• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Kondisi Umum Propinsi J awa Timur 4.1.1.1. Letak Geografis

Propinsi Jawa Timur sebagai salah satu propinsi dari negara Indonesia. Merupakan suatu propinsi yang terletak di pulau jawa selain propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Unit pemerintah dibawah propinsi secara langsung adalah kabupaten/kota. Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi di Pulau Jawa dengan letak 1110 0’ dan 1140 4’ Bujur Timur dan antara 70 12’ hingga 80 48’ Lintang Selatan.

Letak dan kedudukan Propinsi Jawa Timur adalah sebelah barat berbatasan dengan propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan propinsi Pulau Bali, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah utara dengan Laut Jawa dan Pulau Kalimantan (Kalimantan Selatan). Luas Propinsi Jawa Timur ± 4.642.857 Ha terbagi 2 bagian besar yaitu Jawa Timur daratan dan kepulauan Madura. Luas Jawa Timur daratan mencakup 90% dari jumlah luas propinsi, sedang sisanya 10% adalah pulau madura. Dalam hal administrasi pemerintahan, Propinsi Jawa Timur terbagi dalam 29 Kabupaten dan 8 kota. Administrasi

pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri dari 640 kecamatan, dan 8.464 desa/kelurahan.

4.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Sumenep 4.1.2.1. Letak Geografis

Kabupaten Sumenep adalah salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Timur dan berada di ujung timur Pulau Madura. Kabupaten Sumenep mempunyai banyak pulau kecil berbentuk gugusan pulau. Dari keseluruhan 25 kecamatan, 9 diantaranya merupakan kecamatan yang memiliki pulau, 48 pulau diantaranya telah berpenghuni, sedangkan sisanya (78 pulau) belum berpenghuni dan atau tidak layak huni. Dengan demikian jumlah pulau di kabupaten ini sekitar 126 pulau. Berdasarkan gugusan pulau-pulau di Kabupten Sumenep, pulau terjauh yang berada di wilayah paling utara adalah Pulau Keramaian (Kecamatan Masalembu) yang berjarak ±151 mil dari Pelabuhan Kalianget (Sumenep daratan). Sedangkan pulau yang berada di wilayah paling timur adalah Pulau Sekala (Kecamatan Arjasa) yang berjarak ±165 mil dari Pelabuhan Kalianget. Informasi ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Sumenep dapat disebut dengan daerah kabupaten kepulauan dengan salah satu karakteristik yang menonjol adalah orientasi dan struktur perekonomian sebagian penduduknya tidak jauh dari sektor kelautan dan perikanan, terutama di daerah kepulauan.

Kabupaten Sumenep yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pamekasan merupakan daerah maritim yang memiliki 126 pulau dengan luas wilayah daratan 1.146,93 km2 (54,79%) dan wilayah kepulauan 946,53 km2 (45,21%). bagian daratan memiliki 18 kecamatan, bagian kepulauan memiliki 9. Kabupaten Sumenep terletak diantara 113o32’54” BT – 116o16’48” BT dan diantara 4o55’ LS - 7o24’ LS dengan batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Laut Jawa

• Sebelah Timur : Laut Jawa / Laut Flores

• Sebelah Selatan : Selat Madura

• Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan

Secara geografis wilayah Kabupaten Sumenep terbagi atas dua yaitu :

• Bagian Daratan dengan luas 1.146,93 Km2 (54,79%) yang terbagi atas tujuh belas Kecamatan dan satu pulau di Kecamatan Dungkek.

• Bagian Kepulauan dengan luas 946,53 Km2 (45,21%) yang meliputi 126 buah pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni.

4.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Pamekasan 4.1.2.1. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Pamekasan yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur terletak di sebelah timur Pulau Jawa pada salah satu Kabupaten kawasan Pulau Madura memiliki luas 792,30

Km2, tepatnya pada koordinat 6o51' - 7o31' LS (Lintang Selatan) dan 113o19' - 113o58 BT' (Bujur Timur).

Secara administrasi, Kabupaten Pamekasan terletak di :

• Sebelah selatan berbatasan selat Madura

• Sebelah timur berbatasan Kabupaten Sumenep

• Sebelah utara berbatasan laut Jawa, dan

Sebelah barat berbatasan Kabupaten Sampang

Kabupaten Pamekasan secara Demografis memiliki penduduk 695.505 jiwa. Dengan kepadatan penduduk per Km2 cukup bervariatif. Secara Administratif Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa/Kelurahan. Sehingga Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan mengingat penduduk merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya hasil-hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak diperlukan meliputi jumlah, laju pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal-hal terkait lain.

Secara struktur Geologi, wilayah Kabupaten Pamekasan mempunyai sumber daya alam yang tak ternilai dengan bahan tambang terdiri dari Holosen Alluvium, Pliosen Limestone Facies, Miosen Sendimentary Facies, Cleiston Clay Sedementary.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Per kembangan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi J awa Timur

Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Timur tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena pemerintah telah berhasil memicu pertumbuhan ekonomi sektor-sektor pembangunan. Untuk dapat melihat besarnya Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur tahun 2008 dan 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Pr oduk Domestik Regioanl Bruto J awa Timur Atas Dasar Harga Konstan tahun 2009-2012 (Rp J uta)

Tahun Pr oduk Domestik Regional Bruto Per kembangan (% )

2009 320.861.168,91 5,01 2010 342.280.764,89 6,68 2011 366.983.277,46 7,22 2012 393.666.437,37 7,27

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur sebesar Rp 320.861.168,91 juta atau mengalami peningkatan sebesar 5,01%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp 342.280.764,89 juta, atau mengalami peningkatan sebesar 6,68 %. Pada tahun 2011 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur naik sebesar Rp 366.983.277,46 juta dari tahun sebelumnya atau mengalami peningkatan sebesar 7,22%. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar Rp

393.666.437,37 juta atau naik sebesar 7,27 % dari tahun 2011. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Propinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 4.2.2. Per kembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Pr opinsi

J awa Timur

Pada dasarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri dari sembilan sektor kontributor penting yang juga sangat berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan PDRB suatu daerah tertentu. Begitu juga dengan propinsi Jawa Timur yang memiliki kesembilan sektor unggulan, masing-masing sektor tersebut berperan penting untuk terus mendukung perkembangan PDRB setiap tahunnya. Karena naik atau turunnya angka PDRB tergantung dari kontribusi penerimaan sektor-sektor tersebut. Berikut ini merupakan data perkembangan sektoral Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur

Tabel 3. Per kembangan Pr oduk Domestik Regional Bruto Sektora l Harga Konstan Tahun 2000 Propinsi J awa Timur Tahun 2009 – 2012 ( Persentase )

Sektor 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 3,92 2,23 2,53 3,49

2. Pertambangan dan Penggalian 6,92 9,18 6,08 2,10 3. Industri Pengolahan 2,80 4,32 6,06 6,34 4. Listrik, Gas dan Air Minum 2,72 6,43 6,25 6,21

5. Bangunan 4,25 6,64 9,12 7,05

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 5,58 10,67 9,81 10,06

7. Angkutan dan Komunikasi 12,98 10,07 11,44 9,65 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 5,30 7,27 8,18 8,01

9. Jasa-jasa 5,76 4,34 5,08 5,07

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan pada sektor Pertanian mengalami kenaikan yang tinggi pada tahun 2009 sebesar 3,92 % dari pada tahun lainnya.. Sedang pada sektor Pertambangan dan penggalian yang pada tahun 2010 naik sebesar 9,18 %. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan peningkatan, pada tahun 2011 mengalami perkembangan 6,08% dan tahun 2012 hanya sebesar 2,10%. Pada sektor industri pengolahan selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan, kenaikan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 6,34 %. Sektor listrik, gas, dan air bersih pada tahun 2010 naik sebesar 6,42 % naik cukup signifikan dibanding dengan tahun sebelumnya yang pada tahun 2009 persentasenya sebesar 2,72%. Pada sektor Bangunan kenaikan paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 9,12 %. Pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki persentase yang cukup besar, kenaikan paling tinggi pada tahun 2010 sebesar 10,67 %. Sektor Angkutan dan Komunikasi merupakan sektor yang memiliki konstribusi paling besar terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari data diatas bahwa setiap tahunnya sektor ini memiliki persentase yang cukup besar dibandingkan dengan sektor – sektor yang lain. Sektor kontruksi mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu besar. Sektor Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan pada tahun 2010-2012 relatif stabil yaitu tetap pada kisaran 7 – 8 %, dibanding pada tahun sebelumnya hanya mengalami perkembangan sebesar 5,30 % . Pada sektor jasa – jasa persentase perkembangannya relatif stabil yaitu pada kisaran 4

sampai 5%, dan persentase tertinggi pada tahun 2009 sebesar 5,76 % yang kemudian turun di tahun-tahun berikutnya.

4.2.3. Per kembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Kabupaten Sumenep

Dibawah ini merupakan tabel perkembangan Produk Domestik Regional Bruto sektor kabupaten Sumenep:

Tabel 4. Per kembangan Pr oduk Domestik Regional Bruto Sektora l Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Sumenep Tahun 2009 – 2012 ( Persentase )

Sektor 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 3,10 2,38 3,29 3,56

2. Pertambangan dan Penggalian 4,86 6,38 5,15 5,22

3. Industri Pengolahan 3,32 6,41 6,94 7,75

4. Listrik, Gas dan Air Minum 4,86 5,79 6,01 6,39

5. Bangunan 3,34 8,38 7,88 8,06

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 7,35 12,97 12,99 11,42

7. Angkutan dan Komunikasi 3,60 7,04 7,99 8,48 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 6,39 8,19 8,41 8,87

9. Jasa-jasa 5,06 4,44 5,33 6,69

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki persentase perkembangan yang relatif stabil antara kisaran 2-3% namun mengalami penurunan pada tahun 2010 yang akhirnya mengalami peningkatan lagi pada tahun 2011 dari 2,38% menjadi 3,29%. Dari sektor yang lain, sektor pertanianlah yang memiliki persentase perkembangan yang paling rendah. Sedangkan pada sektor pertambangan dan penggalian kenaikan paling tinggi pada tahun 2010 sebesar 6,38%. Pada sektor

industri pengolahan setiap tahunnya mengalami kenaikan, kenaikan paling tinggi tahun 2012 sebesar 7,75% . Sektor Listrik, Gas dan Air Minum memiliki persentase perkembangan yang cukup stabil, perkembangan paling tinggi pada tahun 2012 dengan persentase sebesar 6,39%. Sedangkan pada sektor bangunan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2010 sebesar 8,38% dari tahun sebelumnya. Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki kontribusi yang paling besar pada produk domestik regional bruto jawa timur, hal tersebut dilihat dari persentase perkembangan tertinggi dibanding dengan sektor lainnya. Perkembangan paling tinggi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 12,99%. Sedang pada sektor angkutan dan komunikasi persentase perkembangan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 8,48%. Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan setiap tahunnya mengalami kenaikan persentase perkembangan, persentase paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 8,87%. Dan pada sektor jasa-jasa kenaikan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 6,69%.

4.2.4. Per kembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Kabupaten Pamekasan

Dibawah ini merupakan tabel perkembangan Produk Domestik Regional Bruto sektor kabupaten Pamekasan:

Tabel 5. Per kembangan Pr oduk Domestik Regional Bruto Sektora l Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 – 2012 ( Persentase )

Sektor 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 4,26 4,67 4,39 4,81

2. Pertambangan dan Penggalian 4,15 1,56 6,45 1,51

3. Industri Pengolahan 2,60 3,80 6,21 6,78

4. Listrik, Gas dan Air Minum 4,75 5,11 5,12 7,56

5. Bangunan 5,65 6,62 8,70 6,52

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 7,51 9,09 10,61 9,86

7. Angkutan dan Komunikasi 8,31 8,91 8,22 9,52 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 4,95 5,45 6,86 7,49

9. Jasa-jasa 5,63 5,63 5,94 5,93

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian memiliki persentase perkembangan yang relatif stabil, kenaikan paling tinggi tahun 2012 sebesar 4,81%. Sedangkan pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2011 sebesar 6,45% dari tahun sebelumnya, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar 1,51%. Sektor industri pengolahan setiap tahunnya mengalami kenaikan perkembangan, persentase perkembangan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 6,78% dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum memiliki persentase perkembangan paling tinggi pada tahun 2012

sebesar 7,56% dibanding dengan tahun berikutnya. Sedangkan pada sektor bangunan kenaikan paling tinggi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 8,70%. Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki perkembangan paling tinggi diantara sektor-sektor yang lain, perkembangan tertinggi pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 10,61%. Sedang pada sektor angkutan dan komunikasi persentase perkembangan tertinggi pada tahun 2012 sebesar 9,52%. Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan persentase paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 7,49%. Dan pada sektor jasa-jasa memiliki persentase perkembangan cukup stabil, kenaikan paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 5,94%.

4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor termasuk dalam sektor basis atau bukan basis, di suatu daerah dalam periode tertentu. Rumus yang digunakan sebagai alat analisis adalah sebagai berikut :

= VAJi/ VALi

PDRBJ/ PDRBI

Dimana:

VAJi = Nilai tambah sektor i di daerah J

VAli = Nilai tambah sektor i di tingkat kabupaten PDRBJ = Produk Domestik Regional Bruto di daerah J PDRBI = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Dalam hal ini Location Quotient sektoral tersebut adalah :

a. Bila nilai LQ lebih kecil atau sama dengan 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut bukan sektor basis.

b. Bila nilai LQ lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor basis.

Tabel 6. INDEX LOCATIONT QUOTIENT KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 SAMPAI 2012

SEKTOR/SUBSEKTOR 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian

3,21 3,25 3,30 3,33 2 Pertambangan dan Penggalian

0,63 0,66 0,68 0,70 3 Industri Pengolahan

0,14 0,15 0,15 0,16 4 Listrik, Gas dan Air Minum

0,01 0,01 0,01 0,01 5 Konstruksi

0,11 0,11 0,12 0,13 6 Perdagangan, Hotel dan restoran

1,27 1,42 1,58 1,72 7 Angkutan dan Komunikasi

0,16 0,17 0,18 0,19 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan

0,29 0,31 0,33 0,35 9 Jasa-jasa

0,58 0,60 0,62 0,64 Sumber : Lampiran 10

Berdasarkan pada perhitungan diatas, dapat diketahui sektor – sektor mana saja yang merupakan sektor basis ( LQ > 1 ) untuk wilayah Kabupaten Sumenep. Sektor – sektor merupakan sektor basis yaitu, sektor

2011 sebesar 3,30, kemudian pada tahun 2012 sebesar 3,33. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2009 sebesar1,27 , tahun 2010 sebesar 1,42, tahun 2011 sebesar 1,58, tahun 2012 sebesar 1,72.

Tabel 7. INDEX LOCATIONT QUOTIENT KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN 2009 SAMPAI 2012

SEKTOR/SUBSEKTOR 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian

3,07 3,17 3,26 3,33 2 Pertambangan dan Penggalian

0,08 0,08 0,08 0,08 3 Industri Pengolahan

0,19 0,19 0,20 0,21 4 Listrik, Gas dan Air Minum

0,06 0,07 0,07 0,07 5 Konstruksi

0,29 0,31 0,33 0,34 6 Perdagangan, Hotel dan restoran 0,94 1,01 1,10 1,18 7 Angkutan dan Komunikasi

0,29 0,31 0,33 0,35 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan

0,44 0,46 0,48 0,51 9 Jasa-jasa

1,04 1,08 1,13 1,16 Sumber : Lampiran 12

Berdasarkan pada perhitungan diatas, maka dapat diketahui sektor - sektor mana saja yang merupakan sektor basis ( LQ > 1 ) untuk wilayah Kabupaten Pamekasan. Sektor Pertanian pada tahun 2009 sebesar 3,07, pada tahun 2010 sebesar 3,17, pada tahun 2011 sebesar 3,26, pada tahun 2012 sebesar 3,23. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tahun 2010 sebesar 1,01, pada tahun 2011 sebesar 1,10, pada tahun 2012 sebesar 1,18. Sektor jasa - jasa pada tahun 2009 sebesar 1,04, pada tahun 2010 sebesar 1,08, sedangkan tahun 2011 sebesar 1,13 dan tahun 2012 sebesar 1,16. Perhitungan diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian, sektor

perdagangann dan sektor jasa-jasa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

4.3.2. Indeks Fungsi Sektoral

Digunakan untuk menentukan prediakat / spesislisasi apakah yang telah melekat / menandai suatu daerah didasarkan pada struktur ekonomi daerah bersangkutan pada tahun / periode tertentu. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

IFS 1 = 4 . 3 . 2 . 1 . CS CS CS CS + + IFS 2 = 4 . 3 . 1 . 2 . CS CS CS CS + + IFS 3 = 4 2 . 1 . 3 . CS CS CS CS + + IFS 4 = 3 . 2 . 1 . 4 . CS CS CS CS + +

Dalam hal ini apabila Indeks Fungsi Sektoral ≥ 0,33 maka sektor tersebut telah menjadi sektor dominan pada suatu daerah,sektor inilah yang akan menjadi sektor unggulan pada suatu daerah tertentu. Setelah dilakukan perhitungan maka Indeks Fungsi Sektoral adalah sebaai berikut :

Tabel 8. Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Sumenep

Tahun Sektor Indeks Fungsi Sektoral

2009 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran

6,35 0,16 2010 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran

5,22 0,19 2011 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran

4,36 0,23 2012 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran

3,76 0,27 Sumber : Lampiran 11

Berdasarkan data tabel diatas sektor yang merupakan sektor yang paling dominan (IFS ≥ 0,33) adalah sektor pertanian besarnya, IFS sektor pertanian pada tahun 2009 sebesar 6,35, pada tahun 2010 sebesar 5,22 pada tahun 2011 sebesar 4,36 ,pada tahun 2012 sebesar 3,76. Jadi terdapat satu sektor unggulan di kabupaten Sumenep yaitu sektor pertanian. Contoh pada hasil laut seperti garam, rumput laut,teri nasi, ikan hias dan lainnya.

Tabel 9. Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Pamekasan

Tahun Sektor Indeks Fungsi Sektoral

2009 Pertanian Jasa – jasa

8,77 0,11 2010 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa

4,59 0,09 0,11 2011 Pertanian

Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa – jasa

4,28 0,10 0,11 2012 Pertanian

Perdagangan., Hotel dan Restoran

4,04 0,11

Sumber : Lampiran 13

Berdasarkan data tabel diatas sektor yang merupakan sektor yang paling dominan (IFS ≥ 0,33) adalah sektor pertanian, besarnya IFS sektor pertanian pada tahun 2009 sebesar 8,77, pada tahun 2010 sebesar 4,59 pada tahun 2011 sebesar 4,28 ,pada tahun 2012 sebesar 4,04. jadi hanya terdapat satu sektor unggulan saja di kabupaten Pamekasan yaitu sektor pertanian.Contohnya padi, jagung, kacang tanah, ketela pohon dan lainnya.

4.3.3. Analisis Shift – Share

Untuk menganalisis beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah digunakan pengujian shift-share, dengan asumsi bahwa perubahan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh variabel dari kesatuan wilayah yang luas yaitu dalam hal ini kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomi, bauran industri dan keunggulan komparatif.

Dalam pengujian dengan analisis shift-share teknik analisis di bagi menjadi 3 komonen utama, yaitu Potential Regional (PR) , Propotional Shift (PS) dan Deffrential Shifte (DS) dengan rumus :

PRij = Q ij0 0 Y Yt - 1 PSij = Q ij0 0 i t i Q Q - 0 Y Yt DSij = Q ij0 0 t ij Q Q - 0 t i Q Q

∆Qtij = Qtij - Qij0 Dimana :

t

Y = PDRB Propinsi periode tahun t

0

Y = PDRB Propinsi pada periode tahun dasar

t i

Q = PDRB Propinsi sector i pada tahun t Qi0 = PDRB Propinsi sector i pada tahun dasar

t ij

Q = PDRB Kabupaten sector i pada tahun t

0 ij

Q = PDRB Propinsi sector i pada tahun dasar

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa bila : 1. PR < ∆Q ijt

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan mendorong pertumbuhan propinsi

2. PR > ∆Q ijt

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan propinsi

3. PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lebih lambat di tingkat propinsi 4. PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lebih cepat di tingkat propinsi. 5. DS < 0

Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain

6. DS > 0

Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain

4.3.4 Analisis Shift-share untuk Potential Regional (PR)

Komponen Potential Regional (PR) adalah banyaknya pertambahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi.

4.3.4.1 Analisis Shift Share untuk Potential Regional (PR) Kabupaten Sumenep

Tabel 10. Potential Regional (PR) kabupaten Sumenep Tahun 2009-2010

Sektor Sumenep >|< ∆Q

Pertanian

166.794,12 > 59.438,28 Pertambangan dan penggalian

32.588,10 > 31.126,64 Industri pengolahan

7.178,48 > 6.896,26 Listrik,gas dan air bersih

372,72 > 323,43

Konstruksi

5.467,97 < 6.863,98 Perdagangan,hotel dan restoran

66.186,67 < 128.604,67 Pengangkutan dan komunikasi

8.335,89 < 8.795,45 Keuangan, persewaan dan jasa

15.218,74 < 18.672,18

Sumber : Lampiran 14

Berdasarkan perhitungan diatas pada tahun 2009-2010, jika dilihat dari nilai Potential Regionalnya sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor jasa-jasa memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang artinya bahwa kelima sektor di kabupaten sumenep tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Timur. Sedangkan keempat sektor yang lain yaitu sektor kontruksi; sektor perdagangan, hotel dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa serta sektor angkutan dan komunikasi memiliki nilai lebih kecil dari ∆Q, artinya keempat sektor yang ada di kabupaten sumenep tersebut cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Timur. Jika dilihat perkembangan yang paling tinggi terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki nilai perkembangan paling tinggi. Kemudian disusul juga dengan perkembangan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang cukup baik. Ini menunjukkan keempat sektor dari kabupaten sumenep yang memiliki nilai Potential Regional lebih kecil dari ∆Q, berarti dapat disimpulkan bahwa ketiga sektor tersebut menunjang kemajuan PDRB di Propinsi Jawa Timur.

Tabel 11. Potential Regional (PR) kabupaten Sumenep Tahun 2011-2012

Sektor Sumenep >|< ∆Q

Pertanian

192.116,69 > 93.971,57 Pertambangan dan penggalian

39.701,53 > 28.505,34 Industri pengolahan

8.897,19 < 9.485,58 Listrik,gas dan air bersih

455,27 > 399,99 Konstruksi

6.963,10 < 7.715,09 Perdagangan,hotel dan restoran

92.016,35 < 144.526,94 Pengangkutan dan komunikasi

10.495,54 < 12.244,69 Keuangan, persewaan dan jasa

19.441,80 < 23.704,22 Jasa-jasa

35.925,95 > 33.076,43 Sumber : Lampiran 15

Sedangkan pada tahun 2010-2011 jika dilihat dari nilai Potential Regionalnya sektor sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor jasa-jasa memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa sektor di kabupaten sumenep tersebut pertumbuhannya berpotential menghambat laju pertumbuhan PDRB di Propinsi jawa timur. Sedangkan kelima sektor lainnya memiliki nilai Potential Regional yang lebih kecil dari ∆Q, artinya klima sektor yang ada di kabupaten sumenep cenderung berpotential mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Timur. Jika dilihat perkembangan paling tinggi masih terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kemudian di susul juga dengan perkembangan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang cukup baik.

4.3.4.2 Analisis Shift Share untuk Potential Regional (PR) Kabupaten Pamekasan

Tabel 12. Potential Regional (PR) kabupaten Pamekasan Tahun 2009-2010

Sektor Pamekasan >|< ∆Q

Pertanian

65.849,99 > 46.019,53 Pertambangan dan penggalian

1.712,93 > 400,29 Industri pengolahan

3.980,22 > 2.267,06 Listrik,gas dan air bersih

1.355,77 > 1.038,63 Konstruksi

6.224,54 > 6.172,65 Perdagangan,hotel dan restoran

20.129,14 < 27.414,52 Pengangkutan dan komunikasi

6.158,37 < 8.222,56 Keuangan, persewaan dan jasa

9.489,77 > 7.750,99 Jasa-jasa

22.239,91 > 18.771,84 Sumber : Lampiran 16

Berdasarkan perhitungan diatas tahun 2009-2010, dari sembilan sektor di kabupaten Pamekasan setidaknya ada tujuh sektor yang memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang artinya sektor-sektor tersebut cenderung menghambat pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Timur. Diantaranya adalah sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor kontruksi; sektor keuangan, persewaan dan jasa; serta sektor jasa-jasa. Sedangkan dua sektor lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi adalah sektor yang potentialal untuk mendorong PDRB di Propinsi Jawa Timur karena memiliki nilai lebih kecil dari ∆Q. Yang

paling menonjol dari kedua sektor tersebut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mempunyai perkembangan PDRB paling tinggi diantara sektor lainnya. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat berpotential juga untuk mendorong PDRB di Propinsi Jawa Timur.

Tabel 11. Potential Regional (PR) kabupaten Pamekasan Tahun 2011-2012

Sektor Pamekasan >|< ∆Q

Pertanian

78.360,63 > 51.872,58 Pertambangan dan penggalian

2.017,00 > 418,88 Industri pengolahan

4.779,53 > 4.460,02 Listrik,gas dan air bersih

1.631,67 < 1.697,12 Konstruksi

7.857,29 > 7.045,79 Perdagangan,hotel dan restoran

26.456,22 < 35.888,74 Pengangkutan dan komunikasi

7.906,07 < 10.348,29 Keuangan, persewaan dan jasa

11.647,42 < 11.991,46 Jasa-jasa

27.107,66 > 22.114,66 Sumber : Lampiran 17

Sedangkan pada tahun 2010-2011 di Kabupaten Pamekasan jika dilihat dari nilai Potential Regionalnya ternyata hanya sektor listrik,gas

Dokumen terkait