• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Gedung yang dimiliki SD ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru, perpustakaan, kantin dan 3 buah kamar mandi. Kawasan persekitaran dan sanitasi lingkungan terutamanya kantin dan kamar mandi adalah sangat kurang dan meningkatkan resiko bagi anak untuk mendapat infeksi STH. Latar belakang keluarga siswa-siswi yang kebanyakannya petani merupakan salah satu faktor resiko.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sebanyak 77 sampel telah ditarik secara acak dari keseluruhan populasi siswa- siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yaitu sebanyak 174 orang. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi %

Laki-laki 37 48.1

Perempuan 40 51.9

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 40 (51.9%) orang dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 (48.1%).

xxxii

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Frekuensi % Kelas 1 20 26.0 Kelas 2 15 19.5 Kelas 3 14 18.2 Kelas 4 19 24.7 Kelas 5 9 11.7 Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat kelas terbanyak adalah kelas 1 sebanyak 20 (26.0%) orang dan distribusi responden yang terendah adalah kelas 5 sebanyak 9 (11.7%) orang.

5.3. Hasil Analisa Data 5.3.1. Higiene

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi higiene responden dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Higiene Responden

Tingkat higiene Frekuensi %

Baik 49 63.6

Sedang 27 35.1

Buruk 1 1.3

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, distribusi tingkat higiene yang tertinggi adalah baik sebanyak 49 (63.6%) orang dan yang terendah adalah buruk sebanyak 1 (13%) orang. 5.3.2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan cuci tangan sebelum makan responden dapat dilihat pada tabel 5.4.

xxxiii

Tabel 5.4. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Kebiasaan cuci tangan sebelum makan Frekuensi %

Menggunakan sabun 75 97.4

Tidak menggunakan sabun 2 2.6

Total 77 100.0

Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan sabun.

5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan cuci tangan selepas bermain responden dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain Kebiasaan cuci tangan selepas bermain Frekuensi %

Mencuci tangan 63 81.8

Tidak mencuci tangan 14 18.2

Total 77 100.0

Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan selepas bermain banyak dibandingkan tidak mencuci tangan.

5.3.4 Frekuensi Mandi

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi mandi responden dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mandi

Frekuensi mandi Frekuensi %

Sering 73 94.8

Jarang 4 5.2

xxxiv

Responden yang mempunyai frekuensi mandi yang baik lebih banyak dibandingkan frekuensi mandi yang tidak baik.

5.3.5. Kebersihan Kuku

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebersihan responden dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Kebersihan Kuku

Kebersihan kuku Frekuensi %

Sering memotong kuku 51 66.2

Jarang memotong kuku 26 33.8

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden mempunyai kebersihan kuku yang baik lebih banyak berbanding kebersihan kuku yang tidak baik.

5.3.6. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan memakai alas kaki dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Kebiasaan memakai alas kaki Frekuensi %

Sering 56 72.7

Jarang 21 27.3

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden sering memakai alas kaki berbanding tidak memakai alas kaki.

5.3.7. Distribusi Kontak Dengan Tanah

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kontak dengan tanah dapat dilihat pada tabel 5.9.

xxxv

Tabel 5.9. Distribusi Kontak Dengan Tanah

Kontak dengan tanah Frekuensi %

Sering 33 42.9

Jarang 44 57.1

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden jarang kontak dengan tanah berbanding sering kontak.

5.3.8. Kebiasaan Buang Air Besar

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan buang air besar dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar

Kebiasaan buang air besar Frekuensi %

Di jamban 72 93.5

Tidak di jamban 5 6.5

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden kebiasaan buang air besar di jamban banyak berbanding dengan yang tidak.

5.3.9 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi infeksi soil transmitted helminth dapat dilihat pada tabel 5.11.

xxxvi

Tabel 5.11 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths

Infeksi STH Frekuensi %

Positif 65 84.4

Negatif 12 15.6

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sebanyak 65 (84.4%) orang terinfeksi soil transmitted helminths.

5.3.10 Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Distribusi Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing

Jenis cacing Frekuensi %

Ascaris lumbricoides 32 49.2

Ancylostoma duodenale 0 0.0

Trichuris trichiura 5 7.7

Infeksi campuran 28 43.1

Total 65 100.0

Berdasarakan tabel 5.12 dapat dilihat infeksi Ascaris lumbricoides merupakan infeksi tertinggi dengan 32 (49.2%) orang. Diikuti dengan infeksi campuran 28 (43.1%) orang, Trichuris trichiura 5 (7.7) orang, dan Ancylostoma duodenale 0 orang.

xxxvii

5.4 Hasil Analisis Statistik

Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan tabulasi silang. .

Tabel 5.13 Distribusi Hubungan Higiene Dengan Infeksi kecacingan Infeksi kecacingan Total Positif Negatif Higiene Baik 42 54.5% 7 9.1% 49 63.6% sedang 22 28.6% 5 6.5% 27 35.1% buruk 1 1.3% 0 0% 1 1.3% Total 65 12 77

Melihat pada tabel 5.14, untuk kelompok higiene baik, 42 orang positif terinfeksi dan 7 orang negatif. Bagi kelompok higiene sedang pula, jumlah responden yang terinfeksi adalah 22 orang dan 5 orang tidak terinfeksi.

xxxviii

5.5 Pembahasan

5.5.1 Infeksi Kecacingan

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 77 siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yang dilakukan pemeriksaan feses didapatkan sebanyak 65 orang (84.4%) positif terinfeksi soil transmitted helminth. Hasil penelitian pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga menunjukkan angka 55.8% positif infeksi (Zukhriadi, 2008). Perbedaan angka infeksi cacing pada penelitian masing-masing adalah disebabkan oleh perbedaan faktor risiko pada setiap penelitian. Faktor risiko yang paling berhubungan adalah sanitasi lingkungan, tingkat higiene, tingkat pekerjaan orang tua.

Jika dilihat pada distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing pada tabel 5.12, didapati bahwa infeksi oleh Ascaris lumbricoides adalah infeksi yang paling tinggi dengan 32 orang (49.2%), diikuti dengan infeksi campuran yang sebanyak 26 orang (43.1%), dan seterusnya infeksi Trichuris trichiura sebanyak 5 orang (7.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Jalaluddin, 2009 yang menunjukkan persentase infeksi

Ascaris lumbricoides tertinggi dengan 65 orang (43.3%). 5.5.2 Higiene Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminth

Berdasarkan hasil penelitian, didapati siswa-siswi yang mempunyai tingkat higiene yang baik dengan infeksi positif (54.5%) lebih banyak daripada tingkat higiene yang sedang dan buruk. Ini bertentangan dengan hasil penelitian pada siswa- siswi SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe yang mendapati bahwa higiene yang buruk dengan infeksi positif mempunyai persentase yang lebih tinggi (Jalaluddin, 2009). Infeksi STH dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain higiene. Faktor-faktor yang terbukti merupakan faktor risiko kejadian infeksi STH di Desa Rejosari, Karangawen, dan Demak adalah keberadaan bentuk infeksius cacing pada tanah dan sanitasi rumah yang tidak baik (Sumanto 2010). Mengkomsumsi makanan yang mentah atau tidak bersih dapat menyebabkan infeksi cacing. Makanan mentah tersebut mungkin terkontaminasi dengan telur atau larva cacing sehingga menyebabkan siswa-siswi SD tertelan telur atau larva tersebut. Hal ini dapat dilihat

xxxix

pada penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota, salah satu risiko yang berhubungkait dengan infeksi cacing adalah makanan jajanan yang tidak bersih (Zukhriadi 2008).

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama adalah kuesioner yang dibuat hanya mengandungi tindakan sahaja dan tidak mencari tentang pengetahuan dan sikap. Tambahan pula, tidak dilakukan observasi kebersihan siswa- siswi seperti kebersihan kuku, kebersihan kantin, dan kebersihan kamar mandi. Kedua adalah terdapat beberapa faktor resiko lain yang tidak dinilai yakni kebersihan saat ibu menyiapkan makanan di rumah, sumber air keluarga, jarak jamban dan sumur.

xl

Dokumen terkait