• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN (Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN (Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP–PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

(Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

Oleh ADITIA ARIEF

Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dibuat sebagai pedoman dan acuan dalam pelaksanaan Pemerintahan desa. Sekaligus sarana pemerintah dan masyarakat Desa Banyumas dalam menyalurkan aspirasi pembangunan di desa Banyumas. Sesuai dengan empat prinsip demokrasi yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan ketaatan akan hukum. Yang di mana proses musrenbang masi menjadi tanda tanya, seperti kurangnya partisipasi masyarakat, tidak adanya bentuk nyata pembangunan dalam musrenbang, tidak dilaksnakannya Musrenbang tingkat desa yang diadakan setahun sekali yang tercantum didalam undang undang desa. Untuk itu diharapkan musrenbang dapat menerapkan empat prinsip tersebut dalam prosesnya.

(2)

memenuhi prinsip-prinsip Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas dan Ketaatan akan Hukum. Kendalanya proses demokrasi dalam Musyawarah Rencana Pembangunan di desa banyumas adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan dana yang terbatas disebabkan karena tidak adanya bentuk nyata dan tidak efektif dalam rapat dan tidak jelas apa yang di dapat, itu yang menyebabkan masyarakat lebih memilih menyibukkan diri.

(3)

ABSTRAK

APPLICATION OF PRINCIPLES - PRINCIPLE OF DEMOCRACY IN CONGRESS DEVELOPMENT PLAN

(Case Study in the village of Banyumas, District Banyumas Regency Pringsewu) By

ADITIA ARIEF

Deliberation development plan (Musrenbang) created as a guideline and reference for the village administration. And the means of government and Banyumas village community in village development aspirations Banyumas. In accordance with the four principles of democracy, namely participation, transparency, accountability, and obedience to the law. That is where the process musrenbang viding a question mark, such as a lack of public participation, no real form of development in musrenbang, non-performance of Musrenbang village held once a year contained in the law of the village. For that is expected musrenbang can apply these four principles in the process.

The purpose of this study was to determine how the application of the principles of democracy in the Implementation of Development Plan Meeting. This type of research is used descriptive qualitative approach.

(4)

village is the lack of public participation and funds are limited due to the absence of real shape and ineffective in the meeting and it is not clear what is in the can, it causes people prefer to occupy themselves.

(5)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN

(Studi Kasus di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)

Oleh

ADITIA ARIEF

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 Januari 1992, merupakan anak ketiga dari empat barsaudara pasangan dari Bapak Ir. Syahrio Tantalo Yunus, M.P dan Ibu Dra. Hendrawati.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) 2 Rawalaut Teladan Bandar Lampung yang diselasaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

(10)

Anggota biasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sosial dan Politik Universitas Lampung. Penulis juga terlibat dalam Organisasi Masyarakat sebagai Sekertaris Umum Karang Taruna Rajabasa Indah periode 2012-2013, pada tahun 2013 penulis ditunjuk sebagai Ketua Umum Karang Taruna Rajabasa Indah periode 2013-2015.

(11)

PERSEMBAHAN

Syukur bagi saya amatlah sederhana kupersembahkan untuk orang tua tercinta serta

seseorang yang selalu ada di hati.

Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika

kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (Ali bin Abi Thalib).

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda tercinta yang selalu menjadi inspirasi Ir. Syahrio Tantalo Yunus, M.P dan

Ibunda yang aku sayangi dan cintai Dra. Henrawati, sebagai tanda terima kasih dan

baktiku. Yang telah memberiku kasih sayang dan dukungan yang tidak terhingga, hanya

karya ini yang bisa ku persembahkan untuk kalian.

Tidak lupa juga untuk Abangku Maulana Anhar, Yunda Ayuna Tantina, dan Adik ku

Aulia Syawaludin. terima kasih karena selalu mendukungku.

(12)

MOTO

Musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri

”.

(Papah)

Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib

adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu

”.

(Ali bin Abi Thalib)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan

kegigihan

”.

(13)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pelaksanaan Musrenbang (Studi Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu)” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas segala yang Engkau berikan pada hamba, baik rezeki, kesehatan, kekuatan, kesabaran dan semangat tiada henti hingga hamba dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(14)

4. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.I.P selaku Pembimbing Akademik, sekaligus selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kakanda Darmawan Purba, S.I.P, M.I.P selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan dukungan ilmu, arahan dan motivasinya yang sangat bermanfaat sehingga dapat membantu kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini dan dapat lulus dengan hasil yang maksimal.

6. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan

.

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi, yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

(15)

pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang hebat.

9. Untuk Abangku Maulana Anhar (si ngurat), Yundaku Ayuna Tantina yang cerewet, dan Adiku yang paling ganteng Aulia Syawaludin, Semoga kita berempat dapat membahagiakan kedua orang tua kita serta menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua. Sukses dikemudian hari selalu membantu dalam keadaan apapun. Amiin.

10.Untuk seluruh paman, tante, serta saudara-saudaraku yang selalu mendukung

dan mendo’akan ku semoga do’a dan dukungan yang kalian berikan dapat

meberikan jalan kesuksesan bagi Penulis. Untuk kalian yang belum lulus, segeralah menyusul.

11.Terima kasih kepada para informan segenab Pemerintah Desa Banyumas beserta Masyarakat Desa Banyumas, yang telah meluangkan waktu dan ketersediannya untuk memberikan wawasan serta informasi yang penulis butuhkan. Terima Kasih khususnya untuk Bapak Wasino sebagai Kepala Desa Banyumas yang telah mengayomi, mengarahkan dan memberi informasi yang penulis butuhkan.

(16)

masuk, semangat semoga cepet nyusul puay, sukses selalu), puay Ikwan Efrizal, puay Indra Jaya Negara (Preman dari negeri sebrang), Kevin Aditya Pratama, Komang Jaka, Mirzan Triandana, Monicha Angraini, Novrico Pradinan, Novandra Yudha (sahabat jauh dari padang, temen ngopi dikampus), Okta Purnama (puay seperjuangan dari SMA), Putra Ramadhan (jngan galau terus ya puay kita gak jelek jelek amat :D), Pangky Saputra, Pebri Dwi Firnando, Prananda Genta, puay Raditya Febrian (dikasi cenel wece gak pernah dapet :D), Rediah Renata, Resti Agustina, puay Ricky Ardian, Ridho Jupanter (temen sekaligus saudara seperjuangan dari SMA, jngan ganti ganti cewe terus do), Riendy F, Robby Ruyudha (puay dari SMA) Siska Fitria, Syintia Dwi Utami, kiyay tercinta sekaligus abang dikampus Tano Gupala (semangat terus yay), Tiffani Anandini, Violanda Y Az (kalo ngomong agak gedein dikit iol gak kedengeran :D) Yoan Yunita, Yosita Manara, Yusi Alvita, dan semua angkatan 2010 lah pokoknya, semangat terus untuk saudara saudara seperjuangan IP 2010 sukses terus buat kita semua, semoga Allah SWT memberikan nikmat sehat, rezeki yang berlimpah, rahmat dan hidayahnya bagi kita semua. Amin ya Robalalamin.

(17)

terus di semarang, cepet nyusul wisudanya) Arief, Ardian, Awal (sahabat kecil gua yang paling item lucu kaya boneka tapir), Bayu (terus belajar adinda jngan banyak maen), Daniel (partner, sahabat dan saudara yang paling cepet lulus di RBI semangat terus nil kita bangun RBI), Dendy (abang gua yang paling ganteng, semangat kerja di lampung timurnya), Dewie, Dimas, Dovie (tetap kritis adinda), Icha, Pujo, Ngab Rendi (motivator sekaligus abang yang selalu menemani di kala bimbang, semangat terus ngab), Rizki, Siddiq (sahabat kecil sekaligus partner kerja yang sekarang lagi mengejar mimpinya di jogja, sukses terus puay inget kampung halaman), Tama (adinda gua yang palig kritis, dan yang paling males), Tiwi, Vidia, Yohan (abang sekaligus motivator semngat terus yoo), Zulvi (yang lagi mengembangkan talentanya di dunia perbatuan minta bungur geh ngek). Sukses terus buat kita semua, kalo kita udah sibuk dengan kerjaan masing masing pergi meninggalkan kampung tercinta, tetep inget sama RBI dan terus membantu. Aamiin.

14.Teman teman seperjuangan Pemerintahan Lupa Rumah (PELURU), Obi, Iin, Indra, Putra, Eki, Jp, Okta, bang Awok, Tano, Rendra, Piol, dan Selola Seloge, Wawan, Deswan, dan Ido Sukses buat kita semua. Amin.

(18)

Kak Aris, Pak Made, Bang Ari, dan lain lain. Terimakasih selama ini sudah membimbing memberi arahan dan menjadi abang yang luar biasa. (Kalo ada loka ya di hubunginlah adek-adeknya :D).

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 2015 Penulis

(19)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

BAB III. METODE PENELITIAN

Konsep Variabel dan Indikator ... 35

BAB IV. GAMBARAN UMUM Visi dan Misi Desa Bayumas ... 43

Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 45

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 46

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis ... 46

Tabel 4 Jumlah Dusun dan Nama Kepala dusun ... 50

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Materi Pokok Wawancara Tentang Partisipasi ... 54

Tabel 2 Materi Pokok Wawancara Tentang Transparansi ... 60

Tabel 3 Materi Pokok Wawancara Tentang Akuntabilitas ... 63

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(21)

xii A. Demokratisasi Musrenbang ... 9

1. Pengertian Demokrasi ... 9

2. Demokratisasi Desa ... 11

3. Proses Pembentukan Musrenbang Secara Demokratis ... 12

B. Good Governance dan Pemerintahan Desa ... 13

1. Pengertian Good Governance ... 13

2. Pengertian Pemerintahan Desa ... 14

3. Tugas Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa ... 17

4. Pengertian Tentang Badan Permusyawaratan Desa ... 18

C. Rencana Pembangunan (Musrenbang) ... 20

(22)

C. Informan ... 35 5. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa Serta Perangkat Desa ... 48 6. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 50 7. Potensi Kelembagaan Kampung ... 51 B. Catatan Rapat Musyawarah Rencana Pembangunan di Desa Banyumas ... 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Demokratisasi dalam Pembentukan Musyawarah Rencana

Pembangunan (Musrenbang) ... 53 1. Partisipasi ... 54 2. Transparansi ... 59 3. Akuntabilitas ... 62 4. Ketaatan akan Hukum ... 66 5. Penerapan Perencanaan Musrenbang ... 69 B. Kendala Dalam Proses Demomokratisasi Dalam Rancangan Musyawarah

Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Desa Banyumas Kecamaratan

Banyumas, Kabupaten Pringsewu ... 73 1. Partisipasi ... 73 2. Transparansi ... 74 3. Akuntailitas ... 75 4. Ketaatan akan Hukum ... 75 5. Penerapan Perencanaan Musrenbang ... 76 6. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 77 7. Hasil Nyata Dalam Pembangunan di Desa Banyumas ... 81 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 83 B. Saran ... 85

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Peristiwa besar di tahun 1998 telah menciptakan beberapa perubahan yang signifikan dalam kehidupan bernegara mulai dari sistem multi partai dan pemilihan umum secara langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan memperoleh informasi.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos

(24)

Mifta Thoha (2010 : 23) demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian kekuasan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel akan tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga dan mekanisme ini mampu secara operasional bukan hanya secara teori membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut

Demokrasi tidak bisa dipisahkan dari pembahasan hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan dan kehidupan politik. Semua proses politik dan proses kehidupan lembaga-lembaga pemerintahan berjalan seiring dengan jalannya demokrasi. Demokrasi dapat dilihat seberapa jauh kehidupan pemerintahan suatu negara itu berjalan. Pemerintahan yang demokratis itu tumpuannya terletak pada seberapa jauh rakyat berperan pada pemerintahan.

Austin Ranny (1996 : 19) pemerintahan yang demokratis adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain itu pemerintahan demokratis, merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisasikan berdasarkan :

1. Prinsip-prinsip kedaulatan rakyat 2. Kesamaan politik

3. Konsultasi Rakyat 4. Suara Mayoritas

(25)

3

Demokrasi tidak hanya diartikan sebagai suatu proses penyeleggaraan negara. Seperti pemilu, lembaga perwakilan, yang semua itu telah dikenal saat ini. Demokrasi memiliki perkondisian tertentu yang lebih dalam dari sekedar elemen-elemen prosuderal, seperti jaminan hak-hak sosial politik dan sipil, tersedianya ruang publik yang bebas, asosiasi yang majemuk, lembaga perwakilan yang sehat dan penegakan hukum.

Konsep demokrasi secara umum mengendalikan pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat, ide dasar demokrasi masyarakat keikutsertaan rakyat serta kesepakatan bersama. Demokrasi di Indonesia pasca Orde Baru hampir secara selalu dibicarakan secara berkaitan dengan pembentukan sistem politik yang mencerminkan prinsip keterwakilan, partisipasi, dan kontrol. Oleh karna itu pemerintahan yang demokratis memisahkan kekuasaan dalam tiga wilayah institusi yaitu eksekutif, legislatif, yudikatif. Suatu pemerintahan dikatakan demokratis jika terdapat indikator utama yaiutu keterwakilan, partisipasi dan kontrol terhadap penyelenggaran pemerintahan oleh ketiga institusi tersebut.

Irene H, Gayatri (2007 : 46) Prinsip partisipasi menjamin aspek keikutsertaan rakyat dalam dalam proses perencanaan pembangunan daerah, atau keikutsertaan rakyat dalam proses pemilihan wakil dalam lembaga politik, sedangkan prinsip kontrol menekankan pada aspek akuntabilitas pemerintahan, aspek kelembagaan merupakan keutamaan dari berlangsungnya praktik politik yang demokratis, sehingga, terdapat partai politik, pemilihan umum dan pers bebas. Sedangkan, istilah lokal mengacu kepada arena tempat praktek demokrasi itu berlangsung pada entitas politik yang terkecil yaitu desa.

(26)

administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten/kota di wilayah kelurahaan setempat (Norman Long, 1992 : 36). . Sedangkan desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan masyarkat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usulnya (Norman Long, 1992 : 42).

Oleh sebab itu kedudukan desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan negara Indonesia. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, desa merupakan agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran riil yang hendak disejahterakan, sedangkan sebagai lembaga pemerintah, desa merupakan lembaga yang dapat memperkuat pemerintahan nasional karena sebagai kesatuan masyarakat hukum adat desa telah terbukti memiliki daya tahan luar biasa sepanjang keberadaannya.

Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, desa telah memiliki struktur kelembagaan yang mapan yang dihormati dan dilestarikan oleh masyarakat desa yang bersangkutan. Pelayanan pemerintah desa salah satunya adalah tentang pelayanan pembangunan dalam bentuk melakukan pembangunan yang berdampak kepada peningkatan pendapatan warga desa baik langsung maupun tidak langsung.

(27)

5

Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa (H. Rochajat Harun & Dr. Elvinaro Ardianto, 2012 : 2).

Pemerintah, dalam menjalankan proses-proses pemerintahan dalam membangun masyarakat harus menekankan perlunya partisipasi masyarakat dengan beragam kepentingan ataupun latar belakang yang berbeda. Hal ini bukan hal yang mudah bagi pemerintah dalam memaksimalkan pembangunan yang harus melibatkan masyarakat yang beragam. Suatu pertimbangan yang sama juga dengan munculnya desentralisasi di tingkat kabupaten/kota pemerintah lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih tahu kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat (Juliantara, 2004 : 47).

(28)

musrenbang sangat jauh dari partisipasi rakyat. Lebih jauh lagi, dalam banyak kasus, banyak proposal musrenbang disabotase dan tidak terakomodir. (koran sindo: 20 maret 2014).

Seperti yang dijelaskan oleh narasumber Wiwin Susanto di sebuah web resminya terkadang musrenbang, menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Mengapa, karena terkadang musrenbang hanya terkesan asal-asalan saja. Toh nanti, aspirasi yang telah berkembang, di masyarakat dan telah ditampung, serta memenuhi standar urusan pemerintah, ternyata di akhir pembahasan, di tingkat Rapat Gabungan, antara DPRD dan Pemerintah, banyak hasil Musrenbang, nihil alias tidak muncul. (koran sindo–Minggu : 1 Sepetember 2014).

Masalah ini, pertama diakibatkan, karena kemampuan keuangan dana daerah yang terbatas. Kedua, setelah memperhatikan, saran dan pendapat masyarakat lainnya, serta memperhatikan masukan dan saran pada saat rapat gabungan, ternyata masih dianggap belum menjadi prioritas terpenting, yang harus didahulukan, untuk dikerjakan. Ketiga, karena pemahaman tentang Musrenbang, belum dimengerti secara utuh oleh semua komponen yang terlibat dalam Musrenbang itu. (koran sindo–Minggu : 1 September 2014).

(29)

7

hanya kepala desa dan jajarannya yang datang dikarnakan masyarakat lebih memandang bahwa sudah ada perwakilan dan mereka lebih tidak peduli dan kebanyakan juga masyarakatnya bekerja sebagai buruh dan petani dan tidak sempat ikut dalam rapat Musrenbang jawab Kepala Desa Banyumas Pak Wasino (Hasil Wawancara kepala Desa Banyumas–Senin : 24 Maret 2014) .

Kurang transparannya dana dan tidak tepat sasaran membuat alokasi pembangunan tidak terlaksana dan hanya menjadikan musrenbang sebuah ajang yang tidak terakomodir, masalah seperti kurangnya partisipasi, ketaatan akan hukum, tidak transparan dan akuntabilitasnya penyelenggaraan musrenbang sering terjadi di berbagai kelurahan desa atau tingkat kecamatan seperti yang masalah-masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam perencanaan musrenbang yang ada di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, “Bagaimana Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Pelaksanaan Musrenbang di Desa banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu.

C. Tujuan Penelitian

(30)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat lebih mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah kabupaten Pringsewu.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Demokratisasi Musrenbang

1. Pengertian Demokrasi

Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata demos

(rakyat) dan kratos(pemerintah). Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Secara umum, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam berlangsungnya pemerintahan. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Perjalanan demokrasi di Indonesia selama ini membawa implikasi, baik positif maupun negatif. Berbagai inovasi muncul dan berkembang pesat membuktikan terciptanya demokratisasi. Demokrasi memang telah mengubah relasi kekuasaan menjadi lebih berimbang. Masyarakat yang semula berada pada sub ordinatif dibanding pemerintah telah lebih menonjolkan posisinya. Namun penonjolan posisi ini seringkali tidak disesuaikan dengan kesadaran dan pemahaman politik yang baik, sehingga rentan dengan timbulnya manipulasi dan mobilisasi kepentingan sesosok aktor.

(32)

1. Demokrasi formal, yaitu kesempatan untuk memilih pemerintahannya dengan teratur dimana ada aturan yang mengatur pemilu dalam hal ini pemerintahlah yang mengatur pemilu dengan memperhatikan proses hukumnya. Dengan kata lain ada aturan dan ketentuan yang bermakna untuk menentukan perilaku dari pemilihan umum.

2. Demokrasi permukaan (façade), yaitu demokrasi yang dimana dari luarnya memang demokrasi, tetapi sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi. Sebagai gambaran, pemilu diadakan supaya dilihat oleh orang dunia namun hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam banyak hal tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur politik.

(33)

11

2. Demokratisasi di Desa

Berdasarkan segi sosial politik adanya proses-proses politik dan ekonomi yang demokratis stabil dapat lebih mudah tercapai kalau prasyarat civil society di arah lokal juga terpenuhi. Dengan kata lain dengan adanya civil society yang seimbang dan benar merupakan prasyarat adanya demokratisasi.

Larry Diamond (1994 : 19) menyatakan bahwa civil society adalah kenyataan dari kehidupan sosial yang terorganisasi yang bersifat sukarela, swadaya, swasembada, dan terbebas dari tekanan negara, yang terkait dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian pandangan ini dengan hakekatnya menginginkan adanya suatu masyarakat yang mempunyai kemandirian dan terbebas dari hagemony negara. Pandangan ini yang tidak menghendaki campur tangan negara, mempunyai dua kelemahan utama. Yang pertama adalah adanya kebebasan penuh individual atau kelompok dan adanya kemungkinan munculnya suatu dominasi masyarakat tertentu, seperti kelompok borjuis atau kapitalis terhadap masyarakat banyak. Kelemahan yang kedua adalah tidak adaya kesadaran akan munculnya sisi gelap dari ego manusia, seperti destryktif, anti demokratis, tidak adil bahkan tindakan yang secara universal tidak benar.

Civil Society merupakan kehidupan sosial yang terorganisasi, bersifat sosial namun terikat dengan hukum yang berlaku. Masyarakat civil society ini kehidupannya mengelompok yang mengakibatkan munculnya dominasi masyarakat dan dalam hal ini masyarakat civil society anti dalam demokratis. Masyarakat civil society belum mempunyai kemandirian sehingga semua yang dilakukan masyarakatcivil societymasih dikerjakan secara mengelompok.

(34)

Menurut Chandoke (1995 : 36) juga mengemukakan bahwa perkembangan politik di pedesaan pada mulanya sudah berjalan dengan perkembangan civil society, karena masyarakat sudah secara sadar mampu dan berani meminta pertangungjawaban penyelenggaraan pemerintahan. Namun akhir dari usaha untuk mewujudkan civi society tersebut kemudian berkembang menuju suatu bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat anarkis yang penuh dengan tindakan kekerasan dan pembunuhan. Sampai saat ini kekhawatiran Diamond dan Chandoke ini terbukti, bahwa para pejuang civil society di arah desa telah kehilangan kesadaran akan munculnya sisi gelap dari sifat ego manusia.

3. Proses Pembentukan Musrenbang secara Demokratis

Semangat demokrasi dan otonomi dalam proses pembentukan perundang-undangan, termasuk peraturan desa dicirikan 4 (empat) hal sebagai berikut. Slamet Luwihono (2007 : 24).

1. Partispasi Masyarakat Luas.

Proses perencanaan harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya khususnya kepada pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan yang akan dibuat (stoke holdersatau pihak yang mempunyai kepentingan). Untuk memberikan masukan, kritik dan mengambil bagian pengambilan keputusan. Untuk proses pelibatan masyarakat dalam Musrenbang, Badan Permusyawaratan Desa dituntut tidak hanya memainkan perannya sebagai penampung dan penyalur aspirasi, tetapi harus juga juga memperjuangkan kepentingan rakyat.

2. Transparansi

(35)

13

mengharuskan penyelenggaran negara (pemerintahan) membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak deskriminatif mengenai penyelenggaraan negara.

3. Akuntabilitas

Menyerahkan keputusan mereka untuk dikaji oleh instansi yang lebih tinggi dan oleh orang-orang yang berhak memilih, para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

4. Ketaatan akan Hukum

Pembuatan keputusan tidak didasarkan atas institusi dan kecendrungan sesaat, namun sesuai dengan norma-norma yang telah disepakati yang didasarkan atas akal sehat dan pengalaman. Untuk mengubah pola prilaku penyelenggara pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat ke perilaku baru yang berpihak kepada rakyat dalam suatu komunitas desa demokratis, maka penyusunan instrumen hukum berupa perdes haruslah dilakukan secara partisipatif dan demokratis, masyarakat sebagai pihak yang akan terkena dampak pemberlakukan suatu kenbijakan yang dituangkan dalam Musrenbang haruslah diberi ruang untuk bisa menentukan nasibnya sendiri. Dalam merancang suatu rencana pembangunan, hendaknya diperhatikan kondisi-kondisi spesifik yang ril ada di masyarakat baik karakter, sumber daya alam, dan sosial budaya.

B.Good Governancedan Pemerintah Desa

1. PengertianGood Governance

(36)

Dengan kata lain pengertian good governance merupakan proses penyelenggaraan pemerintah yang mengedepankan transparansi, accountabilty, konsesus, teratur, tertib serta mengedepankan rule of law dalam upaya mencapai tujuan negara yang berdaulat. Oleh karena itu, upaya penerapan konsep good governance di negara ini merupakan tantangan tersendiri yang harus segera diwujudkan. Pengertian good governance bila dipahami dengan saksama dan diterapkan secara benar dan konsisten maka kualitas penyelengaraan pemerintahan di negara Indonesia dapat disejajarkan dengan kualitas penyelengaraan pemerintahan di negara lain yang telah lebih dahulu maju.

2. Pengertian Desa

Dalam konteks Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahaan Daerah, desa dibedakan dengan kelurahaan. Desa adalah kesatuan masyarkat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarkat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui negara. Sedangkan kelurahaan adalah satuan administrasi pemerintahaan dibawah kecamatan yang merupakan wilayah pelayanan administrasi dari kabupaten/kota.

Menurut Soenardjo desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang merupakan kestauan masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu

“badan hukum” dan adalah pula “Badan Pemerintahaan” yang merupakan

(37)

15

Menurut Beratha, desa adalah suatu kesatuan masyarkat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan alam dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri (Nurholis, 2011 :26).

Berdasarkan sejarah pertumbuhan desa tersebut setidaknya ada empat tipe desa di Indonesia sejak awal pertumbuhannya sampai sekarang:

1. Desa adat merupakan bentuk desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep

“otonomi asli” merujuk pada pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur

dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan negara. Desa adat inilah yang kemudian diakui keberadaannya dalam ordonansi pemerintah kolonial Belanda dalam IGO, IGOB, dan Desa-Ordonnanntie.

(38)

semacam ini meskipun diberi hak otonomi. Desa yang benar-benar sebagai desa administrasi adalah semua desa yang berubah menjadi kelurahan. 3. Desa otonom sebagai local self government. Desa otonom adalah desa

yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dengan undang-undang. Desa otonom mempunyai kewenangan yang jelas kerena diatur dalam undang-undang pembentukannya. Oleh karena itu, desa otonom mempunyai kewenangan penuh mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Desa otonom mendapat transfer kewenangan yang jelas dari pemerintah pusat, berhak membentuk lembaga pemerintahan sendiri, mempunyai badan pembuat kebijakan desa, berwenang membuat peraturan desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari negara. Desa praja dibawah UU No. 19/1965 adalah contoh desa otonom ini. 4. Desa Campuran (adat dan semiotonom), yaitu tipe desa yang mempunyai

(39)

17

3. Tugas Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaran pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menepatkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Namun, dalam pemilihan kepala desa tidak boleh lepas dari peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah desa sesuai undang-undang yang berlaku.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Desa pasal 26 ayat 1 dan 2, Kepala Desa mempunyai tugas dan wewenang.

1. Tugas Kepala Desa

Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PP nomor 6 pasal 26 ayat 1 tahun 2013).

2. Wewenang Kepala Desa

Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya ia mempunyai wewenang-wewenang yang harus dilaksanakan antara lain;

(PP nomor 6 pasal 26 ayat 2 tahun 2013) :

a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan aset Desa. d. Menetapkan Peraturan Desa.

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. f. Membina Kehidupan Masyarakat Desa.

(40)

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintekrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran Masyarakat Desa.

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa. l. Memanfaatkan teknologi tepat guna.

m. Mengordinasikan Pembangunan Desa secara Partisipatif.

Wewenang diatas harus dilaksanakan dengan baik supaya kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai keinginan dan Pembangunan Desa bisa berjalan dengan baik.

4. Pengertian Tentang Badan Permusyawaratan Desa

(41)

19

Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang

berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara

tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang baik diharapkan diperoleh dari proses yang baik.

Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan masyarakat luas.

Keanggotaan BPD seperti yang disebutkan dalam pasal 210 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah mufakat. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa dan perangkat desa. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Dalam PP No.72 tahun 2005 disebutkan bahwa jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Desa.

(42)

a. Mengajukan usul rancangan Peraturan Desa, b. Mengajukan pertanyaan,

c. Menyampaikan usul dan/atau pendapat, d. Memilih dan dipilih,

e. Mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

C. Rencana Pembangunan (Musrenbang)

1. Pengertian Musrenbang

Musrenbang adalah musyawarah tahunan untuk mematangkan rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) hasil forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antaran rancangan Renja (Rencana Kerja)-SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran RKPD. (Norman Long, 1992 : 65)

(43)

21

Adapun tahap-tahap pelaksanaan Musrenbang meliputi, (Bintoro Tjokroamidjojo 1998: 23);

a. Rapat Kerja Tim Perumus Hasil Musrenbang Desa, 1. Dokumentasi Hasil Musrenbang.

2. Penyusunan Berita Acara Musrenbang. b. Pembekalan Delegasi Musrenbang,

c. Penyampaian Hasil Musrenbang,

d. Pengumuman Hasil Musrenbang oleh Tim Penyelenggara Musrenbang.

2. Pembangunan

(44)

Pembangunan memerlukan perencanaan karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.

Dalam pengertian pembangunan para ahli memberikan berbagai macam definisi tentang pembangunan, namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan. Siagian (1994 : 34) memberikan pengertian tentang bagaimana pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, adapun Ginanjar Kartasasmita (1997 : 9) memberikan pengertian yang lebih sederhana tentang pembangunan yaitu suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Masyarakat dan pembangunan adalah suatu yang tidak dapat terpisahkan, karena tanpa adanya pembangunan masyarakat tidak akan bisa berkembang begitu saja dengan pembangunan, tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan maka hasil yang di capai tidak akan maksimal.

(45)

23

kegiatan. Pengertian seperti itu, nampaknya selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa kamus bahasa sosiologi.

Bornby misalnya, mengartikan partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat (Mardikanto & Soebiato, 2012 : 34). Sedang di dalam kamus sosioligi disebutkan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri (Theodorson). Keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya intraksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat lainnya.

Dalam kegiatan pembagunan, partsipasi masyarakat merupakan perwujudan dari kesedaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka, artinya, melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya.

(46)

pengendalian, (pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai.

Yadav (Mardikanto & Soebiato, 2012 : 15) meengemukakan tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan, yaitu:

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Umumnya setiap program pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Kerena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau tingkat lokal.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

(47)

25

3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukuan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.

5. Syarat Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat

Tumbuh dan berkembangnya Partisipasi Masyarakat dalam proses pembangunan, mensyaratkan adanya kepercayaan dan kesempatan yang di berikan oleh “pemerintah” kepada masyarakatnya untuk terlibat secara

aktif di dalam proses pembangunan.

(48)

pelaku pembangunan yang memiliki kemampuan dan kemauan yang dapat diandalkan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok (Mardikanto & Soebiato, 2012 : 29), yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi,

2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, 3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diupayakan melalui :

1. Pemberian kesempatan yang dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan kearifan tradisional kaitannya dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya, dan bukannya pemberian kesempatan yang dilandasi oleh prasangka buruk agar mereka tidak melakukan perusakan.

(49)

27

3. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya penjelasan kepada masyarakat tentang besarnya manfaat ekonomi maupun non-ekonomi yang dapat secara langsung dan atau tak langsung dinikmati sendiri maupun yang akan dapat dinikmat oleh generasi mendatang. Di lain pihak, perlunya ada perubahan pemahaman, pengembangan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan pertanian bukanlah “biaya sosial”(social cost) yang merupakan pemborosan, tetapi merupakan “investasi sosial”

(social investment) yang akan memberikan manfaat untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

3. Perencanaan

(50)

Dari beberapa pengertian tentang perencanaan, penulis mensintesakan bahwa perencanaan merupakan langkah awal dalam melaksanakan suatu tujuan tertentu yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan.

Definisi perencanaan yang lain dikemukakan oleh Sitanggang, mengemukakan bahwa perencanaan diartikan sebagai alat atau unsur dalam upaya menggerakan dan mengarahkan organisasi dan bagian-bagiannya mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan (Bintoro Tjokroamidjojo 1998: 37) berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (Maximum Output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Beliau juga mengungkapkan bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Definisi lain dikemukakan oleh para ahli manajmen dalam buku yang ditulis oleh (Malayu S.P .hasibuan, 1988 : 19) diantaranya George R Terry mengatakan perencanaan adalah upaya untuk memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-sumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

(51)

29

menggerakkan dan mengarahkan organisasi dan bagian-bagiannya mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan (Bintoro Tjokroamidjojo, 1998:12) berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (Maximum Output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

Beliau juga mengungkapkan bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat diuraikan beberapa komponen penting dalam perencanaan yakni tujuan apa yang hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasi tujuan dan waktu kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan.

D. Kerangka Pikir

Partisipasi masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan keanekaragaman. Berdasarkan prinsip tersebut, desa diatur sebagai berikut: status desa dikembalikan sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang berwenang mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat, nomenklatur desa bisa menggunakan nama lain sesuai dengan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat setempat, Mengatur artinya kewenangan membuat kebijakan yang bersifat mengatur (policy regulation), sedangkan mengurus artinya kewenangan membuat aturan pelaksanaan (policy implemention).

(52)

samapai pada pelaksanaan dan pengawasan kegiatan, serta pemanfaatan hasil-hasilnya oleh masyarakat. Aparat pemerintah desa sebagai penggerak dituntut untuk dapat memberi motivasi dan dapat menggerakan semangat jiwa gotong royong masyarakat agar di dalam pembangunan tersebut masyarakat mau berperan serta dan merasa bertanggung jawab atas hasil pembangunan yang akan dilaksanakan.

Untuk menganalisis lebih lanjut mengenai masalah dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sistem dan menggunakan 4 prinsip demokrasi dari Slamet Luwihono (2007 : 24)

1. Partispasi Masyarakat Luas.

Proses perencanaan harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya khususnya kepada pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan yang akan dibuat (stoke holdersatau pihak yang mempunyai kepentingan). Untuk memberikan masukan, kritik dan mengambil bagian pengambilan keputusan. Untuk proses pelibatan masyarakat dalam Musrenbang, Badan Permusyawaratan Desa dituntut tidak hanya memainkan perannya sebagai penampung dan penyalur aspirasi, tetapi harus juga memperjuangkan kepentingan rakyat.

2. Transparansi

Adanya keterbukaan sehingga masyarakat dan pers dapat mengetahui dan memperdebatkan draft rancangan secara rinci. Keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Untuk mewujudkan good governance maka dipandang perlu diatur peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Pemberian ruang kepada masyarakat untuk berperan serta ini sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi. Prinsip mengharuskan penyelenggaran Negara (pemerintahan) membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak deskrimiatif mengenai penyelenggaran negara.

3. Akuntabilitas

(53)

31

tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

4. Ketaatan akan Hukum

Pembuatan keputusan tidak didasarkan atas institusi dan kecendrungan sesaat, namun sesuai dengan norma-norma yang telah disepakati yang didasarkan atas akal sehat dan pengalaman. Untuk mengubah pola perilaku penyelenggaraan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat ke perilaku baru yang berpihak kepada rakyat dalam suatu komunitas desa demokratis, maka penyusunan instrumen hukum berupa perdes haruslah dilakukan secara partisipatif dan demokratis, masyarakat sebagai pihak yang akan terkena dampak pemberlakukan suatu kebijakan yang dituangkan dalam musrenbang haruslah diberi ruang untuk bisa menentukan nasibnya sendiri. Dalam merancang suatu rencana pembangunan, hendaknya diperhatikan kondisi-kondisi spesifik yang ril ada di masyarakat baik karakter, sumber daya alam, dan sosial budaya.

Untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan musrenbang, pemerintah desa Banyumas harus melakukan beberapa strategi guna mendukung terlaksanannya prinsip-prinsip demokrasi dalam musrenbang. Misalnya dengan melakukan pengajian atau arisan tingkat RT di masing-masing rukun tetangga di daerah desa Banyumas dengan begitu sosialisasi musrenbang berjalan dengan baik dan dapat diterapkan.

(54)

Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir

Sumber : Komperasi Teori Sistem David Easton (dalam irfan Islami 2003:46), Slamet Luwihono (2007).

INPUT

Proses

OUTPUT

Penerapan Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam

Pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan

(Musrenbang)

Proses Demokrasi dilihat dari aspek :

1. Partisipasi

a. Perlibatan masyarakat dalam pelaksanaan musrenbang

b. Menyalurkan aspirasi dalam bentuk memperjuangkan

kepentingan rakyat

c. Memberikan masukan dan mengambil bagian dalam pelaksanaan

musrenbang

2. Transparansi

a. Adanya kerterbukaan dalam hal rencana program musrenbang

3. Akuntabilitas

a. Akuntabilitas proses musrenbang

b. Akuntabilitas hasil nyata dalam pembangunan

4. Ketaatan akan Hukum

(55)

III. METODELOGI PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Menurut Poerwandari penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman vidio dan lain-lain. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu memperoleh gambaran tentang penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan musrenbang (studi kasus desa Banyumas, kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu).

(56)

peristilahannya. Pendapat lainnya tentang teknik kualitatif ini dikemukakan Nazir (1999:171) menurutnya jenis penelitian ini bersifat atau memiliki karakteristik bahwa data dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak mengubah ke dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Penelitian kualitatif sebagai suatu konsep keseluruhan untuk dapat mendapatkan jawaban-jawaban tertentu dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya dan mempergunakan cara kerja yang sistematik, terarah dan dapat di pertanggungjawabkan sehingga tidak kehilangan sifat alamiahnya.

Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan sependapat dengan Bogdan dan Taylor dalam Hadari Nawawi (1994:49) bahwa pandekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang yang perilakunya dapat diamati. Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti mencoba menggambarkan bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam pelaksanaan musrenbang di desa Banyumas, kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu.

B. Fokus Penelitian

(57)

35

Indikator pelaksanaan musyawarah recanana pembangunan yang demokratis ditingkatinput, proses, danoutputyaitu :

Konsep Variabel Idikator

Partisipasi Partisipasi masyarakat Perlibatan masyarakat dalam pembangunan

Adanya kerterbukaan dalam hal rencana program musrenbang

Ketaatan norma terhadap kegiatan yang sudah ditetapkan

C.Informan

Moloeng (2002 : 6) kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber data utama. Hasil wawancara dengan beberapa informan diharapkan dapat terungkap kata-kata dan tindakan yang diharapkan. Informan dalam penelitian ini peneliti khususkan pada :

No Nama Informan Jabatan No Hp

1 Bapak Wasino Kepala Desa (085357231295)

2 Bapak Romli Masbuk Ketua BPD (085240001273) 3 Bapak Nurwahid Kaur Pemerintahan (085769921362)

(58)

5. Ibu Nuraini Tim Penggerak ibu-ibu PKK

(085357231295) 6. Mas Wanto (Paijo) Tokoh Pemuda

Banyumas

(085609470035)

D.Jenis Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasarkan pada subyek yang mengusai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

a. Kepala Desa Wasino b. Ketua BPD Romli Masbuk

c. Kaur Urusan Pembangunan Sugiatmono d. Kaur Urusan Pemerintahan Nurwahid e. Ibu Nuraini penggerak ibu-ibu PKK f. Tokoh Pemuda Wanto (Paijo)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa;

a. Hasil rapat Musrenbang Tahun 2013,

(59)

37

c. Monografi Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (indepth interview)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab lisan secara langsung dan mendalam dengan sasaran/obyek penelitian untuk mendapatkan data-data dan keterangan yang berkaitan dengan topik penelitian. Pertanyaan yang diajukan kepada obyek penelitian dipandu dengan kuesioner dan pertanyaan tersebut bisa berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman data yang ingin diperoleh. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data tersebut yang belum dapat dipahami oleh si peneliti serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelesan yang lebih mendalam tentang realita obyek yang di teliti.

(60)

2. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen, arsip, maupun referensi yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian, dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut; a. Dokumen hasil rapat Musrenbang tahun 2013.

b. Profil Kampung Desa Banyumas Tahun 2013. c. Monografi Desa Banyumas.

F. Teknik Pengolahan Data

Setalah data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data dan sudah terkumpul kemudian di olah. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Editing,

Yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebih bahkan terlupakan. Data yang di edit oleh penulis ialah hasil wawancara anatara peneliti terhadap narasumber.

(61)

39

2. Interpretasi data,

Pada tahap ini peneliti memberikan penafsiran atau penjabaran dari tabel atau hasil perhitungan data untuk di cari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang di perlukan dengan data lain.

G.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Penelitian kualitatif ini menggunakan analisis data secara induktif, dengan beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan sebagaimana yang terdapat dalam realita. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat lingkungan peneliti menjadi eksplisit serta dapat di kembangkan. Ketiga, analisis induktif lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

Selain analisis data di atas, Moloeng (2000:15-20) juga menggunakannya dalam penelitian kualitatif yang di beri nama analisis model interaktif, dengan tiga prosedur, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data di maksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

(62)

sehingga kesimpulan dapat dapat ditarik. Reduksi data penulis lakukan pada hasil wawancara, dalam hal ini penulis memilih kata-kata yang bisa digunakan untuk melakukan pembahasan.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data dapat di pahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan tabel, bagan (chart) dan kumpulan kalimat. Semuanya di rancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan yang tepat.

3. Menarik Kesimpulan /Verifikasi

(63)

41

(64)

A. Gambaran Umum Desa Banyumas

1. Sejarah Berdirinya Desa Banyumas

Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang undang No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembanguan yang sifatnya multi sektoral. Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu desa yang bertekat untuk mewujudkan program Pemerintahan yang maju, yang lebih baik, melalui pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Desa Banyumas berdiri mulai tahun 1950-an. Di buka oleh beberapa warga dengan tujuan untuk perumahan, perkebunan, dan pertanian. Dengan tingkat ekonomi masyarakat yang masih berada tingkat menengah ke bawah. Namun demikian desa Banyumas sangat luas dan pesat, sehingga desa Banyumas di mekarkan menjadi tiga desa sebagai desa induk di kecamatan Banyumas sebagai ibu kota kecamatan.

(65)

43

pemerintah daerah, kabupaten dan provinsi maupun pusat. Adapun visi dan misi Desa Banyumas adalah :

Visi

Memberdayakan masyarakat dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan infrastruktur desa.

Misi

Merencanakan, menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan berdasarkan skala prioritas secara merata dan menyeluruh dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat berkesinambungan dan terarah. (Monografi Desa Banyumas Tahun 2014).

2. Letak Geografis

Desa Banyumas merupakan salah satu desa di kecamatan Banyumas, kabupaten Pringsewu. Desa Banyumas merupakan wilayah heterogen terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, dengan masyarakat Jawa yang cukup dominan, disamping masyarakat asli Lampung. Desa Banyumas mempunyai luas wilayah 327 ha, dengan jumlah KK 817 dan jumlah penduduk 3.797 jiwa data 2013 terdiri dari 2.017 laki–laki dan 1.780 perempuan. Desa Banyumas terdiri dari 4 dusun dan 13 RT.

Batas-batas Wilayah Desa Banyumas :

(66)

Desa Banyumas telah dilengkapi bangunan insfrastruktur dengan rincian sebagai berikut :

• Balai Pekon : 1 Unit

• Puskesmas : 1 Unit

• Puskesmas Pembantu : 1 Unit

• Klinik Praktek : 1 Unit

• Tempat Praktek Bidan : 1 Unit

• PAUD : 1 Unit

• TK : 1 Unit

• Sekolah Dasar : 1 Unit

• SMK : 1 Unit

• Jalan Aspal : 6 Km

• Jalan Tanah : 5 Km

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

3. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data monografi desa yang penulis peroleh di desa Banyumas dengan jumlah KK 817 dan jumlah penduduk 3.797 jiwa data 2013 terdiri dari 2017 laki–laki dan 1.780 perempuan, jumlah penduduk bisa di lihat dari berbagai macam pencaharian, agama, dan etnis.

(67)

45

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 1. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencarian Jumlah

1 Petani 2.500 Orang

2 Buruh Tani 700 Orang

3 Buruh / Swasta 79 Orang

4 Pegawai Negeri 19 Orang

5 Pengrajin 30 Orang

6 Pedagang 79 Orang

7 Peternak 70 Orang

8 Montir 35 Orang

9 Perawat 5 Orang

10 Bidan 1 Orang

11 Pengangguran 279 Orang

Jumlah 3.797 Orang

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa di desa Banyumas penduduk dengan jumlah terbanyak 2.300 orang sebagai pekerjaan petani.

(68)

a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Agama.

No Agama Jumlah Jiwa

1 Islam 3.550 Orang

2 Kristen 57 Orang

3 Hindu 190 Orang

Jumlah 3.797 Orang

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa penduduk desa Banyumas menganut bermacam–macam agama dan walaupun Islam sangat mendominasi tetapi mereka hidup rukun dan sejahtera.

b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Etnis.

No Etnis Jumlah

1 Lampung 20 Orang

2 Jawa 3.563 Orang

3 Padang 5 Orang

4 Batak 4 Orang

5 Sunda/Banten 15 Orang

6 Bali 190 Orang

Jumlah 3.797 Orang

(69)

47

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa di desa Banyumas sumber penduduk berdasarkan etnis bermayoritas suku jawa, walaupun warga lampung sendiri yang warga setempat hanya 20 orang desa Banyumas menjadi desa transmigran.

4. Struktur Organisasi

Adapun bentuk dan susunan perangkat desa Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu mengambil dari Balai Desa Banyumas adalah sebagai berikut;

Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Banyumas. Sumber : Balai Desa Bayumas 2014.

(70)

5. Tugas Dan Kewajiban Kepala Desa Serta Perangkat Desa a. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa

1. Tugas Kepala Desa

Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa (PP nomor 6 pasal 26 ayat 1 tahun 2013).

2. Wewenang Kepala Desa

Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya ia mempunyai wewenang-wewenang yang harus dilaksanakan antara lain.

(PP Nomor 6 Pasal 26 Ayat 2 Tahun 2013);

a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan aset Desa. d. Menetapkan Peraturan Desa.

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. f. Membina Kehidupan Masyarakat Desa.

g. Membina ketentraman dan ketertiban Masyarakat desa.

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintekrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran Masyarakat Desa.

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

k. Mengembankan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa. l. Memanfaatkan teknologi tepat guna.

m. Mengordinasikan Pembangunan Desa secara Partisipatif.

b. Tugas dan Wewenag Sekertaris Desa (Carik)

(71)

49

teknisnya adalah administrasi kepada masyarakat dan instansi lain di tingkat desa.

Dalam PP No 72 Tahun 2005 Pasal 25 Sekretaris Desa mempunyai tugas : a. Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum yang diperlukan dalam

mendukung pelaksanaan tugas desa.

b. Penyelenggaraan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perangkat desa.

c. Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi data, perumusan program serta petunjuk pembinaan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan desa, pengembangan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat.

d. Pelaksaan tata usaha, rumah tangga, pemeliharaan kantor dan perlengkapan.

c. Tugas dan Fungsi Kepala Urusan (Kaur)

Kepala urusan mempunyai tugas pokok membantu sekretaris Despembinan masyarakat dalam bidang tugasnya untuk melaksanakan pembinaan dalam bidangnya masing-masing. Untuk melaksanaan tugas tersebut kepala urusan mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai berikut :

Dalam PP No 72 Tahun 2005 Pasal 25, tugas dan fungsi Kepala Urusan sebagai berikut:

1. Sebagai unsur pembantu sekretaris kampung dalam bidang tugasnya, 2. Membantu sekretaris kampung dalam bidang tugasnya.

Fungsi Kepala urusan sebagai berikut :

1. Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugasnya,

2. Pelayanan adminstrasi terhadap kepala desa dan kepala urusan bertangungjawab kepada sekretaris desa.

d. Tugas dan Fungsi Kepala Dusun (Kadus)

(72)

Dalam PP No 72 Tahu 2005 Pasal 25 menyatakan Kepala Dusun mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan pembangunan dan ke masyarakat, 2. Melaksanakan keputusan desa di wilayah kerjanya,

3. Melaksanaka kebijaksanaan kepala desa, kepala dusun bertanggungjawab kepada kepala desa.

Desa Banyumas kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu mempunyai enam dusun yaitu :

Tabel 4, Jumlah Dusun dan nama Kepala Dusun desa Banyumas,

NO Jumlah Dusun Nama Kepala Dusun

1 Kadus 1 Ngadimun

2 Kadus 2 Musodik Azis

3 Kadus 3 Sugiyono

4 Kadus 4 Wagiman

Sumber : Monografi Desa Banyumas Tahun 2014

6. Badan Permuswaratan Desa (BPD)

BPD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan desa, seperti legislatif di sebuah Negara. PP No 72 Tahun 2005 adalah BPD berfungsi menetapkan peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dari sumber monografi desa Banyumas anggota BPD sekaligus Ketua BPD terdiri dari 7 orang, di desa Banyumas BPD mempunyai kata lain yaitu BPH (Badan Himpun Pemekonan). Yang terdiri dari :

Ketua : A. Romli Mahbub Wakil Ketua : Ismungin

Sekertaris : Sukardi

(73)

51

7. Potensi Kelembagaan Kampung

Dari sumber Mongrafi Desa Banyumas, di samping ada kelembagaan Pemerintahan juga terdapat kelembagaan dalam bidang kemasyarakatan yaitu:

a. Keagamaan yaitu majelis Ta’lim dan Remaja Masjid

b. Olahraga, Seperti Sepak Bola, Volly Ball, Bulu Tangkis, Tenis Meja c. Kesehatan seperti, Posyandu dan Puskesmas

d. Organisasi Sosial, Seperti Karang Taruna, PSM, Kelompok PKK dll.

B. Proses Rapat Musyawarah Rencana Pembangunan di Desa Banyumas

Penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam proses pembuatan draft rencana pembangunan dalam rapat musrenbang seperti hasil penulis dalam wawancara dengan kepala desa Banyumas bapak Wasino mengatakan bahwa musrenbang adalah forum terbuka untuk masyarakat bertujuan untuk memberikan masukan atau pendapat mengenai kelanjutan pembangunan di desa Banyumas. Rapat yang diadakan di hadiri oleh pemerintah desa dan tokoh masyarakat, meskipun ada pula yang tidak hadir, namun banyak warga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Rapat yang diadakan walupun ada yang tidak hadir dalam rapat, tetapi penerapan prinsip-prinsip musrenbang dalam proses pelaksanaan musrenbang sudah berjalan dengan adanya masukan-masukan dan usulan dari masyarakat yang hadir, itu sudah menunjukkan bahwa musrenbang bersifat terbuka.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir
Tabel 1. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Agama.
Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Banyumas.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai implementasi dari Undang-Undang serta TAP MPR RI tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Madiun mendirikan Dinas Koperasi dan UKM sebagai instansi yang bertugas

27 Rajah berikut menunjukkan keluk permintaan dan penawaran bagi suatu barang di sebuah

Jika seseorang mampu meyakinkannya bahwa semua belum berakhir, bahwa dia ada di suatu tempat, tidak terlalu jauh, tidak berubah, dengan rambut garing, senyum lamban, wajah

Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula untuk menentukan konsentrasi Carbopol 934 dan natrium lauril sulfat yang optimum menggunakan perangkat lunak Design

Subyek yang mengalami kambuh/gagal pengobatan saat kunjungan ulang diberikan pengobatan dengan artesunat-amodiakuin (10 mg amodiakuin per kg dan 4 mg artesunat per kg) atau

Narsisme merupakan salah satu sikap dimana individu, dalam hal ini perusahaan, mengunggulkan kemampuan yang dimiliki untuk memikat stakeholder seperti berusaha

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Rata-rata siswa Kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Soppeng memiliki: persepsi siswa tentang peran guru dengan kategori tinggi; (2)

Demikian pula menurut pasal 187 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, bahwa yang dimaksudkan dengan Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat