• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan

antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode

dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Berikut ini adalah hasil

perhitungan pertumbuhan laba pada perusahaan logam dan sejenis yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

Tabel VI.1 Pertumbuhan Laba Perusahaan Logam dan Sejenis yang terdaftar di BEI

NO KODE PERTUMBUHAN LABA

2013 2014 2015 2016 2017 1 ALKA (106.15) 944.13 (144.23) 143.88 2,885.66 2 ALMI 87.25 (92.54) (2,850.85) (86.39) 108.45 3 BTON 4.53 (70.52) (17.12) (194.47) 290.34 4 CTBN 41.49 (32.51) (62.34) (110.56) (1,202.40) 5 GDST 97.22 (115.17) (296.13) 157.42 (67.56) 6 INAI (78.32) 339.42 29.72 24.24 8.72 7 LION (24.14) (24.33) (6.09) (7.98) (73.38) 8 LMSH (65.16) (48.53) (73.74) 221.66 107.37 9 NIKL 105.45 (2,704.60) 0.84 138.43 (54.37) 10 PICO 38.62 4.63 (7.30) (16.45) 34.46 11 TBMS (312.46) 198.15 (40.48) 204.70 5.81 TOTAL (211.69) (1,601.87) (3,467.71) 474.47 2,043.11 RATA-RATA (19.24) (145.62) (315.25) 43.13 185.74 Sumber: www.idex.co.id (Data diolah)

Dari tabel IV.1 dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan laba perusahaan

logam dan sejenis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi, dimana rata-rata

pertumbuhan laba perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan setiap

2014 rata-rata pertumbuhan laba turun menjadi -145,62. Pada tahun 2015 rata-

rata pertumbuhan laba turun lagi menjadi -315,25, pada tahun 2016 rata-rata

pertumbuhan laba naik menjadi 43,13, dan pada tahun 2017 rata-rata pertumbuhan

laba kembali naik menjadi 184,74. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan logam

dan sejenis yang terdaftar di BEI dalam kondisi yang tidak baik.

Berikut ini adalah nilai Return On Equity pada perusahaan logam dan

sejenis pada tahun 2013-2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel IV-3

Data Return On Equity Perusahaan Logam dan sejenis

Periode 2013-2017 (dalam jutaan rupiah)

NO KODE ROE 2013 2014 2015 2016 2017 1 ALKA (0.53) 4.20 (1.90) 0.84 19.63 2 ALMI 3.97 0.30 (9.49) (24.75) 2.23 3 BTON 18.65 5.20 4.24 (4.16) 7.35 4 CTBN 25.36 17.42 6.08 (0.79) (11.50) 5 GDST 10.39 (1.60) (6.86) 3.81 1.22 6 INAI 3.97 15.13 11.93 13.78 13.93 7 LION 15.58 11.04 10.12 9.00 2.43 8 LMSH 13.02 6.38 1.73 5.33 10.00 9 NIKL 0.65 (20.02) (16.04) 6.30 2.74 10 PICO 7.18 6.99 6.06 4.83 6.02 11 TBMS (29.20) 22.04 10.02 24.98 20.77 TOTAL 69.04 67.09 15.89 39.16 74.81 RATA-RATA 6.28 6.10 1.44 3.56 6.80

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Return On Equity

perusahaan logam dan sejenis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi, dimana

rata-rata Return On Equity perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan

tahun 2014 rata-rata Return On Equity turun menjadi 6,10. Pada tahun 2015 rata-

rata Return On Equity turun lagi menjadi 1,44, pada tahun 2016 rata-rata Return

On Equity naik menjadi 3,56, dan pada tahun 2017 rata-rata Return On Equity kembali naik menjadi 6,80. Dari data tersebut terlihat bahwa masih banyak

perusahaan Logam dan sejenis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

memiliki Return On Equity dibawah rata-rata.

Berikut ini adalah nilai Net Profit Margin pada perusahaan logam dan

sejenis pada tahun 2013-2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel IV-4

Data Net Profit Margin Perusahaan Logam dan sejenis

Periode 2013-2017 (dalam jutaan rupiah)

NO KODE NPM 2013 2014 2015 2016 2017 1 ALKA (0.03) 0.22 (0.16) 0.04 0.80 2 ALMI 0.91 0.06 (1.61) (4.06) 0.24 3 BTON 22.79 7.95 9.34 (9.52) 12.92 4 CTBN 15.67 12.28 7.16 (0.95) (24.38) 5 GDST 6.52 (1.15) (6.04) 4.19 0.84 6 INAI 0.78 2.36 2.07 2.77 3.94 7 LION 19.41 12.98 11.82 11.17 5.74 8 LMSH 5.61 2.97 1.11 3.96 5.78 9 NIKL 0.16 (4.39) (4.38) 1.91 0.75 10 PICO 2.26 2.33 2.14 2.37 2.25 11 TBMS (0.70) 0.71 0.42 1.55 1.22 TOTAL 73.38 36.32 21.89 13.43 10.10 RATA-RATA 6.67 3.30 1.99 1.22 0.92

Sumber : Bursa Efek Indonesia

data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Net Profit Margin perusahaan

logam dan sejenis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi, dimana rata-rata Net

Profit Margin perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 rata Net Profit Margin sebesar 6,28 pada tahun 2014

rata-rata Net Profit Margin turun menjadi 6,10. Pada tahun 2015 rata-rata- rata-rata Net Profit

Margin turun lagi menjadi 1,44, pada tahun 2016 rata-rata Net Profit Margin naik menjadi 3,56, dan pada tahun 2017 rata-rata Net Profit Margin kembali naik

menjadi 6,80.. Dari data tersebut terlihat bahwa masih banyak perusahaan Logam

dan sejenis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki Net Profit

Margin dibawah rata-rata.

Berdasarkan pada bab III telah dibahas mengenai rancangan pembuktian

untuk menguji hipotesis kerja (Ha) ini yaitu ROE, dan NPM berpengaruh secara

parsial dan signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaaan Logam dan

sejenis di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu juga antara ROE dan NPM

berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pertumbuhan laba pada

perusahaan Logam dan sejenis di BEI.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi linier berganda.

Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan SPSS versi 17

dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda dan

pengujian asumsi klasik. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel –

variabel penelitian yaitu variabel bebas Return On Equity (ROE), Net Profit

1. AnalisisRegresi Liner Berganda

Tujuan di lakukannya uji analisis linier berganda adalah untuk mengetahui

hubungan variabel Return On Equity, dan Net Profit Margin terhadap

pertumbuhan laba.

Tabel IV-5 Regresi Linier Berganda

Dari tabel IV.5 di atas diperoleh persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Y= 0.353 + 1.541 - 1.062 X2

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :

a. Konstanta sebesar 0.353 dengan arah hubungannya positif

menunjukkan bahwa apabila variabel independen dianggap konstan

maka pertumbuhan laba telah mengalami peningkatan sebesar 0.353.

b. β1 sebesar 1.541 dengan arah hubungannya positif menunjukkan

bahwa setiap peningkatan Return On Ewuity sebesar 1 maka akan

diikuti oleh peningkatan Pertumbuhan laba sebesar 1.541 atau sebesar

1.541% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan.

c. β2 sebesar -1.062 dengan arah hubungannya negatif menunjukkan

bahwa setiap peningkatan Return On Equity sebesar 1 maka akan

diikuti oleh penurunan Pertumbuhan laba sebesar -1.062 atau sebesar

1,062% dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap konstan. Coefficientsa .353 .438 .805 .425 1.541 .293 .745 5.260 .000 -1.062 .251 -.600 -4.235 .000 (Constant) Ln_ROE Ln_NPM Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba a.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil analisis

yang valid. Berikut ini pengujian untuk menentukan apakah kedua asumsi klasik

tersebut di penuhi atau tidak.

a. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen

atau keduanya berdistri normal atau tidak. Model yang paling baik

hendaknya berdistribusi data normal atau mendekati normal. Dengan

demikian pengujian ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada

model regresi.Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui

normalitas adalah dengan melihat grafik histogram dari data yang

membentuk kurva normal atau tidak dari grafik PP Plots. Berikut ini dapat

dilihat grafik hasil penelitian data yang telah diolah dengan pengujian SPSS

versi 16,00 adalah sebagai berikut.

Gambar IV- 1 Uji Normalitas Data

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P rob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa titik – titik variabel masih berjalan

di sepanjang garis normalitas ini artinya penelitian ini masih memenuhi

asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel independen. Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat prolem multikolinearitas. Dalam

hal ini kita sebut variabel–variabel bebas yang memiliki nilai korelasi

diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna antara

variabel bebas, maka konsekuensinya, (1) koefisisen – koefisien nilai regresi

menjadi tidak dapat ditaksir, (2) nilai standar error setiap koefisien regresi

menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk menilainya adalah

dengan melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi Factor/VIF)yang

tidak melebihi 4 atau 5.

Tabel IV-6 Uji Multikolinearitas

Ketiga variabel independen yakni X1, X2 memiliki nilai VIF

dalam batas toleransi yang telah ditentukan (tidak melebihi 4 atau 5),

sehingga tidak menjadi multikolinearitas dalam variabel independent

tersebut. Coefficientsa .353 .438 .805 .425 1.541 .293 .745 5.260 .000 .614 1.628 -1.062 .251 -.600 -4.235 .000 .614 1.628 (Constant) Ln_ROE Ln_NPM Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba a.

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari suatu pengamatan yang lain. Jika

variasi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.Dasar pengambilan

keputusanya adalah jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi

heterokedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin)

menyebar dibawah 0 pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar IV- 2 Grafik Scatterplot

Gambar diatas memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak,

tidak membentukpola yang jelas/teratur, serta tersebar baik diatas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian “tidak terjadi

heterokedastisitas” pada model regresi yang digunakan.

Regression Standardized Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 R e gr es s ion St ud e n ti z e d D e let e d ( P re ss) R e s id u al 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode ke t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas

dari autokorelasi. Cara mengetahui autokorelasi yaitu dengan melihat nilai

Durbin Watson (D-W):

1) Jika nilai d > dl, maka terjadi autokorelasi positif.

2) Jika nilai d < d < du, maka jatuh pada daerah keragu-raguan.

3) Jika nilai du < d < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi.

4) Jika nilai 4-du < d < 4-dl, maka jatuh pada daerah keragu-raguan.

5) Jika nilai 4-dl< d, maka terjadi autokorelasi.

Tabel IV-7 Uji Autokorelasi

Dari tabel statistik diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson

berada diantara du < d < 4-du, sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi bebas dari masalah autokorelasi. Maka tidak terjadi autokorelasi di

dalam penelitian ini.

Model Summaryb .600a .360 .335 1.97842 1.923 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_ROE

a.

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba b.

3. Uji Hipotesis

a. Uji StatistikParsial (Uji t)

Tujuan uji ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan dari

masing-masing variabel independen yang terdiri dari Return On Equity,

dan Net Profit Margin dalam mempengaruhi variabel dependen yaitupertumbuhan laba secara parsial. Avlasan lain uji t dilakukan yaitu

untuk menguji apakah variabel bebas (X) secara individual terdapat

hubungan yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Y).

Tabel IV-8 Uji Statistik t

Hasil pengujian statistik t pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Pengujian Return On Equity Terhadap Pertumbuhan laba

Bedasarkan tabel IV-8 diatas diperoleh nilai thitung untuk

variabel ROE sebesar 5,260 untuk kesalahan 5% uji 2 pihak, di peroleh

ttabel 2,016. Jika thitung < ttabel maka didapat pengaruh yang signifikan

antara ROE terhadap pertumbuhan laba, demikian juga sebaliknya

jika thitung < ttabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara x

dan y, di dalam hal ini thitung 5,260 < ttabel 2,016. Ini berarti terdapat Coefficientsa .353 .438 .805 .425 1.541 .293 .745 5.260 .000 -1.062 .251 -.600 -4.235 .000 (Constant) Ln_ROE Ln_NPM Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba a.

pengaruh yang signifikan antara variabel ROE dengan variabel

pertumbuhan laba.

Selanjutnya terlihat pula nilai probabilitas t yakni sig adalah

0,000 sedang taraf signifikan α yang ditetapkan sebelumnya adalah

0,05, maka nilai sig 0,000 > α0,05, sehingga H0 di terima ini berarti

ada pengaruh yang signifikan antara variabel ROE dengan variabel

pertumbuhan laba di BEI dalam sektor Logam dan sejenis.

2) Pengujian Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan laba

Dari hasil uji parsial diatas bisa di tarik Bedasarkan tabel IV-8

diatas diperoleh nilai thitung untuk variabel NPM sebesar -4,235 untuk

kesalahan 5% uji 2 pihak, di peroleh ttabel -2,016. Jika thitung<ttabel maka

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPM dengan

pertumbuhan laba, demikian juga sebaliknya jika thitung>ttabel maka

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara x dan y, di dalam hal ini

thitung -4,235 > ttabel -2,016. Ini berarti terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel NPM dengan variabel pertumbuhan laba.

Selanjutnya terlihat pula nilai probabilitas t yakni sig adalah

0,000 sedang taraf signifikan α yang ditetapkan sebelumnya adalah

0,05, maka nilai sig 0,000 <α 0,05, sehingga H0 di tolak ini berarti ada

pengaruh yang signifikan antara variabel NPM dengan variabel

pertumbuhan laba di BEI dalam sektor Logam dan sejenis.

Uji F dilakukan untuk menguji secara simultan atau bersama - sama

mempunyai hubungan yang signifikan antar ketiga variabel bebas kepada

variabel terikat.

Tabel IV-9 Uji Statistik F

Dilihat dari nilai nilai tabel IV-9 bahwa nilai. Fhitung 14,596 >Ftabel 2,81

artinya terdapat pengaruh positif dari ROE dan NPM terhadap pertumbuhan laba.

Selanjutnya terlihat pula bahwa nilai probabilitas F yakni sig adalah 0,000

sedangkan taraf signifikan (α) yang ditetapkan sebelumnya adalah 0,05, maka

nilai sig 0,000 <α 0.05, sehingga H0 ditolak, ini berarti bahwa ROE dan NPM

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4. Uji Koefisien Determinasi

Tujuan dari koefisien determinasi adalah untuk mengetahui jumlah

besaran persentase dari variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat nilai

dari koefisien determinasi ini bisa dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini

Tabel IV-10 Uji Koefisien Determinasi

ANOVAb 114.263 2 57.132 14.596 .000a 203.536 52 3.914 317.799 54 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_ROE a.

Dependent Variable: Ln_Pertumbuhan_Laba b. Model Summary .600a .360 .335 1.97842 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Ln_NPM, Ln_ROE

Cara melihat determinasi adalah dengan melihat kolom R-square dimana

nilai R square pada tabel diatas bernilai 0,360 atau senilai 36,0%. Hal ini berarti

bahwa 36.0% variasi nilai Pertumbuhan laba ditentukan oleh ketiga variabel

independen yaitu Return On Equity, dan Net Profit Margin. Sedangkan sisanya

64,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.

Dokumen terkait