• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI

SOIL

TRANSMITTED HELMINTHS

PADA

SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,

KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2011

Oleh:

MUHAMMAD DAIM BIN DAUD

080100325

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI

SOIL

TRANSMITTED HELMINTHS

PADA

SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,

KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

MUHAMMAD DAIM BIN DAUD

080100325

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Nama : Muhammad Daim Bin Daud NIM : 080100325

Pembimbing, Penguji I,

……….. …..……… (dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) (dr Rina Amelia, MARS)

NIP: 197410192001122001 NIP: 197604202003122002 Penguji II,

.….……… (dr Bugis Mardina, Sp A)

NIP: 140355917

Medan, 12 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP : 19540220 198011 1 001

(4)

iv

LATAR BELAKANG: Infeksi cacing yang sering terjadi pada siswa-siswi SD adalah infeksi oleh soil transmitted helminths seperti cacing tambang, cacing gelang dan cacing cambuk. Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah higiene yang buruk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara higiene dengan infeksi

soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

METODOLOGI: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 77 orang siswa-siswi dari kelas 1 hingga kelas 5 SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Tingkat higiene diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden dan kemudian sampel feses didapatkan dari siswa-siswi tersebut dan diperiksa secara mikroskopik di laboratorium parasitologi. Data kemudian diolah untuk mendapatkan persentase dan frekuensi.

HASIL: Dari total 77, ditemukan seramai 65 (84.4%) orang menderita infeksi soil transmitted helminth. Seramai 49 orang termasuk dalam kelompok higiene baik, 27 kelompok sedang dan 1 orang dalam kelompok buruk. Dari tabulasi silang didapati bahwa tiada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth.

KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

(5)

v

ABSTRACT

BACKGROUND: The most common parasite that infects elemantary school children are infections by soil transmitted helminths such as ascaris lumbricoides, trichuris trichiura and ancylostoma duodenale.one of the risk factor for this infection is poor hygiene. This study was conducted to study the relationship between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

METHODOLOGY: The method used for this study was descriptive analytic with cross-sectional design. The subject of this study were 77 students of SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Hygiene levels were measured based on questionnaires that were given to the respondents and then stool samples obtained from children and examined microscopically in the laboratory of parasitology. The data were processed to obtain the percentage and frequency.

RESULTS: The number of pupils that was positive for infection was 65 (84.4%) from a total of 77 pupils. Forty nine people were grouped in the good hygiene category, followed by 27 in the medium hygiene category and one person being in a low hygiene category. From the cross tabulations, it is found that there is no relationship between hygiene with soil-transmitted helminth infections..

CONCLUSSION: there is no significant relationship exists between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muahmmad Daim Bin Daud

Tempat/ Tanggal Lahir : Seremban, Malaysia/ 7 Maret 1989

Agama : Islam

Status Perkahwinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : 180, Jiboi Baru, Ampangan,70400 Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Riwayat Pendidikan

Sekolah Kebangsaan King George V Tahun 1996-2001

Sekolah Menengah Kebangsaan Dato Haji Mohd Redza Tahun 2002-2004

Sekolah Dato Abdul Razak Tahun 2005-2006

Allianze University College of Medical Sciences (AuCMS) Tahun 2007-2008

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat

Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih saying-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bertajuk Hubungan Higiene dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh dan teladan dalam perjalanan skripsi ini dan kerja-kerja selanjutnya.

Selama menyusun skripsi ini, peneliti banyak mendapat dukungan, bantuan, serita bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof Syahril Pasaribu 2. Dekan FK USU, Bapak Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD. KGEH

3. Ibu dr. Hemma Yulfi, DAP&E, MMedEd, sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah banyak membantu penulis menyiapkan skripsi ini. 4. Ibu dr. Rina Amelia dan Ibu dr. Bugis Mardina, SpA yang telah bersedia

menguji saat siding skripsi.

5. Kepala sekolah dan guru-guru SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan kerjasama sepanjang pengambilan data dilakukan.

6. Untuk dosen-dosen Fakultas Kedokteran USU, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan. Jazakumullah khairan katsiron.

7. Buat ayahanda dan ibunda, terima kasih atas kebahagiaan dan pengorbanan yang diberikan, semoga Allah membalas semuanya dengan kebahagian dunia dan akhirat.

8. Untuk teman-teman seperjuanganku, Ikwan Hazman , Nor Amalina, dan Amar Hazwan, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

(8)

viii

10. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang menbangun dari semua pihak untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Amin.

Kepala Batas, Disember 2011

(9)

ix

(10)

x

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 12

3.2. Definisi Operasional... 12

3.3. Hipotesis………... 13

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 14 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 14 4.3. Populasi dan Sampel... 14 4.4. Teknik Pengumpulan Data... ……... 15 4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 17

(11)

xi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 28

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.6 Tabel Chi Square 17

Tabel 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden 18 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas 19 Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Higiene Responden 19 Tabel 5.4 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum 20

Makan

Tabel 5.5 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Selepas 20 Bermain

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mandi 21

Tabel 5.7 Kebersihan Kuku 21

Tabel 5.8 Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki 22

Tabel 5.9 Distribusi Kontak Dengan Tanah 22

Tabel 5.1. Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar 23 Tabel 5.11 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths 23 Tabel 5.12 Distribusi Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing 24 Tabel 5.13 Distribusi Hubungan Higiene Dengan Infeksi 25

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Daftar Mentah

(14)

iv

LATAR BELAKANG: Infeksi cacing yang sering terjadi pada siswa-siswi SD adalah infeksi oleh soil transmitted helminths seperti cacing tambang, cacing gelang dan cacing cambuk. Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah higiene yang buruk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara higiene dengan infeksi

soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

METODOLOGI: Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 77 orang siswa-siswi dari kelas 1 hingga kelas 5 SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Tingkat higiene diukur dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden dan kemudian sampel feses didapatkan dari siswa-siswi tersebut dan diperiksa secara mikroskopik di laboratorium parasitologi. Data kemudian diolah untuk mendapatkan persentase dan frekuensi.

HASIL: Dari total 77, ditemukan seramai 65 (84.4%) orang menderita infeksi soil transmitted helminth. Seramai 49 orang termasuk dalam kelompok higiene baik, 27 kelompok sedang dan 1 orang dalam kelompok buruk. Dari tabulasi silang didapati bahwa tiada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth.

KESIMPULAN: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminth pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

(15)

v

ABSTRACT

BACKGROUND: The most common parasite that infects elemantary school children are infections by soil transmitted helminths such as ascaris lumbricoides, trichuris trichiura and ancylostoma duodenale.one of the risk factor for this infection is poor hygiene. This study was conducted to study the relationship between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

METHODOLOGY: The method used for this study was descriptive analytic with cross-sectional design. The subject of this study were 77 students of SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Hygiene levels were measured based on questionnaires that were given to the respondents and then stool samples obtained from children and examined microscopically in the laboratory of parasitology. The data were processed to obtain the percentage and frequency.

RESULTS: The number of pupils that was positive for infection was 65 (84.4%) from a total of 77 pupils. Forty nine people were grouped in the good hygiene category, followed by 27 in the medium hygiene category and one person being in a low hygiene category. From the cross tabulations, it is found that there is no relationship between hygiene with soil-transmitted helminth infections..

CONCLUSSION: there is no significant relationship exists between hygiene with soil transmitted helminth in SD Negeri No. 101837, Suka Makmur, Kacamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

(16)

xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapat perhatian (neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok ini adalah penyakit yang tidak muncul dengan tiba-tiba, tetapi secara perlahan menurunkan kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak, dan kematian.

Salah satu dari kelompok ini adalah kecacingan yang disebabkan oleh soil transmitted helminth (STH). Laporan WHO (2006) mengatakan bahwa infeksi

Ascaris lumbricoides mencapai 1 milyar orang, Trichuris trichiura 795 juta orang dan cacing tambang (Ancylostama duodenale dan Necator americanus) 740 juta orang. Di Asia tenggara, infeksi cacing STH mencapai 500 juta orang dan 11 negara dikategorikan sebagai endemis. Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara tersebut (WHO, 2006).

Prevalensi di Indonesia masih tinggi yaitu 60%-80%. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen P2PL tahun 2009 menyebutkan 31,8% siswa-siswi SD menderita kecacingan. Berdasarkan survei Dinas Kesehatan Tingkat 1 Sumatera Utara (2009) yang dilakukan pada siswa-siswi SD di 13 Kabupaten/kota, prevalensi Ascaris lumbricoides 39%, Hookworm 5%, dan Trichuris trichiura 24%.

Infestasi cacing mempunyai banyak faktor. Pengaruh kesadaran untuk menciptakan higiene yang semakin menurun merupakan faktor yang besar terhadap penularan infeksi cacing. Higiene perorangan termasuk mencuci tangan memakai sabun, buang air besar pada tempat yang betul, kebiasaan bermain dengan tanah, kebiasaan memakai sepatu, dan lain-lain (Gandahusada, 1998).

(17)

xv

sehingga prevalensi kecacingan belum menurun secara signifikan. Sehubungan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara higiene dengan infeksi cacing soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan higiene terhadap infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2Tujuan Khusus

(1) Untuk mengetahui prevalensi kecacingan pada pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. (2) Untuk mengetahui gambaran higiene pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837

(18)

xvi

1.4 Manfaat Penelitian

1) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

2) Sebagai informasi bagi pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyakit kecacingan dan memasukkannya ke dalam kurikulum implisit bagi pendidikan para siswa-siswi.

(19)

xvii

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths

Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Infeksi cacing usus yang difokuskan dalam penelitian adalah cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths atau STH). Infeksi STH merupakan infeksi yang disebabkan oleh karena masuknya telur atau cacing ke dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Infeksi ini tidak memberikan dampak luaran yang jelas sehingga seringkali diabaikan (neglected diseases).

Antara cacing-cacing yang terpenting dalam kelompok soil transmitted helminths adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichiuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (WHO, 2009). Laporan WHO tahun 2009 mengatakan bahawa infeksi Ascaris lumbricoides mencapai 1 milyar orang, Trichuris trichiura 795 juta orang, dan cacing tambang (Ancylostama duodenale dan Necator americanus) 740 juta orang.

2.1.1. Ascaris lumbricoides

Ascaris lumbricoides merupakan cacing usus yang terbesar, mampu membesar sehingga 35cm panjang dan 0,5cm garis tengah. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides hidup didalam usus dan telurnya terdapat pada feses orang yang terinfeksi. Ascaris tertular melalui route fecal-oral yaitu dengan cara tertelan telur yang infektif. Jika orang yang terinfeksi defekasi di luar atau feses orang yang terinfeksi digunakan sebagai pupuk, maka telur akan berada di tanah, lalu menjadi matang dan berada dalam bentuk infektif. Tanah gembur, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25-30⁰ C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides

(20)

xviii

mengandungi tanah yang mengandung telur tadi dimasukkan ke dalam mulut atau terjadi akibat konsumsi sayuran atau buah yang tidak dibasuh, dibuang kulit atau tidak dimasak dengan cara yang benar (CDC 2010). Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60-90% (Gandahusada 1998).

Telur Ascaris lumbricoides yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus dan, masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring. Penderita akan batuk kareana adanya rangsangan larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi cacing dewasa. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (Onggowaluyo, 2002).

2.1.2. Trichuris trichiura

Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing cambuk (Trichuris trichiura)

adalah Trichuriasis (Gandahusada, 1998). Trichuriasis mempunyai distribusi yang global dan daerah yang sering terinfeksi adalah daerah tropis seperti di Asia Tenggara. Pada tahun 1990, diperkirakan 21% anak pra-sekolah dan 25% anak sekolah di dunia menderita Trichuriasis (Holland dan Kennedy, 2002). Cara penularannya sama seperti cara penularan cacing Ascaris lumbricoides yaitu melalui route fecal-oral. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000 butir. Telur yang dibuahi akan keluar melalui tinja dan akan matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu pada lingkungan yang sesuai; tanah yang lembab dan tempat yang teduh.

(21)

xix

membentuk struktur tunnel-like pada bagian superfisial epithelium. Bagian posterior cacing tergantung secara bebas dalam lumen. Perkembangannya di dalam hospes

memakan masa sampai 3 bulan (Zaman dan Mary, 2008). Tidak seperti pada infeksi

Ascaris lumbricoides, cacing ini tidak mempunyai siklus pada paru (Gandahusada, 1998).

2.1.3. Hookworms

Sejarah penamaan cacing tambang bermula di Eropah apabila cacing ini ditemukan pada pekerja pertambangan, yang belum mempunyai fasilitas sanitasi yang memadai (Gandahusada, 1998). Ada beberapa spesies hookworms yang penting dalam bidang medis, namun yang sering dijumpai di Indonesia ialah cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, sekitar 40%. Distribusi cacing ini di seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain dengan keadaan yang sesuai, misalnya di daerah pertambangan dan perkebunan. Hospes dari kedua cacing ini adalah manusia. Dan kedua cacing ini menyebabkan penyakit ankilostomiasis.

Telur yang dihasilkan betinanya akan dikeluarkan bersama-sama tinja, 2-3 hari kemudian menetas dan keluar larva rhabditiform, selama 2 hari larva

(22)

xx

2.2. Cara Penularan

Berdasarkan huraian di atas, jelas dapat dilihat cacing Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura dan hookworms dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) karena cara penularannya pada setiap orang sama yaitu melalui tanah. Adapun cara cacing ini menginfeksi manusia yakni dengan menembus kulit manusia oleh larva infektif (larva filariform matang) atau menelan telur cacing yang lengket pada makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan matang. Secara gambaran epidemiologi, STHbiasa terdapat di daerah beriklim tropis dan daerah beriklim sedang dan perbedaannya hanya terletak pada jenis spesies dan beratnya penyakit yang ditimbulkan.

Faktor lingkungan seperti tanah, air, tempat pembuangan tinja tercemar oleh telur atau larva cacing serta ditambah dengan perilaku manusia yang tidak sehat akan dapat menimbulkan kejadian kecacingan (Soemirat, 2005). Kebersihan diri yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi cacing. Usaha kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah daya upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri meliputi memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan), pakaian, rumah dan lingkungannya (BAB pada tempatnya), memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit, menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit (kontak dengan tanah), dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

2.3. Dampak Infeksi

Sebagian besar daripada cacing ini menyebabkan dampak kesehatan masyarakat di Indonesia. Dampak dari cacing-cacing ini berbeda mengikut jenis. Pada askariasis, dapat terjadi pneumonitis dengan gejala batuk, dispnea, nyeri pada bagian substernal, demam dan kadang-kadang dapat ditemui sputum yang bercampur darah. Kumpulan gejala klinis ini disebut sebagai Loeffler’s syndrome (Muller, 2002).

(23)

xxi

yaitu anemia berat, diare bercampur darah, sakit perut, mual dan muntah, dehidrasi, dan berat badan turun (Brown, 1983). Pada infeksi cacing hookworms pula, akan timbulnya gejala rasa gatal pada tempat tembusnya larva memasuki kulit. Gejala klinik yang ditimbulkan adalah lemah, lesu, pucat, sesak nafas bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi. Ancylostoma duodenale dapat menyebabkan kehilangan darah 0.05-0.30ml per cacing dewasa, sementara Necator americanus 0.01-0.40ml (Pearson dan Gillespie, 2001).

Infeksi cacing memberikan dampak yang besar terhadap sumber daya manusia. Kecacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestive),

penyerapan (arbsorpsion), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi kecacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya. Dampak dari anak yang terinfeksi kecacingan akan kelihatan letih, lesu, malas makan, kurus. Hal tersebut dapat mengakibatkan IQ anak menurun atau anak menjadi kurang cerdas (Zulkoni, 2010).

2.4. Upaya Pencegahan

(24)

xxii

Puskesmas, Rumah Sakit serta menganjurkan makan obat cacing 6 bulan sekali khususnya masyarakat yang rentan terinfeksi cacing

2.5. Higiene

Higiene yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Azwar 1996). Higieneadalah seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan(Merriam 2009). Higiene merupakan ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Pengertian higiene juga mencakup usaha perawatan diri (personal hygiene). Menurut Depkes (2000) Faktor–faktor yang mempengaruhi personalhygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

(25)

xxiii

5. Budaya

Pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Menurut Hendrik L. Blum (Notoadmodjo, 1997), masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah

(26)

xxiv

Kebiasaan mencuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun. Tangan perlu dicuci sebelum makan, setelah selesai menggunakan kamar kecil, selesai melakukan aktiviti yang melibatkan kotoran dan tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan, namun demikian sesekali orang dewasa juga perutnya terdapat cacing (Oswari, 1991). Kuku sebaiknya selalu dipotong pendek untuk menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut. Kekerapan memotong kuku yang baik adalah sekali seminggu atau sekali dalam dua minggu. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk Necator americanus 28-32 ⁰C sedangkan untuk

(27)

xxv

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Higiene adalah kebersihan responden yang terdiri dari kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan memakai sabun, frekuensi mandi, kebiasaan buang air besar, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan bermain tanah.

Cara ukur : Angket.

Alat ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 14 dengan 3 pilihan jawaban. Skor jawaban buruk adalah 0, skor jawaban sedang adalah 1 dan skor jawaban baik adalah 2.

Hasil ukur : 1. Baik (apabila skor≥75%)

2. Sedang (apabila skor 41% -74%) 3. Buruk (apabila skor ≤ 40%) Skala pengukuran : Ordinal

3.2.2. Infeksi soil transmitted helminths adalah penemuan telur cacing pada feses yang diambil dari siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Cara ukur : Pemeriksaan feses Alat ukur : Pemeriksaaan Kato-Katz Hasil ukur : Telur ditemukan (positif)

(28)

xxvi

: Telur tidak ditemukan (negatif) Skala pengukuran : Nominal

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths

pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

(29)

xxvii

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif analitik dengan pendekatan desain

cross sectional study. Pada penelitian ini, telah dicari perbandingan higiene pada siswa-siswi yang terinfeksi cacing dengan siswa-siswi yang tidak terinfeksi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2011 hingga Agustus 2011. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(30)

xxviii

4.3.2. Sampel

Sampel akan diambil secara simple random sampling dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2002)

n = N .

1 + N(d2)

n = 174

1+174(0.12) n = 64 orang

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif sebesar 10%, jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah sebanyak 64 orang.

4.3.3. Kriteria Inklusi

Semua siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang telah hadir pada saat penelitian dilakukan. 4.3.4 Kriteria Ekslusi

1. Siswa-siswi yang tidak hadir pada saat penelitian. 2. Siswa-siswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian. 3. Siswa-siswi yang tidak melengkapkan kuesioner. 4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

(31)

xxix

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari administrasi sekolah yang berhubungan tentang jumlah siswa-siswi dan jadwal kegiatan harian sekolah di SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Kuesioner

Pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner meliputi beberapa kategori berikut:

1) kebersihan kuku

2) kebiasaan mencuci tangan sebelum makan 3) kebiasaan mencuci tangan selepas bermain 4) frekuensi mandi

5) kebiasaan buang air besar 6) kebiasaan memakai alas kaki 7) kebiasaan bermain tanah

Terdapat 14 pertanyaan dan dinilai mengikut skor. Skor jawaban buruk adalah 0, skor jawaban sedang adalah 1 dan skor jawaban baik adalah 2. Tingkat higiene diukur seperti berikut:

a) Baik (apabila skor≥75%) b) Sedang (apabila skor 41% -74%) c) Buruk (apabila skor ≤ 40%)

4.5.2. Pemeriksaan Feces Metode Kato Katz

Pemeriksaan feses yang diperoleh dari sampel akan diperiksa menggunakan metode Kato Katz (Gillespie dan Hawkey, 2002).

Peralatan dan bahan: Wadah penampung tinja, gelas preparat, lembar selofan, kawat saring, batang aplikator, kertas minyak dan mikroskop.

(32)

xxx

a) Rendam lembar selofan dalam larutan gliserin hijau malikat selama lebih 24 jam

b) Ambil feses dengan aplikator dalam larutan 50-60 mg (sebesar kacang kedelai)

c) Letakkan diatas gelas preparat kemudian tutup dengan selofan yang sudah direndam dan tekan selofan dengan gelas preparat yang lain.

d) Keringkan larutan yang berlebihan dengan kertas saring e) Diamkan sediaan selama 1 jam pada suhu kamar

f) Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa obyektif 10x dan 40x. Interpretasi:

1. Positif (kecacingan) : bila didapat ada telur dalam tinja 2. Negatif (tidak kecacingan) : bila tidak ada telur dalam tinja 4.6. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Analisa data dilakukan terhadap data primer dengan menggunakan perhitungan statistik (Chi Square). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.

Tabel 4.6. Tabel Chi Square

Infeksi STH Higiene

positif negatif Jumlah

Baik a b a + b

Sedang c d c + d

Buruk e f c + d

(33)

xxxi

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Gedung yang dimiliki SD ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru, perpustakaan, kantin dan 3 buah kamar mandi. Kawasan persekitaran dan sanitasi lingkungan terutamanya kantin dan kamar mandi adalah sangat kurang dan meningkatkan resiko bagi anak untuk mendapat infeksi STH. Latar belakang keluarga siswa-siswi yang kebanyakannya petani merupakan salah satu faktor resiko.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Sebanyak 77 sampel telah ditarik secara acak dari keseluruhan populasi siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yaitu sebanyak 174 orang. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi %

Laki-laki 37 48.1

Perempuan 40 51.9

Total 77 100.0

(34)

xxxii

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Frekuensi % 20 (26.0%) orang dan distribusi responden yang terendah adalah kelas 5 sebanyak 9 (11.7%) orang.

5.3. Hasil Analisa Data 5.3.1. Higiene

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi higiene responden dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Higiene Responden

Tingkat higiene Frekuensi %

Baik 49 63.6

Sedang 27 35.1

Buruk 1 1.3

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, distribusi tingkat higiene yang tertinggi adalah baik sebanyak 49 (63.6%) orang dan yang terendah adalah buruk sebanyak 1 (13%) orang. 5.3.2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan

(35)

xxxiii

Tabel 5.4. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Kebiasaan cuci tangan sebelum makan Frekuensi %

Menggunakan sabun 75 97.4

Tidak menggunakan sabun 2 2.6

Total 77 100.0

Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan sabun.

5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan cuci tangan selepas bermain responden dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Selepas Bermain Kebiasaan cuci tangan selepas bermain Frekuensi %

Mencuci tangan 63 81.8

Tidak mencuci tangan 14 18.2

Total 77 100.0

Responden yang mempunyai kebiasaan cuci tangan selepas bermain banyak dibandingkan tidak mencuci tangan.

5.3.4 Frekuensi Mandi

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi mandi responden dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mandi

Frekuensi mandi Frekuensi %

Sering 73 94.8

Jarang 4 5.2

(36)

xxxiv

Responden yang mempunyai frekuensi mandi yang baik lebih banyak dibandingkan frekuensi mandi yang tidak baik.

5.3.5. Kebersihan Kuku

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebersihan responden dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Kebersihan Kuku

Kebersihan kuku Frekuensi %

Sering memotong kuku 51 66.2

Jarang memotong kuku 26 33.8

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden mempunyai kebersihan kuku yang baik lebih banyak berbanding kebersihan kuku yang tidak baik.

5.3.6. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan memakai alas kaki dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Kebiasaan memakai alas kaki Frekuensi %

Sering 56 72.7

Jarang 21 27.3

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden sering memakai alas kaki berbanding tidak memakai alas kaki.

5.3.7. Distribusi Kontak Dengan Tanah

(37)

xxxv

Tabel 5.9. Distribusi Kontak Dengan Tanah

Kontak dengan tanah Frekuensi %

Sering 33 42.9

Jarang 44 57.1

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden jarang kontak dengan tanah berbanding sering kontak.

5.3.8. Kebiasaan Buang Air Besar

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kebiasaan buang air besar dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar

Kebiasaan buang air besar Frekuensi %

Di jamban 72 93.5

Tidak di jamban 5 6.5

Total 77 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, responden kebiasaan buang air besar di jamban banyak berbanding dengan yang tidak.

5.3.9 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths

(38)

xxxvi

Tabel 5.11 Distribusi Infeksi Soil Transmitted Helminths

Infeksi STH Frekuensi %

Positif 65 84.4

Negatif 12 15.6

Total 77 100.0

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sebanyak 65 (84.4%) orang terinfeksi soil transmitted helminths.

5.3.10 Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12 Distribusi Infeksi Berdasarkan Jenis Cacing

Jenis cacing Frekuensi %

Ascaris lumbricoides 32 49.2

Ancylostoma duodenale 0 0.0

Trichuris trichiura 5 7.7

Infeksi campuran 28 43.1

Total 65 100.0

(39)

xxxvii

5.4 Hasil Analisis Statistik

Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan tabulasi silang. .

(40)

xxxviii

5.5 Pembahasan

5.5.1 Infeksi Kecacingan

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 77 siswa-siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur yang dilakukan pemeriksaan feses didapatkan sebanyak 65 orang (84.4%) positif terinfeksi soil transmitted helminth. Hasil penelitian pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga menunjukkan angka 55.8% positif infeksi (Zukhriadi, 2008). Perbedaan angka infeksi cacing pada penelitian masing-masing adalah disebabkan oleh perbedaan faktor risiko pada setiap penelitian. Faktor risiko yang paling berhubungan adalah sanitasi lingkungan, tingkat higiene, tingkat pekerjaan orang tua.

Jika dilihat pada distribusi infeksi berdasarkan jenis cacing pada tabel 5.12, didapati bahwa infeksi oleh Ascaris lumbricoides adalah infeksi yang paling tinggi dengan 32 orang (49.2%), diikuti dengan infeksi campuran yang sebanyak 26 orang (43.1%), dan seterusnya infeksi Trichuris trichiura sebanyak 5 orang (7.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Jalaluddin, 2009 yang menunjukkan persentase infeksi

Ascaris lumbricoides tertinggi dengan 65 orang (43.3%). 5.5.2 Higiene Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminth

(41)

xxxix

pada penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota, salah satu risiko yang berhubungkait dengan infeksi cacing adalah makanan jajanan yang tidak bersih (Zukhriadi 2008).

(42)

xl

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Angka infeksi soil transmitted helminths di SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur adalah 84.4%

2. Tingkat higiene yang tertinggi di SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur adalah tingkat baik dengan persentase 63.6%.

3. Tidak ada hubungan antara higiene dengan infeksi soil transmitted helminths siswa-siswi SD. Negeri no. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

6.2 Saran

Dalam seluruh proses penelitian ini, terdapat banyak keterbatasan sehingga beberapa saran dapat diungkap bagi semua pihak yang berperan dalam peneitian ini.

1. Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian ini pada masa hadapan, diperlukan sampel yang lebih banyak dan bervariasi. perangkat penelitian yang lebih lengkap dan akurat untuk mengawal bias dalam penelitian ini perlu dilakukan sbegai contoh dari segi pengetahuan dan sikap tentang higiene perlu diambil kira. Observasi pada responden adalah sangat penting untuk mengawal bias.

2. Bagi pihak sekolah, diupayakan rencana dalam menurunkan angka infeksi siswa-siswi dengan memberi ubat cacing secara rutin setiap tahun.

(43)

xli

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Brown, W.H. 1975. Basic Clinical Parasitology 4th Edition. New York: Appleton-Century Crofts.

Departemen Kesehatan R.I, 2001. Pedoman Modul dan Materi Pelatihan `Dokter kecil', Jakarta:Depkes R.I.

Departemen Kesehatan R.I, 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Jakarta. Departemen Kesehatan R.I, 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000, Jakarta.

Gandahusada. S, Ilahude. H. D., Pribadi. W. 2000. Parasitologi Kedokteran. Edisi III, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Gillespie S. H., Hawkey P. M. 2002. Medical Parasitology, A Practical Approach.

Oxford University Press.

Global Health-Division of Parasitic Disease and Malaria. 2010. Ascariasis. Center for Control Diease. Available from:

http://www.cdc.gov./parasites/ascariasis. [Accessed on 20 February 2011] Holland V. C., Kennedy W. M., 2002. The Geohelminths: Ascaris, Trichuris, and

Hookworms, Klauwer Academic Publishers.

Jalaluddin 2009, Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan

Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di

Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, Universitas Sumatera Utara. Kementerian Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia 2009: Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2009.

Merriam, W., 2009. Hygiene. Available from:

http://www.merriamwebster.com/dictionary/hygiene. [Accessed on 28 Maret 2011].

(44)

xlii

Notoatmodjo, S., 1997. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penilaian Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Oeswari E., 1991. Penyakit dan Penanggulangannya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Onggowaluyo,S,J. 2000. Parasitologi Medik I (Helmintologi). Pendekatan Aspek Identifikasi Diagnosis dan Klinik. Anggota IKAPI. EGC.Jakarta.

Pearson R. D., Gillespie S. H., 2001. Principles and Practice of Clinical Parasitology 1st Edition, John Wiley and Sons Limited, England.

Soemirat, J. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Anggota IKAPI. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumanto D., 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak Sekolah.

Universitas Diponegoro.

World Health Organization. 2006. Intestinal Worms, Soil Transmitted Helminths. Available from:

http://www.who.int/intestinal_worms/en. [Accessed on 20 February 2011] Zukhriadi R. R., 2008. Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi

Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Sibolga.

Universitas Sumatera Utara.

(45)

xliii

KUESIONER HUBUNGAN HIGIENE DENGAN

INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA-SISWI SD NEGERI NO. 101837 SUKA MAKMUR,

KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG

I. Data Umum Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Alamat :

II. Data Perilaku higiene

1. Apakah kamu mencuci tangan sebelum makan? a) Selalu

b) Kadang-kadang c) Tidak pernah

2. Bagaimana kamu mencuci tangan sebelum makan? a) Dengan air bersih dan sabun

b) Dengan air bersih c) Tidak mencuci tangan

3. Apakah kamu mencuci tangan setelah bermain? a) Selalu

(46)

xliv

4. Bagaimana kamu mencuci tangan setelah selesai bermain? a) Dengan air bersih dan sabun

b) Dengan air bersih c) Tidak mencuci tangan

5. Berapa kali kamu mandi dalam sehari? a) 2 kali atau lebih

b) 1 kali

c) Tidak mandi

6. Apakah kamu mandi menggunakan sabun? a) Selalu

b) Kadang-kadang c) Tidak pernah

7. Bilakah kamu menggunting kuku? a) Setiap minggu

b) Setiap 2 minggu

c) Jarang menggunting kuku

8. Apakah kamu sering menggigit kuku? a) Selalu

(47)

xlv

9. Setiap kali keluar rumah, apakah kamu menggunakan alas kaki (sandal, sepatu)?

a) Selalu

b) Kadang-kadang c) Tidak pernah

10. Apakah kamu bermain di tanah atau dengan menggunakan tanah? a) Selalu

b) Kadang-kadang c) Tidak pernah

11. Apakah kamu makan sambil bermain di tanah? a) Ya

b) Tidak

c) Kadang-kadang

12. Di mana kamu buang air besar(BAB)? a) Jamban dengan septic tank

b) Jamban yang tidak mempunyai septic tank

c) Lain-lain, sebutkan contohnya: sungai, kebun, tanah, atau lain-lain.

13. Apakah kamu mencuci tangan setelah buang air besar? a) Selalu

(48)

xlvi

14. Bagaimana kamu mencuci tangan setelah buang air besar? a) Dengan air bersih dan sabun

(49)

xlvii

Lembar Persetujuan Untuk Menyertai Penelitian berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-siswi SD

Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

Kepada Yth: Bapak/Ibu,

Orang tua/ penjaga siswa-siswi,

SD Negeri No. 101837 Suka Makmur,

Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Dengan hormat:

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Muhammad Daim Bin Daud Nim : 080100325

Alamat: Jl. dr. Sufian,No. 34 Medan

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada Siswa-iswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar pada semester ketujuh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Higiene dengan infeksi kecacingan pada anak SD. untuk keperluan tersebut, saya memohon kesedian Bapak/Ibu untuk mengizinkan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini dengan memberikan tinja dan menjawab kuesioner yang diberikan.

(50)

xlviii

perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu berpatisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 2011 Peneliti,

(51)

xlix

Saya , menyatakan bersedia untuk membenarkan anak saya menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Daim Bin Daud dengan NIM 080100325, Berjudul Hubungan Antara Higiene dengan Infeksi Cacing Soil Transmitted Helminths pada siswa-siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan anak saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2011 Responden

(52)

l

positif sedang positif positif positif positif

2 laki-laki positif baik positif negatif positif positif

3 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

4 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

5 perempua

n

negati f

baik negatif negatif negatif negatif

6 perempua

n

positif sedang positif negatif negatif negatif

7 perempua

n

positif sedang positif negatif negatif negatif

8 perempua

n

positif sedang positif negatif positif positif

9 perempua

n

negati f

sedang negatif negatif negatif negatif

10 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif

11 perempua

n

negati f

baik negatif negatif negatif negatif

12 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

13 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

14 perempua

n

positif baik positif negatif positif negatif

15 laki-laki positif baik positif positif positif negatif

16 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

17 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif

18 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif

19 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif

20 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

21 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif

22 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

23 laki-laki negati

f

baik negatif negatif negatif negatif

24 perempua

n

negati f

baik negatif negatif negatif negatif

25 laki-laki positif sedang positif negatif positif positif

26 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

27 laki-laki negati

f

sedang negatif negatif negatif negatif

(53)

li

29 laki-laki positif sedang negatif negatif positif negatif

30 laki-laki negati

f

sedang negatif negatif negatif negatif

31 laki-laki positif sedang positif positif positif positif

32 perempua

n

positif baik positif negatif positif negatif

33 laki-laki positif buruk positif positif positif positif

34 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

35 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

36 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

37 perempua

n

positif sedang positif negatif positif positif

38 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

39 perempua

n

positif sedang positif negatif positif positif

40 laki-laki positif sedang positif negatif positif positif

41 laki-laki positif sedang positif positif negatif positif

42 perempua

n

positif sedang negatif negatif positif negatif

43 perempua

n

positif sedang positif positif positif positif

44 perempua

n

positif sedang positif negatif negatif negatif

45 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

46 laki-laki negati

f

sedang negatif negatif negatif negatif

47 perempua

n

positif sedang positif negatif negatif negatif

48 perempua

n

positif baik positif positif positif positif

49 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

50 laki-laki positif baik negatif negatif positif negatif

51 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

52 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

53 perempua

n

positif sedang positif negatif negatif negatif

54 laki-laki negati

f

baik negatif negatif negatif negatif

(54)

lii

n

56 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

57 laki-laki positif baik positif negatif positif positif

58 laki-laki negati

f

sedang negatif negatif negatif negatif

59 laki-laki positif baik positif positif positif positif

60 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

61 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

62 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

63 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

64 perempua

n

positif baik positif negatif negatif negatif

65 perempua

n

positif baik positif positif positif positif

66 perempua

n

negati f

baik negatif negatif negatif negatif

67 perempua

n

positif baik positif negatif positif positif

68 perempua

n

positif sedang positif positif positif positif

69 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

70 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

71 laki-laki positif baik positif negatif positif positif

72 perempua

n

negati f

baik negatif negatif negatif negatif

73 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

74 laki-laki positif baik positif negatif negatif negatif

75 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif

76 laki-laki positif sedang positif negatif negatif negatif

(55)
(56)
(57)
(58)

lvi

Statistics

jenis kelamin

N Valid 77

Missing 0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 37 48.1 48.1 48.1

perempuan 40 51.9 51.9 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

kelas

N Valid 77

Missing 0

kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kelas 1 20 26.0 26.0 26.0

kelas 2 15 19.5 19.5 45.5

kelas 3 14 18.2 18.2 63.6

kelas 4 19 24.7 24.7 88.3

(59)

lvii

kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kelas 1 20 26.0 26.0 26.0

kelas 2 15 19.5 19.5 45.5

kelas 3 14 18.2 18.2 63.6

kelas 4 19 24.7 24.7 88.3

kelas 5 9 11.7 11.7 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

higiene

N Valid 77

Missing 0

higiene

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 49 63.6 63.6 63.6

sedang 27 35.1 35.1 98.7

buruk 1 1.3 1.3 100.0

Total 77 100.0 100.0

(60)

lviii

Statistics

cuci tangan

sebelum makan

cuci tangan

selepas bermain

N Valid 77 77

Missing 0 0

cuci tangan sebelum makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 75 97.4 97.4 97.4

tidak baik 2 2.6 2.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

cuci tangan selepas bermain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 63 81.8 81.8 81.8

tidak baik 14 18.2 18.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

frekuensi mandi

N Valid 77

(61)

lix

frekuensi mandi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 73 94.8 94.8 94.8

tidak baik 4 5.2 5.2 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

kebersihan kuku kontak tanah

kebiasaan buang

air besar

N Valid 77 77 77

Missing 0 0 0

Frequency Table

kebersihan kuku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 51 66.2 66.2 66.2

tidak baik 26 33.8 33.8 100.0

Total 77 100.0 100.0

(62)

lx

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering 33 42.9 42.9 42.9

jarang 44 57.1 57.1 100.0

Total 77 100.0 100.0

kebiasaan buang air besar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 72 93.5 93.5 93.5

tidak baik 5 6.5 6.5 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

kebiasaan alas kaki

N Valid 77

Missing 0

kebiasaan alas kaki

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering 56 72.7 72.7 72.7

jarang 21 27.3 27.3 100.0

(63)

lxi

Frequencies

Statistics

infeksi sth

N Valid 77

Missing 0

infeksi sth

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 65 84.4 84.4 84.4

negatif 12 15.6 15.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

ascariasis ancylostomiasis trichuriasis infeksi campuran

N Valid 77 77 77 77

Missing 0 0 0 0

Frequencies

Statistics

(64)

lxii

N Valid 77

Missing 0

infeksi campuran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 28 36.4 36.4 36.4

negatif 49 63.6 63.6 100.0

Total 77 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

infeksi campuran ascariasis ancylostomiasis trichuriasis

N Valid 77 77 77 77

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

infeksi campuran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 28 36.4 36.4 36.4

negatif 49 63.6 63.6 100.0

(65)

lxiii

ascariasis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 60 77.9 77.9 77.9

negatif 17 22.1 22.1 100.0

Total 77 100.0 100.0

ancylostomiasis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 10 13.0 13.0 13.0

negatif 67 87.0 87.0 100.0

Total 77 100.0 100.0

trichuriasis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 35 45.5 45.5 45.5

negatif 42 54.5 54.5 100.0

Total 77 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

(66)

lxiv

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%

jenis kelamin * infeksi sth Crosstabulation

infeksi sth

Total positif negatif

jenis kelamin laki-laki Count 31 6 37

% of Total 40.3% 7.8% 48.1%

perempuan Count 34 6 40

% of Total 44.2% 7.8% 51.9%

Total Count 65 12 77

% of Total 84.4% 15.6% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * infeksi sth 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%

(67)

lxv

sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .022a 1 .883

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .022 1 .883

Fisher's Exact Test 1.000 .565

Linear-by-Linear Association .021 1 .884

N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.77.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

(68)

lxvi

higiene * infeksi sth Crosstabulation

infeksi sth

Linear-by-Linear Association .086 1 .769

N of Valid Cases 77

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

(69)

lxvii

cuci tangan sebelum makan *

infeksi sth

77 100.0% 0 .0% 77 100.0%

cuci tangan selepas bermain *

infeksi sth

kebiasaan buang air besar *

infeksi sth

77 100.0% 0 .0% 77 100.0%

cuci tangan sebelum makan * infeksi sth

(70)

lxviii

sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .379a 1 .538

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .687 1 .407

Fisher's Exact Test 1.000 .711

Linear-by-Linear Association .374 1 .541

N of Valid Cases 77

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31.

b. Computed only for a 2x2 table

cuci tangan selepas bermain * infeksi sth

(71)

lxix

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.270a 1 .022

Continuity Correctionb 3.566 1 .059

Likelihood Ratio 4.436 1 .035

Fisher's Exact Test .036 .036

Linear-by-Linear Association 5.202 1 .023

N of Valid Cases 77

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18.

b. Computed only for a 2x2 table

frekuensi mandi * infeksi sth

Crosstab

infeksi sth

Total positif negatif

frekuensi mandi baik Count 62 11 73

% of Total 80.5% 14.3% 94.8%

tidak baik Count 3 1 4

% of Total 3.9% 1.3% 5.2%

Total Count 65 12 77

% of Total 84.4% 15.6% 100.0%

(72)

lxx

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .284a 1 .594

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .251 1 .617

Fisher's Exact Test .500 .500

Linear-by-Linear Association .281 1 .596

N of Valid Cases 77

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .62.

b. Computed only for a 2x2 table

kebersihan kuku * infeksi sth

Crosstab

sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

(73)

lxxi

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .001 1 .972

Fisher's Exact Test 1.000 .625

Linear-by-Linear Association .001 1 .973

N of Valid Cases 77

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.05.

b. Computed only for a 2x2 table

kebiasaan alas kaki * infeksi sth

Crosstab

sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .037a 1 .847

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .038 1 .846

(74)

lxxii

Linear-by-Linear Association .037 1 .848

N of Valid Cases 77

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.27.

b. Computed only for a 2x2 table

kontak tanah * infeksi sth

Crosstab

sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .008a 1 .928

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .008 1 .928

Fisher's Exact Test 1.000 .593

Linear-by-Linear Association .008 1 .928

N of Valid Cases 77

(75)

lxxiii

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .008a 1 .928

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .008 1 .928

Fisher's Exact Test 1.000 .593

Linear-by-Linear Association .008 1 .928

N of Valid Cases 77

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.14.

b. Computed only for a 2x2 table

kebiasaan buang air besar * infeksi sth

Crosstab

(76)

lxxiv

Pearson Chi-Square .079a 1 .778

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .074 1 .785

Fisher's Exact Test .582 .582

Linear-by-Linear Association .078 1 .780

N of Valid Cases 77

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .78.

b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Test

Frequencies

higiene

Observed N Expected N Residual

baik 49 25.7 23.3

sedang 27 25.7 1.3

buruk 1 25.7 -24.7

Total 77

infeksi sth

Observed N Expected N Residual

positif 65 38.5 26.5

negatif 12 38.5 -26.5

(77)

lxxv

Test Statistics

higiene infeksi sth

Chi-Square 44.987a 36.481b

df 2 1

Asymp. Sig. .000 .000

a. 0 cells (.0%) have expected frequencies

less than 5. The minimum expected cell

frequency is 25.7.

b. 0 cells (.0%) have expected frequencies

less than 5. The minimum expected cell

frequency is 38.5.

higiene * infeksi sth Crosstabulation

Gambar

Tabel 4.6. Tabel Chi Square
Tabel 5.1 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Higiene Responden
Tabel 5.4. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Mendatang. Studi ini meneliti

[r]

Selanjutnya untuk mempercepat keberhasilan proses perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, disusun acuan yang

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi yang ada penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DIALOG BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL RESPONS VERBAL DILENGKAPI DENGAN GAMBAR Studi Kuasi Eksperimen pada Kelas X SMA Al-Ma’arif

Namun ketika dilakukan forecasting 3 tahap ke depan, hasilnya sama- sama menunjukkan bahwa model ARFIMA memberikan hasil forecast yang lebih baik dan akurat dari pada ESTAR

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian kompos ampas tahu dan mengetahui dosis yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit kopi