• Tidak ada hasil yang ditemukan

τ i = pengaruh perlakuan ke-

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.1. Penelitian Pendahuluan

3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nila BEST Selama Pemuasaan

Hari Ke- ∑ ikan hidup ∑ ikan mati SR (%) pH DO Suhu Tingkah Laku Ikan 1 30 0 100 7,77 4,76 29,6 Berenang Aktif 2 30 0 100 7,92 4,75 29,4 Berenang Aktif 3 30 0 100 8,00 5,31 29,3 Berenang Aktif 4 30 0 100 7,59 5,03 29,3 Berenang Aktif 5 30 0 100 8,11 5,45 29,3 Berenang Aktif 6 30 0 100 7,82 5,09 29,1 Berenang Aktif 7 30 0 100 8,09 5,49 29,2 Berenang Aktif Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air.

3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil uji TKO diperoleh benih ikan nila BEST memiliki nilai TKO sebesar 0,03±0.077 mgO2g-1 jam-1. Selama waktu pengangkutan yakni 16 jam oksigen yang diperlukan tiap perlakuan adalah masing-masing 288, 480 dan 672 mgO2 (Lampiran 1).

3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN)

Hasil uji laju eksresi TAN yang didapat dari pengujian setiap 12 jam selama 48 jam menunjukan bahwa benih ikan nila BEST mempunyai laju eksresi TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1 (lampiran 2). Berdasarkan hasil pengujian laju eksresi TAN maka prediksi TAN ikan nila BEST tiap perlakuan 300 ekor/ℓ, 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ selama 16 jam masing-masing 48, 80 dan 112 mg/ℓ. 

3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak

Pada uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN terdapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Pada uji karbon aktif didapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4).

3.1.2 Penelitian Utama

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Nila BEST Selama Pengangkutan Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada media pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan pada jam ke-0 sampai jam ke-4, namun terdapat perbedaan nyata pada jam ke-8 sampai jam ke-16.

Ikan pada jam ke-0 sampai jam ke-4 untuk perlakuan 300 ekor/ℓ masih mencapai 100%, hanya saja untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ  mengalami kematian sehingga mengakibatkan SR turun masing-masing menjadi 96±5,23% dan 91±1,8%. Nilai SR 100% pada perlakuan 300 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-4, sedangkan untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-0.

Tabel 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pengangkutan

jam ke- SR (%)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 100±0,00 100±0,00 100±0,00

4 100±0,00a 96±5,23a 91±1,8a

8 98±0,40a 93±3,54a 87±1,2a

16 96±1,41a 88±1.98b 79±0,7c

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 1. Menunjukan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada jam ke-16 untuk masing-masing perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/ℓ yang mencapai 96±0,47%. Tingkat kelangsunagn terendah adalah perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 79±0,7% selama masa pengangkutan 16 jam. Berdasarkan hasil perhitungan

10  statistik, peningkatan kepadatan ikan pada transportasi berberda nyata (P<0,05) antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan hidup pada jam ke-16 3.1.5 Kualitas Air Media Pengangkutan

Tabel 4 menunjukan bahwa konsentrasi TAN rata-rata dari setiap perlakuan pada jam ke-0, 4, 8 mengalami peningkatan konsentrasi TAN seiring bertambahnya waktu, namun terjadi penurunan pada jam ke-12. Pada jam ke 12 konsentrasi nilai TAN terendah terjadi pada perlakuan pada perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 0,502±0,049 mg/ℓ, kemudian meningkat pada masing-masing perlakuan 500 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,744±0,047 mg/ℓ dan perlakuan 700 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,792±,0,006 mg/ℓ.

Tabel 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan ikan nila BEST

jam ke- TAN (mg/L)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 0,138±0,000 0,138±0,000 0,138±0,000

4 0,478±0,291a 0,717±0,265a 0,773±0,009a 8 0,814±0,039a 0,883±0,014ab 0,929±0,009c 12 0,502±0,049a 0,744±0,047b 0,792±,0,006b

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05).

Nilai amoniak tidak terionisasi (NH3) diperoleh dari data TAN dengan memperhitungkan kondisi pH dan suhu pada setiap unit percobaan dengan menggunakan tabel persentase amoniak tidak terionisasi (Tabel 1). Gambar 2 menunjukan konsentrasi NH3 pada media pengangkutan untuk setiap perlakuan

96±0,47% 88±1,98% 79±0,7% 0 20 40 60 80 100

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SR

 

(%)

Perlakuan

300 ekor 500 ekor 700 ekor

a

b

11  dari jam ke-0 sampai jam ke 12 terlihat terjadi peningkatan konsentrasi dari waktu ke waktu. Konsentasi NH3 mulai meningkat pada jam ke-4 dengan nilai terendah pada perlakuan 500 ekor/ℓ sebesar 0,0082+0,016 mg/ℓ dan nilai tertinggi pada perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 0,146±0,016 mg/ℓ. Nilai NH3 pada jam ke-12 untuk semua perlakuan berkisar antara 0,0082+0,016-0,0415+0,003 mg/ℓ. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan pada jam ke 12.

Gambar 2. Nilai NH3 rata-rata pada media air

Gambar 3. menunjukan suhu selama pengangkutan relatif stabil, diketahui bahwa suhu awal air dalam wadah penampungan yaitu 280C. Suhu kemudian diturunkan dengan penambahan es batu ke dalam boks Styrofoam. Suhu pengangkutan benih ikan nila pada penelitian ini berkisar antara 24-260C

Gambar 3. Suhu media air pengangkutan

Gambar 4. dapat terlihat bahwa nilai oksigen awal sebelum pengangkutan adalah 3,75 mg/ℓ. pada saat ikan ditransportasikan. DO media pada jam ke-4 mengalami kenaikan pada jam ke-4 karena adanya penambahan dan tekanan dari oksigen murni. Pada jam ke-8 kandungan DO mulai menurun, pada jam ke-12

‐0.010 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0 4 8 12 Am oniak (m g/ ℓ ) Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

24 25 26 27 0 8 12 Suhu 0C Waktu

12  nilai DO sebesar 3,56 mg/ℓ untuk kepadatan 300 ekor/ℓ, kemudian nilai DO sebesar 2,97 mg/ℓ untuk kepadatan 500 ekor/ℓ, dan nilai DO sebesar 2,92 mg/ℓ untuk kepadatan700 ekor/ℓ. Pengaruh secara nyata antar perlakuan terjadi pada jam ke-4 sampai akhir pengambilan sampel.

Gambar 4. DO media air pengangkutan

Gambar 5. menunjukkan kisaran derajat keasaman (pH) selama pengangkutan masing-masing perlakuan selama pengangkutan, adapun kisaran pH selama pengangkutan adalah berkisar antara 6,84-7,30. Kisaran ini merupakan kisaran optimum pada pengangkutan benih ikan nila BEST. Nilai pH ini tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dari jam ke-0 sampai ke -12.

Gambar 5. pH media air pengangkutan

Gambar 6. Menunjukan nilai CO2 selama pengangkutan mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu. Nilai CO2 berkisar antara 15,98 sampai 71,91 mg/ℓ. Pada jam ke 12, nilai CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Nilai CO2 tertinggi terjadi padapadat tebar 700 ekor/ℓ dengan nilai konsentrasi

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 0 4 8 12 DO (m g/l) Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 0 4 8 12 pH Waktu

13  71,914±5,65 mg/ℓ. Adapun pada perlakuan 300 ekor/ℓ dengan nilai CO2 dari waktu ke waktu relatif stabil.

Gambar 6. Konsentrasi CO2 media air pengangkutan

3.1.6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan

Dokumen terkait