• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

1. Penyiapan ekstrak daun salam

Ekstrak daun salam yang digunakan diperoleh dari produsen Eteris Nusantara kawasan Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia dan memiliki CoA (Certificate of Analysis) dengan spesifikasi dark liquid dan memiliki aroma daun salam.

2. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun salam

Biakan murni bakteri yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Yogyakarta. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram disk. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang telah disiapkan disebarkan secara merata di permukaan media Muller Hinton Agar (MHA) yang sudah padat, kemudian ditutup dan didiamkan selama 5-15 menit. Diletakan kertas cakram yang sebelumnya telah ditetesi larutan ekstrak daun salam yang sudah dilakukan pengenceran pada konsentrasi 10%, 15%, 20%, dan 25% menggunakan pinset steril, kemudian diletakan diatas media Muller Hinton Agar yang telah diinokulasi

dengan bakteri. Kontrol positif (Ampicillin 10 mcg) dan kontrol negatif (DMSO 10 % v /v). Diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24 jam kemudian diukur zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menggunakan jangka sorong disekitar kertas cakram (Prabasari, Sumarya, dan Juliasih, 2019).

3. Penetapan rentang sifat fisik gel hand sanitizer yang beredar di pasaran Disiapkan tujuh produk gel hand sanitizer yang beredar dipasaran, kemudian ketujuh produk diuji mutu fisiknya berupa daya sebar dan viskositas.

Didapatkan rentang batas atas dan batas bawah dari respon daya sebar dan viskositas yang diuji. Uji sifat fisik terhadap produk sejenis yang beredar di pasaran bertujuan untuk mendapatkan gambaran rentang daya sebar dan viskositas yang optimal untuk produk hand sanitizer, mengingat tidak ada standar sifat fisik yang disyaratkan di pustaka (Suradnyana, Wirata, dan Suena, 2020).

4. Orientasi penentuan level rendah dan level tinggi carbopol 940 dan gliserin Dibuat beberapa formula dengan konsentrasi Carbopol 940 yang bervariasi dengan konsentrasi gliserin tetap. Perlakuan yang sama dibuat formula dengan konsentrasi gliserin yang bervariasi dengan konsentrasi carbopol 940 yang tetap. Dibuat gel hand sanitizer sesuai dengan masing-masing formula yang telah dibuat, diuji sifat fisik sediaan setelah 48 jam pembuatan meliputi daya sebar dan viskositas. Hasil uji dibandingkan dengan rentang produk pasaran yang telah ditetapkan. Didapatkan level rendah dan level tinggi dari carbopol 940 dan propilen gliserin yang kemudian hasil dari orientasi ini akan digunakan dalam formula pembuatan gel hand sanitizer menggunakan ekstrak daun salam (Suradnyana dkk., 2020).

a. Orientasi carbopol 940

Level carbopol 940 yang akan digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan melakukan orientasi level terlebih dahulu. Orientasi level faktor carbopol 940 dilakukan dengan membuat 6 formula konsentrasi carbopol 940 dengan jumlah 0,15 ; 0,3 ; 0,45 ; 0,6 ; 0,75 ; 0,9 gram, dan jumlah eksipien lain yang tetap yakni sebesar 10 gram gliserin, 0,1 natrium metabisulfit, 4 tetes trietanolamin, dan

18

Semua bahan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan skala putar 1

selama 3 menit sampai membentuk massa gel yang jernih. Setelah 48 jam pembuatan, sediaan gel tersebut diuji viskositas dan daya sebar. Level tinggi dan level rendah carbopol 940 didapatkan dengan hasil viskositas dan daya sebar formula yang berada pada range optimum gel hand sanitizer di pasaran.

b. Orientasi gliserin

Level gliserin yang akan digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan melakukan orientasi level gliserin. Orientasi level faktor gliserin dilakukan dengan membuat 6 formula dengan variasi konsentrasi humektan yakni 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15,5 gram, dan jumlah eksipien lain yang tetap yakni sebesar 0,6 gram carbopol 940, 0,1 natrium metabisulfit, 4 tetes trietanolamin, dan aquadest 100 ml. Carbopol 940 dikembangkan dengan aquadest selama 24 jam. Semua bahan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan skala putar 1 selama 3 menit sampai membentuk massa gel yang jernih. Setelah 48 jam pembuatan, sediaan gel tersebut diuji viskositas dan daya sebar. Level tinggi dan level rendah gliserin didapatkan dengan hasil viskositas dan daya sebar formula yang berada pada range optimum gel hand sanitizer di pasaran.

5. Pembuatan gel

Ditimbang masing-masing bahan yang diperlukan sesuai yang tertera pada tabel III. Pembuatan gel dilakukan dengan cara mengembangkan carbopol 940 selama 24 jam. Setelah itu, di tambahkan natrium metabisulfit dan gliserin hingga terbentuk gel. Kemudian, ditambahkan ekstrak kental daun salam yang telah dilarutkan menggunakan akuades sedikit demi sedikit sambil dihomogenkan menggunakan mixer. Pada campuran ditambahkan sisa akuades. Campuran ditambahkan TEA 4 tetes hingga mencapai range pH dan di aduk hingga merata.

Proses pencampuran dilakukan menggunakan mixer pada skala satu (1) dalam waktu tiga (3) menit (Hidayanti, Fadraersada dan Ibrahim, 2015).

6. Uji sifat fisik dan stabilitas sediaan gel a. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, bau, dan konsistensi dari gel. Gel biasanya jernih dengan konsentrasi setengah padat (Ansel, 1998).

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Ditimbang sebanyak 1 g gel, diencerkan menggunakan pelarut aquades sebanyak 10 ml dan diaduk sampai merata. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam larutan dan hasilnya dicatat. Sediaan gel harus memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Saraung, dkk., 2018).

b. Uji homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara gel ekstrak daun salam ditimbang sebanyak 0,1 g, setelah itu dioleskan pada kaca objek, lalu ditutup menggunakan kaca objek lain. Sediaan gel setiap formula diamati homogenitasnya. Sediaan homogen jika tidak ditemukan adanya butiran kasar pada sediaan gel (Saraung, dkk., 2018).

c. Uji daya sebar

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara ditimbang 0,5 g sediaan gel, diletakkan ditengah kaca bulat berskala dan kaca bulat lainnya diletakkan di atasnya. Kemudian ditambahkan pemberat hingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, lalu diukur diameter gel. Daya sebar yang baik yaitu antara 5-7 cm (Sayuti, 2015).

d. Uji viskositas

Viskositas gel diukur dengan menggunakan viskometer. Gel diambil secukupnya dan diletakan pada plate, kemudian cone diposisikan untuk mulai pengukuran. Pengujian dilakukan pada kecepatan 90 rpm. Viskositas gel yang baik adalah 2000-4000 cps (Ardana, Aeyni dan Ibrahim, 2015).

e. Uji stabilitas fisik

Uji stabilitas fisik gel dilakukan dengan memperhatikan perubahan yang terjadi pada sediaan meliputi (organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar dan viskositas). Sediaan disimpan pada suhu kamar (27℃) selama 28 hari.

20

Selanjutnya dilihat pergeseran viskositas pengamatan pada hari pertama

dan hari ke-28 selama penyimpanan (Arman, Edy dan Mansauda, 2021)

G. Analisis Hasil Penelitian

Dokumen terkait