• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOG

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Penerapan Demokratisasi Pelaksanaan musyawarah rencana pembangunan di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu di lihat dari aspek Partisipasi Masyarakat, Transparansi, Akuntabilitas, dan Ketaatan akan Hukum.

35

Indikator pelaksanaan musyawarah recanana pembangunan yang demokratis ditingkatinput, proses, danoutputyaitu :

Konsep Variabel Idikator

Partisipasi Partisipasi masyarakat Perlibatan masyarakat dalam pembangunan

Menyalurkan aspirasi dalam bentuk memperjuangkan kepentingan rakyat

Memberikan masukan dan mengambil bagian dalam pelaksanaan musrenbang Transparansi Transparansi dalam

Musrenbang

Adanya kerterbukaan dalam hal rencana program musrenbang Akuntabilitas bentuk akuntabilitas

pemerintah dalam pelaksanaan musrenbang

Bentuk Pertanggungjawaban nyata dalam pembanguan desa

Ketaatan akan Hukum

Bentuk ketaatan akan hukum

Ketaatan norma terhadap kegiatan yang sudah ditetapkan

C.Informan

Moloeng (2002 : 6) kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber data utama. Hasil wawancara dengan beberapa informan diharapkan dapat terungkap kata-kata dan tindakan yang diharapkan. Informan dalam penelitian ini peneliti khususkan pada :

No Nama Informan Jabatan No Hp

1 Bapak Wasino Kepala Desa (085357231295)

2 Bapak Romli Masbuk Ketua BPD (085240001273) 3 Bapak Nurwahid Kaur Pemerintahan (085769921362) 4 Bapak Sugiatmon Kaur Pembangunan (085664745221)

5. Ibu Nuraini Tim Penggerak ibu- ibu PKK

(085357231295) 6. Mas Wanto (Paijo) Tokoh Pemuda

Banyumas

(085609470035)

D.Jenis Data Penelitian 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasarkan pada subyek yang mengusai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

a. Kepala Desa Wasino b. Ketua BPD Romli Masbuk

c. Kaur Urusan Pembangunan Sugiatmono d. Kaur Urusan Pemerintahan Nurwahid e. Ibu Nuraini penggerak ibu-ibu PKK f. Tokoh Pemuda Wanto (Paijo)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa;

a. Hasil rapat Musrenbang Tahun 2013,

37

c. Monografi Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (indepth interview)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab lisan secara langsung dan mendalam dengan sasaran/obyek penelitian untuk mendapatkan data-data dan keterangan yang berkaitan dengan topik penelitian. Pertanyaan yang diajukan kepada obyek penelitian dipandu dengan kuesioner dan pertanyaan tersebut bisa berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman data yang ingin diperoleh. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data tersebut yang belum dapat dipahami oleh si peneliti serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelesan yang lebih mendalam tentang realita obyek yang di teliti.

Proses wawancara ini dilakukan dengan panduan wawancara sebagaian alat bantu penulis dalam penyajian data. Narasumber dari penelitian ini adalah kepala desa Wasino, ketua BPD Romli Masbuk, kaur urusan pembangunan Sugiatmono, kaur urusan pemerintahan Nurwahid, ketua Ibu PKK, ketua Pemuda Paijo. Wawancara dilakukan di rumah informan masing masing lebih tepatnya di desa Bayumas, kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu. Waktu yang penulis lakukan untuk wawancara ialah dari Tanggal 27 November 2014 hingga sampai 30 November 2014.

2. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen, arsip, maupun referensi yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian, dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut; a. Dokumen hasil rapat Musrenbang tahun 2013.

b. Profil Kampung Desa Banyumas Tahun 2013. c. Monografi Desa Banyumas.

F. Teknik Pengolahan Data

Setalah data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data dan sudah terkumpul kemudian di olah. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Editing,

Yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebih bahkan terlupakan. Data yang di edit oleh penulis ialah hasil wawancara anatara peneliti terhadap narasumber.

1. Ketua BPD Romli Masbuk 2. Kepala Desa Banyumas Wasino 3. Kaur Urusan Pemerintahan Nurwahid 4. Kaur Urusan Pembangunan Sugiatmono 5. Ibu Nuraini penggerak ibu-ibu PKK 6. Tokoh Pemuda Wanto (Paijo)

39

2. Interpretasi data,

Pada tahap ini peneliti memberikan penafsiran atau penjabaran dari tabel atau hasil perhitungan data untuk di cari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang di perlukan dengan data lain.

G.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Penelitian kualitatif ini menggunakan analisis data secara induktif, dengan beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan sebagaimana yang terdapat dalam realita. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat lingkungan peneliti menjadi eksplisit serta dapat di kembangkan. Ketiga, analisis induktif lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

Selain analisis data di atas, Moloeng (2000:15-20) juga menggunakannya dalam penelitian kualitatif yang di beri nama analisis model interaktif, dengan tiga prosedur, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data di maksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa

sehingga kesimpulan dapat dapat ditarik. Reduksi data penulis lakukan pada hasil wawancara, dalam hal ini penulis memilih kata-kata yang bisa digunakan untuk melakukan pembahasan.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data dapat di pahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan tabel, bagan (chart) dan kumpulan kalimat. Semuanya di rancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang tepat.

3. Menarik Kesimpulan /Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan ”kesempatan inter subjektif”, dengan kata lain makna yang

41

muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya (validitasnya). Verifikasi dalam penelitian dilakukan secara kontinyu sepanjang penelitian oleh peneliti yang dimaksud untuk menganalisis dan mencari makna dari informasi yang dikumpulkan dengan mencari tema. Proses analisis yang penulis lakukan adalah mengacu pada kerangka pikir yang telah dirumuskan. Yang menggunakan pendekatan teori dengan konsep penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan musrenbang (studi di Pekon Banyumas, kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu) dengan menggunakan empat prinsip demokrasi yaitu partisipasi, transparansi, akutabilitas dan ketaatan akan hukum dengan meneliti inputdan proses hingga sampaioutputdan mengambil kesimpulan.

A. Gambaran Umum Desa Banyumas 1. Sejarah Berdirinya Desa Banyumas

Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang undang No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembanguan yang sifatnya multi sektoral. Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu desa yang bertekat untuk mewujudkan program Pemerintahan yang maju, yang lebih baik, melalui pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Desa Banyumas berdiri mulai tahun 1950-an. Di buka oleh beberapa warga dengan tujuan untuk perumahan, perkebunan, dan pertanian. Dengan tingkat ekonomi masyarakat yang masih berada tingkat menengah ke bawah. Namun demikian desa Banyumas sangat luas dan pesat, sehingga desa Banyumas di mekarkan menjadi tiga desa sebagai desa induk di kecamatan Banyumas sebagai ibu kota kecamatan.

Oleh karna itu sebagai induk ibu kota kecamatan desa/pekon Banyumas harus berbenah baik ke dalam dan keluar, yang semuanya tidak terlepas dari perhatian

43

pemerintah daerah, kabupaten dan provinsi maupun pusat. Adapun visi dan misi Desa Banyumas adalah :

Visi

Memberdayakan masyarakat dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan infrastruktur desa.

Misi

Merencanakan, menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan berdasarkan skala prioritas secara merata dan menyeluruh dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat berkesinambungan dan terarah. (Monografi Desa Banyumas Tahun 2014).

2. Letak Geografis

Desa Banyumas merupakan salah satu desa di kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu. Desa Banyumas merupakan wilayah heterogen terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, dengan masyarakat Jawa yang cukup dominan, disamping masyarakat asli Lampung. Desa Banyumas mempunyai luas wilayah 327 ha, dengan jumlah KK 817 dan jumlah penduduk 3.797 jiwa data 2013 terdiri dari 2.017 laki–laki dan 1.780 perempuan. Desa Banyumas terdiri dari 4 dusun dan 13 RT.

Batas-batas Wilayah Desa Banyumas :

• Sebelah Utara Berbatasan dengan Banyuwangi • Sebelah Timur Berbatasan dengan Banyu Urip • Sebelah Selatan berbatasan dengan Sriwungu • Sebelah Barat berbatasan dengan Sinar Mulya

Desa Banyumas telah dilengkapi bangunan insfrastruktur dengan rincian sebagai berikut :

• Balai Pekon : 1 Unit

• Puskesmas : 1 Unit

• Puskesmas Pembantu : 1 Unit

• Klinik Praktek : 1 Unit

• Tempat Praktek Bidan : 1 Unit

• PAUD : 1 Unit

• TK : 1 Unit

• Sekolah Dasar : 1 Unit

• SMK : 1 Unit

• Jalan Aspal : 6 Km

• Jalan Tanah : 5 Km

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

3. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data monografi desa yang penulis peroleh di desa Banyumas dengan jumlah KK 817 dan jumlah penduduk 3.797 jiwa data 2013 terdiri dari 2017 laki–laki dan 1.780 perempuan, jumlah penduduk bisa di lihat dari berbagai macam pencaharian, agama, dan etnis.

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat di lihat pada tabel 1 di halaman selanjutnya.

45

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 1. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencarian Jumlah

1 Petani 2.500 Orang

2 Buruh Tani 700 Orang

3 Buruh / Swasta 79 Orang

4 Pegawai Negeri 19 Orang

5 Pengrajin 30 Orang 6 Pedagang 79 Orang 7 Peternak 70 Orang 8 Montir 35 Orang 9 Perawat 5 Orang 10 Bidan 1 Orang 11 Pengangguran 279 Orang Jumlah 3.797 Orang

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa di desa Banyumas penduduk dengan jumlah terbanyak 2.300 orang sebagai pekerjaan petani.

Keadaan penduduk berdasarkan agama dapat di lihat pada tabel 2 di halaman selanjutnya.

a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Agama.

No Agama Jumlah Jiwa

1 Islam 3.550 Orang

2 Kristen 57 Orang

3 Hindu 190 Orang

Jumlah 3.797 Orang

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa penduduk desa Banyumas menganut bermacam–macam agama dan walaupun Islam sangat mendominasi tetapi mereka hidup rukun dan sejahtera.

b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Etnis.

No Etnis Jumlah 1 Lampung 20 Orang 2 Jawa 3.563 Orang 3 Padang 5 Orang 4 Batak 4 Orang 5 Sunda/Banten 15 Orang 6 Bali 190 Orang Jumlah 3.797 Orang

47

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa di desa Banyumas sumber penduduk berdasarkan etnis bermayoritas suku jawa, walaupun warga lampung sendiri yang warga setempat hanya 20 orang desa Banyumas menjadi desa transmigran.

4. Struktur Organisasi

Adapun bentuk dan susunan perangkat desa Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu mengambil dari Balai Desa Banyumas adalah sebagai berikut;

Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Banyumas. Sumber : Balai Desa Bayumas 2014.

Kepala Pekon Wasino Kaur Keuangan Supardi Jurlis Teguh Yuwono Kaur Pemerintahan Nurwahid Kadus I Ngadimun Kaur kesejahteraan rakyat Hasan Basri Kaur Umum Rojeren Kaur Pembangunan SugiatMono Kadus III Sugiono Kadus II Musodik Azis Kadus VI Wangiman

5. Tugas Dan Kewajiban Kepala Desa Serta Perangkat Desa a. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa

1. Tugas Kepala Desa

Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa (PP nomor 6 pasal 26 ayat 1 tahun 2013).

2. Wewenang Kepala Desa

Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya ia mempunyai wewenang- wewenang yang harus dilaksanakan antara lain.

(PP Nomor 6 Pasal 26 Ayat 2 Tahun 2013);

a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan aset Desa. d. Menetapkan Peraturan Desa.

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. f. Membina Kehidupan Masyarakat Desa.

g. Membina ketentraman dan ketertiban Masyarakat desa.

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintekrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran Masyarakat Desa.

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

k. Mengembankan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa. l. Memanfaatkan teknologi tepat guna.

m. Mengordinasikan Pembangunan Desa secara Partisipatif.

b. Tugas dan Wewenag Sekertaris Desa (Carik)

Sekertaris desa membantu kepala desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanankan tugas dan wewenangnya, membantu dalam bidang pelayanan administrasi dalam melaksanakan penyelengaraan pemerintahan. Pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan, pelayanan

49

teknisnya adalah administrasi kepada masyarakat dan instansi lain di tingkat desa.

Dalam PP No 72 Tahun 2005 Pasal 25 Sekretaris Desa mempunyai tugas : a. Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum yang diperlukan dalam

mendukung pelaksanaan tugas desa.

b. Penyelenggaraan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perangkat desa.

c. Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi data, perumusan program serta petunjuk pembinaan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan desa, pengembangan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat.

d. Pelaksaan tata usaha, rumah tangga, pemeliharaan kantor dan perlengkapan.

c. Tugas dan Fungsi Kepala Urusan (Kaur)

Kepala urusan mempunyai tugas pokok membantu sekretaris Despembinan masyarakat dalam bidang tugasnya untuk melaksanakan pembinaan dalam bidangnya masing-masing. Untuk melaksanaan tugas tersebut kepala urusan mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai berikut :

Dalam PP No 72 Tahun 2005 Pasal 25, tugas dan fungsi Kepala Urusan sebagai berikut:

1. Sebagai unsur pembantu sekretaris kampung dalam bidang tugasnya, 2. Membantu sekretaris kampung dalam bidang tugasnya.

Fungsi Kepala urusan sebagai berikut :

1. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugasnya,

2. Pelayanan adminstrasi terhadap kepala desa dan kepala urusan bertangungjawab kepada sekretaris desa.

d. Tugas dan Fungsi Kepala Dusun (Kadus)

Kepala dusun adalah sebagai pelaksana tugas kepala desa di wilayahnya. Tugas kepala dusun adalah melaksanakan tugas-tugas di wilayahnya masing-masing.

Dalam PP No 72 Tahu 2005 Pasal 25 menyatakan Kepala Dusun mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan pembangunan dan ke masyarakat, 2. Melaksanakan keputusan desa di wilayah kerjanya,

3. Melaksanaka kebijaksanaan kepala desa, kepala dusun bertanggungjawab kepada kepala desa.

Desa Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu mempunyai enam dusun yaitu :

Tabel 4, Jumlah Dusun dan nama Kepala Dusun desa Banyumas,

NO Jumlah Dusun Nama Kepala Dusun

1 Kadus 1 Ngadimun

2 Kadus 2 Musodik Azis

3 Kadus 3 Sugiyono

4 Kadus 4 Wagiman

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

6. Badan Permuswaratan Desa (BPD)

BPD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa, seperti legislatif di sebuah Negara. PP No 72 Tahun 2005 adalah BPD berfungsi menetapkan peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dari sumber monografi desa Banyumas anggota BPD sekaligus Ketua BPD terdiri dari 7 orang, di desa Banyumas BPD mempunyai kata lain yaitu BPH (Badan Himpun Pemekonan). Yang terdiri dari :

Ketua : A. Romli Mahbub Wakil Ketua : Ismungin

Sekertaris : Sukardi

51

7. Potensi Kelembagaan Kampung

Dari sumber Mongrafi Desa Banyumas, di samping ada kelembagaan Pemerintahan juga terdapat kelembagaan dalam bidang kemasyarakatan yaitu:

a. Keagamaan yaitu majelis Ta’lim dan Remaja Masjid

b. Olahraga, Seperti Sepak Bola, Volly Ball, Bulu Tangkis, Tenis Meja c. Kesehatan seperti, Posyandu dan Puskesmas

d. Organisasi Sosial, Seperti Karang Taruna, PSM, Kelompok PKK dll.

B. Proses Rapat Musyawarah Rencana Pembangunan di Desa Banyumas

Penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam proses pembuatan draft rencana pembangunan dalam rapat musrenbang seperti hasil penulis dalam wawancara dengan kepala desa Banyumas bapak Wasino mengatakan bahwa musrenbang adalah forum terbuka untuk masyarakat bertujuan untuk memberikan masukan atau pendapat mengenai kelanjutan pembangunan di desa Banyumas. Rapat yang diadakan di hadiri oleh pemerintah desa dan tokoh masyarakat, meskipun ada pula yang tidak hadir, namun banyak warga yang sibuk dengan pekerjaannya masing- masing. Rapat yang diadakan walupun ada yang tidak hadir dalam rapat, tetapi penerapan prinsip-prinsip musrenbang dalam proses pelaksanaan musrenbang sudah berjalan dengan adanya masukan-masukan dan usulan dari masyarakat yang hadir, itu sudah menunjukkan bahwa musrenbang bersifat terbuka.

Pemerintah desa perlu mengevaluasi dari hasil musyawarah mengenai pendapat- pendapat dan usulan dari masyarakat kemudian pendapat tersebut dirapatkan kembali apakah tuntutan dari masyarakat tersebut perlu dilaksanakan atau tidak, apabila tuntutan dari masyarakat itu memang perlu maka akan dicantumkan dalam

draft rencana pembangunan di desa Banyumas untuk segera di realisasikan demi kesejahteraan masyarakat. Setelah musrenbang selesai hasil dari rapat tersebut harus di pertanggungjawabkan oleh pemerintah desa Banyumas dalam bentuk nyata agar pembangunan berjalan dengan lancar.

Pembangunan desa menggunakan dana yang di keluarkan dari APBDes seperti yang dikatakan bapak Wasino dana APBDes tersebut tidak mencukupi maka bentuk nyata dari musrenbang tidak banyak teralisasi sisanya hanya bentuk gotong royong membersihkan gorong-gorong di lingkungan desa Banyumas, banyak kendala yang di dapatkan tetapi penerapan prinsip-prinsip dalam proses pelaksanaan musrenbang sudah berjalan dengan baik walaupun tidak optimal. Seperti kurangnya partisipasi masyarakat yang hanya mementingkan kerjaannya dan tidak menghadiri musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang).

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa temuan penelitian sebagai, berikut:

1. Penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam Musyawarah rencana pembangunan di desa Banyumas di lihat dari sisi partisipasi kurang berjalan dengan baik. Kurang adanya waktu pemerintah desa dalam mensosialisakian tentang rapat musrenbang yang seharusnya di lakukan masing masing RT kepada masyarakat dilingkungannya untuk membahas pembangunan di Banyumas mengadakan pertemuan sebelum Musrenbang diadakan agar di setiap lingkuang RT mengutus perwakilannya agar dapat mewakili dalam rapat Musrenbang dan partisipasi akan terlaksana. Itu yang membuat masyarakat tidak perduli dan hanya mementingkan perkerjaannya.

2. Penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam Musyawarah rencana pembangunan di desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu dilihat dari sisi transparansi sudah berjalan dengan baik. Kepala desa yang memerlukan masukan dan saran dari masyarakat yang bersifat demokrasi agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bersama secara mufakat itu sudah membuktikan bahwa proses musrenbang sudah berjalan dengan terbuka dan transparan walaupun hanya sedikit yang datang.

3. Penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam Musyawarah rencana pembangunan di desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu dilihat dari sisi akuntabilitas sudah berjalan dengan adanya draf rancangan hasil rapat Murenbang dan hanya sedikit yang terlihat pembangunannya sebagai bentuk pertangung jawawaban pemerintah banyumas dalam musrenbang di karenakan dana APBDes yang tidak mencukupi.

4. Penerpan prinsip-prinsip demokrasi dalam Musyawarah rencana pembangunan di desa Banyumas di lihat dari sisi ketaatan akan hukum sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan sesuai dengan norma yang ada dan terdapat nilai nilai demokrasi didalamnya dengan diadakannya rapat musrenbang yang disebut RPJM untuk jangka satu tahun dan dilaksanakan paling kurang sekali dalam satu tahun.

5. Kendala pada penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam Musyawarah rencana pembangunan di desa Banyumas yaitu. Kurangnya komunikasi antara pemerintah desa Banyumas dengan masyarakat setempat dan menimpulkan kurangnya partisipasi, Masyarakat yang lebih mementigkan urusan pribadinya dan sebagian besar masyarakat berkerja sebagai petani sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam rapat Musrenbang. Tidak adanya bentuk nyata dalam hasil rancangan Musrenbang di karenakan dan APBDes yang tidak mencukupi dan hanya sedikit yang terlihat pembangunannya di desa Banyumas.

85

B.Saran

Mengacu kepada kesimpulan penelitian terdapat beberapa saran perbaikan sebagai berikut :

1. Pemerintah desa Banyumas seharusnya mensosialisasikan dan menugaskan RT untuk mengutus perwakilannya tidak muingkin semua masyarakat desa di undang dengan jumlah KK yang banyak, dengan cara masing masing tokoh mewakili seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda perwakilan dari ibu ibu PKK, dan utusan dari masung masing RT. Itu lebih efektif dan musrenbang berjalan lebih partisipatif.

2. Pemerintah desa seharusnya mengaktifkan organisasi pemuda di lingkungan banyumas dengan cara membentuk karang taruna agar komunikasi antara kepala desa dan pemuda tetap berjalan dan dapat melibatkan pemuda dalam acara apapun, sebagai contoh untuk kebersihan dan pembangunan seperti gotong royong, mengadakan acara seminar atau pendidikan politik dengan berkerjasama dengan pemuda untuk masyarakat dalam tema kebersihan dan pembangunan agar tercipta kesadaran dan partisipasi dalam bentuk apapun.

3. RT di linkungan banyumas seharusnya ikut berperan aktif dan mengkoordinasikan pembangunan dengan cara mengadakan kebersihan di lingkungan RT masing masing agar tercipta kebersihan dan gotong royong untuk pembangunan yang bersifat bersama, melakukan dengan begitu pembangunan berjalan walaupun dana APBDes tidak mencukupi.

Chandoke, Neera, 1995. State and Society, Exploration in Political Theory.

Dokumen terkait