• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis tingkat kelumit sehingga untuk

mencapai akurasi dan presisi yang baik diperlukan suatu metode analisis dengan

sensitivitas yang cukup tinggi. Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk memastikan

bahwa Sistem yang akan digunakan untuk analisis sesuai dengan tujuannya.

Optimasi terhadap sistem GC-ECD di lakukan dalam uji kesesuaian sistem.

Optimasi instrumen GC-ECD dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

2. Preparasi sampel dengan metode QuEChERS

a. Pengecekan kadar air dalam buah melon. Buah melon dibelah menjadi 4

bagian, diambil salah satu bagian tersebut secara acak. Dipotong sekecil

mungkin menggunakan pisau dan telenan yang sudah dicuci. Kemudian

diblender hingga halus. Ditimbang 5 gram buah melon yang telah

dihomogenkan dengan blender, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu

60°C. Replikasi sebanyak 3 kali. Hasil pengeringan ditimbang dan

dihitung berat rata-ratanya sebagai % kandungan air buah melon.

b. Penentuan waktu dan kecepatan sentrifugasi. Ditimbang dalam tabung

sentrifugasi, 5 gram buah melon yang telah dihomogenkan dengan

blender. Kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS. Gojog

larutan selama 1 menit kemudian vortex selama 2 menit dan

disentrifugasi selama ( 5 menit, 10 menit dan 15 menit dalam 5000

rpm). Amati dan bandingkan jumlah supernatan yang terbentuk.

3. Pembuatan seri larutan baku Difenokonazol

a. Pembuatan larutan stok difenokonazol (stok induk). Sejumlah lebih

kurang 52.6 mg baku difenokonazol ditimbang dengan seksama lalu

dilarutkan ke dalam 1 mL toluen hingga didapat larutan stok induk 52,6

mg/mL.

b. Pembuatan larutan stok difenokonazol (stok A). Sebanyak 40 µL stok

konsentrasi sebesar 0.526 µg/µ L yang kemudian disebut dengan stok

A.

c. Pembuatan larutan intermediet. Sejumlah 10 µL stok A diambil dengan

Syringe add dalam 1000 µL heksan sehingga diperoleh larutan

intermediet dengan konsentrasi 0.526 x 10-2 µg/µL.

d. Pembuatan larutan kurva baku solven. Diambil sebanyak 20µL ; 15µL

; 10µL; 7 µL ;5µ L ; 4 µL; 3µL ; 2µL; 1µL dari larutan intermediet stok

B kemudian ditambahkan 2 µL DCB add hingga 200 µL dengan pelarut

heksan kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas sebanyak 2

µL.

e. Pembuatan larutan kurva baku adisi .Diambil sebanyak 20µL ; 15µL ;

13 µL ; 10µL; 5µL ; 3µL ; 2µL; 1µL dari larutan intermediet stok B

kemudian ditambahkan 2 µL DCB ke dalam flakon berisi ekstrak

matriks yang telah kering add hingga 200 µL dengan pelarut heksan

kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas sebanyak 2 µL.

f. Pencucian flakon wadah sampel supernatan. Flakon dicuci

menggunakan akuades kemudian aseton dilanjutkan dengan metanol

dan dikeringkan dalam oven.

g. Pencucian syringe. Syringe dicuci menggunakan aseton kemudian

metanol dan dilanjutkan dengan 5 µL standar difenokonazol. Diulangi

4. Optimasi Clean-Up SPE C18

a. Penentuan Kapasitas Solid Phase Extraction (SPE) C18. Ditimbang dalam tabung sentrifugasi, 5 gram buah melon yang telah

dihomogenkan kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS.

Gojog larutan selama 1 menit kemudian vortex selama 2 menit dan

disentrifugasi selama 5 menit dalam 5000 rpm. Supernatan yang

terbentuk pada lapisan paling atas diambil sebanyak 1 mL dimasukan

dalam flakon dan dikeringkan dalam oven 60°C hingga tercapai bobot

tetap. Replikasi 3 kali. Kemudian ditimbang dan dihitung rata-rata

berat setelah dikeringkan.

b. Optimasi Washing SPE. Sebanyak 5 gram buah melon yang telah

dihomogenkan dengan blender ditimbang dalam tabung sentrifugasi,

kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS tambahkan

asetonitrril sebanyak 5mL. Gojog larutan selama 1 menit kemudian

vortex selama 2 menit dan disentrifugasi selama 5 menit dengan

kecepatan 5000 rpm. Supernatan yang terbentuk diambil semuanya

dan dimasukan dalam flakon. Dilakukan reekstraksi dengan

menambahkan asetonitril sebanyak 5 mL ke dalam tabung sentrifugasi

yang telah diekstraksi sebelumnya, lakukan penggojokan selama 1

menit vortex 2 menit dan sentrifugasi selama 5 menit. Supernatan

yang terbentuk pada lapisan paling atas diambil semuanya dan

ditambahkan 2 µL Standar stok B dan dikeringkan di atas hotplate

dengan bantuan gas nitrogen. Sampel yang telah kering dilarutkan

dalam 0,5 mL akuabides selanjutnya di-degassing dengan

ultrasonifikator selama 5 menit. Aplikasikan sampel yang telah

di-degassing ke dalam kolom SPE. Washing SPE C18 dengan berbagai macam komposisi pelarut, antara lain: 5 mL akuabides tanpa fraksinasi

; 5 mL metanol 5% dengan 5 fraksinasi ; 5 mL UPW 100% dengan 5

fraksinasi. Selanjutnya cuci ekstrak dalam flakon dengan 3 mL

metanol dan elusikan dalam kolom SPE kemudian ditampung dalam

flakon baru untuk dikeringkan di atas hotplate dengan bantuan gas

nitrogen. Sampel yang telah kering dilarutkan dengan 200 µL heksan

dan ditambahkan DCB kemudian diambil 2µL untuk diinjeksikan ke

dalam sistem GC-ECD.

c. Optimasi Elusi SPE. Sebanyak 5 gram buah melon yang telah

dihomogenkan dengan blender ditimbang dalam tabung sentrifugasi,

kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS tambahkan

asetonitrril sebanyak 5mL. Gojog larutan selama 1 menit kemudian

vortex selama 2 menit dan disentrifugasi selama 5 menit dengan

kecepatan 5000 rpm. Supernatan yang terbentuk diambil semuanya

dan dimasukan dalam flakon. Dilakukan reekstraksi dengan

menambahkan asetonitril sebanyak 5 mL ke dalam tabung sentrifugasi

menit vortex 2 menit dan sentrifugasi selama 5 menit. Supernatan

yang terbentuk pada lapisan paling atas diambil semuanya dan

digabung ke dalam flakon supernatan sebelumnya kemudian

ditambahkan 2µL Standar stok B dan dikeringkan di atas hotplate

dengan bantuan gas nitrogen. Sampel yang telah kering dilarutkan

dengan 1 mL akuabides kemudian di-degassing dengan

ultrasonifikator selama 5 menit selanjutnya aplikasikan sampel ke

dalam kolom SPE C18. Washing dengan menggunakan akuabides sebanyak 5 mL kemudian keringkan kolom dengan bantuan gas

nitrogen. Tahap selanjutnya sampel dielusi dengan menggunakan (1

mL ; 2 mL ; 3 mL ; 4 mL ; 5 mL) metanol. Masukan metanol ke dalam

flakon untuk mencuci ekstrak, kemudian aplikasikan ke dalam kolom

SPE. Eluat yang keluar dari SPE ditampung dalam flakon. Sampel

dikeringkan di atas hotplate dengan bantuan gas nitrogen. Sampel

yang telah kering dilarutkan dengan 200 µL heksan dan ditambahkan

DCB kemudian diambil 2µL untuk diinjeksikan ke dalam sistem

GC-ECD.

5. Optimasi kelayakan SPE untuk digunakan lebih dari satu kali. Sebanyak 5 gram buah melon yang telah dihomogenkan dengan blender ditimbang dalam tabung

sentrifugasi, kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS tambahkan

asetonitril sebanyak 5 mL. Gojog larutan selama 1 menit kemudian vortex selama

Supernatan yang terbentuk diambil semuanya dan dimasukan dalam flakon.

Dilakukan reekstraksi dengan menambahkan asetonitril sebanyak 5 mL ke dalam

tabung sentrifugasi yang telah diekstraksi sebelumnya, lakukan penggojokan

selama 1 menit vortex 2 menit dan sentrifugasi selama 5 menit. Supernatan yang

terbentuk pada lapisan paling atas diambil semuanya dan digabung ke dalam

flakon supernatan sebelumnya lalu ditambahkan (7 µL ; 10 µL) Standar stok C

dan dikeringkan di atas hotplate dengan bantuan gas nitrogen. Sampel yang telah

kering dilarutkan dengan 0,5 mL akuabides kemudian diultrasonifikasi selama 5

menit. Sampel yang telah di-degassing dengan ultrasonifikator diambil dengan

pipet Pasteur untuk dimasukan ke dalam SPE. Washing sampel dalam flakon

berisi ekstrak dengan menggunakan akuabides sebanyak 5 mL dan diaplikasikan

dalam kolom SPE C18 lalu keringkan kolom dengan bantuan aliran nitrogen. Tahap selanjutnya sampel dielusi dengan menggunakan metanol. Metanol

digunakan untuk mencuci flakon berisi sisa ekstrak, cuci hingga semua ekstrak

tercuci bersih, aplikasikan ke dalam kolom SPE C18. Eluat yang keluar dari SPE ditampung dalam flakon dan dikeringkan di atas hotplate dengan bantuan gas

nitrogen. Sampel yang telah kering dilarutkan dengan 200 µL heksan dan

ditambahkan DCB kemudian diambil 2µL untuk diinjeksikan ke dalam sistem

GC-ECD.

Validasi metode analisis merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk

membuktikan bahwa metode analisis memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,

yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Perbedaaan langkah kerja validasi metode

dengan uji kesesuaian sistem adalah kurva baku yang digunakan. Kurva baku yang

digunakan dalam validasi metode analisis adalah kurva baku metode adisi dengan

menggunakan matriks ekstrak buah melon sedangkan pada uji kesesuaian sistem

kurva baku yang digunakan adalah kurva baku solven. Di bawah ini merupakan

langkah kerja secara umum untuk mendapatkan ekstrak buah melon yang siap diadisi:

Sebanyak 5 gram buah melon yang telah dihomogenkan dengan blender

ditimbang dalam tabung sentrifugasi, kemudian ditambahkan campuran garam

QuEChERS tambahkan asetonitrril sebanyak 5 mL. Gojog larutan selama 1 menit

kemudian vortex selama 2 menit dan disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan

5000 rpm. Supernatan yang terbentuk diambil semuanya dan dimasukan dalam

flakon. Dilakukan reekstraksi dengan menambahkan asetonitril sebanyak 5 mL ke

dalam tabung sentrifugasi yang telah diekstraksi sebelumnya, lakukan penggojokan

selama 1 menit vortex 2 menit dan sentrifugasi selama 5 menit. Supernatan yang

terbentuk pada lapisan paling atas diambil semuanya dan digabung ke dalam flakon

supernatan sebelumnya kemudian ditambahkan 2 µL Standar stok B dan dikeringkan

di atas hotplate dengan bantuan gas nitrogen. Sampel yang telah kering dilarutkan

dengan 0,5 mL akuabides kemudian didegassing selama 5 menit. Sampel yang telah

diaplikasikan ke dalam kolom SPE. Washing sampel dalam flakon berisi ekstrak

dengan menggunakan akuabides sebanyak 5 mL lalu keringkan kolom dengan

bantuan aliran nitrogen. Tahap selanjutnya sampel dielusi dengan menggunakan

metanol. Metanol digunakan untuk mencuci flakon berisi sisa ekstrak, cuci hingga

semua ekstrak tercuci bersih, lalu sedikit demi sedikit ekstrak tersebut diaplikasikan

ke dalam kolom SPE C18. Eluat yang keluar dari SPE ditampung dalam flakon dan dikeringkan di atas hotplate dengan bantuan gas nitrogen.

Ekstrak yang didapatkan digunakan sebagai matriks untuk melakukan validasi

metode analisis. Parameter validasi metode yang dinilai adalah sebagai berikut :

a. Presisi (keterulangan) sistem GC-ECD. Presisi dapat ditentukan dari nilai

CV. Parameter presisi dapat diperoleh dengan menginjeksikan 2 µL

larutan ekstrak melon yang sudah diadisi standar difenokonazol stok B

1ul, 3ul, 5ul, 7ul, 10ul, 13ul, 15ul, 20ul, ke dalam sistem GC-ECD

sebanyak 3 kali. Respon yang berupa luas puncak difenokonazol dari

masing-masing konsentrasi larutan baku yang diperoleh dihitung nilai

rata-rata, SD dan %CV.

b. Linearitas hubungan konsentrasi baku difenokonazol dengan respon

sistem GC-ECD. Koefisien korelasi (r) merupakan parameter yang

diperlukan untuk menentukan linearitas hubungan massa baku

difenokonazol terhadap respon sistem GC-ECD yang telah optimal.

ekstrak melon yang sudah diadisi standar difenokonazol 0,053 ; 0,0789 ;

0,105 ; 0,132 ; 0,184 ; 0,263 ; 0,395 ;0.526 ng/µL ke dalam sistem

GC-ECD. Linearitas hubungan antara massa difenokonazol yang diinjeksikan

terhadap respon alat, diplotkan dalam bentuk kurva baku dan dihitung

parameter statistiknya seperti intersep (a), slope (b), dan koefisien korelasi

(r) dengan menggunakan program powerfit.

c. Sensitivitas sistem GC-ECD. Sensitivitas sistem GC-ECD yang telah

optimal dapat diketahui dengan menghitung nilai IDL dan slope. Kedua

parameter sensitivitas tersebut dapat ditetapkan dengan menginjeksikan 2

µL larutan baku difenokonazol dengan konsentrasi kurva baku adisi ke

dalam sistem GC-ECD. Nilai IDL dan slope dapat dihitung dari

persamaan kurva baku hasil injeksi.

G. Analisis Hasil

Dokumen terkait