakin dehidrasi dengan meningkatnya suhu. Selain itu, dehidrasi kelompok kepala berarti bahwa parameter pengepakan molekul surfaktan cenderung menuju kesatuan, menghasilkan tegangan antarmuka yang sangat rendah, yang pada gilirannya mendorong pembentukan nanoemulsi O/W. Namun, suhu tinggi menurunkan kelarutan surfaktan hidrofilik dengan dehidrasi

(23)

kelompok kepala polar dari molekul surfaktan nonionik, mungkin menyebabkan kebocoran TW80 dari antarmuka minyak-air, sehingga memungkinkan agregasi tetesan (Su et al., 2017).

Waktu pengadukan

Menurut penelitian Hariyatno et al (2021) semakin lama waktu pengadukan dapat menurunkan viskositas emulsi tetapi juga meningkatkan waktu pemisahan emulsi minyak dalam air. Ketika viskositas menurun maka densitas juga akan menurun karena nilai densitas berbanding lurus dengan viskositas. Waktu pengadukan yang lebih lama juga akan menyebabkan kontak fase internal dengan shearing stress yang diberikan semakin lama sehingga energi tersebut semakin mampu mendeformasi droplet – droplet. Semakin tinggi viskositas, semakin kecil laju pemisahan.

Hal ini dikarenakan viskositas fase kontinyu akan mencegah terjadinya flokulasi dan/atau koalesensi fase dispersi sehingga kecepatan pemisahan emulsi berkurang. Semakin lama waktu pencampuran maka semakin kecil ukuran droplet yang dihasilkan. Hal ini mungkin disebabkan karena oleh karena jika waktu pengadukan lebih lama memungkinkan proses pendispersian berlangsung lebih homogen dan berlangsung lebih baik.

Menurut penelitian Lieberman, Rieger, Banker (1996) proses pendispersian. pengadukan yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dapat mengakibatkan penurunan ukuran droplet dan mempersempit distribusi

4. Spray Hand sanitizer

Spray ialah suatu kabut (halus) dari partikel halus yang keluar dari suatu kemasan logam / kaleng / botol pada saat tombol kemasan ditekan.

Teknik semprot atau spray memiliki keuntungan dalam dosis dimana dengan teknik ini memungkinkan zat aktif yang akan dihantarkan ke kulit secara langsung, daya sebar yang luas, dan dapat diberikan secara merata,

(24)

tidak mudah terkontaminasi dan juga mengurangi iritasi yang biasanya disebabkan secara mekanik seperti penggunaan ujung jari (Jafar dkk., 2017).

Hand sanitizer adalah pembersih tangan yang memiliki kemampuan anti bakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri.

Terdapat 2 jenis hand sanitizer yaitu hand sanitizer gel dan hand sanitizer spray. Hand sanitizer gel merupakan pembersih tangan yang berbentuk gel yang bermanfaat untuk membersihkan / menghilangkan kuman pada tangan, menganung bahan aktif alkohol 60% (Bahri, et al., 2021) Sedangkan hand sanitizer spray adalah 2 macam atau lebih larutan zat yang tersusun dari zat pelarut (solvent) an zat yang terlarut (solute) yang homogen dan dimasukkan dalam sebuah alat sprayer yang pemakaiannya dengan cara disemprot (Lestari et al., 2020).

Adapun kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif cepat, karena mengandung senyawa alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi ± 60% sampai 80% dan golongan fenol (klorheksidin, triklosan). Senyawa yang terkandung dalam hand sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman. Alkohol sebagai disinfektan hanya mempunyai aktivitas bakterisidal saja, tetapi tidak terhadap virus dan jamur (Asngad dan Nopitasari., 2018)

Untuk kekurangannya, jika antiseptik atau hand sanitizer digunakan berlebihan dan terus menerus, maka dapat berbahaya dan mengakibatkan iritasi hingga menimbulkan rasa terbakar pada kulit.

Karena mengingat bahan dasar antiseptik tersebut berupa alkohol dan triklosan yang merupakan bahan kimia (Asngad dan Nopitasari., 2018) dan kekurangan lainnya adalah dapat membuat kulit kering sehingga perlu penambahan emolien (Lestari, et al., 2020)

(25)

5. Magnetic stirrer

Magnetic stirrer merupakan salah satu alat laboratorium yang digunakan untuk mengaduk / mencampur suatu larutan dengan larutan yang lainnya sehingga larutan tersebut bersifat homogen. Biasanya alat magnetic stirrer dioperasikan oleh laboran untuk menganalisis sampel yang berupa larutan (Irsyad dkk., 2016). Magnetic stirrer yang digunakan adalah magnetic stirrer yang dilengkapi dengan hot plate yang dilengkapi dengan kecepatan pengadukan serta pengaturan suhu. Prinsip kerja Hot Plate Magnetic Stirrer adalah berupa plate yang dapat dipanaskan dan hubungan antara dua magnet yaitu, magnet yang dihubungkan pada motor dan magnet (stir bar) yang dimasukkan dalam wadah gelas yang berisi larutan kimia yang ditempatkan pada atas pelat (plate). Dengan menggunakan Hot Plate Magnetic Stirrer, pencampuran larutan kimia dapat dilakukan dengan cepat, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan dihasilkan larutan yang lebih homogen (Alfita dkk., 2021)

Menurut Sari dan Lestari (2011) Peningkatan lama waktu pengadukan berperan dalam pembentukan nanoemulsi dan tingkat kestabilan nanoemulsi. Pengadukkan dapat memperluas bidang kontak dengan meningkatnya kecepatan pengadukan sehingga meningkatkan homogenitas dari suatu campuran. Pengadukan memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar muka dan memperluas permukaan globul. Suhu pencampuran dapat mempengaruhi tegangan permukaan sehingga memudahkan dalam proses emulsifikasi. Namun, pada batas tertentu, suhu pencampuran akan memberikan energi kinetik yang dapat memecah ikatan dari interaksi antara emulgator dengan fase dispers dan medium kontinyunya sehingga sistem emulsi menjadi tidak stabil dan cepat memisah (Ardani, 2010).

6. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera)

(26)

Gambar 2. Tanaman Lidah Buaya (Melliawati, 2018) Sifat Fisika Kimia

Tabel II. Sifat fisika kimia lidah buaya

Parameter Persyaratan

Penampilan Kuning jernih atau jernih kehijauan

pH 3,5 – 4,7

Indeks Refraktif 1,3340 – 1,3355 Spesific Gravity 1,003 – 1,007

(Chandegara and Varshney, 2013) 7. Desain faktorial

Desain faktorial adalah sebuah metode perancangan eksperimen yang mempelajari efek dari dua atau lebih faktor. Pada umumnya desain faktorial adalah metode yang paling efisien untuk tipe eksperimen yang mencari efek dari berbagai faktor yang ada. Tipe paling sederhana dari desain faktorial adalah desain faktorial yang terdiri dari dua faktor dalam percobaannya. (Dewi dkk., 2013). Desain faktorial digunakan dalam eksperimen di mana efek dari berbagai faktor, atau kondisi, pada hasil eksperimen harus dijelaskan. Desain ini merupakan desain pilihan untuk penentuan simultan dari efek beberapa faktor dan interaksinya. Faktor adalah variabel yang ditetapkan, Level ialah tetapan yang ditetapkan pada faktor tersebut dan efek adalah perubahan respons yang disebabkan oleh variasi level dari faktor tersebut (Bolton and Bon, 2010)

(27)

Tabel III. Rancangan Desain Faktorial

Formula Faktor 1 Faktor 2

1 - -

A + -

B - +

AB + +

(Bolton and Bon, 2010) Formula 1 : Formula dengan faktor 1 level rendah, faktor 2 level rendah.

Formula A : Formula dengan faktor 1 level tinggi, faktor 2 level rendah.

Formula B : Formula dengan faktor 1 level rendah, faktor 2 level tinggi.

Formula AB : Formula dengan faktor 1 level tinggi, faktor 2 level tinggi Persamaan desain faktorial tiga faktor dan dua level terlihat pada

persamaan berikut Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B12X1X2

Keterangan: Y = respon yang diukur; X1, X2, = level faktor 1, faktor 2 ; B0

= intercept; B1, B2 = koefisien yang didapat dari hasil percobaan (Bolton and Bon, 2010).

B. Landasan Teori

Nanoemulsi merupakan emulsi yang jernih / transparan yang memiliki rentang ukuran partikel 20 – 500 nm dan stabil dalam termodinamika (Lina et al., 2017 ; Ramli et al., 2017). Sanitizer di formulasikan ke dalam bentuk gel karena dinilai lebih praktis, tidak lengket dan cepat menyebar pada kulit (Lestari et al., 2020). Dalam penelitian ini, nanoemulsi diformulasikan sebagai spray sanitizer untuk sebagai antiseptik. Kandungan dalam spray sanitizer ini adalah minyak kayu putih sebagai antiseptik serta lidah buaya sebagai pelembabnya. Diketahui jika Hand sanitizer berbahan dasar alkohol umumnya sangat menguntungkan karena murah, efektif dan mudah didapat. Akan tetapi terdapat kelemahan

(28)

penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol ini diantaranya timbulnya iritasi pada kulit dan juga pencemaran lingkungan oleh karena itu pada penelitian ini basis yang digunakan adalah bahan alam yaitu minyak kayu putih serta diberi eksipien berupa emolien atau pelembab dari ekstrak aloe vera.

Dalam penelitian kali ini optimasi yang dilakukan adalah optimasi proses berupa suhu serta waktu pengadukan. Suhu dan waktu pengadukan akan mempengaruhi besarnya energi yang diberikan ke dalam sistem sehingga memungkinkan pembentukan dan pergerakan fase terdispersi. Pergerakan fase terdispersi ini memungkinkan terjadinya tumbukan, sehingga pada saat penyimpanan dapat terjadi penggabungan antar fase terdispersi menjadi lebih besar (Lestari, 2012). Desain faktorial adalah desain eksperimen dengan adanya dua atau lebih variabel independen yang dimanipulasi. Desain faktorial yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah desain 2 faktor 2 level, artinya desain faktorial dua faktor adalah rancangan eksperimental di mana data dikumpulkan untuk semua kemungkinan kombinasi dua faktor yang diinginkan dengan 2 level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi (Tisngati dkk., 2019).

C. Hipotesis

1. Diperoleh suhu dan waktu pengadukan yang optimum untuk pembuatan nanoemulsi spray sanitizer ekstrak minyak kayu putih (Melaleuca leucadenra) dengan emolien lidah buaya (Aloe vera)

(29)

14 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang optimasi suhu dan waktu pengadukan nanoemulsi spray sanitizer ekstrak minyak kayu putih (Melaleuca leucadenra) dengan emolien lidah buaya (Aloe vera) ini termasuk penelitian eksperimental quasi dengan rancangan desain faktorial 2 faktor 2 level.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Utama

a. Variabel bebas : suhu dan waktu pengadukan

b. Variabel tergantung : organoleptis, persen transmitan, pola penyemprotan, ukuran droplet yang diperoleh dari pengujian Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Nanoemulsi

2. Variabel Pengacau

a. Variabel terkendali : kondisi pengujian seperti kecepatan sentrifugator dan viskometer, panjang gelombang spektrofotometer.

b. Variabel pengacau tak terkendali : kelembaban ruangan pada saat pengujian nanoemulsi

3. Definisi Operasional

a. Nanoemulsi spray sanitizer minyak kayu putih dengan emolien lidah buaya : sediaan yang jernih / transparan yang memiliki rentang ukuran partikel 20 – 500 nm dengan bahan aktif minyak kayu putih 5 ml dan emolien lidah buaya.

b. Suhu yang digunakan dalam pengadukan adalah suhu pemanasan yaitu 40°C dan 50°C sebagai level rendah dan tinggi yang diatur dari dari alat hot plate.

(30)

c. Waktu pengadukan adalah durasi untuk mengaduk dan mencampurkan bahan formula selama 20 menit dan 30 menit sebagai level rendah dan tinggi.

C. Bahan atau Materi Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kayu putih (Perum Perhutani), ekstrak lidah buaya, Tween 80 (pharmaceutical grade), Span 80 (pharmaceutical grade), propilen glikol (pharmaceutical grade), metil paraben (pharmaceutical grade), aquadest.

D. Alat atau Instrumen

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat – alat gelas (Pyrex), Kulkas (Samsung, Korea Selatan), neraca analitik (Ohaus Pioneer PX224/e, USA), magnetic stirrer, pH meter (Ohaus, USA), Spektrofotometer UV – Vis (Shimadzu UV Mini 1240, Jepang), Viskometer Rion (VT-04, Jepang), sentrifugator (Centurion Scientific, India), hotplate (Chimarec Thermo Scientific, USA), Climatic Chamber (Memmert, Jerman).

E. Tata Cara Penelitian

Pembuatan Nanoemulsi spray minyak kayu putih dengan emolien aloevera Pembuatan formula nanoemulsi HS dengan bahan aktif minyak kayu putih dan emolien aloe vera dilakukan optimasi proses menggunakan rancangan desain faktorial 2 faktor 2 level untuk menghasilkan sediaan yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik. Faktor yang dioptimasi adalah sebagai berikut:

Tabel IV. Faktor dan Level Optimasi

Faktor yang dioptimasi Level -1 Level +1

Suhu 40°C 50°C

Waktu 20 menit 30 menit

Rancangan formula yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

(31)

Tabel V. Rancangan Formula

Formula

Faktor

Tween 80

(mL) Span 80 (mL)

Ekstrak aloe vera

(mL)

Minyak kayu putih (mL)

Propilen Glikol

(mL)

Metil Paraben

(g)

Aquadest (ml) Suhu Waktu

F1 40 20 13 4 5 5 10 0,1 100

FA 50 20 13 4 5 5 10 0,1 100

FB 40 30 13 4 5 5 10 0,1 100

FAB 50 30 13 4 5 5 10 0,1 100

Optimasi suhu dan waktu pengadukan mengacu pada penelitian (Prasert dan Gohtani, 2016; Krisanti, 2021) yang dimodifikasi. Tween 80, Span 80, propilen glikol, ekstrak aloe vera, metil paraben serta fase minyak yang digunakan yaitu minyak kayu putih dimasukkan ke dalam gelas beaker.

Selanjutnya bahan dicampurkan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah 10 menit, aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama sisa waktu.

Selanjutnya sediaan yang telah jadi dimasukkan ke dalam botol spray sebagai media penyimpanan.

Uji Sifat Fisik Nanoemulsi a. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, bau dan warna sediaan. Selain itu diamati juga pemisahan fase/endapan yang terjadi pada nanoemulsi setelah dilakukan penyimpanan.

b. Uji persen transmitan

(32)

Sampel sebanyak 1 ml dilarutkan dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan aquadest. Larutan diukur persen transmitan pada panjang gelombang 650 nm menggunakan spektrofotometer UV- Vis. Aquadest digunakan sebagai blanko saat pengujian.

c. Uji viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan Viskometer Rion (VT-04, Jepang). Sediaan nanoemulsi dimasukkan ke dalam wadah berbentuk tabung, kemudian dipasang spindel no 3 dan pastikan spindel terendam semua dalam sediaan uji. Alat dinyalakan dan pastikan spindel dapat berputar. Jarum penunjuk dari viskometer diamati yang mengarah ke angka pada skala viskositas untuk spindel nomor 3. Ketika jarum menunjukkan arah yang stabil, maka angka itulah merupakan viskositasnya dan dicatat dalam satuan dPa.S (Zulkarnain et al., 2013).

d. Uji Sentrifugasi

Pada pengujian ini dilakukan proses sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Selanjutnya diamati pada sediaan dengan parameter ketidakstabilan seperti terjadi pemisahan, pengendapan, creaming dan cracking. Sediaan yang dinilai stabil dilakukan pengujian pemanasan dan pendinginan. (Pratiwi et al., 2018)

e. Uji pola penyemprotan

Pengujian pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan sediaan ke selembar kertas mika yang sudah ditimbang bobot wadah sebelumnya. Pengujian dilakukukan dengan jarak 3, 5, 10, 15 cm dan dilakukan 3 kali replikasi. Setelah disemprotkan plastik mika ditimbang sebagai bobot dan diukur diameter pola penyemprotan yang terbentuk (Cendana et al., 2021).

f. Uji Ukuran Droplet

Ukuran Droplet diukur dengan menggunakan particle size analyzer dengan tipe dynamic light scattering. Sebanyak 10 mL sampel

(33)

diambil dan dimasukkan ke dalam kuvet. Kuvet harus terlebih dahulu dibersihkan sehingga tidak mempengaruhi hasil analisis.

Kuvet yang telah diisi dengan sampel kemudian dimasukkan ke dalam sampel holder dan dilakukan analisis oleh instrumen.

(Yuliani dkk., 2016) g. Uji Freeze - thaw cycle

Masing-masing formula nanoemulsi disimpan pada suhu -10°C dan 30°C / 75% RH selama 24 jam sebanyak 3 siklus. Nanoemulsi pada akhir siklus ketiga dilakukan uji organoleptis, pH, persen transmitan, viskositas, serta ukuran droplet sediaan.

Analisa Hasil

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sifat fisis sediaan Nanoemulsi Spray Sanitizer berupa organoleptis, persen transmitan, sentrifugasi, dan Freeze - thaw cycle. Analisis data dilakukan dengan menggunakan desain faktorial 2 faktor 2 level. Analisis data menggunakan uji statistik two way Analysis Of Variance (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%, aplikasi yang digunakan adalah minitab versi 19 (free trial, USA)

(34)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Kayu Putih Dengan Emolien Lidah Buaya

Uji sifat fisik dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi yang dibuat sudah memenuhi kriteria dan parameter yang ditentukan. Uji sifat fisik meliputi uji organoleptis, persen transmittan, viskositas, dan pola penyemprotan, sedangkan uji stabilitas fisik dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi stabil selama dalam masa penyimpanan. Uji stabilitas fisik meliputi uji sentrifugasi dan uji freeze thaw cycle. Sediaan nanoemulsi disimpan selama 3 siklus dengan suhu rendah yaitu ± -10°C dan suhu tinggi yaitu 30°C dengan kelembaban 75%. Masing – masing suhu dilakukan selama 24 jam yang dihitung selama 1 siklus dan diuji pada siklus 0 dan 3.

1. Uji organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau, dan bentuk, pengujian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perubahan yang terjadi selama masa penyimpanan. Uji organoleptis diamati pada masing – masing formula selama masa penyimpanan. Hasil pengamatan sediaan yang dikehendaki adalah berbentuk cair, berbau khas minyak kayu putih dan berwarna putih serta tidak terdapat perubahan pada kedua siklus. Hasil uji organoleptis yang didapatkan adalah pada siklus 0 dan siklus 3 tidak terdapat perubahan baik dari warna, bau, dan bentuk. Oleh dari itu sediaan dapat dikatakan stabil selama masa penyimpanan secara subjektif. Data hasil uji organoleptis Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada gambar dibawah ini

(35)

20

Gambar 1. Sediaan Nanoemulsi Siklus 0

Gambar 2. Sediaan Nanoemulsi Siklus 3

2. Uji persen transmittan

Menurut Huda dan Wahyuningsih (2016), uji ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kejernihan sediaan nanoemulsi yang dihasilkan mendekati tingkat kejernihan 100% dan diperkirakan droplet

(36)

21

yang terbentuk ukurannya telah mencapai nanometer, dimana secara visual tampak dari tingkat transparansi. Larutan yang memiliki nilai transimtasi sebesar 90-100%, maka larutan tersebut memiliki penampilan visual yang jernih dan transparan. Nilai persen transmitan menggambarkan kejernihan atau transparansi nanoemulsi (Siqhny et al., 2020). Hasil pengamatan uji transmittan dalam % (persen) dari sediaan emulsi diamati pada dua suhu 40℃ dan suhu 50℃ selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Tabel VIII.

Table VIII. Hasil uji %Transmittan

Formula Rata – rata ± SD

Siklus 0 Siklus 3

F1 94,257% ± 0,43 95,871% ± 1,37

FA 93,124% ± 0,75 96,303% ± 1,31

FB 93,284% ± 0,48 94,544% ± 0,44

FAB 91,479% ± 0,38 93,082% ± 1,23

Data hasil uji persen transmitan Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel V. Hasil rata – rata uji persen transmitan siklus 0 pada FI sebesar 94,224%; FA sebesar 94,291%; FB sebesar 92,951%;

FAB sebesar 91,479%, sedangkan rata – rata uji %transmittan siklus 0 pada FI sebesar 95,871%; FA sebesar 96,303%; FB sebesar 94,544%;

FAB sebesar 93,082%. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara 90-100%. Pada lampiran 2 juga dilampirkan serta nilai uji

%transmittan masing – masing formula dengan 3 replikasi secara detail.

.

Tabel IX. Analisis efek dan nilai P-Value uji %Transmittan

Faktor Efek P-value p-value model

Suhu -1,302 0,005

0,006

Waktu -1,142 0,010

Interaksi -0,169 0,629

(37)

22

Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada Tabel V didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,006 yang berarti persamaan model uji pada penelitian ini dapat digunakan untuk menghitung %transmittan berdasarkan kombinasi kedua factor tersebut dikarenakan memiliki nilai <0,05. Akan tetapi interaksi dari kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,629 yang berarti melebihi nilai 0,05.

Nilai efek yang dihasilkan dari faktor suhu, waktu serta interaksi dari keduanya berturut – turut adalah -1,302; -1,142; dan -0,169. Nilai tersebut menandakan bahwa faktor suhu mampu memberikan efek dalam menurunkan %Transmittan dan faktor waktu dapat memberikan efek dalam menurunkan %Transmittan, hal ini dapat ditunjukkan pada factor suhu dan waktu angka yang didapat negative (-) .

Gambar 4. Contour Plot 2d uji %Transmittan Pada gambar 4 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji %Transmittan. Area yang dapat menghasilkan

%Transmittan sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau tua hingga biru muda. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin

bertambahnya faktor suhu maka semakin meningkatkan %Transmittan, begitu pula dengan faktor waktu, semakin bertambahnya waktu maka

(38)

23

semakin meningkatkan %Transmittan. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari

%Transmittan, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.

Y= 98,03 + 0,046 X1 +0,038 X2 - 0,00339 X1X2*waktu 3. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan yang dihasilkan, semakin tinggi viskositasnya maka sediaan tersebut semakin kental (Husni et al., 2019). Pengujian viskositas dilakukan dengan bantuan alat viscometer rion (VT-04, Jerman). Viscometer dipasang pada klem dengan arah horizontal / tegak lurus dengan arah klem. Rentang viskositas sediaan nanoemulsi tipe minyak dalam air yang baik adalah berkisar 0,1 – 40 dPa.s (Sumardi, 2015). Hasil pengamatan viskositas dalam dPas (desipascalsecond) dari sediaan emulsi diamati pada dua suhu 40℃ dan suhu 50℃ selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Tabel X

Table X. Hasil uji viskositas

Formula Rata – rata ± SD

Siklus 0 Siklus 3

F1 2,083 ± 0,29 1,917 ± 0,14

FA 2,083 ± 0,29 1,883 ± 0,13

FB 2,167 ± 0,14 2 ± 0

FAB 2,583 ± 0,14 2,367 ± 0,25

Data hasil uji viskositas Nanoemulsi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada tabel V. Hasil rata – rata uji viskositas siklus 0 pada FI sebesar 2,083; FA sebesar 2,083; FB sebesar 2,167; FAB sebesar 2,583.

Sedangkan rata – rata uji viskositas siklus 0 pada FI sebesar 1,917; FA sebesar 1,883; FB sebesar 2; FAB sebesar 2,367. Berdasarkan hasil data

(39)

24

yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara <3 dPas.

Table XI. Analisis efek dan nilai P-Value uji viskositas

Faktor Efek P-value p-value model

Suhu 0,208 0,037

0,008

Waktu 0,292 0,008

Interaksi 0,208 0,037

Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada lampiran VI didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,008 yang persamaan model uji pada penelitian ini dapat digunakan untuk menghitung viskositas berdasarkan kombinasi kedua factor tersebut dikarenakan memiliki nilai <0,05. Selain itu interaksi dari kedua faktor memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,008 yang berarti nilai tidak melebihi 0,05. Nilai efek yang dihasilkan dari faktor suhu, waktu serta interaksi dari keduanya berturut – turut adalah 0,208; 0,292; dan 0,208. Nilai tersebut menandakan bahwa faktor suhu mampu memberikan efek dalam meningkatkan viskositas dan faktor waktu dapat memberikan efek dalam meningkatkan viskositas.

(40)

25

Gambar 5. Contour Plot 2d uji viskositas

Pada gambar 5 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji Viskositas. Area yang dapat menghasilkan viskositas sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau muda hingga hijau tua. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya faktor suhu maka semakin meningkatkan viskositas, begitu pula dengan faktor waktu, semakin bertambahnya waktu maka semakin meningkatkan viskositas. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari Viskositas, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.

Y= 5,25 - 0,0833 suhu - 0,1583 waktu + 0,00417 suhu*waktu

4. Uji sentrifugasi

Tujuan dilakukannya uji sentrifugasi adalah untuk mengetahui adanya pemisahan fase emulsi untuk mengetahui adanya pemisahan pada fase emulsi. Uji ini dilakukan dengan cara sediaan emulsi disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Hasil uji stabilitas dengan sentrifugasi ini dapat menggambarkan besarnya pengaruh gaya gravitasi bumi terhadap penyimpanan emulsi selama satu tahun (Rahmawanty et al., 2021). Hasil uji sentrifugasi pada siklus 0 dan siklus 3 dapat dilihat pada gambar berikut. Menurut hasil uji sentrifugasi pada ke empat formula tidak ditemukan pemisahan fase sehingga bisa dikatakan sediaan nanoemulsi yang dibuat stabil.

(41)

26

Gambar 6. Nanoemulsi sebelum disentrifugasi

Gambar 7. Nanoemulsi sesudah disentrifugasi 5. Uji pola penyemprotan

Pola penyemprotan adalah salah satu parameter penting untuk mengevaluasi kualitas dari alat semprot yang digunakan (Anindhita dan Oktaviani, 2020). Uji pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan ke-empat formula sediaan beserta 3 replikasi ke atas selembar kertas mika yang telah ditimbang dahulu sebagai bobot wadah pada jarak 3, 5, 10, 15 cm. Kemudian ditimbang kertas mika yang sudah disemprot tadi lalu dihitung bobot isi, serta diukur diameter pola penyemprotan. Uji dilakukan pada siklus 0 dan siklus 3, data hasil uji pola penyemprotan dapat dilihat pada table XII.

(42)

27

Tabel XII. Hasil uji pola penyemprotan Formula Jarak Rata – rata Diameter

penyemprotan (cm) ± SD

Rata – rata Bobot penyemprotan (g) ± SD

Siklus 0 Siklus 3 Siklus 0 Siklus 3

F1

3 4,4 ± 0,17 4,75 ± 0,38 0,129 ± 0,00 0,12 ± 0,00 5 6,017 ± 0,23 6,2 ± 0,35 0,126 ± 0,00 0,12 ± 0,00 10 10,167 ±

0,29

12 ± 0,87 0,116 ± 0,00 0,109 ± 0,00

15 16,2 ± 0,44 16,633 ± 0,44

0,113 ± 0,00 0,105 ± 0,00

FA

3 4 ± 0 4,2 ± 0,09 0,098 ± 0,00 0,108 ± 0,01 5 5,867 ± 0,32 6,433 ± 0,40 0,112 ± 0,01 0,105 ± 0,01 10 10,667 ±

1,16

11 ± 1 0,119 ± 0,01 0,112 ± 0,00

15 16,167 ± 0,21

16,667 ± 0,29

0,112 ± 0,00 0,104 ± 0,00

FB

3 4.167 ± 0,29 4,533 ± 0,15 0,100 ± 0,00 0,092 ± 0,00 5 4,833 ± 0,29 5,5 ± 0,00 0,102 ± 0,01 0,089 ± 0,00 10 10,333 ±

0,58

11 ± 1 0,105 ± 0,00 0,093 ± 0,00

15 15,667 ± 0,35

16,2 ± 0,4 0,103 ± 0,00 0,095 ± 0,00

FAB

3 4 ± 0,00 4,283 ± 0,20 0,092 ± 0,01 0,083 ± 0,02 5 5,533 ± 0,06 6,083 ± 0,14 0,098 ± 0,01 0,089 ± 0,01 10 11,267 ±

0,78

11,667 ± 0,61

0,105 ± 0,01 0,102 ± 0,00

15 15,3 ± 0,27 15,6 ± 0,36 0,096 ± 0,00 0,084 ± 0,00 Variasi dari pola dan bobot penyemprotan dipengaruhi oleh factor viskositas serta jarak penyemprotan (Puspita et al., 2021). Jarak penyemprotan berbanding lurus dengan diameter penyemprotan, semakin

(43)

28

jauh jarak penyemprotan maka semakin tinggi pula diameter penyemprotan yang dihasilkan. Viskositas berbanding terbalik dengan bobot penyemprotan yang didapat, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi viskositas maka semakin kental sediaan sehingga bobot yang dihasilkan per satu kali semprot menjadi lebih kecil atau semakin sulit untuk disemprot. Keempat formula memiliki pola penyemprotan yang berbentuk melingkar.

6. Uji Ukuran Droplet

Pengujian ukuran droplet dilakukan dengan alat Horiba SZ – 100 dengan tipe dynamic light scattering, uji dilakukan pada masing – masing formula yang sudah dibuat. Prinsip dari alat particle size analyzer menurut Zulfa, dkk (2019) adalah dengan suatu penghamburan cahaya sinar laser pada partikel sampel yang dideteksi oleh detector foton pada sudut tertentu secara cepat sehingga dapat menentukan ukuran partikel dalam suatu sampel atau sediaan.

Tabel XIII. Hasil Uji Ukuran Droplet Formula Rata – rata Ukuran

Droplet Siklus 0 (nm)

Rata – rata Polydispersity Index Siklus 0

F1 143,1 ± 1,46 0,161 ± 0,03

FA 140,8 ± 1,99 0,216 ± 0,05

FB 139 ± 0,61 0,165 ± 0,03

FAB 158,4 ± 0,84 0,181 ± 0,02

Data hasil uji ukuran droplet Nanoemulsi pada siklus 0 dapat dilihat pada tabel XIII. Hasil rata – rata uji ukuran droplet siklus 0 pada FI sebesar 143,1; FA sebesar 140,8; FB sebesar 139; FAB sebesar 158,4. Sedangkan rata – rata Polydispersity Index siklus 0 pada FI sebesar 1,917; FA sebesar 1,883; FB sebesar 2; FAB sebesar 2,367. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, keempat formula dengan masing – masing 3 kali replikasi memenuhi rentang yaitu antara 5 – 200 nm.

(44)

29

Polydispersity Index adalah parameter yang menyatakan distribusi ukuran partikel dari sistem nanoemulsi yang nilainya 0,01 sampai 0,7 menyatakan sistem nanoemulsi dengan distribusi ukuran partikel yang sempit (Rusti, 2017). Berdasarkan data hasil Polydispersity Index yang diperoleh berada pada rentang 0,1 – 0,2. Semakin kecil nilai Polydispersity Index maka semakin baik karena distribusi ukuran partikel yang diperoleh semakin seragam.

Table XIV. Analisis efek dan nilai P-Value uji ukuran droplet

Faktor Efek P-value p-value model

Suhu 8,517 0,000

0,000

Waktu 6,717 0,000

Interaksi 10,817 0,000

Berdasarkan hasil ANOVA yang didapatkan dengan menggunakan aplikasi Minitab 19 pada lampiran VI didapatkan hasil p-value pada model sebesar 0,000 yang berarti faktor suhu dan waktu pengadukan berpengaruh secara signifikan terhadap respon ukuran droplet dikarenakan memiliki nilai <0,05. Selain itu interaksi dari kedua faktor memberikan pengaruh yang signifikan karena p value interaksi suhu dan waktu adalah 0,000 yang berarti nilai tidak melebihi 0,05.

(45)

30

Gambar 8. Contour Plot 2d uji ukuran droplet Pada gambar 5 menunjukkan contour plot dari faktor suhu dan waktu terhadap respon uji ukuran droplet. Menurut hasil contour plot, area yang dapat menghasilkan ukuran droplet sesuai persyaratan yang ditentukan adalah dari warna hijau muda hingga hijau tua. Karena area berwarna hijau muda hingga hijau tua tersebut memenuhi kriteria ukuran droplet yang diinginkan yaitu 20 – 200 nm. Berdasar hasil ANOVA diperoleh pula persamaan sebagai berikut. Variabel Y adalah respon dari ukuran droplet, variabel X1 merupakan suhu, dan variabel X2 adalah waktu.

Y= 333,6 – 4,557 suhu – 9,063 waktu + 0,2163 suhu*waktu

Optimasi Formula sediaan Nanoemulsi

Penentuan formula yang optimum pada sediaan Nanoemulsi dapat dilakukan menggunakan aplikasi minitab 19 pada menu Overlaid Contour Plot. Respons yang digunakan adalah respons yang signifikan, dalam penelitian kali ini yang digunakan adalah respon uji uji %Transmittan, dan uji viskositas. Kemudian dimasukkan pula nilai optimal yang diinginkan pada pilihan contours.

(46)

31

Gambar 8. Overlaid Contour Plot respons sediaan Nanoemulsi

Berdasarkan gambar hasil overlaid contour plot yang diperoleh, didapatkan hasil satu area berwarna putih seluruhnya yang mana menunjukkan area optimum untuk formula sediaan Nanoemulsi Minyak Kayu Putih ini. Dapat dikatakan bahwa semua formula (F1, FA, FB, FAB) masuk ke dalam area yang optimum karena telah memenuhi kriteria berupa respon respon %Transmittan (90% - 100%), dan respon Viskositas (0,1 – 40 dPas), ukuran droplet (20 – 200 nm).

(47)

32 BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Semua formula menunjukkan suhu dan waktu pengadukan yang optimum agar dapat membentuk sediaan nanoemulsi spray sanitizer yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji antibakteri pada sediaan Nanoemulsi Minyak Kayu Putih dengan Emolient Lidah Buaya untuk melihat aktivitas antibakteri.

(48)

33

DAFTAR PUSTAKA

Alfita, R., Ibadillah, A. F., Zaifuddin, Laksono, D. T., 2021. Hotplace Magnetic Stirrer Automatic Heat Control and Water Velocity Based on PID (Proportional Integral Derivative). Procedia of Engineering and Life Science, 1(1), 1 – 6.

Aprilia, E., Kuncahyo, I., & Aisiyah, S., 2012. Optimasi Proporsi Campuran Carbopol 941 dan CMC-Na dalam Pembuatan Gel Lendir Bekicot (Achatina fullica Ferr.) secara Simplex Lattice Design. Jurnal Farmasi Indonesia, 9(1), 30 – 36.

Ardani, 2010. Efek suhu pencampuran dan kecepatan putar propeller mixer terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia l.): aplikasi desain faktorial. Universitas Sanata Dharma.

Asngad, A., Nopitasari, N. 2018. Kualitas gel pembersih tangan (handsanitizer) dari ekstrak batang pisang dengan penambahan alkohol, triklosan dan gliserin yang berbeda dosisnya. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 4(2), 61 - 70.

Bahri, S., Ginting, Z., Vanesa, S., Nasrul, Z. A., 2021. Formulasi sediaan gel minyak atsiri tanaman nilam (Pogostemon cablin benth) sebagai antiseptik tangan (hand sanitizer). Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 10(1), 87 - 99.

Cendana, Y., Adrianta, K. A., Suena, N. M. D. S., 2021. Formulasi Spray Gel Minyak Atsiri Kayu Cendana (Santalum album L.): sebagai Salah Satu Kandidat Sediaan Anti Inflamasi. Jurnal Ilmiah Medicamento, 7(2), 84 – 89.

Dewi, L. T., Mulyono, I. J., Maukar, A. L., 2013. Penentuan Kombinasi Komposisi Paving Dengan Menggunakan Metode Full Faktorial Design. Widya Teknik, 10(1), 82 – 91.

Hariono, M., Patramurti, C., Amin, R., Nastiti, C. M., 2020. A Review on the Potency of Melaleuca leucadendron Leaves Solid Waste in Wood Preservation and Its In Silico Prediction upon Biological Activities.

International Journal of Forestry Research, 1 – 13.

Hariyatno, S. P., Paramita, V., Amalia, R., 2021. The Effect Of Surfactant, Time And Speed Of Stirring In The Emulsification Process Of Soybean Oil In Water. Journal of Vocational Studies on Applied Research, 3(1), 21 – 25.

(49)

34

Helfiansah, R., Sastrohamidjojo, H., Riyanto, 2013. Isolasi, identifikasi dan pemurnian senyawa 1, 8 sineol minyak kayu putih (Malaleuca leucadendron). ASEAN Journal of Systems Engineering, 1(1), 19 – 24.

Huda, N., Wahyuningsih, I., 2016. Karakterisasi self-nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 3(2), 49 – 57.

Husni, P., Hisprastin, Y., Januarti, M., 2019. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). As-Syifaa Jurnal Farmasi, 11(02), 137 – 146.

Husniati, Oktarina, E., 2014. Sintesis nano partikel kitosan dan pengaruhnya terhadap inhibisi bakteri pembusuk jus nenas. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 25(2), 89 – 95.

Irsyad, L. P., Yudianingsih, Lestari, S., 2016. Perancangan Alat Magnetic Stirrer Dengan Pengaturan Kecepatan Pengaduk Dan Pengaturan Waktu Pengadukan. Jurnal sains dan komputer (infact), 1(2), 22 – 29.

Jafar, G., Adiyati, I., Kartanagara, F. F., 2017. Pengembangan Formula dan Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan Yang Diinkorporasikan ke dalam Spray Sebagai Penumbuh Rambut. Jurnal Pharmascience, 4(2), 155 – 166.

Jaiswal, M., Dudhe, R., Sharma, P. K., 2015. Nanoemulsion: an advanced mode of drug delivery system. 3 Biotech, 5(2), 123-127.

Krisanti, E. A., Kirana, D. P., Mulia, K., 2021. Nanoemulsions containing Garcinia mangostana L. pericarp extract for topical applications:

Development, characterization, and in vitro percutaneous penetration assay. PloS one, 16(12), 1 – 17.

Lina, N. W. M., Maharani, T., Sutharini, M. R., Wijayanti, N. P. A. D., Astuti, K.

W., 2017. Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 6(1), 6 - 10.

Lestari, U., Suci, U., Latief, M., 2021. Uji Iritasi Dan Efektifitas Spray Handsinitizer Ekstrak Etanol Daun Jeruju (Achantus Ilicifolious) Sebagai Antibakteri. Jambi Medical Journal" Jurnal Kedokteran dan Kesehatan", 9(1), 34 - 39.

Marhaeni, L. S., 2020. Potensi Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) Sebagai Obat Dan Sumber Pangan. Agrisia - Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian, 13(1), 32 – 39.

(50)

35

Martono, C. Suharyani, I., 2018. Formulasi sediaan Spray Gel antiseptik dari ekstrak etanol lidah buaya (Aloe Vera). Jurnal FARMAKU (Farmasi Muhammadiyah Kuningan), 3(1), 29 - 37.

Meisarani, A. Ramadhania, Z. M., 2016. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas Melaleuca leucadendron Linn. Farmaka, 14(2), 123-144.

Melliawati, R., 2018. Potensi tanaman lidah buaya (Aloe pubescens) dan keunikan kapang endofit yang berasal dari jaringannya. Biotrends, 9(1), 1-6.

Murnalis, Yanita, M., 2019. Manfaat Lidah Buaya Sebagai Masker Untuk Perawatan Kulit Tangan Kering. Jurnal Pendidikan Dan Keluarga, 11(1), 53- 62.

Ningsih, N., Yasni, S., Yuliani, S., 2017. Sintesis nanopartikel ekstrak kulit manggis merah dan kajian sifat fungsional produk enkapsulasinya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 28(1), 27 – 35.

Nurdianti, L., Rosiana, D., Aji, N., 2018. Evaluasi sediaan emulgel anti jerawat tea tree (Melaleuca alternifolia) oil dengan menggunakan hpmc sebagai gelling agent. Journal of Pharmacopolium, 1(1). 23 – 31.

Novita, Amin, M., Hudalinnas, H., 2019. Analisa Potensi Kandungan Lidah Buaya Untuk Pengendalian Vibrio Pada Ikan Kakap Putih. Jurnal Kelautan:

Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 12(2), 154-157.

Pongsumpun, P., Iwamoto, S., Siripatrawan, U., 2020. Response surface methodology for optimization of cinnamon essential oil nanoemulsion with improved stability and antifungal activity. Ultrasonics sonochemistry, 60, 104604.

Prasert, W., Gohtani, S., 2016. Effect of temperature on low-energy nano- emulsification and phase behavior in water/polyoxyethylene sorbitan fatty acid ester (Tweens®) / vegetable oil systems. Journal of Food Engineering, 180, 101-109.

Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., Pramono, S., 2018. Uji Stabilitas fisik dan kimia sediaan SNEDDS (Self-nanoemulsifying drug delivery system) dan nanoemulsi fraksi etil asetat kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Traditional Medicine Journal, 23(2), 84 – 90.

Puspita, W., Puspasari, H., Shabrina, A., 2021. Formulasi dan Stabilitas Fisik Gel Semprot Ekstrak Daun Buas-buas (Premna serratifolia L.). Pharmacon:

Jurnal Farmasi Indonesia, 115-119.

(51)

36

Rachim, P. F., Mirta, E. L., Thoha, M. Y., 2012. Pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat dari tandan kosong kelapa sawit dengan sulfonasi langsung. Jurnal Teknik Kimia, 18(1), 41 – 46.

Rahmawanty, D., Sariah, Sari, D. I., 2021. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Surfaktan Nonionik Terhadap Stabilitas Fisik Sediaan Nanoemulsi Minyak Ikan Haruan (Channa Striata). In Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 6(1). 1 – 10.

Reningtyas, R., Mahreni, 2015. Biosurfaktan. Eksergi, 12(2), 12-22.

Sari, A. I., Herdiana, Y., 2018. Formulasi Nanoemulsi Terhadap Peningkatan Kualitas Obat: Review Jurnal. Farmaka, 16(1), 247 - 254.

Siva, J., Afriadi, A., 2018. Formulasi Gel dari Sari Buah Strawberry (Fragaria X ananassa Duchesne) sebagai Pelembab Alami. Jurnal Dunia Farmasi, 3(1), 9 – 15.

Siqhny, Z. D., Azkia, M. N., Kunarto, B., 2020. Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume). Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, 15(1), 1 – 10.

Sudradjat, S. E., 2020. Minyak Kayu Putih, Obat Alami dengan Banyak Khasiat:

Tinjauan Sistematik. Jurnal Kedokteran Meditek, 26(2), 51-59.

Sumardi, D.P., 2015. Pengaruh Span Dan Tween 80 Sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas Fisis Emulsi Ekstrak Etanol Biji Kluwak Dengan Aplikasi Desain Factorial. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Tisngati, U., Martini., Meifiani, N.I., Apriyani, D.C.N., 2019. Model-Model ANAVA untuk Desain Faktorial 4 Faktor. Penerbit Pustaka Intermedia, Bojonegoro.

Yuliani, S. H., Hartini, M., Stephanie, Pudyastuti, B., Istyastono, E.P., 2016.

Comparison of physical stability properties of pomegranate seed oil nanoemulsion dosage forms with long-chain triglyceride and medium-chain triglyceride as the oil phase. Majalah Obat Tradisional, 21(2), 93-98.

Zulfa, E., Novianto, D., Setiawan, D., 2019. Formulasi Nanoemulsi Natrium Diklofenak Dengan Variasi Kombinasi Tween 80 Dan Span 80: Kajian Karakteristik Fisik Sediaan. Media Farmasi Indonesia, 14(1), 1471-1477.

(52)

37

Zulkarnain, A. K., Susanti, M., Lathifa, A. N., 2013. The physical stability of lotion o/w and w/o from phaleria macrocarpa fruit extract as sunscreen and primary irritation test on rabbit. Majalah Obat Tradisional, 18(3), 141 – 150.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana pengaruh pemberian gel ekstrak lidah buaya (aloe vera linn) terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih strain. wistar

Untuk mengetahui apakah   ekstrak etanol 70 % daging lidah buaya (Aloe vera L.) dan bawang merah (Allium cepa L.) mampu menurunkan kadar. kolesterol pada serum darah

Bagaimana efek ekstrak air daun lidah buaya (Aloe vera L.) jika dibandingkan dengan natrium diklofenak terhadap edema pada telapak kaki tikus putih yang diinduksi

POTENSI BAL PROBIOTIK DARI IKAN BILIH Mystacoleucus padangensis DANAU SINGKARAK DALAM APLIKASI PEMBUATAN SABUN PADAT EKSTRAK LIDAH BUAYA Aloe vera Heppy Setya Prima*1,Fatridha