• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil Penelitian

Respon pertumbuhan bibit kawista terhadap pemberian MVA dan kompos dengan berbagai taraf perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon berbagai dosis MVA dan kompos terhadap pertumbuhan bibit

kawista Respon Dosis MVA Dosis kompos Rerata K0 K30 K60 K90 Pertambahan tinggi bibit (cm) M0 10,25 11,25 7,75 9,25 9,63 M5 8,50 16,00 16,50 22,00 15,75 M10 20,00 18,00 18,50 16,25 18,19 M15 22,00 18,25 33,00 24,50 24,44 Rerata 15,19 15,94 18,94 17,94 17,00 Pertambahan jumlah daun (helai) M0 14,00 20,00 21,80 20,30 19,00 M5 16,50 24,50 22,30 20,00 21,00 M10 23,00 19,50 19,80 23,30 21,50 M15 20,80 22,00 36,80 28,00 27,00 Rerata 21,00 22,00 37,00 28,00 27,00 Pertambahan diameter batang (mm) M0 5,50 9,50 11,00 9,75 8,94 M5 9,25 9,25 11,00 9,25 9,69 M10 13,50 10,50 9,00 11,75 11,19 M15 9,00 12,50 11,25 10,00 10,69 Rerata 9,31 10,44 10,56 10,19 10,13 Pertambahan panjang akar (cm) M0 1,75 2,50 1,75 4,00 2,50 M5 2,75 3,75 2,50 2,25 2,81 M10 3,50 2,75 4,00 4,75 3,75 M15 3,00 5,25 3,50 1,75 3,38 Rerata 2,75 3,56 2,94 3,19 3,11 Pertambahan berat segar bibit (gram)

M0 8,00 14,75 19,25 18,00 15,00 M5 18,25 21,50 28,25 29,00 24,25 M10 31,50 28,00 32,00 28,50 30,00 M15 33,25 33,50 57,00 43,75 41,88

Rerata 22,75 24,44 34,13 29,81 27,78

Derajat infeksi MVA pada akar (%) M0 9,50 14,25 10,00 11,00 11,19 M5 9,25 10,00 13,50 19,00 12,94 M10 13,50 17,00 23,00 19,00 18,13 M15 17,50 23,00 43,25 35,25 29,69 Rerata 12,44 16,06 22,44 21,00 17,98

Keterangan: K0= dosis kompos 0 gram/tanaman, K30= dosis kompos 60 gram/tanaman, K90= dosis kompos 90 gram/tanaman, M0= dosis MVA 0 gram/tanaman, M5= dosis MVA 5 gram/tanaman, M10= dosis MVA 10 gram/tanaman, M15= dosis MVA 15 gram/tanaman.

Nilai parameter yang diamati bervariasai antar kombinasi taraf perlakuan (Tabel 3). Data tersebut kemudian dianalisis dengan Anovadua jalur untuk mengetahui apakah dosis MVA dan kompos serta interaksinya berpengaruh signifikan terhadap masing-masing parameter pertumbuhan bibit kawista dan

22

derajat infeksi MVA pada akar kawista.Hasil Anovadua jalur untuk berbagai parameter pertumbuhan bibit kawistadisajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan hasil Anova dua jalur pengaruh dosis MVA, kompos, dan

interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kawista.

Sumber variasi

F hitung untuk parameter pertumbuhan

Pertambahan

tinggi bibit Pertambahan jumlah daun Pertambahan diameter batang Pertambahan panjang akar Pertambahan berat segar bibit Derajat infeksi MVA pada Akar MVA 26,781** 5,915** 2,199 ts 1,191 ts 18,435** 13,597** Kompos 2,201 ts 8,812** 0,724 ts 0,527 ts 3,929* 6,211** Interaksi MVA dan kompos 3,733** 3,344** 1,570 ts 0,557 ts 0,907 ts 6,607** Keterangan:

Data hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada lampiran. ** Sangat signifikan

* Signifikan ts Tidak signifikan

Berdasarkan ringkasan hasil Anovadosis MVA berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar. Dosis kompos berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar kawista serta berpengaruh signifikan pada pertambahan berat segar bibit. Interaksi antara dosis MVA dan kompos menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada parameter pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, dan derajat infeksi MVA pada akar kawista (Tabel 4).

Parameter-parameter pertumbuhan bibit kawista yang menunjukkan pengaruh sangat signifikan dari uji Anovadua jalur selanjutnya diuji dengan DMRT. Tabel 5 menunjukkan ringkasan hasil uji DMRTpengaruh dosis MVA terhadap pertumbuhan bibit kawista.

Tabel 5. Ringkasan hasil uji DMRTpengaruh dosis MVA terhadap pertumbuhan bibit kawista. Dosis Respon Pertambahan tinggi bibit Pertambahan jumlah

daun Pertambahan berat segar bibit DerajatinfeksiMVA pada akar M 0 38,5c 76b 15,00c 11,90c M 5 63,0b 83b 24,25b 12,94c M 10 72,7b 86b 30,00b 18,13b M 15 97,5a 107a 41,88a 29,75a Keterangan:

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada DMRT α=0,05

M = MVA

Hasil DMRT menunjukkan bahwa MVA dosis 15 gram mengakibatkan rerata pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar kawista tertinggi, berbeda signifikan dengan perlakuan MVA 10 gram, 5 gram dan 0 gram (Tabel 5). Berbagai dosis MVAdalam penelitian menunjukkan hasil yang semakin meningkat pada parameter pertambahan tinggi bibit, jumlah daun danberat segar bibit; serta derajat infeksi MVA pada akar kawista sehingga masih ada kemungkinan hasil yang lebih baik pada dosis yang lebih tinggi.

Kompos berpengaruh sangat signifikan pada parameter pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar, untuk menentukan taraf perlakuan yangmenyebabkan perbedaan signifikan perlu dilakukan uji DMRT. Hasil uji DMRT pengaruh dosis kompos terhadap pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar kawista disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Ringkasan hasil uji DMRT pengaruh dosiskompos terhadap pertumbuhan bibit kawista.

Dosis

Respon Pertambahan jumlah daun

DerajatinfeksiMVA pada akar

K 0 74c 12,44d

K 30 86bc 16,06c

K 60 101a 22,44a

K 90 91ab 21,06b

24

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada DMRT α=0,05

K= Kompos

Uji DMRT menunjukkan bahwa perlakuan kompos 60 gram tidak berbeda signifikan dengan kompos 90 gram dan 30 gram, tetapi berbeda signifikandengan perlakuan kompos 0 gram pada parameter pertambahan jumlah daun (Tabel 6). Pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang, pertambahan berat segar bibit danderajat infeksi MVA pada akar menunjukkan hasil yang paling optimal pada perlakuan kompos 60 gram dan 90 gram.

Hasil analisis statistik dengan DMRT menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar kawista paling tinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan MVA 15 gram dengan kompos 60 gram tidak berbeda signifikan dengan kombinasi perlakuan MVA 15 gram dan kompos 90 gram. Kedua kombinasi tersebut paling optimal dalam pertumbuhan vegetatif bibit kawista (Tabel 7).Keragaman morfologi akar bibit kawista umur 12 minggu setelah tanam pada berbagai kombinasi perlakuan MVA dan kompos ditunjukkan pada Gambar 5.

Tabel 7. Ringkasan hasil uji DMRTpengaruh interaksi dosisMVA dan kompos

terhadap berbagai respon pertumbuhan bibit kawista.

Dosis Respon Pertambahan tinggi bibit (cm) Pertambahan jumlah daun (helai) Derajat infeksi MVA pada akar

(%) M 0 + K 0 10,25i 14,0e 9,50f M 0 + K 30 11,25hi 20,0e 14,25ef M 0 + K 60 7,75i 21,8d 10,00f M 0 + K 90 9,25i 20,3e 11,00f M 5 + K 0 8,50i 16,5e 9,25f M 5 + K 30 16,00h 24,5bc 10,00f M 5 + K 60 16,50ef 22,3d 13,50f M 5 + K 90 22,00cd 20,0e 19,00d M 10 + K 0 20,00d 23,0d 13,50f M 10 + K 30 18,00e 19,5e 17,00de M 10 + K 60 18,50de 19,8e 23,00c M 10 + K 90 16,25fg 23,3c 19,00cd M 15 + K 0 22,00bc 20,8de 17,50d M 15 + K 30 18,25e 22,0d 23,00bc M 15 + K 60 33,00a 36,8a 43,25a M15+ K 90 24,50ab 27,5ab 35,25ab

Keterangan:

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada uji DMRTα=0,05

M = MVA, K = Kompos

Gambar 5. Keragaman morfologi akar bibit kawista umur 12 minggu setelah tanam pada

berbagai kombinasi dosisMVA dan kompos, dari kiri (a) M0K0, M0K30,

M0K60, M0K90(b) M5K0, M5K30, M5K60, M5K60 (c) M10K0, M10K30, M10K60, M10K90, dan (d) M15K0, M15K30, M15K60, M15K90.Bar, 10 cm. B. Pembahasan

a

b

c

d

26

Dosis MVA dan kompos berpengaruh terhadap beberapa parameter pertumbuhan vegetatif bibit kawista. Dosis MVA berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar kawista. Dosis MVA 15 gram menyebabkan rerata pertumbuhan paling tinggi pada parameter tersebut.Semakin tinggi dosis MVA yang diberikan pada bibit kawista, pengaruhnya terhadap tinggi tanaman juga semakin baik pada empat parameter pertumbuah tersebut. Kemungkinan jika dosis MVA ditambah pertumbuhan kawista masih tetap meningkat, sehingga perlu diuji lanjut dosis yang paling optimum untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kawista.

Dosis MVA 15 gram menunjukkan rerata paling tinggi pada parameter pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat segar bibit, dan derajatinfeksi MVA pada akar kawista umur 12 minggu setelah tanam (mst) dibanding dengan dosis dibawahnya. Inokulasi MVA dari perakaran manggis asal Padang dan Sawaglunto-Sijunjung pada semaian manggis, dapat mempercepat pertumbuhan manggis yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah spora dan infeksi MVA pada akar sekitar 50% dibandingkan dengan semaian manggis yang tidak diinokulasi MVA (Muas et al. 2002). Menurut Morton dan Dieter (2003) mikoriza pada akar jeruk berfungsi untuk menguraikan bahan organik, meskipun mikoriza bersifat patogen pada spesies lain. Dibutuhkan 2-5 ton/Ha mikoriza atau setara dengan 10-25 gram mikroriza dalam pertumbuhan bibit jeruk, khususnya dalam peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman. Penelitian Hapsoh (2008) pada tanaman kedelai, MVA membantu peningkatan penyerapan air dan unsur hara baik makro maupun mikro pada tanaman. Selain itu akar yang mempunyai MVA dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat yang tidak tersedia bagi tanaman. Bibit yang diberi perlakuan MVA mengalami peningkatan dalam kemampuannya menyerap unsur hara yang dibutuhkan, sehingga metabolisme untuk pertumbuhan dapat berjalan dengan baik dan tanaman tidak mengalami hambatan dalam fase pertumbuhan vegetatif. Tersedianya nutrisi untuk metabolisme sel mengakibatkan meristem apikal pada ujung batang menjadi aktif membelah, sehingga sel bertambah banyak diikuti pembentangan dan

pemanjangan sel yang menyebabkan tajuk tanaman bertambah tinggi (Suwandiet al.2006).Menurut Khairul (2001) Hifa eksternal pada MVA dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah dan segera diubah menjadi senyawa polifosfat. Senyawa ini kemudian dipindahkan kedalam hifa dan dipecah menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh sel tanaman. MVA juga meningkatkan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin dan auksin. Pertambahan jumlah daun pada bibit kawista semakin banyak seiring meningkatnya perlakuandosis MVA. Aplikasi dosis MVA 15 gram menghasilkan jumlah daun paling banyak (28 helai). Menurut hasil penelitian Wu et al. (2012) dosis MVA 15 gram berpengaruh signifikan pada jumlah daun dan area perluasan akar pada tanaman jeruk dan tidak berbeda dengan dosis MVA 20 gram. Hal ini mungkin disebabkan dosis MVA 15 gram lebih banyak menghasilkan spora berkecambah yang dapat mempermudah akar tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.Ermansyah (2012) menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan kakao dapat dibuktikan dengan terbentuknya nodus-nodus baru pada batang. Kuncup daun baru akan terbentuk dari setiap nodus-nodus, sehingga jumlah daun akan semakin meningkat.Bidang penyerapan yang lebih luas akibat akar yang tumbuh lebih panjang membantu dalam penyerapan unsur haradibanding dengan tanaman tanpa MVA.Selain itu Syah ( 2005) menyebutkan aplikasi MVA pada beberapa tanaman komersial telah menunjukkan hasil yang baik, seperti MVA pada bibit jeruk dan bibit apel dapat meningkatkan jumlah daun, pertumbuhan vegetatif dan generatif serta bobot kering tanaman

Perlakuan MVA tidak berpengaruh signifikan pada pertambahan diameter batang dan pertambahan panjang akar. Penelitian Yao (2009) menyimpulkan bahwa dosis MVA 20 gram tidak berpengaruh pada panjang akar dan volum akar tanaman jeruk. Hal ini disebabkan oleh asimilat hasil dari fotosintesis lebih cenderung banyak digunakan pada daerah kuncup apikal, dalam hal ini daun dan pertumbuhan primer batangdibandingkan pertumbuhan sekunder batang dan akar.Seperti dilaporkan juga oleh Suwandi et al. (2006) pada kondisi ketersediaan air yang tinggi, tanaman jati melakukan aktivitas

28

maksimal untuk menyerap hara dan air yang berperan dalam pengakumulasiancadangan makananan dan penyimpananenergi yang sebanyak-banyaknya untuk proses pertumbuhan.

Hasil perhitungan Anova dua jalur menunjukkan bahawa dosis MVA berpengaruh signifikan terhadap pertambahan berat segar bibit.Menurut penelitian Kung’u (2008) tentang hubungan antara pertumbuhantanaman dengan peningkatan densitas inokulum MVA, dilaporkan bahwapeningkatan kolonisasi MVA menyebabkan peningkatan berat segar akarSenna spectabilis. Hal ini diduga inokulasi MVA dapat memacu aktivitas pertumbuhan tanaman dengan mempermudah bulu-bulu akar tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah.Menurut Kastono (2005) peningkatan bahan organik, bahan anorganik, dan air akibat perluasan area penyerapan akar akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanamanserta berpengaruh terhadap hasil tanaman. Semakin besar pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil asimilat (source) akan meningkatkan pertumbuhan organ pemakai (sink), hal ini nampak pada peningkatan berat segar tanamanChromolaenaodorata. Selain itu Syah et al. (2003) melaporkan, MVA mempunyai mekanisme hubungan dengan akar tanaman, diawali dengan spora MVA yang berkecambah dan menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan akar MVA tumbuh dan berkembang membentuk hifa yang panjang dan bercabang sehingga mempunyai jangkauan yang luas untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.

Derajat infeksi MVA pada akar tanaman kawista tertinggi yaitu 39,25%. Penelitian Sukarmin dan Dewi (2011) menyimpulkan bahwa dosis 15 gram MVA berpengaruh paling baik pada presentase akar sirsak yang terinfeksi (3,1 %). Menurut Syah (2005) rerata presentase akar jeruk yang terinfeksi jamur A. tuberculata sebesar 27,38% lebih tinggi daripada akar yang tidak diberi perlakuan. Alizadeh(2011)mengatakan simbiosis cendawan mikoriza dapat terjadi secara alami atau dengancara diinokulasikan pada tanaman inangnya dan proses kolonisasi secaraintensif terjadi pada fase pembibitan tanaman.Brundrett et al. (2008) juga mengatakan bibit tanaman yang telah terkolonisasi atau terinfeksi oleh cendawan mikorizaakan membawa hifa

ataupun spora cendawan mikoriza tersebut selama proses pertumbuhan. Dalam penelitian Read et al. (2000) menyimpulkan bahwa infeksi oleh MVA menyebabkan perubahan pertumbuhan dan aktivitas akar tanaman melalui terbentuknya miselia eksternal yang menyebabkan peningkatan serapan hara dan air. Hifa dari MVA menyebar hingga lebih dari 25 cm dari akar, sehingga meningkatkan eksplorasi tanah untuk mendapatkan hara.

Hasil analisis Anova dua jalur menunjukkandosis kompos berpengaruh signifikan pada parameter pertambahan jumlah daun. Perlakuan kompos 60 gram dan 90 gram memberikan pengaruh paling baik yaitu 101 dan 91 helai. Menurut Morton dan Dieter (2003) jumlah kg N/Ha yang dibutuhkan oleh famili Rutaceae yaitu 200 kg N/Ha yang terkandung dalam 24 ton/Ha kompos (setara dengan 60 gram/tanaman). Hal ini disebabkan karena kompos merupakan salah satu bahan organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Kompos akan memperbaikisifat fisik tanah yang menyebabkan tanah lebih gembur dan kandungan airnyalebih tinggi, sehingga proses pengambilan unsur hara dan air dari akar ke daun berlangsung lebih baik. Unsur hara yang tersedia akan menunjuang pertumbuhan tanamankhususnya pada pertumbuhan vegetatif. Hal ini juga didukung oleh pendapat Basuki (2000) yang menyatakan bahwa komposdigunakan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, yaitumemperbaiki struktur tanah, daya mengikat air, dan tata udara tanah. Pemberian pupukkompos memberi respon yang positif terhadap pertumbuhan tanaman.Susetya (2007) menyatakan bahwa masukan bahan organik kedalam tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.Aktivitas mikroba tanah akan meningkat dengan penambahan kompos.Pada dasarnya aplikasi kompos memang dibutuhkan pada stadia pembibitan, tetapi pada penelitian Widyati dan Slamet(2005) pemberian kompos ampas teh pada jagung manis dengan konsentrasi lebih tinggi dari 20 ton/Ha akan menurunkan pertumbuhan tanaman.

Kompos ampas teh akan memperbaiki sifat fisik tanah dan sekaligus menambah unsur N dalam tanah, sehingga dengan penambahan kompos ampas teh semakin tinggi N tersedia dalam tanah. Kompos sebagai penyedia hara

30

mengalami amonifikasi dan nitrifikasi sebelum N nya menjadi tersedia bagi tanaman. Dekomposisi N organik merupakan proses biokimia kompleks yang membebaskan karbondioksida. Nitrogen yang dibebaskan dalam bentuk amonium dioksidasi menjadi nitrit kemudian nitrat dengan proses nitrifikasi. Semakin banyak unsur N yang diperoleh dari kompos ampas teh semakin tinggi produksinya (Purbayanti et al. 2002). Meningkatnya konsentrasi N dalam tanah dengan pemberian kompos ampas teh akan menyebabkan proses metabolisme N dalam jaringan berjalan dengan baikakan meningkatkan pembentukan klorofil yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya dari matahari yang akan diubah menjadi menjadi energi kimia sehingga meningkatkan proses fotosintesis (Slamet 2005). Perlakuan kompos mengakibatkan peningkatan proses fotosintesis yang hasilnya lebih diarahkan dalam pembentukan daun. Hal ini akan meningkatkan pertambahan jumlah daun pada tanaman kawista.

Interaksi perlakuan MVA dengan kompos berpengaruh signifikan pada pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar.Hasil dari perlakuan MVA dipengaruhi oleh keragaman dosis kompos dan sebaliknya, hasil dari perlakuan kompos dipengaruhi oleh keragaman dosis MVA. Hal ini disebabkan infeksi MVA di pengaruhi oleh faktor lingkungan, cahaya, kelembaban tanahdan pemupukan, sesuai dengan pernyataan Fakuara (1988) cit., Hapsoh (2008) bahwa intensitas MVA dipengaruhi oleh faktor pemupukan, pestisida,intensitas cahaya, musim, kelembaban tanah dan tingkat kerentanan tanaman.Perlakuan pemberian MVA meningkatkan derajat infeksi MVA pada akar bibit kawista, karena selain akar sudah diinfeksimikoriza bawaan dari dalam tanah, akar juga mendapat tambahan mikoriza dari perlakuan.Tanaman yang terinfeksi mikoriza memiliki ketahanan pada kondisi lingkungan yang miskin air. Pupuk kompos jugamemiliki kemampuan untuk menyimpan air yang lebih banyak. Pasokan air yang tercukupi akan meningkatkan prosesfotosintesis tanaman. Menurut hasil penelitian Suwandi et al. (2006) proses fotosintesis yang maksimal akan meningkatkan bahan untuk metabolisme sel, sehingga pembentangan dan pemanjangan sel akan menambah tinggi tajuk dan terbentuknya daun

baru.MVA berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman (Ana 2003). Unsur fosfor, nitrogen dan kalium dibutuhkan tanaman famili Rutaceae dalam jumlah yang relatif besar, oleh sebab itu adanya input pupuk yang mengandung N, P, K dan Mg dibutuhkan dalam fase pertumbuhan bibit kawista. Menurut Novizan (2002), fosfor terdapat pada sel tanaman yang berfungsi untuk membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses asimilasi serta respirasi. Pemberian kompos yang mengandung fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Sedangkan kalium berperan antara lain dalam proses membuka dan menutupnya stomata, memperluas pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Magnesium berperan sebagai unsur pembentuk klorofi, regulator dalam penyerapan unsur P dan K, serta merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak.

Pertumbuhan bibit kawista yang optimal diperoleh dengan menggunakan media tanah yang diberi dosis MVA 15 gram dengan kompos 60 gram dandosis MVA 15 gram dengan kompos 90 gram. Bibit kawista dapat tumbuh dengan optimal pada suhu udara ±32oC, pH tanah ±6, kelembaban udara ±51% dan kecepatan angin ±0,5 m/s.Bibit kawista sebaiknya ditanam tidak pada saat musim penghujan karena hama pada tanaman kawista akan semakin meningkat ketika musim penghujan.

32 BAB V

Dokumen terkait