• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ASTRI HANDAYANI. Utilization of Zeolite and Active Carbon in a Closed Transportation of Tilapia Seed Strain BEST Oreochromis sp. with a High Density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and HARTON ARFAH.

A common method of moving the seeds is a short-distance transport with a limited density of fish. Therefore, it is necessary to have a transport system that can move the seeds to a raising area in a relatively long time, with high density and high survival rate. This study used a combination of zeolite (20 g/ℓ) and active carbon (10 g/ℓ) on tilapia seeds strain BEST with a size of ± 0.22 g/ℓ fish with a high density. Addition of supplement materials such as zeolit and active carbon were aimed to raise and maintain water quality during the transportation process, so the highest density could be attained. This study aimed to determine and find out the effectiveness of zeolite and active carbon in maintaining the quality of water in a closed transportation so as to know the optimal density of tilapia seeds strain BEST transported for 16 hours and to minimize the post-transport of mortality rate. This study consisted of two stages. The preliminary stage was to measure the level of oxygen consumption, ammonia excretion rate, fish fasting ability, and to determine the optimum density of tilapia BEST in a closed transportation. Transport time was 16 hours and the post-transport raising was 14 days for treatments with a density of 300, 500 and 700 fish/ℓ. The study result showed that density of 300 fish/ℓ is more effective compare to other treatment with a survival rate of 96%, highest Specific Growth Rate, namely 5,96%, and survival rate after transportation was 85%. However, when viewed from the profit, the optimum treatment density of 700 fish/ℓ had a profit of Rp 86.280, with a survival rate of 79% for 16 hours.

Keywords: Survival rate (SR), fish transportation, zeolites and active carbon.

(2)

ABSTRAK

ASTRI HANDAYANI. Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan HARTON ARFAH.

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Sistem pengangkutan yang umum yaitu sistem transportasi tertutup dengan jarak pendek dan kepadatan ikan terbatas. Maka diperlukan suatu sistem pengangkutan yang dapat memindahkan benih ke tempat pembesaran jarak jauh, dengan kepadatan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Penambahan material zeolit dan karbon aktif ini diharapkan dapat mempertahankan kualitas air selama pengangkutan, sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca pengangkutan. Tahapan penelitian dimulai dari mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, kemampuan puasa ikan, penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup. Transportasi dilakukan selama 16 jam dan pemeliharaan pasca transportasi selama 14 hari untuk perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ℓ. Hasil penelitian menunjukan perlakuan 300 ekor/ℓ lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya dengan tingkat kelangsungan hidup selama pengangkutan sebesar 96%, LPH paling tinggi 5,96% dan tingkat kelangsungan hidup pascatransportasi sebesar 85%. Namun demikian dilihat dari keuntungan perlakuan 700 ekor/ℓ lebih baik mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

(3)

I.

PENDAHULUAN

Salah satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan nila. Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan. Permintaan ikan nila relatif besar yang ditunjukkan dengan hasil panen yang hampir semuanya terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan untuk masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 4,51 %, yakni dari 23,95 kg/kapita/tahun menjadi 25,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2006. Selain itu, KKP menargetkan produksi ikan nila tahun 2011 sebanyak 639.300 ton jumlah ini naik sekitar 36,26% dari tahun 2010 yang sebanyak 469.173 ton (KKP, 2009). Salah satu ikan nila unggul adalah ikan nila dengan strain BEST. Ikan nila strain BEST memiliki keunggulan dalam kecepatan pertumbuhan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 90% (Arifin, 2010).

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Pengangkutan ikan hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem tertutup. Faktor yang menyebabkan kematian ikan pada pengangkutan sistem tertutup, antara lain berkurangnya persediaan oksigen terlarut akibat respirasi, temperatur yang tinggi, dan terakumulasinya metabolit beracun seperti amoniak. Swann (1993) menyatakan bahwa amoniak berbahaya pada ikan pada konsentrasi 0,2 mg/ℓ, dan konsentrasi diatas 1,4 mg/ℓ menyebabkan kematian ikan selama transportasi. Akumulasi amoniak dalam wadah dapat menyebabkan kematian ikan selama transportasi, maka diperlukan cara untuk mengontrol akumulasi amoniak di dalam wadah transportasi ikan.

(4)

2 Ghozali (2010) juga meneliti kembali tentang penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ, dan garam 4 g/ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, yang menghasilkan SR 89% dengan lama pengangkutan 120 jam. Penambahan kombinasi zeolit dan karbon aktif diharapkan dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas air selama proses transporatsi sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan. Zeolit mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap amoniak, karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul-molekul (Anwar et al., 1985). Sedangkan karbon aktif berfungsi sebagai pengikat total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS) serta penyerap gas seperti amoniak (NH3).

(5)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama.

Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan meliputi penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi

oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam

penyerapan Total Amoniak Nitrogen (TAN). Tahap penelitian utama yaitu

pengangkutan dengan penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada

transportasi tertutup, kualitas air, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan

harian ikan selama pemeliharaan.

2.2. Prosedur Kerja

2.2.1 Tahap Penelitian Pendahuluan

2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Penentuan puasa ikan dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila BEST tanpa diberi pakan. Hal ini berguna

pada saat pengangkutan dilakukan, apabila terjadi kematian bukan karena

kelaparan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah

akuarium berukuran 50x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan

selama 1 hari kemudian diisi air dengan tinggi air 25 cm yang diaerasi selama 2

hari, lalu dimasukkan ikan uji sebanyak 30 ekor/akuarium. Parameter yang

diamati yaitu tingkah laku ikan uji yang dilakukan setiap hari selama tujuh hari

dan kualitas air yaitu nilai pH, suhu dan oksigen terlarut.

2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan untuk mengetahui

konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan

ikan selama pengangkutan. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen dilakukan

dalam wadah yang berukuran 3ℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan,

kemudian diisi air dan diaerasi selama 3 hari agar kandungan oksigen di dalam air

(6)

4  ditutup rapat dengan plastik hingga tidak terdapat gelembung udara dan dilakukan

pengukuran DO setiap 1 jam selama 6 jam dengan menggunakan DO-meter.

2.2.1.3 Laju Eksresi Amoniak

Penentuan laju eksresi amonia ikan bertujuan untuk menghitung jumlah

amoniak yang dieksresikan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui

jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan

menyiapkan 3 toples bervolume 3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama

satu hari, kemudian diisi air hingga penuh. Ikan uji dimasukkan ke dalam wadah

masing-masing 10 ekor/toples. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 30

mℓ setiap 24 jam selama 48 jam untuk mengukur suhu, pH, dan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN).

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit Dan Karbon Aktif Terhadap Amoniak

Pengukuran kemampuan serap zeolit dan karbon aktif pada NH3 dapat

dilakukan dengan mengukur tingkat serap bahan aktif tersebut dalam larutan

TAN. Tahapan pada proses ini diawali dengan penyiapan tiga botol plastik yang

salah satu bagian tutup botol dilubangi dengan jarum. Selanjutnya, botol tersebut

diisi dengan zeolit sebanyak 20 gram dan karbon aktif sebanyak 10 gram. Selanjutnya air

yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dengan volume 1 ℓ dialirkan pada masing-masing botol,

di bawah botol diletakkan gelas piala untuk menampung aliran air yang mengalir pada

botol. Langkah ini dilakukan setiap 1 menit selama 7 menit. Air sampel yang ditampung

tersebut kemudian diukur kadar TAN, pH dan suhu.

2.2.2 Penelitian Utama

2.2.2.1 Penentuan Kepadatan Optimum Benih Ikan Nila BEST Pada Pengangkutan Tertutup

Prosedur ini dilakukan dengan pemuasaan ikan uji selama 2 hari,

kemudian disiapkan 12 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu

ujung plastik dipasang stop keran (regulator) untuk mengambil sampel air dan

ujung yang lain dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif. Selanjutnya kantong

plastik diisi dengan air masing-masing 1,3 dan ikan uji dimasukkan kantong

(7)

5  terdiri dari 2 ulangan. Setiap kantong diisi oksigen dengan perbandingan 1:3 dan

diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Selanjutnya dimasukkan es batu kedalam kotak Styrofoam agar suhu stabil, kemudian ditutup rapat.

Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 4 jam dan pengambilan sampel

air sebanyak 100 m per kantong setiap 4 jam. Pengamatan dan pengambilan

sampel dihentikan hingga 12 jam. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

membuka keran yang sudah dipasang di ujung plastik sehingga air yang ada di

dalam plastik dapat keluar tanpa mengalami difusi udara dari luar packing. Proses transportasi dilakukan secara simulasi di laboratorium, yaitu disimpan di boks

Styrofoam yang diguncangkan.

2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup

sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan awal pemeliharaan. Perhitungan SR

digunakan rumus dari Goddart (1996):

% %

Keterangan :

SR = Kelangsungan Hidup

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

2.2.2.3 Total Amoniak Nitrogen (TAN) dan Amoniak (NH3)

Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai absorban sampel dan standar

kemudian dilakukan konsentrasi larutan standar yang digunakan

NH3 = nilai TAN dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak terionisasi berdasarkan

nilai pH dan suhu. Berikut merupakan persentase amoniak tak terionisasi pada suhu dan

(8)

6  Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang

berbeda (Boyd, 1990)

Suhu (0C) pH

6,5 7 7,5 8 8,5 18 0,1 0,3 0,9 2,9 8,5 20 0,1 0,3 1,1 3,3 9,8

22 0,1 0,4 1,2 3,8 11,2

24 0,2 0,5 1,4 4,4 12,7

26 0,2 0,5 1,7 5 14,4

2.2.2.4 Pemeliharaan Ikan Nila BEST Pasca Pengangkutan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 14 hari setelah packing dibongkar. Ikan dipelihara di dalam akuarium dengan dimensi 100x50x50 cm yang telah

dicuci dan dikeringkan selama 3 hari. Sumber air yang digunakan berasal dari air

tandon laboratorium lingkungan dan diberi perlakuan dengan menggunakan filter

fisik melalui sistem pengendapan. Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm

dan diaerasi selama 3 hari.

Ikan dipelihara dengan pemberian pakan berupa pellet secara at satiation. Penyiponan dilakukan setiap pagi dan sore dengan pergantian air sebanyak 20%

setiap hari. Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan dengan mengukur

bobot ikan awal dan bobot ikan akhir sedangkan pengamatan kelangsungan hidup

ikan selama pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengamati kondisi ikan.

2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian (α) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata

akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan kemudian dibandingkan

dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):

  %

Keterangan:

Wt = Bobot ikan akhir (ekor)

Wo = Bobot ikan awal (ekor)

(9)

2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2), Kesadahan, Derajat

Keasaman, dan Suhu

Parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, karbon dioksida, derajat

keasaman dan suhu diukur setiap 4 jam selama 12 jam.

2.2.2.7 Rancangan Percobaan

Rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 3 perlakuan yaitu:

A = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 300 ekor/ℓ

B = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 500 ekor/ℓ

C = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 700 ekor/ℓ

Masing-masing perlakuan terdiri dari 2 ulangan. Model rancangan yang digunakan

yaitu: yij = µ + τi + έij (Steel dan Torrie, 1982)

Keterangan:

yij = data pada perlakuan kepadatan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah data

τi = pengaruh perlakuan ke-i

έij = kesalahan percobaan pada perlakuan kepadatan ke-j dan ulangan ke-i

2.2.2.8 Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tingkat kematian

ikan, data kualitas air (oksigen terlarut, nilai pH, suhu dan total amoniak nitrogen), bobot

ikan. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung parameter yang diamati meliputi

NH3, derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot harian.

2.2.2.9 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji F pada selang

kepercayaan 95% menggunakan program Ms.Exel 2007 dan SPSS 16.0. Apabila

berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan

menggunakan uji Tukey. Adapun parameter yang dianalisis adalah tingkat kelangsungan

hidup dan nilai kualitas air selama pengangkutan yang meliputi total amoniak nitrogen

(TAN), oksigen terlarut (DO), karbon dioksida (CO2), derajat keasaman (pH) dan suhu.

Selain itu, laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan

(10)

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1. Penelitian Pendahuluan

3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan

hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari

kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nila BEST Selama Pemuasaan

Hari Ke-

∑ ikan hidup

∑ ikan

mati SR (%) pH DO Suhu

Tingkah Laku Ikan

1 30 0 100 7,77 4,76 29,6 Berenang Aktif 2 30 0 100 7,92 4,75 29,4 Berenang Aktif 3 30 0 100 8,00 5,31 29,3 Berenang Aktif 4 30 0 100 7,59 5,03 29,3 Berenang Aktif 5 30 0 100 8,11 5,45 29,3 Berenang Aktif 6 30 0 100 7,82 5,09 29,1 Berenang Aktif 7 30 0 100 8,09 5,49 29,2 Berenang Aktif Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air.

3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil uji TKO diperoleh benih ikan nila BEST memiliki nilai TKO

sebesar 0,03±0.077 mgO2g-1 jam-1. Selama waktu pengangkutan yakni 16 jam

oksigen yang diperlukan tiap perlakuan adalah masing-masing 288, 480 dan 672

mgO2 (Lampiran 1).

3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN)

Hasil uji laju eksresi TAN yang didapat dari pengujian setiap 12 jam

selama 48 jam menunjukan bahwa benih ikan nila BEST mempunyai laju eksresi

TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1 (lampiran 2). Berdasarkan hasil pengujian

(11)

3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif terhadap Amoniak

Pada uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN terdapat hasil bahwa air yang

mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Pada uji karbon aktif

didapat hasil bahwa air yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4).

3.1.2 Penelitian Utama

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Nila BEST Selama Pengangkutan Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada media

pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukan

bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan pada jam ke-0 sampai jam

ke-4, namun terdapat perbedaan nyata pada jam ke-8 sampai jam ke-16.

Ikan pada jam ke-0 sampai jam ke-4 untuk perlakuan 300 ekor/ℓ masih mencapai 100%, hanya saja untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ  mengalami kematian sehingga mengakibatkan SR turun masing-masing menjadi

96±5,23% dan 91±1,8%. Nilai SR 100% pada perlakuan 300 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-4, sedangkan untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ hanya bertahan sampai jam ke-0.

Tabel 3. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama pengangkutan

jam ke- SR (%)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 100±0,00 100±0,00 100±0,00

4 100±0,00a 96±5,23a 91±1,8a

8 98±0,40a 93±3,54a 87±1,2a

16 96±1,41a 88±1.98b 79±0,7c

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0.05)

Gambar 1. Menunjukan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST

pada jam ke-16 untuk masing-masing perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup

(12)

10  statistik, peningkatan kepadatan ikan pada transportasi berberda nyata (P<0,05)

antara perlakuan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan hidup pada jam ke-16

3.1.5 Kualitas Air Media Pengangkutan

Tabel 4 menunjukan bahwa konsentrasi TAN rata-rata dari setiap perlakuan

pada jam ke-0, 4, 8 mengalami peningkatan konsentrasi TAN seiring

bertambahnya waktu, namun terjadi penurunan pada jam ke-12. Pada jam ke 12

konsentrasi nilai TAN terendah terjadi pada perlakuan pada perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 0,502±0,049 mg/ℓ, kemudian meningkat pada masing-masing perlakuan 500 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,744±0,047 mg/ℓ dan perlakuan 700 ekor/ℓ dengan konsentrasi TAN sebesar 0,792±,0,006 mg/ℓ.

Tabel 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan ikan nila BEST

jam ke- TAN (mg/L)

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 0,138±0,000 0,138±0,000 0,138±0,000

4 0,478±0,291a 0,717±0,265a 0,773±0,009a 8 0,814±0,039a 0,883±0,014ab 0,929±0,009c 12 0,502±0,049a 0,744±0,047b 0,792±,0,006b

Keterangan: huruf superscrip di belakang nilai standar deviasi adalah berbeda pada setiap baris menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05).

Nilai amoniak tidak terionisasi (NH3) diperoleh dari data TAN dengan

memperhitungkan kondisi pH dan suhu pada setiap unit percobaan dengan

menggunakan tabel persentase amoniak tidak terionisasi (Tabel 1). Gambar 2

menunjukan konsentrasi NH3 pada media pengangkutan untuk setiap perlakuan 96±0,47%

88±1,98%

79±0,7%

0 20 40 60 80 100

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SR

 

(%)

Perlakuan

300 ekor 500 ekor 700 ekor

a

b

(13)

11  dari jam ke-0 sampai jam ke 12 terlihat terjadi peningkatan konsentrasi dari waktu

ke waktu. Konsentasi NH3 mulai meningkat pada jam ke-4 dengan nilai terendah

pada perlakuan 500 ekor/ℓ sebesar 0,0082+0,016 mg/ℓ dan nilai tertinggi pada perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 0,146±0,016 mg/ℓ. Nilai NH3 pada jam ke-12 untuk semua perlakuan berkisar antara 0,0082+0,016-0,0415+0,003 mg/ℓ. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan pada jam ke 12.

Gambar 2. Nilai NH3 rata-rata pada media air

Gambar 3. menunjukan suhu selama pengangkutan relatif stabil, diketahui

bahwa suhu awal air dalam wadah penampungan yaitu 280C. Suhu kemudian

diturunkan dengan penambahan es batu ke dalam boks Styrofoam. Suhu

pengangkutan benih ikan nila pada penelitian ini berkisar antara 24-260C

Gambar 3. Suhu media air pengangkutan

Gambar 4. dapat terlihat bahwa nilai oksigen awal sebelum pengangkutan

adalah 3,75 mg/ℓ. pada saat ikan ditransportasikan. DO media pada jam ke-4 mengalami kenaikan pada jam ke-4 karena adanya penambahan dan tekanan dari

oksigen murni. Pada jam ke-8 kandungan DO mulai menurun, pada jam ke-12 ‐0.010

0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050

0 4 8 12

Am

oniak (m

g/

)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

24 25 26 27

0 8 12

Suhu

0C

Waktu

(14)

12  nilai DO sebesar 3,56 mg/ℓ untuk kepadatan 300 ekor/ℓ, kemudian nilai DO sebesar 2,97 mg/ℓ untuk kepadatan 500 ekor/ℓ, dan nilai DO sebesar 2,92 mg/ℓ untuk kepadatan700 ekor/ℓ. Pengaruh secara nyata antar perlakuan terjadi pada jam ke-4 sampai akhir pengambilan sampel.

Gambar 4. DO media air pengangkutan

Gambar 5. menunjukkan kisaran derajat keasaman (pH) selama

pengangkutan masing-masing perlakuan selama pengangkutan, adapun kisaran

pH selama pengangkutan adalah berkisar antara 6,84-7,30. Kisaran ini merupakan

kisaran optimum pada pengangkutan benih ikan nila BEST. Nilai pH ini tidak

terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dari jam ke-0 sampai ke -12.

Gambar 5. pH media air pengangkutan

Gambar 6. Menunjukan nilai CO2 selama pengangkutan mengalami

peningkatan seiring bertambahnya waktu. Nilai CO2 berkisar antara 15,98 sampai

71,91 mg/ℓ. Pada jam ke 12, nilai CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Nilai CO2 tertinggi terjadi padapadat tebar 700 ekor/ℓ dengan nilai konsentrasi

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

0 4 8 12

DO (m

g/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

0 4 8 12

pH

Waktu

(15)

13  71,914±5,65 mg/ℓ. Adapun pada perlakuan 300 ekor/ℓ dengan nilai CO2 dari waktu ke waktu relatif stabil.

Gambar 6. Konsentrasi CO2 media air pengangkutan

3.1.6 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila BEST pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST yang dipelihara pasca

pengangkutan memiliki nilai SR yang beragam. Pada awal pemeliharaan terjadi

kematian ikan pada hari ke-3 dan ke-4 pada perlakuan dengan kepadatan 300

ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ.  Tingkat kelangsungan (SR) tertinggi hingga akhir

pemeliharaan selama 14 hari terdapat pada perlakuan 300 ekor/  sebesar 85%. Sedangkan tingkat kelangsungan terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ℓ yaitu sebesar 63%.

Gambar 7. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada pemeliharaan pasca pengangkutan selama 14 hari

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

0 4 8 12

CO2

 

(mg/l)

Waktu

300 ekor 500 ekor 700 ekor

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

SR (%)

Hari

(16)

14  3.1.7 Laju Pertumbuhan Harian pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan

Nilai laju pertumbuhan benih ikan nila BEST dapat dilihat pada Gambar 6.

Dari gambar tersebut dapat dilihat Laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi

terdapat pada perlakuan 300 ekor/ yaitu sebesar 5,96 %. Laju pertumbuhan

harian (LPH) terendah terdapat pada perlakuan 700 ekor/ yaitu sebesar 3,28%.

Hasil uji statistik tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata antara

masing-masing kepadatan 300 ekor/ , 500 ekor/ dan 700 ekor/

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Harian benih ikan nila BEST pasca pengangkutan

3.1.8 Histopatologi insang benih ikan nila BEST selama pengangkutan

Hasil pengamatan penelitian pada jam ke-16, menunjukan bahwa

perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ menyebabkan perubahan

mikroskopis pada organ insang. Pada perlakuan dengan kepadatan 300 ekor/

terdapat kerusakan mikroskopis berupa hiperemi. Perlakuan dengan kepadatan

500 ekor/ terdapat kerusakan insang berupa hiperplasia dan nekrosi. Sedangkan

perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ menunjukan adanya kerusakan insang

berupa kongesti dan nekrosi.

5,96  0,007

4,69 0,035

3,28 0,056

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

300 ekor 500 ekor 700 ekor

SGR

 

(%)

Perlakuan

a

a

(17)

15  Keterangan: Hp=hiperplasia, K=Kongesti, N=nekrosis, Hi=hiperemi

Gambar 9. Gambaran histolopatologi insang A (ikan kontrol dengan lamela sekunder (LS) dan lamela primer (LP)). B (perlakuan kepadatan 300 ekor/ , C (perlakuan kepadatan 500 ekor/ ) dan D (perlakuan kepadatan 700 ekor/ ).

LS 

LP

  Hi

Hp

N

N

100 µm

50 µm

(18)

16  3.1.9 Analisa biaya pengangkutan

Tujuan transportasi pada penelitian ini diasumsikan ke Palembang,

Sumatra Barat. Pengangkutan dilakukan dengan jalur darat dengan jarak tempuh

selama 16 jam. Kantong yang ditransportasikan untuk masing-masing perlakuan

berjumlah dua kantong packing. Berikut ini analisa biaya pengangkutan benih ikan nila BEST yang diangkut dengan kepadatan berbeda Tabel 5.

Tabel 5. Biaya pengangkutan benih ikan nila BEST dengan kepadatan berbeda

Komponen Satuan Harga Satuan (Rp)

Perlakuan

300 e/ℓ (Rp) 500 e/ℓ (Rp) 700 e/ℓ (Rp)

Oksigen murni perkantong Rp/kantong 1000 2.000 2.000 2.000

Plastik packing Rp/lembar 500 2.000 2.000 2.000

Karet buah 10 40 40 40

Es batu buah 1,000 2.000 2.000 2.000

Karbon Aktif Rp/kantong 150 300 300 300

Zeolit Rp/kantong 50 100 100 100

Harga beli benih nila BEST ekor 50 15.000 25.000 35.000

Transportasi per packing Rp 0 5.000 5.000 5.000

Total Biaya 26.440 36.440 46.440

SR pengangkutan 96% 88% 79%

Jumlah ikan hidup pasca pengangkutan (ekor)

576 880 1106

Penerimaan (harga jual

Rp120/ekor) Rp 69.120 105.600 132.720

Keuntungan Rp 42.680 69.160 86.280

Rata-rata biaya yang dikeluarkan/ekor pasca transportasi

Rp 45,903 41,409 41,989

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan yang didapat pada

pengangkutan benih ikan nila BEST berbeda setiap perlakuan Keuntungan yang

paling tinggi terdapat pada pengangkutan benih ikan nila BEST perlakuan dengan

kepadatan 700 ekor/ℓ sebesar Rp 86.280. Perlakuan dengan kepadatan 500 ekor/ℓ mempunyai keuntungan sebesar Rp. 69.160. Sedangkan keuntungan terendah

terdapat pada perlakuan 300 ekor/ℓ sebesar Rp. 42.680. Dari segi biaya yang

dikeluarkan setiap ekor benih ikan nila perlakuan 300 ekor/ℓ lebih ekonomis dari

semua perlakuan sebesar Rp 45,90 dibandingkan biaya pengangkutan dengan

(19)

17  3.2 Pembahasan

3.2.1 Penelitian Pendahuluan

Hasil penelitian pendahuluan yaitu kemampuan puasa ikan (Tabel 2),

menunjukan bahwa benih ikan nila BEST ukuran ±0.22 gram dapat bertahan

hidup tanpa diberi pakan selama 7 hari dengan SR 100%. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa ikan yang mati pada saat dilakukan pengangkutan bukan

disebabkan karena faktor kelaparan. Jika hasil kemampuan puasa ikan ini

dibandingkan dengan kemampuan puasa ikan manvis penelitian Mahbub (2010),

hasil uji menunjukan bahwa ikan maanvis ukuran 2 g/ekor sebanyak 30 ekor dapat

bertahan hidup dalam keadaan puasa selama 8 hari dengan SR sebesar 100%.

Penelitian Maria (2010) menujukan hasil kemampuan puasa ikan gurame ukuran

± 1,7 gram sebanyak 30 ekor dapat bertahan hidup dengan selama 6 hari dengan

tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%.

Jumlah konsumsi oksigen ditentukan untuk penyesuaian jumlah gas

oksigen yang dimasukkan ke dalam kantong pengepakan. Hasil uji TKO

menunjukan oksigen yang dimasukkan ke kantong sebesar 0,300 mgO2g-1.jam-1,

dengan demikian selama waktu pengangkutan 16 jam oksigen yang diperlukan

tiap perlakuan masing-masing adalah 288, 480 dan 672 mgO2. Penentuan laju

eksresi TAN dilakukan untuk penggunaan zeolit dan karbon aktif sebagai

penyerap TAN. Hasil uji laju eksresi TAN benih ikan nila BEST mempunyai laju

eksresi TAN sebesar 0,050 mgTAN.g-1.jam-1. Dengan demikian selama waktu

pengangkutan 16 jam dapat diprediksi kandungan TAN pada tiap perlakuan

masing-masing 48, 80 dan 112 mg/ℓ. Dalam wadah pengangkutan eksresi TAN penting diketahui karena akumulasinya akan berakibat fatal terhadap

kelangsungan hidup oerganisme dalam media pengangkutan.

Hasil uji kapasitas serap zeolit terhadap TAN menunjukan air yang

mengandung TAN 1 mg/ℓ dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/ℓ dalam waktu 420 detik atau sekitar 7 menit (Lampiran 3). Penurunan TAN terjadi

karena daya serap dari zeolit masih tinggi serta kandungan NH4+ masih banyak

terdapat di air. Sehingga zeolit dapat dengan mudah menukar ion-ion NH4+

dengan ion Ca+ atau ion Na+ yang terkandung dalam zeolit tersebut (Boyd 1990).

(20)

18  dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0,114 mg/ℓ dalam waktu 7 menit (Lampiran 4). Kapasitas karbon aktif dalam menyerap TAN tidak sebagus zeolit

karena sifat absorpsi dan adsorpsi dari karbon aktif yang lebih lemah

dibandingkan dengan zeolit (Sembiring dan Sinaga, 2003).

3.2.2 Penelitian Utama

Penelitian utama saat pengepakan benih ikan nila BEST di dapat hasil

tingkat kelangsungan hidup terendah yaitu perlakuan 700 ekor/ℓ sebesar 79%.

Tingkat kelangsungan hidup yang rendah dikarenakan kepadatan ikan yang tinggi

Selama pengangkutan ikan melakukan berbagai aktivitas seperti respirasi dan

metabolisme seperti eksresi feses sehingga terdapat amonia yang dapat

membahayakan fisiologi tubuh ikan. Hal ini sesuai pernyataan Bose et al. (1991) beberapa hal penyebab kematian ikan dalam pengangkutan yaitu menipisnya

persediaan oksigen terlarut di media pengangkutan, akumulasi dari gas toksik

seperti amonia, terjadi gesekan antar ikan yang mengakibatkan luka fisik yang

mengakibatkan ikan stres, gerakan ikan yang hiperaktif di awal pengangkutan,

fluktuasi suhu air mendadak dan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi

terdapat pada perlakuan 300 ekor/ℓ sebesar 96%. Tingkat SR yang tinggi

dikarenakan kepadatan ikan yang rendah dan konsentrasi DO, amonia dan CO2

dalam media pengangkutan masih dalam kisaran optimum sehingga ikan masih

dapat mentolelir kondisi terebut. Kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ikan, ketersediaan oksigen terlarut

dalam media, suhu, kandungan zat-zat buangan yang dieksresikan ikan yang

bersifat toksik (amonia dan karbon dioksida) dan kepadatan ikan selama

pengangkutan (Sendjaja dan Riski, 2002).

Konsentrasi total amoniak nitrogen (TAN) rata-rata (Tabel 4) terjadi

fluktuasi dengan konsentrasi meningkat hingga jam ke-8, namun turun pada jam

ke-12. Konsentrasi TAN yang menurun dalam hal ini karena penggunaan zeolit

sebagai penyerap TAN pada media transportasi terbukti di akhir perlakuan. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Supendi (2006) salah satu cara mengurangi

konsentrasi amoniak adalah menggunakan zeolit dan karbon aktif, dimana zeolit

(21)

19  tertentu. Selain itu peningkatan kandungan TAN disebabkan peningkatan laju

eksresi ikan pada media pengangkutan. Hal ini sesuai pernyataan Frose (1985)

dalam wadah pengangkutan laju metabolisme ikan lebih cepat sampai tiga kali

dari metabolisme rutin, yang menyebabakan laju eksresi hasil metabolisme selama

proses pengangkutan meningkat pula.

Amoniak di dalam perairan terdapat dalam dua bentuk yaitu Amonium

(NH4+ ) dan Amoniak (NH3). NH3 adalah bentuk amoniak yang lebih beracun bagi

organisme perairan (Spotte, 1970). Konsentrasi NH3 tertinggi terdapat pada

perlakuan 700 ekor/ℓ yaitu sebesar 0,0415±0,0002 mg/ℓ sehingga kematian ikan dapat dikatakan sebagian besar terjadi karena konsentrasi amonia pada media

pengangkutan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan McCarty dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kadar NH3 pada perairan tawar sebaiknya

tidak melebihi 0,02 mg/ℓ, karena kadar NH3 yang melebihi 0,02 mg/ℓ bersifat

toksik bagi beberapa jenis ikan. Konsentrasi NH3 yang melebihi 0,02 mg/ℓ dapat

menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen yang dapat mengakibatkan

kematian pada ikan.

Peningkatan konsumsi oksigen disebabkan karena padatnya jumlah ikan

sehingga terjadi stres dan metabolisme meningkat serta penggunaan oksigen

semakin meningkat akan menghasilkan gas buangan berupa karbondioksida. Nilai

CO2 relatif berbanding lurus dengan kepadatan, Semakin padat ikan, nilai CO2

semakin tinggi. Nilai CO2 selama transportasi berkisar antara 15,98-71,91 mg/ℓ. Konsentrasi CO2 selama transportasi ini masih berada pada kisaran optimal bagi

ikan. Dalam hal ini ikan nila termasuk ikan tropis. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Boyd (1992) bahwa CO2 tidak begitu toksik, hal ini disebabkan

kebanyakan ikan hidup beberapa hari pada air dengan kandungan CO2 lebih dari

60 mg/ℓ. Selanjutnya dikatakan konsentrasi CO2 lebih besar 50-100 mg/ℓ membutuhkan waktu yang realtif lama untuk membunuh ikan. Berka (1986)

menambahkan bahwa nilai-nilai kritis untuk karbondioksida selama transportasi

tertutup tergantung pada spesies, namun bervariasi antara 40 mg/ℓ untuk spesies ikan di daerah bermusim sampai dengan 140 mg/ℓ untuk ikan tropis. Penurunan nilai CO2 disebabkan penggunaan zeolit pada media yang dapat penyerap

(22)

20  dengan pernyataan Mumpton (1999) bahwa zeolit dapat menyerap molekul polar

dengan selektifitas yang tinggi dan CO2 merupakan salah satu molekul polar.

Parameter kualitas air lainnya yaitu suhu, pH, dan DO selama penelitian

masih dalam kisaran yang baik bagi kehidupan organisme. Suhu pengangkutan

benih ikan nila pada penelitian ini berfluktuasi, berkisar antara 24-260C. Fluktuasi

suhu yang terjadi tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan karean

menurut Sticney (1979) menyatakan secara umum fluktuasi suhu yang

membahayakan bagi ikan adalah 50C. dalam waktu 1 jam. Selain itu Frose (1998)

dalam Emu (2010) mengatakan bahwa ikan tropis dapat bertahan pada saat pengiriman pada suhu yang sama dengan lingkungannya yaitu sekitar 22-300C. .

pengangkutan jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam) oksigen harus selalu

tersedia dan suhu tidak boleh melebihi 280C, adapun suhu yang ideal untuk

pengangkutan ikan tropis adalah 20-240C (Jhingran dan Pullin, 1985).

Nilai pH masih dalam kisaran optimum kehidupan untuk pengangkutan

yaitu berkisar antara 7 – 8 (Djarijah, 2001). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan

Pescod (1973) bahwa kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5. Jadi dapat

disimpulkan bahwa fluktuasi nilai pH pada media pengepakan tidak berbahaya

bagi kelangsungan hidup benih ikan nila BEST. pH yang berfluktuasi selama

pengakutan dapat dikarenakan adanya perubahan ion H+ ketika pH naik pada

perlakuan 500 ekor/ℓ pada jam ke-8 terjadi perubahan kesetimbangan terhadap reaksi amonia dalam air yaitu ion H+ akan terlepas sehingga NH4+ turun

sementara OH+ meningkat maka NH3 meningkat pula. Secara mekanisme

pertukaran ion yang dilakukan oleh zeolit mampu menyerap ion selektif yaitu

NH4+ terlepas.

Nilai DO pada saat pengangkutan berkisar antara 2,92-4,76 mg/ℓ. Konsentrasi DO dalam media air pengepakan semakin menurun dengan

bertambahnya waktu dan padat penebaran. Semakin tinggi kepadatan ikan,

pemanfaatan oksigen juga tinggi, sehingga kepadatan yang paling tinggi tidak

akan lebih besar menyerap oksigennya daripada kepadatan lebih rendah. Dalam

media pengepakan seperti halnya yang dikemukan oleh Pescod (1973) kandungan

(23)

21  selama penelitian, kualitas air tersebut masih layak untuk kehidupan benih ikan

nila BEST. Kelayakan kualitas air tersebut digunakan untuk menjaga agar

kelangsungan hidup benih ikan nila BEST air tawar tetap tinggi dalam media

pengangkutan.

Laju pertumbuhan harian merupakan salah satu data kegiatan produksi

yang cukup penting diketahui, selain mengetahui tingkat kelangsungan hidup

selama pengangkutan maka diperlukan data untuk mengetahui kelayakan produksi

sebagai tahap setelah pengangkutan. Nilai LPH tertinggi adalah perlakuan dengan

kepadatan 300 ekor/ℓ yakni 5,96%. Sedangkan nilai LPH terendah adalah perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ yakni 3,28%. Rendahnya nilai LPH pada kepadatan 700 ekor/ℓ disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan batas toleransi ikan sehingga proses fsiologis menjadi terganggu akibat

padat tebar yang terlalu tinggi dan berpengaruh pada kematian. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan

menurun diduga disebabkan oleh terganggunya proses fisiologis akibat kepadatan

yang melewati batas tertentu. Hal ini juga sesuai dengan Goddard (1996) bahwa

Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis,

kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit serta di

dukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan, dan ruang gerak atau

padat penebaran. Berdasarkan data LPH dan SR setelah pengangkutan untuk

semua perlakuan tidak berbeda nyata yang artinya perlakuan 700 ekor/ℓ pun mampu memberikan hasil produksi yang cukup bagus.

Tingkat kelangsungan hidup pasca pengangkutan tertinggi terdapat pada

perlakuan 300 ekor/ℓ yang mencapai 85%. Sedangkan nilai SR untuk perlakuan 500 ekor/ℓ dan 700 ekor/ℓ masing-masing 78% dan 63%. Nilai SR pasca pengangkutan menurun dapat disebabkan ikan mengalami stres pada saat

pengangkutan yang diakibatkan guncangan maupun kepadatan yang terlalu tinggi.

Pada keadaan packing ikan sudah terbiasa dengan lingkungan amonia dan CO2 yang tinggi serta DO rendah, sedangkan selama masa pemeliharaan ikan dituntut

harus menyesuaikan pada lingkungan dengan kisaran DO, amonia dan CO2 yang

(24)

22  Insang merupakan organ pertama yang bereaksi terhadap perubahan

lingkungan. Kualitas air yang tidak sesuai atau melebihi batas toleransi ikan akan

menyebabkan kerusakan mikroanatomi pada insang. Perubahan-perubahan yang

ditemukan pada insang tersebut merupakan mekanisme pertahanan insang

terhadap perubahan atau tekanan dari lingkungan. Pengamatan histologi pada

organ insang bertujuan untuk memperlihatkan kondisi insang setelah diberi

perlakuan terdapat kerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya mekanisme

pernafasan pada ikan seperti fusi, hiperplasia, hemoragi, lapisan epitel terangkat,

hipertropi, dan neksrosis. Connel dan Miller (1995) dalam Aryanto (2011) menyatakan bahwa kerusakan insang akan mempengaruhi metabolisme dan

pertumbuhan ikan budidaya. Perlakuan pada benih ikan nila BEST dengan

kepadatan berbeda pada media pengangkutan (Gambar 9) terdapat kerusakan

mikronantomi ikan pada masing-masing perlakuan yang berbeda. Perlakuan

dengan kepadatan 300 ekor/ℓ terdapat kerusakan berupa hiperemi. Hiperemi adalah kondisi menggenang dari aliran darah arteri. Pada perlakuan dengan

kepadatan 500 ekor/ℓ terdapat kerusakan jaringan berupa hiperplasia dan nekrosis. Menurut Takashima dan Hibiya (1995) hiperplasia pada lamela sekunder maupun

primer pada umumnya disebabkan oleh adanya pengaruh dari parasit kronis,

bakteri, atau iritasi yang dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai.

Hiperplasi adalah pembentukan jaringan secara berlebihan karena bertambahnya

jumlah sel. Perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ℓ menunjukan adanya kerusakan jaringan kongesti dan nekrosis. Menurut Ressang (1984), kongesti

adalah terjadinya pembendungan darah yang disebabkan adanya gangguan

sirkulasi yang dapat mengakibatkan kekurangan oksigen dan zat gizi. Neksrosis

adalah kematian yang terjadi secara cepat pada bagian yang terbatas pada suatu

jaringan dari individu tertentu saat masih hidup. Gambaran mikroskopis ditandai

oleh adanya perubahan warna jaringan (lebih pucat), perubahan konsistensi

jaringan (lebih lunak); adanya batas yang jelas antara jaringan nekrosis dan

jaringan yang normal serta adanya perubahan sel yang meliputi sitoplasma dan sel

secara keseluruhan. Terjadinya kerusakan mikroanantomi pada semua perlakuan

diakibatkan karena kondisi media yang melebihi batas toleransi ikan. Sehingga

(25)

23  pertahanan insang terhadap tekanan dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Hardi (2003) reaksi sel, jaringan atau organ terhadap agen perusak

dapat berbentuk adaptasi, penyesuaian terhadap rangsangan fisiologik atau

patogenik tertentu seperti adanya reaksi berupa hipertropi, hiperplasia, hiperemi

dan atropi.

Dari data pada jam ke-16 dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan

kepadatan 300 ekor/ℓ lebih bagus dibandingkan dengan perlakuan lainnya baik dilihat dari segi SR maupun kualitas airnya. Perlakuan dengan kepadatan 700/ℓ menunjukan hasil yang paling jelek apabila dilihat dari segi SR maupun kualitas

airnya. Tetapi, perlakuan dengan kepadatan 700 ekor/ ℓ menunjukan hasil yang lebih besar diantara semua perlakuan jika dilihat dari segi keuntungan.

Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,

mengenai pengangkutan tertutup dengan menggunakan zeolit dan karbon aktif

penelitian ini jauh lebih baik, sebagai contoh hasil penelitian Susilawati (1991),

pemberian zeolit sebanyak 25 g/ℓ pada pengangkutan udang galah berukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 38 ekor/ℓ selama 12 jam hanya mampu menghasilkan SR sebesar 83,34%. Penelitian Supendi (2006), pemberian zeolit sebanyak 20 g/ℓ pada pengangkutan ikan corydoras berukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20

(26)

 

 

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kepadatan optimum benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dalam pengangkutan benih ikan nila BEST dengan menggunakan penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ adalah perlakuan kepadatan 300 ekor/ℓ. Namun demikian apabila dilihat dari keuntungan kepadatan optimum adalah perlakuan 700 ekor/ℓ oleh karena memiliki keuntungan tertinggi mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

4.2 Saran

(27)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM

TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST

Oreochromis

sp

DENGAN KEPADATAN TINGGI

ASTRI HANDAYANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(28)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST Oreochromis sp DENGAN KEPADATAN TINGGI

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

(29)

PEMANFAATAN ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM TRANSPORTASI TERTUTUP BENIH IKAN NILA BEST Oreochromis sp

DENGAN KEPADATAN TINGGI

ASTRI HANDAYANI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Mayor Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(30)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Zeolit dan Karbon aktif dalam Transportasi Tertutup Benih Ikan Nila BEST Oreochromis sp. dengan Kepadatan Tinggi

Nama : Astri Handayani NRP : C14070042

Disetujui Pembimbing 1

Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc NIP. 19630212 198903 1 003

Pembimbing II

Ir. Harton Arfah, M.Si NIP. 19661111199103 1 003

Mengetahui,

Kepala Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP. 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus:

(31)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli s.d Agustus 2011 di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi”. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rosululloh SAW, para sahabat dan semua yang mengikutinya hingga hari akhir.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang sangat berjasa dalam merawat, membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, do’a, dan kasih sayang serta membiayai kehidupan dan pendidikan selama ini. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc dan Ir. Harton Arfah, MSi. selaku dosen pembimbing atas arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi selaku dosen penguji dalam ujian skripsi. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada Saudara Zamzam Jamil Mahbub, Spi dan M. Faisol Riza Ghozali M.Si, yang telah memberikan arahan selama penelitian ini berlangsung. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Mia Kristiadewi dan Topan Chandra Negara yang telah motivasi, serta memberikan saran selama penyusunan penelitian ini. Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada Saudari Mira S. Ginting yang telah bersama-sama menyusun dan mengkonsep usulan penelitian ini. Sahabat saya Linda, Dwi, Kartika, Muntamah, Azis, Yunika, Wildan, Yue, Tyas, ka Fariq, mas Dama, kang Abe, mba Retno, Anggih dan Humairani, serta teman-teman Lab Lingkungan (Rully, icha, Opick, Reky, Ima, Nie, Pheni, Vida dan Feby), mahasiswa BDP angkatan 43, 44, dan 46. Ungkapan terimaksih juga di sampaikan kepada mahasiswa program pasca sarjana IPB atas segala bantuan dan kerjasama selama penelitian ini berlangsung.

(32)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi, pada tanggal 29 April 1989 dari pasangan Bapak H. Toni dan Ibu Hj. Titi Kartika. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA N 1 Cisaat dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Melalui program mayor-minor tahun 2007 penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2008/2009. Penulis juga aktif menjadi Koordinator Asisten Praktikum pada mata kuliah yaitu fisika kimia perairan (2010/2011) dan asisten mata kuliah manajemen kualitas air (2011/2012), Asisten Dosen pada program Diploma untuk mata kuliah teknik penanganan lingkungan organisme akuatik (2010/2011) dan kualitas air dan tanah (2011/2012). Penulis juga pernah mendapatkan pendanaan DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

(33)

ABSTRAK

ASTRI HANDAYANI. Pemanfaatan zeolit dan karbon aktif dalam transportasi tertutup benih ikan nila BEST Oreochromis sp. dengan kepadatan tinggi. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan HARTON ARFAH.

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Sistem pengangkutan yang umum yaitu sistem transportasi tertutup dengan jarak pendek dan kepadatan ikan terbatas. Maka diperlukan suatu sistem pengangkutan yang dapat memindahkan benih ke tempat pembesaran jarak jauh, dengan kepadatan tinggi dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Penelitian ini menggunakan kombinasi zeolit 20 g/ℓ dan karbon aktif 10 g/ℓ pada benih ikan nila BEST ukuran rata-rata 0,22 g/ekor dengan kepadatan tinggi. Penambahan material zeolit dan karbon aktif ini diharapkan dapat mempertahankan kualitas air selama pengangkutan, sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektifitas zeolit dan karbon aktif dalam mempertahankan kualitas air pada pengangkutan tertutup sehingga dapat mengetahui kepadatan optimal benih ikan nila BEST yang diangkut selama 16 jam dan meminimalisir tingkat kematian pasca pengangkutan. Tahapan penelitian dimulai dari mengukur tingkat konsumsi oksigen, laju eksresi amoniak, kemampuan puasa ikan, penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada transportasi tertutup. Transportasi dilakukan selama 16 jam dan pemeliharaan pasca transportasi selama 14 hari untuk perlakuan dengan kepadatan 300, 500 dan 700 ekor/ℓ. Hasil penelitian menunjukan perlakuan 300 ekor/ℓ lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya dengan tingkat kelangsungan hidup selama pengangkutan sebesar 96%, LPH paling tinggi 5,96% dan tingkat kelangsungan hidup pascatransportasi sebesar 85%. Namun demikian dilihat dari keuntungan perlakuan 700 ekor/ℓ lebih baik mencapai Rp 86.280 dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 79% selama pengangkutan 16 jam.

(34)

ABSTRACT

ASTRI HANDAYANI. Utilization of Zeolite and Active Carbon in a Closed Transportation of Tilapia Seed Strain BEST Oreochromis sp. with a High Density. Supervised by EDDY SUPRIYONO and HARTON ARFAH.

A common method of moving the seeds is a short-distance transport with a limited density of fish. Therefore, it is necessary to have a transport system that can move the seeds to a raising area in a relatively long time, with high density and high survival rate. This study used a combination of zeolite (20 g/ℓ) and active carbon (10 g/ℓ) on tilapia seeds strain BEST with a size of ± 0.22 g/ℓ fish with a high density. Addition of supplement materials such as zeolit and active carbon were aimed to raise and maintain water quality during the transportation process, so the highest density could be attained. This study aimed to determine and find out the effectiveness of zeolite and active carbon in maintaining the quality of water in a closed transportation so as to know the optimal density of tilapia seeds strain BEST transported for 16 hours and to minimize the post-transport of mortality rate. This study consisted of two stages. The preliminary stage was to measure the level of oxygen consumption, ammonia excretion rate, fish fasting ability, and to determine the optimum density of tilapia BEST in a closed transportation. Transport time was 16 hours and the post-transport raising was 14 days for treatments with a density of 300, 500 and 700 fish/ℓ. The study result showed that density of 300 fish/ℓ is more effective compare to other treatment with a survival rate of 96%, highest Specific Growth Rate, namely 5,96%, and survival rate after transportation was 85%. However, when viewed from the profit, the optimum treatment density of 700 fish/ℓ had a profit of Rp 86.280, with a survival rate of 79% for 16 hours.

Keywords: Survival rate (SR), fish transportation, zeolites and active carbon.

(35)

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iii DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 II. BAHAN DAN METODE ... 3 2.1 Tahapan Penelitian ... 3 2.2 Prosedur Kerja... ... 3

2.2.1 Penelitian Pendahuluan ... ... 3 2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama

Pemuasaan ... ... 3 2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen ... ... 3 2.2.1.3 Laju Eksresi Amonia ... ... 4

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit dan Karbon Aktif ... 4 . 2.2.2 Penelitian Utama... ... 4

2.2.2.1 Penentuan kepadatan Optimum Benih Nila BEST

pada Pengangkutan Tertutup ... 4 2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 5 2.2.2.3 Total Amonia Nitrogen (TAN) dan Amonia (NH3) ... 5

2.2.2.4 Pemeliharaan Benih BEST Pasca Transportasi ... 6 2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 6 2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2),

Derajat keasaman dan suhu ... . 6 2.2.2.7 Rancangan Percobaan ... . 7 2.2.2.8 Pengumpulan Data ... . 7 2.2.2.9 Analisis Data ... . 7 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8 .

3.1 Hasil ... 8 3.1.1 Penelitian Pendahuluan ... 8 3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup selama Pemuasaan ... 8 3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen Benih Nila BEST ... . 8 3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN) ... . 8 3.1.1.4 Kapasitas Daya Serap Zeolit dan Karbon Aktif ... . 9 3.1.2 Penelitian Utama ... . 9

3.1.2.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Pengangkutan

Benih Ikan Nila BEST ... . 9 3.1.2.2 Kualitas Air Media Pengangkutan ... . 10 3.1.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila

BEST pada Pemeliharaan Pasca Pengangkutan ... . 13 3.1.2.4 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Benih Nila BEST

(36)

ii Selama Pengangkutan ... . 14

3.1.2.6 Analisa Biaya Pengangkutan ... . 15 3.2 Pembahasan ... 17 3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... . 17 3.2.2 Penelitian Utama ... . 18 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

(37)

iii DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persentase Amoniak Tidak terionisasi (NH3) pada

pH dan suhu yang berbeda ... . 6 2. Tingkat kelnagsungan Hidup Benih Nila BEST selama

Pemuasaan ... . 8 3. Tingkat Kelangsungan hidup benih nila BEST selama

Pengangkutan ... 9 4. Konsentrasi TAN rata-rata pada media air pengangkutan

Benih nila BEST ... . 10 5. Analisa Biaya pengangkutan ... . 15

(38)

iv DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tingkat kelangsungan hidup pada jam ke-16 ... . 10 2. Nilai NH3 rata-rata pada media pengangkutan ... . 11

3. Suhu media air pengangkutan ... . 11 4. Konsentrasi DO air media pengangkutan ... . 12 5. Nilai pH media air pengangkutan ... . 12 6. Konsentrasi CO2 air media pengangkutan ... . 13

7. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada

Pemeliharaan pasca pengangkutan ... . 13 8. Laju pertumbuhan harian benih ikan nila BEST

(39)

v DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tingkat konsumsi oksigen ikan nila BEST ... 29 2. Eksresi total amoniak (TAN) ikan nila BEST ... 30 3. Kapasitas daya serap zeolit ... 31 4. Kapasitas daya serap karbon aktif ... 31 5. Analisis statistik NH3(mg/ℓ) media transportasi ... 32

6. Konsentrasi NH3 media pengangkutan ... 32

7. Analisis statistik Konsentrasi CO2 media pengangkutan ... 32

8. Konsentrasi CO2 media pengangkutan ... 33

9. Analisis statistik konsentrasi DO media pengangkutan ... 33 10. Konsentrasi DO media pengangkutan ... 33 11. Analisis statistik nilai pH media pengangkutan ... 34 12. Nilai pH media pengangkutan ... 34 13. Analisa statistik nilai suhu media pengangkutan . ... 34 14. Nilai suhu media pengangkutan ... 35 15. Nilai Laju Pertumbuhan Harian ... 35 16. Analisis statistik nilai Laju Pertumbuhan Harian... . 35 17. Data Laju Pertumbuhan aharian ... 36 18. Prosedur histologi. ... 37 19. Analisa statistik data Total Amoniak Nitrogen (TAN). ... 39 20. Analisa statistik data SR selama pengangkutan ... 40 21. Analisis statistik data NH3 media pengangkutan ... 42

22. Analisa statistik data CO2 selama transportasi ... 43

(40)

I.

PENDAHULUAN

Salah satu produk akuakultur yang potensial untuk terus diproduksi adalah ikan nila. Ikan nila merupakan ikan ekonomis penting di dunia karena cara budidaya yang mudah, rasa yang digemari dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan. Permintaan ikan nila relatif besar yang ditunjukkan dengan hasil panen yang hampir semuanya terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi pasar domestik maupun pasar ekspor. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005, tingkat konsumsi ikan untuk masyarakat di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 4,51 %, yakni dari 23,95 kg/kapita/tahun menjadi 25,03 kg/kapita/tahun pada tahun 2006. Selain itu, KKP menargetkan produksi ikan nila tahun 2011 sebanyak 639.300 ton jumlah ini naik sekitar 36,26% dari tahun 2010 yang sebanyak 469.173 ton (KKP, 2009). Salah satu ikan nila unggul adalah ikan nila dengan strain BEST. Ikan nila strain BEST memiliki keunggulan dalam kecepatan pertumbuhan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan tingkat kelangsungan hidup mencapai 90% (Arifin, 2010).

Dalam penyelenggaraan usaha pembesaran ikan, seringkali benih-benih yang memenuhi syarat diperoleh dari tempat pembenihan yang letaknya berjauhan dari tempat pembesaran. Pengangkutan ikan hidup jarak jauh umumnya menggunakan sistem tertutup. Faktor yang menyebabkan kematian ikan pada pengangkutan sistem tertutup, antara lain berkurangnya persediaan oksigen terlarut akibat respirasi, temperatur yang tinggi, dan terakumulasinya metabolit beracun seperti amoniak. Swann (1993) menyatakan bahwa amoniak berbahaya pada ikan pada konsentrasi 0,2 mg/ℓ, dan konsentrasi diatas 1,4 mg/ℓ menyebabkan kematian ikan selama transportasi. Akumulasi amoniak dalam wadah dapat menyebabkan kematian ikan selama transportasi, maka diperlukan cara untuk mengontrol akumulasi amoniak di dalam wadah transportasi ikan.

(41)

2 Ghozali (2010) juga meneliti kembali tentang penambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ, dan garam 4 g/ ke dalam media pengangkutan ikan maanvis ukuran 2 g/ekor dengan kepadatan 20 ekor/ℓ, yang menghasilkan SR 89% dengan lama pengangkutan 120 jam. Penambahan kombinasi zeolit dan karbon aktif diharapkan dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas air selama proses transporatsi sehingga kepadatan tinggi dapat dicapai dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan selama pengangkutan. Zeolit mempunyai kapasitas tinggi sebagai penyerap amoniak, karena zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan konfigurasi molekul-molekul (Anwar et al., 1985). Sedangkan karbon aktif berfungsi sebagai pengikat total dissolved solid (TDS) dan total suspended solid (TSS) serta penyerap gas seperti amoniak (NH3).

(42)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama.

Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan meliputi penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi

oksigen, laju eksresi amoniak, penentuan kapasitas zeolit dan karbon aktif dalam

penyerapan Total Amoniak Nitrogen (TAN). Tahap penelitian utama yaitu

pengangkutan dengan penentuan kepadatan optimum benih ikan nila BEST pada

transportasi tertutup, kualitas air, kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan

harian ikan selama pemeliharaan.

2.2. Prosedur Kerja

2.2.1 Tahap Penelitian Pendahuluan

2.2.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Penentuan puasa ikan dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila BEST tanpa diberi pakan. Hal ini berguna

pada saat pengangkutan dilakukan, apabila terjadi kematian bukan karena

kelaparan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah

akuarium berukuran 50x30x30 cm3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan

selama 1 hari kemudian diisi air dengan tinggi air 25 cm yang diaerasi selama 2

hari, lalu dimasukkan ikan uji sebanyak 30 ekor/akuarium. Parameter yang

diamati yaitu tingkah laku ikan uji yang dilakukan setiap hari selama tujuh hari

dan kualitas air yaitu nilai pH, suhu dan oksigen terlarut.

2.2.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan untuk mengetahui

konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan

ikan selama pengangkutan. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen dilakukan

dalam wadah yang berukuran 3ℓ yang telah dibersihkan dan dikeringkan,

kemudian diisi air dan diaerasi selama 3 hari agar kandungan oksigen di dalam air

(43)

4  ditutup rapat dengan plastik hingga tidak terdapat gelembung udara dan dilakukan

pengukuran DO setiap 1 jam selama 6 jam dengan menggunakan DO-meter.

2.2.1.3 Laju Eksresi Amoniak

Penentuan laju eksresi amonia ikan bertujuan untuk menghitung jumlah

amoniak yang dieksresikan ikan tiap satuan waktu, sehingga dapat diketahui

jumlah akumulasi amoniak pada waktu tertentu. Percobaan ini dilakukan dengan

menyiapkan 3 toples bervolume 3 yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama

satu hari, kemudian diisi air hingga penuh. Ikan uji dimasukkan ke dalam wadah

masing-masing 10 ekor/toples. Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 30

mℓ setiap 24 jam selama 48 jam untuk mengukur suhu, pH, dan konsentrasi total amonia nitrogen (TAN).

2.2.1.4 Kapasitas Serap Zeolit Dan Karbon Aktif Terhadap Amoniak

Pengukuran kemampuan serap zeolit dan karbon aktif pada NH3 dapat

dilakukan dengan mengukur tingkat serap bahan aktif tersebut dalam larutan

TAN. Tahapan pada proses ini diawali dengan penyiapan tiga botol plastik yang

salah satu bagian tutup botol dilubangi dengan jarum. Selanjutnya, botol tersebut

diisi dengan zeolit sebanyak 20 gram dan karbon aktif sebanyak 10 gram. Selanjutnya air

yang mengandung TAN 1 mg/ℓ dengan volume 1 ℓ dialirkan pada masing-masing botol,

di bawah botol diletakkan gelas piala untuk menampung aliran air yang mengalir pada

botol. Langkah ini dilakukan setiap 1 menit selama 7 menit. Air sampel yang ditampung

tersebut kemudian diukur kadar TAN, pH dan suhu.

2.2.2 Penelitian Utama

2.2.2.1 Penentuan Kepadatan Optimum Benih Ikan Nila BEST Pada Pengangkutan Tertutup

Prosedur ini dilakukan dengan pemuasaan ikan uji selama 2 hari,

kemudian disiapkan 12 lembar kantong plastik dan karet pengikat, salah satu

ujung plastik dipasang stop keran (regulator) untuk mengambil sampel air dan

ujung yang lain dipasang kemasan zeolit dan karbon aktif. Selanjutnya kantong

plastik diisi dengan air masing-masing 1,3 dan ikan uji dimasukkan kantong

(44)

5  terdiri dari 2 ulangan. Setiap kantong diisi oksigen dengan perbandingan 1:3 dan

diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam. Selanjutnya dimasukkan es batu kedalam kotak Styrofoam agar suhu stabil, kemudian ditutup rapat.

Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 4 jam dan pengambilan sampel

air sebanyak 100 m per kantong setiap 4 jam. Pengamatan dan pengambilan

sampel dihentikan hingga 12 jam. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

membuka keran yang sudah dipasang di ujung plastik sehingga air yang ada di

dalam plastik dapat keluar tanpa mengalami difusi udara dari luar packing. Proses transportasi dilakukan secara simulasi di laboratorium, yaitu disimpan di boks

Styrofoam yang diguncangkan.

2.2.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup

sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan awal pemeliharaan. Perhitungan SR

digunakan rumus dari Goddart (1996):

% %

Keterangan :

SR = Kelangsungan Hidup

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

2.2.2.3 Total Amoniak Nitrogen (TAN) dan Amoniak (NH3)

Nilai TAN didapatkan dari perbandingan nilai absorban sampel dan standar

kemudian dilakukan konsentrasi larutan standar yang digunakan

NH3 = nilai TAN dikalikan dengan persentase amoniak yang tidak terionisasi berdasarkan

nilai pH dan suhu. Berikut merupakan persentase amoniak tak terionisasi pada suhu dan

(45)

6  Tabel 1. Persentase amoniak tidak terionisasi (NH3) pada pH dan suhu yang

berbeda (Boyd, 1990)

Suhu (0C) pH

6,5 7 7,5 8 8,5 18 0,1 0,3 0,9 2,9 8,5 20 0,1 0,3 1,1 3,3 9,8

22 0,1 0,4 1,2 3,8 11,2

24 0,2 0,5 1,4 4,4 12,7

26 0,2 0,5 1,7 5 14,4

2.2.2.4 Pemeliharaan Ikan Nila BEST Pasca Pengangkutan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 14 hari setelah packing dibongkar. Ikan dipelihara di dalam akuarium dengan dimensi 100x50x50 cm yang telah

dicuci dan dikeringkan selama 3 hari. Sumber air yang digunakan berasal dari air

tandon laboratorium lingkungan dan diberi perlakuan dengan menggunakan filter

fisik melalui sistem pengendapan. Akuarium diisi air dengan ketinggian 30 cm

dan diaerasi selama 3 hari.

Ikan dipelihara dengan pemberian pakan berupa pellet secara at satiation. Penyiponan dilakukan setiap pagi dan sore dengan pergantian air sebanyak 20%

setiap hari. Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan dengan mengukur

bobot ikan awal dan bobot ikan akhir sedangkan pengamatan kelangsungan hidup

ikan selama pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengamati kondisi ikan.

2.2.2.5 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian (α) ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata

akhir (Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan kemudian dibandingkan

dengan waktu pemeliharaan (t) dengan rumus dari Huisman (1987):

  %

Keterangan:

Wt = Bobot ikan akhir (ekor)

Wo = Bobot ikan awal (ekor)

(46)

2.2.2.6 Oksigen Terlarut (DO), Karbon Dioksida (CO2), Kesadahan, Derajat

Keasaman, dan Suhu

Parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, karbon dioksida, derajat

keasaman dan suhu diukur setiap 4 jam selama 12 jam.

2.2.2.7 Rancangan Percobaan

Rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap

(RAL) dengan 3 perlakuan yaitu:

A = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 300 ekor/ℓ

B = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 500 ekor/ℓ

C = 20 g zeolit + 10 g karbon aktif + kepadatan 700 ekor/ℓ

Masing-masing perlakuan terdiri dari 2 ulangan. Model rancangan yang digunakan

yaitu: yij = µ + τi + έij (Steel dan Torrie, 1982)

Keterangan:

yij = data pada perlakuan kepadatan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah data

τi = pengaruh perlakuan ke-i

έij = kesalahan percobaan pada perlakuan kepadatan ke-j dan ulangan ke-i

2.2.2.8 Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tingkat kematian

ikan, data kualitas air (oksigen terlarut, nilai pH, suhu dan total amoniak nitrogen), bobot

ikan. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung parameter yang diamati meliputi

NH3, derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan bobot harian.

2.2.2.9 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji F pada selang

kepercayaan 95% menggunakan program Ms.Exel 2007 dan SPSS 16.0. Apabila

berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan diuji dengan

menggunakan uji Tukey. Adapun parameter yang dianalisis adalah tingkat kelangsungan

hidup dan nilai kualitas air selama pengangkutan yang meliputi total amoniak nitrogen

(TAN), oksigen terlarut (DO), karbon dioksida (CO2), derajat keasaman (pH) dan suhu.

Selain itu, laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan

(47)

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1. Penelitian Pendahuluan

3.1.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Kemampuan puasa benih nila BEST sebanyak 30 ekor dapat bertahan

hidup dalam keadaan puasa selama 7 hari dengan SR 100%. Hasil uji dari

kemampuan puasa ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nila BEST Selama Pemuasaan

Hari Ke-

∑ ikan hidup

∑ ikan

mati SR (%) pH DO Suhu

Tingkah Laku Ikan

1 30 0 100 7,77 4,76 29,6 Berenang Aktif 2 30 0 100 7,92 4,75 29,4 Berenang Aktif 3 30 0 100 8,00 5,31 29,3 Berenang Aktif 4 30 0 100 7,59 5,03 29,3 Berenang Aktif 5 30 0 100 8,11 5,45 29,3 Berenang Aktif 6 30 0 100 7,82 5,09 29,1 Berenang Aktif 7 30 0 100 8,09 5,49 29,2 Berenang Aktif Keterangan: dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 30-50% untuk menjaga kualitas air.

3.1.1.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil uji TKO diperoleh benih ikan nila BEST memiliki nilai TKO

sebesar 0,03±0.077 mgO2g-1 jam-1. Selama waktu pengangkutan yakni 16 jam

oksigen yang diperlukan tiap perlakuan adalah masing-masing 288, 480 dan 672

mgO2 (Lampiran 1).

3.1.1.3 Laju Eksresi Total Amoniak Nitrogen (TAN)

Hasil uji laju eksresi TAN yang didapat dari pengujian setiap 12 jam

selama 48 jam menunjukan bahwa benih ikan nila BEST m

Gambar

Gambar 1. Tingkat Kelangsungan hidup pada jam ke-16
Gambar  3. menunjukan suhu selama pengangkutan relatif stabil, diketahui
Gambar 4. DO media air pengangkutan
Gambar 6. Konsentrasi CO2 media air pengangkutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian zeolit dengan dosis yang berbeda terhadap sintasan dan kualitas air benih Ikan Mas ( Cyprinus carpio

Tingkat kelangsungan hidup (SR) setelah transportasi pada ikan Maanvis yang telah dberi perlakuan zeolit 20 gram/L, karbon aktif 10 gram/L, dan garam 4 ppt dengan kepadatan 40

Tahap kedua adalah penelitian utama yaitu mengevaluasi efektivitas zeolit, arang aktif, dan garam dalam mempertahankan kelangsungan hidup benih ikan gurami selama

Perlakuan B dengan kepadatan 8 individu/L merupakan kepadatan terbaik untuk pengangkutan benih ikan Betutu dengan sistem tertutup selama 10 jam.Sedangkan kualitas air

PENGARUH AERASI BERTINGKAT DENGAN KOMBINASI SARINGAN PASIR, KARBON AKTIF, DAN ZEOLIT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR TANAH DI PESANTREN..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian zeolit dengan dosis yang berbeda terhadap sintasan dan kualitas air benih Ikan Mas (Cyprinus carpio

Jika dilihat dari konsentrasi NH 3 perlakuan kontrol tanpa penambahan zeolit dan karbon aktif pada penelitian sebelumnya yang jauh lebih tinggi dibandingkan konsentrasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 20 gram zeolit tanpa Carbon aktif pada pengepakan tertutup ikan Corydoras aenus dengan suhu sekitar 20 o C mampu menekan