• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian terdiri dari campuran

n-heksan, etil asetat, dan asam asetat glasial pada perbandingan (4,4:5,6:0,55).

Campuran fase gerak yang telah dibuat dalam labu takar 25 mL kemudian digojog

homogen.

2. Pembuatan larutan baku ibuprofen dan parasetamol

a. Pembuatan larutan stok ibuprofen 4000 ppm. Sejumlah serbuk baku ibuprofen ditimbang lebih kurang seksama 20 mg dan dilarutkan dengan sedikit

metanol. kemudian dituang ke dalam labu takar 5 mL. Metanol ditambahkan hingga tanda sehingga diperoleh larutan baku ibuprofen dengan konsentrasi 4000

ppm.

b. Pembuatan seri larutan baku ibuprofen. Larutan stok ibuprofen 4000 ppm dipipet 0,5; 0,6; 0,7; 0,8 dan 0,9 mL lalu masing-masing dimasukkan ke

dalam labu takar 5 mL dan diencerkan hingga tanda menggunakan metanol

sehingga didapatkan seri larutan baku ibuprofen kadar 400; 480; 560; 640; dan

720 ppm.

c. Pembuatan larutan stok parasetamol 7000 ppm. Baku parasetamol

ditimbang lebih kurang seksama 35 mg dan dilarutkan dengan sedikit metanol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemudian dituang ke dalam labu takar 5 mL. Metanol ditambahkan hingga tanda

sehingga diperoleh larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 7000 ppm.

d. Pembuatan seri larutan baku parasetamol. Larutan stok parasetamol

7000 ppm dipipet 0,5; 0,6; 0,7 ; 0,8 dan 0,9 mL lalu masing-masing dimasukkan

ke dalam labu takar 5 mL dan diencerkan hingga tanda menggunakan metanol

sehingga didapatkan seri larutan baku ibuprofen kadar 700; 840; 980; 1120; dan

1260 ppm.

3. Penetapan panjang gelombang pengamatan

Tiga seri larutan baku ibuprofen kadar 400; 560; dan 720 ppm dan seri

baku parasetamol kadar 700; 980; dan 1260 ppm ditotolkan sebanyak 3 µL pada

lempeng fase diam silika gel 60 F254 kemudian dikeringkan dan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi fase gerak. Setelah mencapai jarak

rambat 10 cm, lempeng dikeluarkan dan dikeringkan. Lalu discanning pola spektra masing-masing zat pada panjang gelombang (λ) 210-255 nm dengan densitometer.

4. Pembuatan kurva baku dan pengamatan nilai Retardation Factor (Rf)

a. Pembuatan kurva baku ibuprofen. Seri larutan baku ibuprofen

konsentrasi 400; 480; 560; 640; dan 720 ppm masing-masing ditotolkan dengan

volume penotolan 3 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 lalu dikeringkan dan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi

fase gerak. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, lempeng dikeluarkan dan

dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian diukur AUC dan tinggi peaknya

24

pilih persamaan kurva baku yang paling baik. Selain itu dilihat pula nilai Rf dari masing-masing seri baku ibuprofen.

b. Pembuatan kurva baku parasetamol. Seri larutan baku parasetamol

konsentrasi 700; 840; 980; 1120; dan 1260 ppm, masing-masing ditotolkan

dengan volume penotolan 3µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254

lalu dikeringkan dan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah

dijenuhi fase gerak. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, lempeng dikeluarkan

dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian diukur AUC dan tinggi

peaknya dengan densitometer pada λ 222 nm. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali

dan pilih persamaan kurva baku yang paling baik. Selain itu dilihat pula nilai Rf

dari masing-masing seri baku parasetamol.

c. Pembuatan campuran ibuprofen dan parasetamol. Larutan stok

ibuprofen dan parasetamol dibuat menjadi tiga peringkat konsentrasi dengan

perbandingan 7:4 seperti komposisi berikut ini:

Tabel VI . Campuran ibuprofen dan parasetamol

Campuran 1 Ibuprofen 400 ppm (0,5 ml) Parasetamol 700 ppm (0,5 ml) Campuran 2 Ibuprofen 560 ppm (0,7 ml) Parasetamol 980 ppm (0,7 ml) Campuran 3 Ibuprofen 720 ppm (0,9 ml) Parasetamol 1260 (0,9 ml)

Masing-masing larutan baku campuran ibuprofen dan parasetamol di atas

dibuat dalam labu takar 5 mL dan diencerkan hingga tanda menggunakan

metanol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku tunggal

a. Pengembangan dan pengukuran Parasetamol tunggal. Seri larutan

baku parasetamol konsentrasi 700 ppm, 980 ppm, 1260 ppm diberi perlakuan

seperti pada poin f.4.b. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Selanjutnya

dihitung kadar terukur dengan menggunakan persamaan kurva baku yang telah

dibuat pada poin f.4.b.

b. Pengembangan dan pengukuran Ibuprofen tunggal. Seri larutan baku

ibuprofen konsentrasi 400 ppm, 560 ppm, 720 ppm diberi perlakuan seperti pada

poin f.4.a. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Selanjutnya dihitung kadar

terukur dengan menggunakan persamaan kurva baku yang telah dibuat pada poin

f.4.a.

6. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku campuran

Campuran baku pada poin f.4.c masing-masing ditotolkan dengan

volume penotolan 3 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 lalu dikeringkan dan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi

fase gerak. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, lempeng dikeluarkan dan

dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian diukur AUC dan tinggi peaknya

dengan densitometer pada λ 222 nm. Replikasi dilakukan sebanyak lima kali.

Kadar terukur dari masing-masing campuran ibuprofen dan parasetamol

dihitung dengan persamaan kurva baku yang telah dibuat pada poin f.4.a dan

26

7. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku dalam matrik sampel

a. Pembuatan larutan sampel (Ls). Sejumlah lebih kurang seksama

gerusan 5 tablet yang bobotnya setara dengan 20 mg ibuprofen dan 35 mg

parasetamol dilarutkan dengan sedikit metanol lalu dimasukkan ke dalam labu

takar 5 ml dan diencerkan hingga tanda dengan metanol , bagian yang tidak larut

disaring dan metanol ditambahkan kembali sampai tanda.

b. Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku parasetamol dan

ibuprofen (Lsb). Sejumlah 0,5 mL larutan sampel, dimasukkan dalam labu takar 5

mL, lalu ditambahkan 0,2 mL larutan stok baku ibuprofen dan 0,2 mL larutan stok

baku parasetamol (volume yang diambil sejumlah dengan konsentrasi seri baku

yang memiliki recovery dan CV paling baik) kemudian ditambahkan metanol hingga tanda. Replikasi sebanyak lima kali.

c. Pengembangan dan pengukuran. Ls dan Lsb diberi perlakuan seperti

pada poin f.4.a dan f.4.b. Setelah itu dihitung kadar baku parasetamol dan

ibiprofen dalam sampel menggunakan kurva baku yang telah dibuat pada poin

f.4.a dan f.4.b. Kadar baku parasetamol dan ibuprofen adalah selisih kadar Lsb

dengan Ls. Selanjutnya dihitung recovery dan CVnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Analisis Hasil

Dokumen terkait