• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah perletakan semua bahan coba yaitu aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam dilakukan pengamatan setelah 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan daerah dimana pertumbuhan Staphylococcus aureus dihambat oleh bahan coba. Masing-masing bahan coba dilakukan tujuh kali pengulangan. (Gambar 14) Pengamatan dilakukan terhadap seluruh pengulangan dari bahan coba pada waktu yang bersamaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat zona hambat pada bahan coba minyak atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri jintan hitam dan etanol, sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap Staphylococcus aureus. Tabel 4 menunjukkan rata-rata zona hambat dan standard deviasi bahan coba aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. 

Tabel 4. Perbedaan rata-rata zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam.

* Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05

Kelompok Perlakuan n χ (mm) χ (mm) ± SD P

I Aquades

(kontrol) 7 0.0000 0.0000 ± 0,0000 II Etanol 96%

(kontrol) 7 13.8943 13.8943 ± 0,43408 III Minyak atsiri

bawang putih 7 10.9500 10.9500 ± 0,12000 IV Minyak atsiri cengkeh 7 14.7843 14.7843 ± 0,17587 V Minyak atsiri jintan hitam 7 11.9443 11.9443 ± 0,39522 0,0001*

Dari tabel 4 dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan bahan coba etanol 96% diameter 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih 10,950 mm, minyak atsiri cengkeh 14,784 mm dan minyak atsiri jintan hitam 11,944 mm. Ternyata yang paling tinggi zona hambat adalah minyak atsiri cengkeh terhadap Staphylococcus aureus.

Uji ANNOVA one way (tabel 4) dapat dilihat bahwa P adalah 0,0001. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang bermakna (P < 0,05) diantara minyak atsiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam, etanol 96% dan aquades . Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba dapat dilihat dari uji komparasi ganda (LSD).

Diagram 1. Hasil diameter zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

Uji Komparasi Ganda (LSD) menunjukkan semua kelompok perlakuan apabila dibandingkan satu sama lain mempunyai perbedaan yang bermakna karena nilai P adalah 0,0001 (Tabel 5). Hal ini terdapat perbedaan yang bermakna (P < 0,05) rata-rata zona hambat antar masing-masing kelompok perlakuan yaitu aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Hasil penelitian ini menunjukkan hipotesis diterima yaitu terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

Tabel 5. Hasil uji komparasi ganda (LSD)

Kelompok Perbandingan P

II (Etanol 96%) III (Bawang putih) IV (Cengkeh) I

(Aquades)

V (Jintan hitam) I (Aquades) III (Bawang putih) IV (Cengkeh) II (Etanol 96%) V (Jintan hitam) I (Aquades) II (Etanol 96%) IV (Cengkeh) III (Bawang putih) V (Jintan hitam) I (Aquades) II (Etanol 96%) III (Bawang putih) IV

(Cengkeh)

V (Jintan hitam) I (Aquades) II (Etanol 96%) III (Bawang putih) V

(Jintan hitam)

IV (Cengkeh)

0,0001*

*Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05 (H0 ditolak) 

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan sediaan minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam bertujuan untuk membuktikan adanya zona hambat terhadap Staphylococcus aureus dan memperlihatkan perbedaan daya hambat antara minyak atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam, sebagai kontrol adalah aquades dan etanol 96%. Dalam penelitian ini dilakukan uji sensitivitas dengan menggunakan teknik disc diffusion test. Perbedaan daya hambat bahan coba dilihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk disekitar disk berisi bahan coba yang diamati pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah diinokulasi oleh Staphylococcus aureus diisolasi dari stamp denture stomatitis.

Pengukuran zona hambat dilakukan setelah 24 jam, media yang telah diisi minyak atsiri dikeluarkan dari inkubator kemudian diukur zona hambat dengan menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Zona hambat merupakan daerah dimana terdapat zona bening disekeliling disk yang menunjukkan ada daya hambat antara bahan coba dari setiap kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini pembuatan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam dilakukan dengan menggunakan metode penyulingan air dan uap. Metode ini lebih sering dilakukan karena cara pengaplikasian mudah untuk memperoleh minyak atsiri, lebih murah dan konstruksi alatnya sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian,rata-rata zona hambat bahan coba aquades 0 mm, etanol 96% 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih10,950 mm, cengkeh 14,784 mm

dan jintan hitam 11,944 mm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang terbesar adalah bahan coba dari kelompok perlakuan IV yang mengandung minyak atsiri cengkeh yaitu 14,784 mm. Rata-rata zona hambat etanol 96% merupakan kontrol positif adalah 13,894 mm dan aqua sebagai kontrol negatif menunjukkan tidak terdapat zona hambat sama sekali. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan Ho ditolak karena P < 0,05.

Dilihat dari hasil penelitian, bahan coba dari etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda. Zat aktif yang terdapat dalam bahan coba bawang putih, cengkeh dan jintan hitam masing-masing adalah allicin, eugenol dan thymoquinone bahan aktif ini ternyata dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Senyawa allicin merupakan senyawa aktif dalam minyak atisiri bawang putih yang mudah terurai menjadi sulfur dan mudah rusak pada suhu yang panas. Allicin menunjukkan aktivitas antibakteri dengan menghambat secara lengkap dan langsung dari sintesis RNA meskipun sebagian sintesis DNA dan protein juga dihambat. Ini menunjukkan bahwa RNA adalah target utama dari fungsi allicin. Perbedaan dalam struktur strain bakteri juga memainkan peran dalam kerentanan terhadap daya hambat dari minyak atsiri bawang putih. Membran sel Staphylococcus aureus mengandung lipid hanya 2% yang akan mempengaruhi permeabilitas terhadap minyak atsiri bawang putih.31

diameter zona hambat pada jus bawang putih 2gr/ml (15,19 mm) dan jus bawang putih 1gr/ml (8,62 mm). Sementara rata-rata diameter zona hambat bahan coba sediaan ekstrak bawang putih 2gr/ml adalah 6,44 mm dan pada sediaan 1 gr/ml ekstrak bawang putih tidak mununjukkan adanya zona hambat. Rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah 10,95 mm. Ini menunjukkan terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri, jus dan ekstrak dari sediaan bawang putih. Jus bawang putih menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang tertinggi bila dibandingkan dengan jenis bahan sediaan yang lain. Hal ini mungkin disebabkan kandungan allicin yang berbeda dengan cara penyediaan yang berbeda karena allicin bersifat volatil dan merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa yang lain seperti dialil sulfida.7

Penelitian Syed Abdul Rahman (2010) minyak atsiri cengkeh adalah efektif terhadap Staphylococcus aureus karena efek antimikroba cengkeh oleh eugenol dan eugenol asetate yang terkandung dalam minyak tersebut.10 Menurut Babu (2011) mendapati minyak atsiri bawang putih dan cengkeh mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan merusak langsung membran sel bakteri menyebabkan pengurangan sintesa protein sehingga terjadi gangguan pada fungsi sel bakteri selanjutnya mengalami lisis. Selain itu, hasilnya juga memperlihatkan zona hambat cengkeh menunjukkan diameter yang lebih besar yaitu 25,00 mm bila dibandingkan dengan zona hambat minyak atsiri bawang putih yaitu 19,00 mm. Hal ini menunjukkan cengkeh mempunyai daya hambat yang lebih tinggi

menunjukkan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah 10,95 mm dan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri cengkeh 14,78 mm. Hal ini mungkin disebabkan karena cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda. Cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda boleh menyebabkan jumlah kandungan bahan aktif minyak atsiri berbeda. Penelitian Babu menunjukkan zona hambat yang lebih tinggi dari penelitian penulis karena Babu menggunakan minyak atsiri dari pabrik sedangkan penelitian penulis mempergunakan bahan coba dan alat serdahana.11

Sahabat Saeed (2008) dalam penelitiannya menyatakan, minyak cengkeh ditemukan aktif terhadap bakteri gram positif foodborne yang ditularkan melalui makanan contohnya Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli. Selanjutnya, bahan aktif cengkeh (eugenol) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans, Candida albicans, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. Selain eugenol terdapat bahan aktif lain yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti biflorin, kaempferol, rhamnocitrin, myricetin, gallic acid, ellagic acid dan oleanoic acid.32

Hasil Penelitian Mashadian (2005) menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam memiliki antimikroba yang aktif terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus juga menunjukkan efek anticestodal dan antiinflamatory.33 Penelitian Zuridah (2008) minyak atsiri jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Rata-rata daya hambat Staphylococcus aureus mencatatkan nilai tertinggi dibandingkan dengan

adalah Escherichia coli yaitu 10,00 mm.34 Menurut Mohd Tariq Salman (2008) thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam menunjukkan daya hambat yang signifikan dari pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Thymoquinone menghambat sumber radikal bebas, dan diketahui mempunyai asam amino nukleofilik yang terdapat di dalam protein akan menyebabkan inaktivasi protein serta hilangnya fungsi sel. Gangguan metabolisme bakteri menyebabkan kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan rusaknya sel bakteri secara permanen, selanjutnya sel bakteri lisis.12

Berdasarkan hasil uji Anova (Tabel 1) yang diperoleh terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Pada hasil uji komparasi ganda (Tabel 2), terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat antara setiap bahan coba.

Hasil penelitian ini secara in vitro minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Minyak atsiri tersebut dapat digunakan sebagai bahan alternatif antibakteri karena memiliki daya hambat terhadap beberapa jenis bakteri, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan bahan ini sebagai bahan antibakteri secara luas.

BAB 7

Dokumen terkait