• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi yang berlokasi di Jalan Professor Hm. Yamin Sh. No.47, 20233, Indonesia. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. RSU Dr Pirngadi Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Pengumpulan data ini dilakukan dari bulan September 2014 sampai November 2014.

5.1.2. Data Demografi Responden

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

Demografi Responden Frekuensi Presentasi (%)

Usia < 40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun > 60 tahun Total 8 29 35 28 100 8.0 29.0 35.0 28.0 100.0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 41 59 100 41.0 59.0 100.0 Pendidikan SD SMP SMA S1 Total 4 18 42 36 100 4.0 18.0 42.0 36.0 100.0 Pekerjaan Tidak Bekerja Wiraswasta Lain-lain Total 56 21 23 100 56.0 21.0 23.0 100.0

Dari tabel 5.1.1. dapat dilihat data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Hasil dari 100 orang responden mayoritas umur responden pada 51-60 tahun sebanyak 35 orang (35.0), pada jenis kelamin perempuan sebanyak 59 orang (59.0%) lebih banyak dibanding laki-laki 41 orang (41.0%), pada pendidikan mayoritas responden memiliki pendidikan S1 sebanyak 36 orang (36.0%) dan sebanyak 56 orang (56.0%) tidak bekerja.

5.1.3. Data Instrumen

Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis.

Gambaran Pengetahuan Pasien Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang Total 22 62 16 100 22.0 62.0 16.0 100.0

Berdasarkan tabel 5.1.2., 22.0% mempunyai pengetahuan yang baik mengenai faktor risiko osteoartritis. Ini merupakan kelompok kedua terbesar dari total sampel dengan bilangan 22 orang.

Selain itu, sebanyak 62 orang mempunyai pengetahuan cukup mengenai faktor risiko osteoartritis. Ini merupakan kelompok terbesar dari total sampel dengan persentase 62.0%.

Sebanyak 16 orang mempunyai pengetahuan kurang mengenai faktor risiko osteoartritis dan kelompok ini merupakan kelompok terkecil dari keseluruhan jumlah sampel dengan persentase 16.0%.

Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan usia.

Pengetahuan Jumlah

Usia Baik Cukup Kurang F %

f % f % f % < 40 tahun 1 1.0 4 4.0 3 3.0 8 8.0 41-50 tahun 6 6.0 16 16.0 7 7.0 29 29.0 51-60 tahun 9 9.0 23 23.0 3 3.0 35 35.0 > 60 tahun 6 6.0 19 19.0 3 3.0 28 28.0 Total 22 22.0 62 62.0 16 16.0 100 100.0

Pada tabel 5.1.3. dapat dilihat gambaran hasil pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan usia mayoritas pada kelompok usia < 40 tahun (4.0%), kelompok usia 41-50 (16.0%), kelompok usia 51-60 (23.0%) dan kelompok usia > 60 (19.0%) dengan berpengetahuan cukup.

Tabel 5.1.4. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan jenis kelamin.

Pengetahuan Jumlah

Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang F %

f % f % f %

Laki-laki 14 14.0 22 22.0 5 5.0 41 41.0

Perempuan 8 6.0 40 40.0 11 11.0 59 59.0

Total 22 22.0 62 62.0 16 16.0 100 100.0

Pada tabel 5.1.4. dapat dilihat gambaran hasil pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan jenis kelamin mayoritas pada jenis kelamin laki-laki (22.0%) dan perempuan (40.0%) dengan pengetahuan cukup.

Tabel 5.1.5. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan pendidikan.

Pengetahuan Jumlah

Pendidikan Baik Cukup Kurang F %

f % f % f % SD 0 0.0 0 0.0 4 4.0 4 4.0 SMP 0 0.0 6 6.0 12 12.0 18 18.0 SMA 0 0.0 42 42.0 0 0.0 42 42.0 S1 22 22.0 14 14.0 0 0.0 36 36.0 Total 22 22.0 62 62.0 16 16.0 100 100.0

Pada tabel 5.1.5. dapat dilihat gambaran hasil gambaran hasil pengetahuan responden pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan pendidikan mayoritas pada pendidikan SD (4.0%) dan pada pendidikan SMP (12.0%) dengan pengetahuan kurang. Manakala pada pendidikan SMA (42.0%) mayoritas berpengetahuancukup dan mayoritas pada pendidikan S1 berpengetahuan baik (22.0%).

Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan pekerjaan.

Pengetahuan Jumlah

Pekerjaan Baik Cukup Kurang F %

f % f % f %

Tidak Bekerja 9 9.0 41 41.0 6 6.0 56 56.0

Wiraswasta 6 6.0 12 12.0 3 3.0 21 21.0

Lain-lain 7 7.0 9 9.0 7 7.0 23 23.0

Total 22 22.0 62 62.0 16 16.0 100 100.0

Pada tabel 5.1.5. dapat dilihat gambaran hasil pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis berdasarkan pekerjaan mayoritas pada pada kelompok yang tidak bekerja (41.0%), pada kelompok pekerjaan wiraswasta (12.0%) dan pada kelompok lain-lain pekerjaan (9.0%) dengan pengetahuan cukup.

Tabel 5.1.7. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis.

NO Pertanyaan Jawaban

Benar Salah f % f % 1 Usia di atas 50 tahun adalah faktor risiko

osteoartritis.

60 60.0 40 40.0

2 Perempuan lebih berisiko menderita osteoartritis berbanding laki-laki.

73 73.0 27 27.0

3 Obesitas/ kelebihan berat badan adalah faktor risiko osteoartritis.

67 67.0 33 33.0

4 Benturan, terjatuh dan trauma adalah salah satu faktor risiko osteoartritis.

75 75.0 25 25.0

5 Faktor Genetik adalah faktor risiko osteoartritis.

28 28.0 72 72.0

6 Komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus adalah faktor risiko osteoartritis.

67 67.0 33 33.0

7 Merokok merupakan faktor risiko osteoartritis

27 27.0 73 73.0

8 Pekerjaan Berat dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis

24 24.0 76 76.0

9 Kebiasaan Berolahraga adalah faktor risiko osteoartritis.

12 12.0 88 88.0

Daripada 100 responden, sebanyak 60 orang (60.0%) menjawab benar bahwa usia diatas 51 tahun adalah faktor risiko osteoartritis. Manakala seramai 40 orang (40.0%) menjawab salah.

Sebanyak 73 orang (73.0%) menjawab benar bahwa faktor jenis kelamin perempuan lebih berisiko menderita osteoartritis berbanding laki-laki. Manakala 27 orang (27.0%) menjawab salah.

Sebanyak 67 orang (67.0%) menjawab benar bahwa obesitas/kelebihan berat badan adalah faktor risiko osteoartritis dan 27 orang (27.0%) menjawab salah.

Sebanyak 75 orang (75.0%) menjawab benar bahwa benturan, terjatuh dan trauma adalah salah satu faktor risiko osteoartritis. Manakala sebanyak 33 orang (33.0%) menjawab salah.

Sebanyak 28 orang (28.0%) menjawab benar bahwa faktor genetik adalah faktor risiko osteoartritis dan 72 orang (72.0%) menjawab salah.

Sebanyak 67 orang (67.0%) menjawab benar bahwa komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus adalah faktor risiko osteoartritis dan seramai 33 orang (33.0%) menjawab salah.

Sebanyak 27 orang (27.0%) menjawab benar bahwa merokok merupakan faktor risiko osteoartritis manakala 73 orang (73.0%) menjawab salah.

Sebanyak 24 orang (24.0%) menjawab benar bahwa pekerjaan berat dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis dan 76 orang (76.0%) menjawab salah.

Sebanyak 12 orang (12.0%) menjawab benar bahwa kebiasaan berolahraga adalah faktor risiko osteoartritis. Sebanyak 88 orang (88.0%) menjawab salah.

5.2. Pembahasan

Pembahasan ini dilakukan bertujuan menggambarkan pengetahuan dan faktor risiko pada pasien osteoartritis yang berobat jalan di RSU Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan pasien osteoartritis tentang faktor risiko osteoartritis dengan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 62.0% manakala minoritas dengan pengetahaun kurang 16.0%. Pengetahuan seseorang tergantung kepada usia, pendidikan dan pekerjaan.

Faktor risiko adalah faktor penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya osteoartritis yaitu faktor usia, jenis kelamin, obesitas, riwayat trauma, genetik, komplikasi dari penyakit lain, merokok, pekerjaan dan kebiasaan berolahraga.

Umur merupakan variabel utama yang mempengaruhi pengetahuan.Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas 35.0% dengan usia 51-60 tahun dan minoritas berusia kurang dari 40 tahun 8.0% dan kedua-duanya memiliki pengetahuan yang cukup.Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa, dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan yang diperolehnya semakin banyak. Semakin bertambah usia semakin berkembang pola pemikiran sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.Dari hasil penelitian ditemukan mayoritas responden berpendidikan SMA 42.0% dan minoritas berpendidikan SD 4.0%. Hal ini sesuai dengan penelitian Erfandi (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah untuk mendapatkan dan menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang itu cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.

Pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain memperoleh lebih banyak pengetahuan dibandingkan dengan orang yang kurang berinteraksi dengan orang

lain. Dalam data demografi memperlihatkan mayoritas responden dengan 56.0% tidak bekerja dan minoritas bekerja sebagai wiraswasta (21.0%).

Dari hasil penelitian pengetahuan responden tentang usia diatas 50 tahun adalah faktor risiko osteoartritis mayoritas menjawab benar. Dari data demografi mayoritas responden berusia 51-60 tahun dan minoritas responden berusia kurang dari 40 tahun yang menderita osteoartritis. Berdasarkan hasil penelitian dari Rita (2014) memperlihatkan bahwa dari 25 pasien dengan mayoritas berusia 51-60 tahun sebanyak 56.0%.

Hal ini disebabkan oleh proses degeneratif. Pada usia lanjut, terjadinya perubahan dari kalogen dan penurunan sintesis proteoglikan yang menyebabkan tulang dan sendi rentan terhadap tekanan dan kekurangan elastisitas sendi. Terjadinya reaksi inflamasi pada proses degenerasi dari sendi (Robert, 1999).

Selain dari faktor usia, faktor jenis kelamin juga mempengaruhi terjadinya osteoartritis. Pada hasil penelitian mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 59.0% dibandingkan dengan laki-laki 41.0%. Manakala pada hasil distribusi jawaban responden mendapatkan sebanyak 73 orang (73.0%) menjawab benar bahwa perempuan lebih berisiko menderita osteoartritis berbanding laki-laki. Osteoartritis lebih sering terjadi pada perempuan yang sudah menopause karena kurangnya hormon estrogen yang memegang peranan penting dalam faktor risiko osteoartritis walaupun mekanisme kerjanya belum dapat diketahui dengan jelas namun hormon estrogen dapat menurunkan endapan lemak dalam tubuh (Stacy, 2007).

Dari hasil penelitian Nur Aini (2009), menunjukan bahwa pada individu obesitas mempunyai 4,9 kali risiko yang lebih besar untuk memiliki osteoartritis. berat badan berlebihan akan menambahkan kerja pada sendi terutama pada sendi-sendi penompang berat badan seperti sendi-sendi lutut. Hal ini disebabkan tulang rawan yang tipis. Dari hasil penelitian sebanyak 67 orang menjawab benar bahwa obesitas/kelebihan berat badan adalah faktor risiko osteoartritis.

Dari hasil jawaban responden sebanyak 75 orang menjawab benar bahwa benturan, terjatuh dan trauma adalah salah satu faktor risiko osteoartritis. Faktor risiko lain untuk osteoartritis adalah trauma. Hal ini disebabkan jika terjadinya

kerusakan yang permenen pada sendi maka kerusakan tersebut akan merubah struktur biokimia pada sendi dan akan menambahkan tekanan. Kerusakan pada sendi katrilago dan struktur sendi disebabkan fraktur atau kerobekan ligamen.

Sebanyak 72 orang menjawab salah bahwa faktor genetik adalah faktor risiko osteoartritis. Dari hasil penelitian Iwayan (2009), mayoritas 55 orang memiliki keturunan rematik. Faktor genetik berperan terhadap terjadinya osteoartritis karena adanya mutasi genetik yaitu gen Ank.

Sebanyak 67 orang (67.0%) menjawab benar bahwa komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus adalah faktor risiko osteoartritis dan seramai 33 orang (33.0%) menjawab salah. Komplikasi dari penyakit lain seperti penyakit metabolik yaitu diabetes mellitus dapat memicu terjadinya osteoartritis. Pasien dengan osteoartritis memiliki resiko tinggi unuk memiliki resistensi insulin. Gangguan dalam proses glukosa disebabkan oleh inflamasi pada perifer (YI Kasjmir, 2011).

Sebanyak 27 orang menjawab benar bahwa merokok merupakan faktor risiko osteoartritis. Menurut penelitian Amin (2006), menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan osteoartritis. Laki-laki yang merokok mempunyai risiko yang lebih tinggi berbanding laki-laki yang tidak merokok. Merokok menyebabkan tulang rawan menjadi tipis. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah sehingga menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan menghambat pembentukan tulang rawan.

Selain merokok pekerjaan adalah salah satu faktor risiko osteoartritis, pekerjaan berat atau pekerjaan yang sentiasa memerlukan persendian secara terus-menerus adalah penentu beratnya osteoartritis yang akan dialaminya. Seperti petani yang memiliki resiko besar terjadi osteoartritis terutama pada sendi panggul karena sendi tersebut dipakai untuk berdiri, menunduk, berjalan jauh di atas permukaan tanah yang kasar, mengangkat dan memindahkan benda - benda berat (Girsang, 2008). Sebanyak 76 orang menjawab salah bahwa pekerjaan berat dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis.

Dari hasil distribusi jawaban responden sebanyak 88 orang menjawab salah bahwa kebiasaan berolahraga adalah faktor risiko osteoartritis. Kebiasaan olahraga juga merupakan faktor risiko osteoartritis. Walaupun olahraga adalah aktivitas untuk meningkatkan kesehatan jika melakukan olahraga terlalu berat yang sentiasa menggunakan kekuatan sendi pada lutut atau tangan akan

Dokumen terkait