• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamatan Zona Hambat Minyak Atisiri Bawang Putih, Cengkeh Dan Jintan Hitam Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus; Penelitian In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengamatan Zona Hambat Minyak Atisiri Bawang Putih, Cengkeh Dan Jintan Hitam Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus; Penelitian In Vitro"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN ZONA HAMBAT MINYAK ATISIRI

BAWANG PUTIH, CENGKEH DAN JINTAN HITAM

TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus;

PENELITIAN IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

AMIRAH FAHIMAH BINTI AHMAD TARMIZI NIM : 070600183

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2011

Amirah Fahimah

Pengamatan Zona Hambat Minyak Atsiri Bawang Putih, Cengkeh dan Jintan

Hitam Tehadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

X + 62 halaman

Minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus. Minyak atsiri bawang putih memiliki senyawa aktif allicin yang akan menghambat sintesis RNA dan DNA sel. Minyak atisiri cengkeh memiliki senyawa aktif eugenol yang dapat merusak langsung membran sel bakteri. Thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam manghambat sintesa protein dan menyebabkan gangguan fungsi sel. Tujuan penelitian untuk melihat perbedaan daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Stapylococcus aureus.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain Posttest Only Control Group Design. Sampel digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dari

stamp yang diisolasi dari denture stomatitis. Uji daya hambat ini menggunakan teknik Disc Diffusion Test dengan bahan coba minyak atsiri bawang putih, minyak atsiri

(3)

Minyak atsiri dibuat dengan metode punyulingan uap dan air dan setiap bahan coba dilakukan 7 kali pengulangan. Zona hambat terbentuk diukur dengan kaliper. Data dianalisa dengan uji Oneway ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Komparasi Ganda.

Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata zona hambat aquades 0 mm, etanol 96% adalah 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih 10,950 mm, minyak atsiri cengkeh 14,784 mm dan minyak atsiri jintan hitam 11,944 mm. Hasil pengamatan rata-rata zona hambat setiap bahan coba kecuali aquades, mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda.

Hasil uji analisis Oneway ANOVA dan Komparasi Ganda menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) antara rata-rata zona hambat kelompok perlakuan bahan coba. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri cengkeh daya hambat lebih besar bila dibandingkan minyak atsiri bawang putih dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

Key word : minyak atsiri, bawang putih, cengkeh, jintan hitam, Staphylococcus aureus.

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Juli 2011

Pembimbing : Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 Juli 2011

TIM PENGUJI

KETUA : 1. Minasari nasution, drg

ANGGOTA : 2. Lisna Unita R., drg., M.Kes.

3. Yendriwati, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini.

3. Minasari nasution, drg. selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran serta masukan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku PUDEK III FKM-USU, atas bimbingan dan bantuan dalam pengolahan data penelitian.

6. Orang tua tercinta, ayahanda Ahmad Tarmizi, ibunda Fuziah, yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

7. Para sahabat penulis; seluruh teman-teman angkata 2007 yang telah memberi dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 20 Juli 2011 Penulis,

(AMIRAH FAHIMAH)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL……….. HALAMAN PERSETUJUAN………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….………... 1

2.1.3 Aktivitas Antimikroba Bawang Putih ………..……. 10

2.1.4 Minyak Atsiri……….…..……. 11

2.1.4.1Definisi dan Sifat……… 11

2.1.4.2Minyak Atsiri Bawang Putih .……… 13

2.2 Cengkeh……….………. 14

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah……….……….… 14

2.2.2 Manfaat Cengkeh ………. 15

(9)

2.3 Jintan Hitam….……….. 19

2.3.1 Klasifikasi Ilmiah………..………..………….…… 19

2.3.2 Komposisi Kimia biji Jintan Hitam (Nigella sativa)………... 20

2.3.3 Manfaat Jintan Hitam (Nigella sativa)……….….…….. 21

2.3.4 Minyak Atsiri Jintan Hitam (Nigella sativa)……….………... 22

2.4 Staphylococcus aureus ……….. 23

2.4.1 Morfologi dan Identifikasi……….……….. 23

2.4.2 Toksin dan enzim ……….……….……….. 25

2.4.3 Gambaran Klinis ……….……..……….……….. 26

2.4.4 Insidens Staphylococcus aureus Pada Denture stomatitis….. 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep……….………...……….……..…….. 28

3.2 Hipotesis………...……….….. 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian…………...……….………….. 30

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data..………. 37

DAFTAR PUSTAKA……….... 51

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi 100 gr bawang putih.………..……… 9 2. Kandungan gizi 100 gr cengkeh.………..……… 16 3. Kandungan gizi jintan hitam…..………..……… 21 4. Perbedaan rata-rata zona hambat aquades, etanol 96%,

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bawang Putih……….…..… 7

2. Rumus Bangun Allicin………...………. 8

3. Bunga Cengkeh………...………. 14

4. Rumus Bangun Eugenol...……….. 15

5. Biji Jintan Hitam....………..……… 19

6. Rumus Bangun Thymoquinone.……..………... 21

7. Staphylococcus aureus..………..……… 23

8. Inkubator……….. ……..……… 36

9. Kaliper digital……….……….. 36

10. Pinset, Kaca Mulut dan Sonde…….….…….……….. 36

11. Alat Sebar………..………….…. 36

12. Ose………..………. 36

13. Minyak Atsiri dan Air……….………...………. 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur Penelitian.………..…… 56

2. Alur Fikir………….………..………... 57

3. Pembuatan Media……….………..….…. 59

4. Pembuatan Minyak Atsiri..……….. 59

5. Penyiapan Bakteri Staphylococcus……….. 60

6. Prosedur Penelitian……….. 61

7. Pengukuran Zona Hambat……….……….. 62

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2011

Amirah Fahimah

Pengamatan Zona Hambat Minyak Atsiri Bawang Putih, Cengkeh dan Jintan

Hitam Tehadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

X + 62 halaman

Minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus. Minyak atsiri bawang putih memiliki senyawa aktif allicin yang akan menghambat sintesis RNA dan DNA sel. Minyak atisiri cengkeh memiliki senyawa aktif eugenol yang dapat merusak langsung membran sel bakteri. Thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam manghambat sintesa protein dan menyebabkan gangguan fungsi sel. Tujuan penelitian untuk melihat perbedaan daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Stapylococcus aureus.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain Posttest Only Control Group Design. Sampel digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dari

stamp yang diisolasi dari denture stomatitis. Uji daya hambat ini menggunakan teknik Disc Diffusion Test dengan bahan coba minyak atsiri bawang putih, minyak atsiri

(14)

Minyak atsiri dibuat dengan metode punyulingan uap dan air dan setiap bahan coba dilakukan 7 kali pengulangan. Zona hambat terbentuk diukur dengan kaliper. Data dianalisa dengan uji Oneway ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Komparasi Ganda.

Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata zona hambat aquades 0 mm, etanol 96% adalah 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih 10,950 mm, minyak atsiri cengkeh 14,784 mm dan minyak atsiri jintan hitam 11,944 mm. Hasil pengamatan rata-rata zona hambat setiap bahan coba kecuali aquades, mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda.

Hasil uji analisis Oneway ANOVA dan Komparasi Ganda menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) antara rata-rata zona hambat kelompok perlakuan bahan coba. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri cengkeh daya hambat lebih besar bila dibandingkan minyak atsiri bawang putih dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

Key word : minyak atsiri, bawang putih, cengkeh, jintan hitam, Staphylococcus aureus.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bakteri merupakan suatu mikroorganisme yang tidak terlepas dari bagian kehidupan yang dapat memberikan manfaat contohnya Escherichia coli yang berperan dalam sintesis vitamin K dalam usus. Sebagian besar bakteri dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit/infeksi dengan cara menginvasi dan berkembang biak dalam jaringan tubuh atau rongga mulut. Bakteri menimbulkan infeksi terutama Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan abses, gingivitis dan Denture stomatitis. 1

Pada sebagian kasus infeksi pengunaan antibiotik sangat diperlukan, tetapi bila berlebihan dapat menyebabkan beberapa bakteri resisten atau bertahan hidup karena adanya perubahan genetik. Salah satu contoh yaitu ; Staphylococcus aureus yang tergolong bakteri gram positif resisten terhadap penisilin, nafsilin dan vankomisin.1 Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk memanfaatkan kembali bahan alami bagi kesehatan, terutama obat-obatan yang berasal dari tumbuhan, karena pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan alam harganya lebih terjangkau, mudah didapat dan efek samping yang rendah.2

(16)

dengan gerakan “kembali ke alam” (back to nature) yang dilakukan masyarakat. Tanaman obat makin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan. Dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanfaatan sumber daya alam, maka pemanfaatan produk herbal semakin berkembang tidak hanya di negara-negara Timur saja, tetapi sudah meluas ke negara-negara Barat. Dari data WHO yang menunjukkan bahwa permintaan produk herbal di negara-negara Eropa dalam kurun waktu 1999 – 2004 mencapai 66% dari permintaan dunia.3,4

Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Peranan minyak atsiri dalam kehidupan manusia telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu. Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies, termasuk dalam famili Alliaceae, Myrtaceae, Ranunculales, Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Umbelliferae, Rutaceae dan Piperaceae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang, kulit buah dan akar. Minyak atsiri dipergunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri (farmasi, pengawet, kosmetik, aromaterapi dan insektisida), bahan penyedap pada makanan dan minuman serta untuk pengobatan berbagai penyakit (Ketaren, 1985).2,4

(17)

oleh masyarakat Indonesia sebagai tumbuhan berkhasiat obat adalah bawang putih, cengkeh dan jintan hitam.5,6

Bawang putih telah digunakan sebagai obat herbal sejak ribuan tahun sebagai antibakteri, expektoran, antisplasmodik, antiseptik, antiviral, dan antihipertensi. Secara tradisional, bawang putih biasa digunakan untuk mengobati batuk, flu, asma bronchitis dan lain-lain. Banyak penelitian dilakukan karena manfaat bawang putih

sangat berguna pada manusia.5 Penelitian Novita (2008) terdapat daya hambat sediaan bawang putih terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Denture stomatitis.7

Minyak atsiri cengkeh banyak digunakan untuk tujuan pengobatan khususnya pengobatan gigi yang sakit. Minyak atsiri cengkeh adalah produk alami yang dapat dihasilkan dengan proses penyulingan air dan uap. Komponen yang paling dominan dalam cengkeh adalah eugenol. Salah satu sifat eugenol adalah sebagai bahan antibakteri terhadap bakteri seperti Staphylococcus aureus, Stereptococcus mutans dan lain-lain.8 Menurut penelitian Wibowo (2010) minyak atsiri bunga cengkeh dapat menurunkan jumlah bakteri rongga mulut.9 Hasil penelitian Rahman, Thangaraj dkk  (2010) menunjukkan terdapat efek antibakteri cengkeh terhadap Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Enterococcus faecalis, Mycobacterium smegmatis,

(18)

Mengkonsumsi jintan hitam dinegara Indonesia masih tidak begitu terkenal jika dibandingkan dengan negara Eropah, Amerika dan Arab. Obat ini sangat banyak manfaatnya sehingga diceritakan kisah ini dalam beberapa hadis di zaman Rasullulah s.a.w sebagai obat dari segala penyakit kecuali kematian. Diantara manfaatnya dapat menguatkan sistem kekebalan tubuh, anti histamin, antibakteri, dan meningkatkan konsentrasi daya ingat.6 Menurut penelitian Salman, Khan dan Shukla (2007), menunjukkan bahwa terdapat daya hambat dari minyak atsiri jintan hitam terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.12 Penelitian Sedarnawati (2008) jintan hitam ternyata memberikan pengaruh pada metabolisme lipid hati dan plasma darah, serta metabolisme glukosa plasma darah. Selain itu jintan hitam memiliki kapasitas antioksidan yang besarnya 60% dari kapasitas antioksidan vitamin C dan mempunyai senyawa antibakteri. Dari hasil pengamatan tersebut jintan hitam tidak hanya sebagai pemeliharaan tubuh tetapi juga sebagai penurun kadar glukosa, trigliserida plasma darah, kadar total kolesterol dan trigliserida hati.13

Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen yang paling sering

(19)
(20)

Candida albicans, Streptococcus mutans dan lain-lain.1 Monroy et al (2005) melaporkan dari pasien denture stomatitis dengan pH rata-rata 5,2 ditemukan pada membran mukosa yaitu Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus 52,4% dan Streptococcus mutans 67,6%.14

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melihat daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dengan demikian, bawang putih, cengkeh dan jintan hitam dapat dijadikan

(21)

Rumusan Masalah

1. Apakah sediaan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus?

2. Apakah terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap pertumbuhan Staphyloccocus aureus?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus.

2. Untuk mengetahui perbedaan efek daya hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap pertumbuhan Stapylococcus aureus.

Manfaat Penelitian

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Putih ( Allium sativum L)

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:5

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Family : Alliaceae

Subfamili : Allioideae

Genus : Allium

Gambar 1. Bawang Putih

Spesies : A.sativum

(23)

Bawang putih digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga tercatat di dalam buku Mesir Kuno bahwa bawang putih ini dapat menghilangkan nyeri gigi. Digunakan dalam bentuk pasta, kemudian dioleskan pada daerah yang sakit untuk menghilangkan nyeri.5

Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin, yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan bau khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun allicin dan alliin. Komponen kimia ini mengandung sulfur. Sulfur merupakan komponen penting yang terkandung dalam bawang putih. Adapun komponen aktif bawang putih sativumin adalah allicin, scordinine glycoside, scormine, thiocornim, scordinine A dan B, creatinine, methionine, homocystein, vitamin B, vitamin C, niacin, s-ade nocyl

methionine, S-S bond (benzoyl thiamine disulfide), dan organic germanium yang

masing-masing mempunyai kegunaan berbeda. Baik allin maupun allinase, keduanya cukup stabil ketika kering sehingga bawang putih kering masih dapat berpotensi untuk menghasilkan allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi, allicin sendiri juga tidak stabil dalam panas ataupun pelarut organik yang akan terurai menjadi beberapa komponen, yaitu diallyl sulfides. 5,15,16

(24)

Dalam pengobatan, bawang putih digunakan sebagai antimikroba, antiinflmasi, antiplasmodik, antiseptik, bakteriostatik, antiviral, dan antihipertensi. Secara tradisional, bawang putih biasa digunakan untuk mengobati bronkitis kronik, asma bronkitis, respiratory catarh, dan influenza.5,17

Tabel 1. Kandungan gizi 100 gr bawang putih

Nutrient Units Value per

Carbohydrate, by difference g 33.06

Fiber, total dietary g 2.1

Vitamin C, total ascorbic acid mg 31.2

Vitamin B-6 mg 1.235

Carotene, beta mcg 5

Vitamin A, IU IU 9

Vitamin E (alpha-tocopherol) mg 0.08

Vitamin K (phylloquinone) mcg 1.7

(25)

2.1.3 Aktivitas Antimikroba Bawang Putih

Ekstrak bawang putih ditemukan mempunyai sifat antibakteri dan antijamur. Komponen antimikroba aktif mayor bawang putih adalah thiosulfinate terutama allicin. Komponen allicin dibentuk ketika sebutir bawang mentah dipotong,

dihancurkan dan dikunyah. Pada saat itu enzim allinase dilepaskan dan mengkatalise pembentukan asam sulfenik dari cysteine sulfoxide. Asam sulfenik ini secara spontan saling bereaksi dan membentuk senyawa yang tidak stabil yaitu thiosulfinate yang dikenal sebagai allicin.18

Feldberg et al (1988) menyatakan bahwa allicin menunjukkan aktivitas antimikroba dengan menghambat sistesis RNA dengan cepat dan menyeluruh. Disamping itu, sintesa DNA dan protein juga dihambat secara partial. Hal ini menunjukkan RNA adalah target utama dari aksi allicin. Perbedaan struktur bakteri juga berperan dalam kerentanan bakteri terhadap unsur bawang putih. Contohnya membrane sel Eschericha coli terdiri atas 20% lipid, dimana Staphylococcus aureus hanya terdiri atas 2% lipid. Kandungan lipid pada membran dapat mempengaruhi permeabilitas allicin dan unsur bawang putih yang lain.19

(26)

Berbagai bentuk sediaan bawang putih menunjukkan aktivitas antibakteri spektrum luas terhadap bakteri gram negatif dan gram positif termasuk spesies Escherichia sp, salmonella sp, staphylococcus sp, streptococcus sp, bacillus sp, ,

clostridium sp, klebsiella, proteusaerobacter, aeromonas, citrella, citrobacter, dan

enterobacter. Aktivitas antimikroba bawang putih akan berkurang jika dididihkan karena komponen utama allicin berubah pada temperatur yang tinggi.20

2.1.4 Minyak Atsiri

2.1.4.1 Definisi dan Sifat

Minyak atsiri dikenal juga sebagai minyak ateris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, minyak aromatik dan minyak nabati, berupa cairan kental pada suhu kamar namun mudah menguap sehingga memberikan aroma khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari pengobatan alami. Di dalam perdagangan/bisnes, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bahan dasar minyak wangi. Minyak ini dapat dihasilkan dari tiap bagian tanaman (daun, bunga, buah, biji, batang/kulit).2

(27)

suhu yang tinggi. Umumnya minyak atsiri akan larut dalam akohol encer yang konsentrasi kurang dari 70%, tetapi tidak larut dalam air.2

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda komposisi dan titik cairnya serta dalam sifat kelarutannya. Berdasarkan hal tersebut, maka cara minyak atsiri dapat diekstrak melalui empat macam cara: penyulingan, pressing, ekstraksi dengan pelarut yang menguap, dan ekstraksi dengan lemak padat. Dari keempat cara tersebut, proses penyulingan lebih sering dipakai untuk mendapatkan minyak atsiri.8

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Jumlah minyak yang menguap bersama uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: besarnya tekanan uap, berat molekul dari komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Terdapat tiga metode penyulingan: penyulingan dengan air; penyulingan dengan air dan uap; penyulingan dengan uap. Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga metode tersebut:21

1. Penyulingan dengan air: bahan yang akan disuling akan bersinggungan langsung dengan air mendidih, kemudian menguap bersama uap air melewati kondensor untuk kondensasi.

(28)

3. Penyulingan dengan uap : sistem ini menggunakan sumber uap panas yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Sumber uap akan mengalirkan uap dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar dengan tujuan untuk menyuling komponen kimia yang bertitik didih tinggi, kemudian minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang akan dialirkan ke dalam kondensor untuk kondensasi.21,22

2.1.4.2 Minyak Atsiri Bawang Putih

Proses pengolahan minyak atsiri dengan metode penyulingan uap dan air meliputi tahapan persiapan bahan dan tahap penyulingan. Tahap penyulingan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Bahan coba (bawang putih yang telah diblender) dimasukkan dalam ketel suling sesuai dengan kapasitas suling.

b. Bahan dalam ketel suling dipanasi dengan uap yang basah sehingga memanasi sel atau kantung kelenjar yang berisi minyak.

c. Uap yang telah memasuki seluruh bahan akan keluar melalui leher ketel suling menuju kondensor atau pendingin.

d. Uap yang terdiri air dan minyak akan didinginkan di dalam kondensor menjadi fase cair/destilat.

(29)

sebaliknya. Jika berat jenis minyak lebih besar dari 1 (lebih besar dari berat jenis air) maka minyak berada dibawah lapisan air.

f. Proses penyulingan selesai ketika destilat yang ditampung tidak menghasilkan minyak lagi. 5,21,22

2.2Cengkeh

Tanaman ini juga sinonim Caryophyllus aromaticus L; Jambosa caryophyllus N. D. Z; Syzygium aromaticum (L). Nama lokal dikenal sebagai Clove (Inggris),

Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), ; Wunga Lawang (Bali), Cangkih (Lampung), Sake (Nias); Bungeu lawang (Gayo), Cengke (Bugis), Sinke (Flores); Canke (Ujung Pandang), Gomode (Halmahera, Tidore).8

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicolydonae Famili : Myrtales Subfamili : Myrtaceace Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia afomatica O.K

Cengkeh termasuk tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Mahkota atau disebut juga tajuk pohon cengkeh berbentuk

(30)

berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh yang kering bewarna coklat kehitaman dan rasa pedas, hal ini disebabkan mengandung minyak atsiri.Terdapat empat varietas unggul cengkeh yang telah diperoleh, yaitu Zanzibar, Si putih, Ambon, dan Zambon (cengkeh komposit).8

2.2.2 Manfaat Cengkeh

Kegunaan cengkeh sangat banyak disebabkan adanya komponen minyak atsiri yang terkandung dalam bunga, tangkai, dan daun cengkeh. Antara komponen volatil yang terdapat pada cengkeh yaitu eugenol, eugenol asetat dan beta-caryophyllene dan yang paling utama adalah eugenol. Dari hasil penelitian yang sebelumnya menunjukkan bahwa eugenol sangat nyata menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.8

Eugenol (Gambar 4) merupakan suatu metoksifenol dengan rantai hidrokarbon pendek. Eugenol mempunyai nama lain 1-allil-3- metoksi-4-hidroksi benzena atau 1-(3-metoksi-4-hidroksi-benzena)-1-propena. Eugenol mengandung beberapa gugus fungsional yaitu allil, fenol, dan eter (Busroni, 2000). Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik. Warnanya bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak. Eugenol digunakan oleh dokter gigi untuk meredakan gangguan syaraf akibat kerusakan bagian dalam gigi. Eugenol menunjukkan aktivitas antifungi terhadap Candida albicans dengan metode uji Semisolid Agar Antifungal Susceptibility (SAAS). Eugenol juga memiliki aktivitas

(31)

 

Gambar 4. Rumus Bangun Eugenol Tabel 2. Kandungan gizi 100 gr cengkeh 

Carbohydrate, by difference g 61.21

Fiber, total dietary g 34.2

Vitamin C, total ascorbic acid mg 80.8

Thiamin mg 0.115

Vitamin E (alpha-tocopherol) mg 8.52

Vitamin K (phylloquinone) mcg 141.8

(32)

2.2.3 Minyak Atsiri Cengkeh

Minyak cengkeh merupakan produk samping dari tanaman cengkeh. Jika dilihat dari bahan bakunya ada tiga macam minyak cengkeh yaitu minyak bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh dan minyak daun cengkeh. Mutu minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan, dan penanganan minyak yang dihasilkan.8

Bunga cengkeh biasanya digiling kasar dulu sebelum penyulingan untuk memecahkan sel-sel minyak dan memperluaskan permukaan sehingga minyak dapat lebih mudah ke luar dari dalam sel. Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri sekitar 10-20%, tangkai cengkeh 5-10% dan daun cengkeh 1-4%. Dalam kehidupan sehari-hari minyak daun cengkeh banyak digunakan sebagai bahan penyedap makanan, kosmetik, parfum, obat-obatan, pestisida nabati dan antiseptik. Oleh karena itu, eugenol bisa digunakan dalam sabun, detergen, dan pasta gigi.8

Minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai stimulan, anestesi lokal, karminatif, antiemetik, dan antispasmodik. Di China zaman Dinasti Han cengkeh digunakan juga sebagai pewangi mulut (Crofton, 1936). Pengobatan ayurvedic di India mengunyah cengkeh dan kapulaga dibungkus daun sirih untuk

(33)

Di samping itu, minyak cengkeh dapat dipakai sebagai bahan aktif pembuatan obat kumur karena sifatnya yang antibakteri. Dalam bidang kedokteran gigi eugenol digunakan sebagai bahan tambalan gigi sementara dan menghilangkan nyeri pulpitis akut. Sebagai bahan antibiotik, eugenol sangat efektif secara in-vitro terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Candida albicans dan Escherisia coli.8

Minyak cengkeh di Indonesia secara tradisional diproduksi melalui distillasi bunga, tangkai dan daun cengkeh dengan metode penyulingan air dan uap. Penyulingan dengan air dan uap dapat menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 80-85%. Lama penyulingan pada 500 gram cengkeh dilakukan berkisar 3-4 jam.8

Kualitas minyak atsiri dievaluasi dari kandungan fenol terutama eugenol. Komponen minyak cengkeh dibagi dua yaitu; senyawa fenolat yang terdapat dalam minyak daun cengkeh adalah eugenol dan yang kedua senyawa non fenolat. Senyawa non fenolat ini adalah senyawa-senyawa yang terdiri dari sebagian kecil komponen minyak daun cengkeh yaitu β-kariofilen, α-kububen, α-kopaen, humulen, kadien dan kadina 1,3,5-trien.8,23

Eugenol dengan kadar sekitar 80% merupakan bahan dasar yang dapat digunakan sebagai pelezat makanan, isoeugenol dan benzil isoeugenol sebagai bahan parfum dan Hendel -metildopa, sebagai obat Parkinson.8,24

(34)

2.2.4 Cara Mengkonsumsi Minyak Atsiri Cengkeh

Teteskan minyak atsiri cengkeh pada kapas lalu dioleskan di atas gigi, gigit dengan lembut. Minyak cengkeh berfungsi sebagai antiseptik dan anaestetik dapat megurangi rasa nyeri pada gigi.6

2.3 Jintan Hitam ( Nigella sativa )

Nigella sativa (N.sativa) atau yang di Indonesia dikenal dengan nama jintan

hitam adalah suatu tanaman obat dengan biji hitam yang berasal dari kawasan Mediterania. Jintan hitam kini banyak ditanam di berbagai belahan dunia. N. sativa juga dikenal dengan nama-nama lain seperti Black cumin atau; Black Seed, Habbatul Baraka (Inggris dan Amerika Serikat); Kalonji, Azmut,Gurat, Aof, dan Aosetta (Urdu,

Hindi, Srilangka); Syuniz, Shonaiz, Al-Habbah Al- Sawada, Habbet el-baraka dan Khondria (Persia dan Pakistan).6

2.3.1 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Gambar 5. Biji Jintan Hitam Spesies : N. Sativa6

(35)

biru atau putih. Bagian dari jintan hitam yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah bijinya.6

Biji jintan hitam telah lama digunakan dalam berbagai kesehatan oleh masyarakat luas beberapa negara dengan caranya masing-masing, antara lain sebagai rempah dan penambah rasa makanan di India, Yunani dan negara Timur Tengah . Selain itu digunakan dalam bidang kesehatan Islam semenjak 2000-3000 tahun dahulu dan Rasulullah SAW bersabda jintan hitam sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit kecuali maut. Penggunaan dalam bidang kesehatan sangat luas, contohnya untuk mengobati batuk kronik, demam, flu, lelah, serta penyakit yang berhubungan dengan empedu dan limpa.6

2.3.2. Komposisi Kimia biji Jintan Hitam (Nigella sativa)

Beberapa kandungan Jintan hitam (Nigella sativa) yang telah ditemukan antara lain adalah fixed oils, saponin, karbohidrat, air, minyak nabati, asam-asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam stearat, dan asam miristat; asam lemak tak jenuh seperti asam arakidonat, asam linoleat, asam oleat, dan asam almioleat; minyak atsiri yang mengandung nigellone, thymoquinone, thymohydroquinone, dithymoquinone, thymol, carvacrol, d-limonene, d-citronellol, pcymene dan

2-(2-methoxypropyl)-5-methyl-1,4-benzenediol; asam amino seperti arginin, lisin, leusin,

metionin, tirosin, prolin dan treonin; alkaloid seperti koumarin; nigellicine, nigellidine, dan nigellimine-N-oxide; koumarin; mineral seperti kalsium, pospat,

(36)

(7.1% - 15.5%), carvacrol (5.8% - 11.6%), dan yang terbesar adalah thymoquinone (27.8% - 57.0%).25,26

Gambar 6. Rumus Bangun Thymoquinone

Tabel 3. Kandungan gizi jintan hitam Komposisi Nutrisi

Protein 21%

Karbohidrat 35%

Lemak 35-38%

Nutrisi Minyak Jintan Hitam

Protein (ug/g) 208

Phosphorus (mg/g) 5,265

2.3.3. Manfaat Jintan Hitam (Nigella sativa)

(37)

bronkial, anti infeksi bakteri, virus dan parasit dan dapat digunakan sebagai immunomodulator.6,27,28

2.3.4 Minyak Atsiri Jintan Hitam

Biji jintan hitam dering dikisar halus (250 g) disuling menggunakan metode penyulingan air dan uap selama 8 jam. Minyak dan air yang dihasilkan kemudiannya dibiar diam selama 1 jam, kemudian minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.

2.3.5 Cara Mengkonsumsi Minyak Atsiri Jintan Hitam

(38)

2.4 Staphylococcus aureus

Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi S.aureus menurut Berget dalam Capuccino (1998) adalah :1 Domain : Bacteria

Gambar 7. Staphylococcus aureus Spesies : S.aureus

2.4.1 Morfologi dan Identifikasi

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-positif yang bersifat aerob dan

anaerobik fakultatif, muncul sebagai cluster seperti anggur. Bakteri ini tidak bergerak, tidak berspora, mampu membentuk kapsul dan berbentuk kokus. Ukurannya kira-kira 1μm. Koloni bakteri ini bewarna kuning keemasan, sering dengan hemolisis, ketika ditanam pada madia agar darah. Nama emas adalah adalah dari nama bakteri itu;''Staphylococcus berarti "emas" dalam bahasa Latin.29

Staphylococcus aureus ini sering dijumpai pada kulit manusia terutama pada

(39)

dengan kuning gelap. Spesimen yang ditanam pada media Mannitol Salt Agar menunjukkan koloni khas dalam 24 jam pada suhu 37 °C. Pada media Mannitol Salt Agar karakteristik Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni opaque, lembut

dengan pigmentasi kuning.1

Staphylococcus sensitif terhadap beberapa obat antimikroba. Resistensinya dikelompokkan dalam beberapa golongan:29

1. Biasanya menghasilkan enzim beta laktamase, yang berada di bawah kontrol plasmid, dan membuat organisme resisten terhadap beberapa penisilin (penisilin G, ampisilin, tikarsilin, piperasilin, dan obat-obat yang sama). Plasmid ditrasmisikan dengan transduksi dan kadang juga dengan konjugasi. 2. Resisten terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin dan oksasilin) yang tidak

tergantung pada produksi beta-laktamase. Gen mecA untuk resistensi terhadap nafsilin terletak pada kromosom. Mekanisme resistensi berkaitan dengan kekurangan PBP (Penicillin Binding Protein) tertentu dalam organism.

(40)

4. Plasmid juga dapat membawa gen untuk resistensi terhadap tetrasiklin, eritromisin,aminoglikosida, dan obat-obatan lainnya.

5. Akibat sifat ‘toleran’ berdampak bahwa stafilokokus dihambat oleh obat tetapi tidak dibunuh oleh obat tersebut, misalnya terdapat perbedaan yang besar antara KHM (Kadar Hambat Minimal) dan KBM(Kadar Bunuh Minimal) dari obat antimikroba. Toleransi dapat dihubungkan dengan kurangnya aktivasi enzim autolitik di dalam dinding sel.

2.4.2 Toksin dan enzim

Staphylococcus aureus mengandung manitol dan menghasilkan enzim

koagulase, hialurodinase, fosfatase, protease, dan lipase. Enzim koagulase merupakan enzim yang mampu menggumpalkan plasma yang ditambah dengan oksalat atau sitrat dengan adanya suatu faktor yang terdapat dalam serum. Faktor serum beraksi dengan koagulase untuk membentuk esterase dan aktivitas penggumpalan, dengan cara yang sama ini untuk mengaktivasi protrombin ke thrombin. Cara kerja koagulase adalah dalam lingkup kaskade penggumpalan plasma normal. Koagulase dapat membentuk fibrin pada permukaan Staphylococcus aureus, ini bisa mengubah ingestinya oleh sel fagositik atau pengrusakannya dalam sel fagosit. Produksi koagulase sinonim dengan invasi potensial patogenik.1

(41)

Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda seperti kulit terkena luka bakar.1,29

2.4.3 Gambaran klinis

Infeksi stafilokokus lokal tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut atau abses. Terdapat reaksi inflamasi yang kuat, terlokalisir dan nyeri yang mengalami supurasi sentral dan sembuh dengan cepat jika pus didrainase. Dinding fibrin dan sel sekitar bagian tengah abses cenderung mencegah penyebaran organisme dan hendaknya tidak dirusak oleh manipulasi atau trauma.1

Infeksi Staphylococcus aureus dapat juga berasal dari kontaminasi luka, misalnya pasca operasi infeksi stafilokokus atau infeksi yang menyertai trauma (osteomilitis kronik setelah patah tulang terbuka, meningitis yang disertai patah tulang tengkorak).1

(42)

2.4.4 Infeksi Staphylococcus aureus Pada Denture Stomatitis

Staphylococcus aureus ditemukan mempunyai prevalensi yang cukup besar

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1Kerangka Konsep

Bawang Putih  Cengkeh  Jintan Hitam 

Distilasi uap dan air 

Minyak atsiri 

Scordinine glycoside  Eugenol  Thymoquinone 

Allicin  Merusak membran

(44)

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

Desain Penelitian : Rancangan pretes-postes dengan kelompok kontrol

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi : Staphylococcus aureus

Sampel : Biakan Staphylococcus aureus dari stamp

Besar sampel : Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum

( t ‐ 1 ) . ( n ‐ 1) > 15 

Dimana : t = Perlakuan

n = Jumlah sampel 30

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas :

1. Kelompok I : Aquades sebagai kontrol negatif 2. Kelompok II : Etanol 96% sebagai kontrol positif 3. Kelompok III : Minyak atsiri bawang putih

(46)

Jadi perlakuannya (t) adalah = 5

( 5 – 1 ) . ( n – 1 ) > 15

4 . ( n – 1 ) > 15

n – 1 > 3, 75

n > 4, 75 ~ 5

(47)

4.3 Variabel Penelitian

Variabel Bebas :

 Aquades sebagai kontrol 1  Etanol 96% sebagai kontrol 2  Minyak atsiri bawang putih  Minyak atsiri cengkeh  Minyak atsiri jintan hitam

Variabel Tergantung :

Pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dengan pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan

Variabel Terkendali

 Media pertumbuhan .  Suhu inkubator.

 Waktu pembiakan yaitu 24 jam.

 Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

 Penggunaan alat dan bahan yang steril.

 Keterampilan operator

 Waktu pengamatan. 

Variabel Tidak Terkendali

Asal bawang putih, cengkeh dan jintan hitam (geografis)

(48)

4.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas untuk penelitian ini adalah seperti berikut :

a. Aquades sebagai kontrol negatif b. Etanol 96% sebagai kontrol positif c. Minyak atsiri bawang putih

d. Minyak atsiri cengkeh e. Minyak atsiri jintan hitam

4.3.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung untuk penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode pengukuran diameter zona hambat pada

masing-masing perlakuan.

4.3.3 Variabel Terkendali

a. Media untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus yaitu MHA.

b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus 37°C dalam inkubator.

c. Waktu yang digunakan untuk menumbuhkan atau pembiakan Staphylococcus aureus yaitu 24 jam.

d. Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

(49)

f. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian dan didampingi asisten laboratorium.

4.3.4 Variabel Tidak Terkendali

Variabel tidak terkendali untuk penelitian ini adalah asal bawang putih, cengkeh dan jintan hitam (geografis) berhubungan dengan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman.

4.4 Definisi Operational

a. Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas berupa larutan minyak yang diperoleh dari penyulingan air dan uap.

b. Minyak atsiri bawang putih adalah minyak yang dihasilkan dari bawang putih melalui proses penyulingan air dan uap.

c. Minyak atsiri cengkeh minyak yang dihasilkan dari bunga cengkeh melalui proses penyulingan air dan uap.

d. Minyak atsiri jintan hitam yang dihasilkan dari biji jintan hitam melalui proses penyulingan air dan uap.

e. Etanol 96% adalah alkohol dengan perbandingan 96% komposisi etanol dan 4% komposisi air. Disebut juga etil alkohol 96%, termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H2OH.

(50)

   

g. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-positif yang bersifat aerob dan anaerobik fakultatif, yang muncul sebagai cluster seperti anggur, dan sering dijumpai pada kulit manusia terutama pada membrane mukosa, nares anterior dan perineum. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang diperoleh dari stamp yang diisolasi dari Denture stomatitis

h. Diameter zona hambat adalah diameter daerah dimana bakteri tidak tumbuh pada media Mueller Hinton Agar yang ditandai dengan daerah bening yang dapat diukur dengan kaliper satuan millimeter (mm).

(51)

Gambar 8. Inkubator Gambar 9. Kaliper Gambar 10. Pinset, kaca mulut, dan sonde

Gambar 12. Ose Gambar 11. Alat sebar

4.5.2 Bahan Penelitian

a. Bawang Putih 8 kg b. Cengkeh 500 gr c. Jintan Hitam 5 kg d. Aquades

e. Mueller Hinton Agar (MHA) f. Etanol 96%

(52)

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat Penelitian

a. Laboratorium Biologi Oral FKG USU b. Laboratorium Polimer FMIPA USU

4.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah 3 bulan (April - Juni 2011)

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7.1 Pembuatan Media

Media MHA dibuat dengan cara melarutkan 38% Mueller Hinton (Oxoid) ke dalam akuades. Larutan tersebut dihomogenkan menggunakan hotplate pada suhu ±100 oC. Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmayer flask dan masing-masing tabung ditutup alumunium foil. Media yang akan digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu dengan otoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Media didiamkan di laminar (clean bench) aseptik sampai media membeku. Apabila media sudah membeku, media disimpan dalam kulkas.

4.7.2 Pembuatan Minyak Atsiri Bawang Putih, Cengkeh dan Jintan Hitam

(53)

Di sini uap akan terpisah kembali menjadi air dan minyak setelah 1 jam minyak dipisahkan menggunakan corong pisah.

Gambar 13. Minyak atisiri dan air

4.7.3 Uji Efektifitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar

Alat-alat dan bahan disediakan, kemudian lakukan penelitian dengan menggunakan 35 cakram kosong direndam dalam 5 wadah yang berbeda yang masing-masing berisi 1 cc untuk setiap bahan coba selama 60 menit.

Kultur Staphylococcus aureus diambil dua kali dengan ose bulat dan di letakkan pada MHA lalu dilakukan goresan (streak) secara rapat-rapat pada permukaan MHA kemudian dirata dengan menggunakan alat sebar. Setelah rendaman berlansung selama 60 menit, disk dikeluarkan dan diletakkan pada media MHA lalu ditekan.

(54)

dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, piring petri dikeluarkan dari inkubator dan dilihat daya hambat yang terjadi pada setiap disk.

Daya hambat kemudiannya diukur dengan menggunakan kaliper digital dengan menggunakan rumus ( Φ horizontal + Φ vertikal ) dibagi dua dengan perhitungan dimasukkan dalam tabel.

4.7.4 Cara Pengukuran Zona Hambat

Diameter Zona Hambat = ( θ Vertikal + θ Horizontal ) 2

Petunjuk :

: Diameter vertikal : Diameter horizontal : Zona hambat

(55)

4.7.5 Uji Statistik

Data dari setiap perlakuan dianalisa secara statistik dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05), dengan memakai uji statistik:

1. Uji One Way ANOVA, untuk melihat perbedaan daya hambat bakteri pada semua kelompok perlakuan.

2. Uji komparasi ganda/Least Significant Differences (LSD), untuk melihat perbedaan daya hambat bakteri antar kelompok.

(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Setelah perletakan semua bahan coba yaitu aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam dilakukan pengamatan setelah 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan daerah dimana pertumbuhan Staphylococcus aureus dihambat oleh bahan coba. Masing-masing bahan coba dilakukan tujuh kali pengulangan. (Gambar 14) Pengamatan dilakukan terhadap seluruh pengulangan dari bahan coba pada waktu yang bersamaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat zona hambat pada bahan coba minyak atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri jintan hitam dan etanol, sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap Staphylococcus aureus. Tabel 4 menunjukkan rata-rata zona hambat dan standard deviasi bahan coba aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. 

(57)

Tabel 4. Perbedaan rata-rata zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam.

* Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05

Kelompok Perlakuan n χ (mm) χ (mm) ± SD P

I Aquades

(kontrol) 7 0.0000 0.0000 ± 0,0000

II Etanol 96%

(kontrol) 7 13.8943 13.8943 ± 0,43408

III Minyak atsiri

bawang putih 7 10.9500 10.9500 ± 0,12000

Dari tabel 4 dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan bahan coba etanol 96% diameter 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih 10,950 mm, minyak atsiri cengkeh 14,784 mm dan minyak atsiri jintan hitam 11,944 mm. Ternyata yang paling tinggi zona hambat adalah minyak atsiri cengkeh terhadap Staphylococcus aureus.

(58)

Diagram 1. Hasil diameter zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

(59)

Tabel 5. Hasil uji komparasi ganda (LSD)

Kelompok Perbandingan P

(60)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan sediaan minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam bertujuan untuk membuktikan adanya zona hambat terhadap Staphylococcus aureus dan memperlihatkan perbedaan daya hambat antara minyak

atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam, sebagai kontrol adalah aquades dan etanol 96%. Dalam penelitian ini dilakukan uji sensitivitas dengan menggunakan teknik disc diffusion test. Perbedaan daya hambat bahan coba dilihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk disekitar disk berisi bahan coba yang diamati pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah diinokulasi oleh Staphylococcus aureus diisolasi dari stamp denture stomatitis.

Pengukuran zona hambat dilakukan setelah 24 jam, media yang telah diisi minyak atsiri dikeluarkan dari inkubator kemudian diukur zona hambat dengan menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Zona hambat merupakan daerah dimana terdapat zona bening disekeliling disk yang menunjukkan ada daya hambat antara bahan coba dari setiap kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini pembuatan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam dilakukan dengan menggunakan metode penyulingan air dan uap. Metode ini lebih sering dilakukan karena cara pengaplikasian mudah untuk memperoleh minyak atsiri, lebih murah dan konstruksi alatnya sederhana.

(61)

dan jintan hitam 11,944 mm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang terbesar adalah bahan coba dari kelompok perlakuan IV yang mengandung minyak atsiri cengkeh yaitu 14,784 mm. Rata-rata zona hambat etanol 96% merupakan kontrol positif adalah 13,894 mm dan aqua sebagai kontrol negatif menunjukkan tidak terdapat zona hambat sama sekali. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan Ho ditolak karena P < 0,05.

Dilihat dari hasil penelitian, bahan coba dari etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda. Zat aktif yang terdapat

dalam bahan coba bawang putih, cengkeh dan jintan hitam masing-masing adalah allicin, eugenol dan thymoquinone bahan aktif ini ternyata dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Senyawa allicin merupakan senyawa aktif dalam minyak atisiri bawang putih yang mudah terurai menjadi sulfur dan mudah rusak pada suhu yang panas. Allicin menunjukkan aktivitas antibakteri dengan menghambat secara lengkap dan langsung dari sintesis RNA meskipun sebagian sintesis DNA dan protein juga dihambat. Ini menunjukkan bahwa RNA adalah target utama dari fungsi allicin. Perbedaan dalam struktur strain bakteri juga memainkan peran dalam kerentanan terhadap daya hambat dari minyak atsiri bawang putih. Membran sel Staphylococcus aureus mengandung lipid hanya 2% yang akan mempengaruhi permeabilitas terhadap minyak atsiri bawang putih.31

(62)

diameter zona hambat pada jus bawang putih 2gr/ml (15,19 mm) dan jus bawang putih 1gr/ml (8,62 mm). Sementara rata-rata diameter zona hambat bahan coba sediaan ekstrak bawang putih 2gr/ml adalah 6,44 mm dan pada sediaan 1 gr/ml ekstrak bawang putih tidak mununjukkan adanya zona hambat. Rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah 10,95 mm. Ini menunjukkan terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri, jus dan ekstrak dari sediaan bawang putih. Jus bawang putih menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang tertinggi bila dibandingkan dengan jenis bahan sediaan yang lain. Hal ini mungkin disebabkan kandungan allicin yang berbeda dengan cara penyediaan yang berbeda karena allicin bersifat volatil dan merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa yang lain seperti dialil sulfida.7

(63)

menunjukkan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah 10,95 mm dan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri cengkeh 14,78 mm. Hal ini mungkin disebabkan karena cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda. Cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda boleh menyebabkan jumlah kandungan bahan aktif minyak atsiri berbeda. Penelitian Babu menunjukkan zona hambat yang lebih tinggi dari penelitian penulis karena Babu menggunakan minyak atsiri dari pabrik sedangkan penelitian penulis mempergunakan bahan coba dan alat serdahana.11

Sahabat Saeed (2008) dalam penelitiannya menyatakan, minyak cengkeh ditemukan aktif terhadap bakteri gram positif foodborne yang ditularkan melalui makanan contohnya Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli. Selanjutnya, bahan aktif cengkeh (eugenol) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans, Candida albicans, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. Selain eugenol

terdapat bahan aktif lain yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti biflorin, kaempferol, rhamnocitrin, myricetin, gallic acid, ellagic acid dan oleanoic acid.32

Hasil Penelitian Mashadian (2005) menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam memiliki antimikroba yang aktif terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus juga menunjukkan efek anticestodal dan antiinflamatory.33 Penelitian Zuridah (2008) minyak atsiri jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Rata-rata

(64)

adalah Escherichia coli yaitu 10,00 mm.34 Menurut Mohd Tariq Salman (2008) thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam menunjukkan daya hambat yang signifikan dari pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Thymoquinone menghambat sumber radikal bebas, dan diketahui mempunyai asam amino nukleofilik yang terdapat di dalam protein akan menyebabkan inaktivasi protein serta hilangnya fungsi sel. Gangguan metabolisme bakteri menyebabkan kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan rusaknya sel bakteri secara permanen, selanjutnya sel bakteri lisis.12

Berdasarkan hasil uji Anova (Tabel 1) yang diperoleh terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Pada hasil uji komparasi ganda (Tabel 2), terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat antara setiap bahan coba.

(65)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

2. Minyak atsiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam dan kontrol mempunyai daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda dimana minyak atsiri cengkeh yang mengandung eugenol mempunyai daya hambat paling besar bila dibandingkan dengan bahan coba yang lain.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari MIC (Minimal Inhibatory Concentration) terhadap sediaan minyak atsiri bawang putih,

cengkeh dan jintan hitam.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks GF,Butel JS,Morse SA.Mikrobiologi kedokteran.Alih Bahasa. Mudihardi E, Kuntaman,WasitoEB et al. Jakarta: Salemba Medika, 2005: 317-27.

2. Gunawan D, Mulyani S. Ilmu obat alam (farmakognasi) jilid 1. 1st ed, Jakarta: Penebar Swadaya, 2004: 105-20

3. Arniputri RB, Sakya AT, Rahayu M. Identifikasi komponen utama minyak atsiri temu kunci (Kaemferia pandurata roxb.) pada ketinggian tempat yang

berbeda. Biodiversitas 2007; 8: 135-7

4. Mukhtar MH, Adnan AZ, Pitra MW. Uji sitotoksitas minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum l.) dengan metode brine shrimp lethality bioassay.

J Sci Tek; 2007: 12

5. Roster D. Bawang putih untuk kesehatan. Alih Bahasa. Atmadja DS. 5th ed, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008: 39-55

6. Yuniyanto M. Meracik sendiri ramuan herba nabi. 1st ed, Jawa tengah: Pustaka Arafah, 2010: 77-88

7. Novita. Efek antibakteri sediaan bawang putih (Allium sativum l.) terhadap Staphylococcus aureus yang diisolasi dari denture stomatitis. Skripsi, Medan:

(67)

8. Tim KTM. Pedoman bertanam cengkeh. 1st ed, Bandung: Nuasa Aulia, 2010: 1-33

9. Wibowo EAA. Perbandingan kuantitas bakteri rongga mulut antara berkumur dengan klorheksidin dan minyak atsiri bunga cengkeh

(Syzgium aromaticum l.). Skripsi, Sukakarta : FK UMS, 2010

10. Rahman MSA, Thangaraj S, Salique SM. Antimicrobial and biochemical analysis of some spices extract agains food spoilage pathogens. J Food Safety

2010; 12: 71-5

11. Babu AJ, Sundari AR, Indumathi J. Study on the antimicrobial activity and minimum inhibitory concentration of essential oils of spices. Vet World

2011; 4: 311-6

12.Salman MT, Khan RA, Shukla I. Antimicrobial activity of Nigella sativa linn. Seed oil agains multi-drug resistant bacteris from clinical isolates. Nat Pro Rad

2008; 7:10-4

13.Yasni S. Potensi pemanfaatan dan pengembangan jintan hitam untuk kesehatan. Skripsi, Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB, 2008

14.Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF et al. Candida albicans, staphylococcus aureus and streptococcus mutans colonization in patient wearing

(68)

15.Shokrzadeh M, Ebadi AG. Antibacterial effect of garlic (Allium sativum l) on Staphylococcus aureus. Pakistan J Bio Sci 2006; 9: 1577-9

16.Anantyo DT, Jusup I.Efek minyak atsiri dari bawang putih (Allium sativum l) terhadap persentase jumlah neutrofil tikus wistar yang diberi diet kuning telur.

Skripsi, Semarang FKUD

17.Sunarto P, Pikir BS. Pengaruh garlic terhadap penyakit jantung koroner. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09 pengaruh Garlic 102.pdf/09 pengaruh

Garlic 102.html 1995; 28-32

18.Ross ZM, O’Gara EA, Hill DJ et al. Antimicrobial properties of garlic oil agains human enteric bacteria: evaluation of methodologies and comparison with

garlic oil sulfides and garlic powder. American Society for Microbiologi 2001;

67: 475-80

19.Tattleman E. Health of garlic. American Family Physician J 2005; 72: 103-6

20.Higdon J. Garlic and organosulfur compound. Linus Pauling Institute Oregon State University, 2005

21.Mohd A. Extraction of nigella sativa using modern hydro distillation technique. Thesis, Pahang: Faculty of Chemical and Natural Resources

(69)

22.Sirat HM, Basar N, Fang EM. Analisis biji jintan hitam (nigella sativa). Malaysia J of Ana Sci 2001; 7: 245-8

23.Hidayati N. Ekstraksi eugenol dari minyak daun cengkeh. Skripsi, Sukakarta: Fakultas Teknis Kimia UMS, 2010

24.Sukandar D, Radiastuti N, Khoeriyah. Karakterisasi senyawa aktif bahan antibakteri minyak atsiri bunga cengkeh. JKTI 2010; 12: 1-7

25.Al-Jabre S, Al-Aklaby OM, Al-Qurashi AR et al. Thymoquinone an active principle of nigella sativa inhibited aspergillus niger. Pak J Med Res 2003; 42

26.Sultan MT, Butt MS, Anjum FM et al. Nutritional profile of indigenous cultivar of black cumin seeds and antioxidant potential of its fixed and essential

oil. Pak J Bot 2009; 41: 1321-30

27.Asniyah. Efek antimikroba minyak jintan hitam (nigella sativa) terhadap pertumbuhan E.coli in vitro. J Biomedika 2009; 1: 26-9

28.Kumar TVS, Negi PS, Sankar KU. Antibacterial activity of nigella sativa l. seed extracts. Bri J of Pharmacology and Toxicology 2010; 1: 96-100

29.Nasution M. Pengantar Mikrobiologi. 1st ed, Medan: USU Press, 2010: 74-84

(70)

31.Sivam GP. Protection against Helicobacter pylori and other bacterial infection by garlic. J N 2001; 131: 1106-8

32.Saeed S, Tariq P. In vitro antibacterial activity of clove agains gram negative bacteria. Pak J Bot 2008; 40: 2157-60

33.Marhhadian NV, Rakhshandeh H. Antibacterial and antifungal effects of nigella sativa extract against S.aureus, P.aeroginosa and C.albicans. Pak J Med

Sci 2005; 21: 47-52

34.Zuridah H, Fairuz ARM, Zakri AHZ, Rahim MNA. In vitro antibacterial activity of nigella sativa against Staphylococcus aureus, P. aeruginosa,

(71)
(72)

LAMPIRAN 2: Alur Fikir

Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia  kerana pada keadaan tertentu bakteri ini mampu menyebabkan infeksi dan  kerusakan jaringan. 

Staphylococcus aureus dapat juga dijumpai dalam Denture stomatitis. 

 Walaupun banyak obat antibakteri sangat pesat berkembang kemajuannya hal  ini menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap sesuatu obat. 

 Banyak Negara menyarankan agar dapat memanfaatkan pengobatan tradisional 

sebagai pengobatan alternative dalam bidang kesehatan. 

 Antara tumbuhan yang banyak khasiat antibakteri adalah Bawang putih,  Cengkeh dan Jintan hitam 

 Sifat antibakteri pada tumbuhan ini sangat bermanfaat dalam pengobatan  terhadap infeksi mikroorganisme pathogen pada tubuh manusia. 

Rumusan Masalah

 Apakah sedian minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai efek antibakteri terhadap Stapylococcus aureus?  Diantara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

(73)

Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui efek antibakteri minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Stapylococcus aureus.

 Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat dari minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Stapylococcus aureus.

 

Manfaat Penelitian

 Dari hasil penelitian diharapkan dapat meyumbangkan data dan kajian ilmiah tentang aktivitas antibakteri dari minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.  Dapat menambah ilmu pengetahuan pada umumnya dan dunia

(74)

LAMPIRAN 3: Pembuatan media

(75)
(76)

LAMPIRAN 6: Prosedur penelitian

1) Penyiapan bahan coba

1.Aqua 2.Etanol 96% 3.Bawang

putih 4.Cengkeh Disk yang telah direndam diletakkan diatas media MHA

Disebarkan menggunakan

alat sebar

Diambil sebanyak 2 kali

Bahan coba direndam dalam 1cc dengan disk selama 60 menit 2) Pegambilan bakteri

(77)

   

LAMPIRAN 7: Pengukuran zona hambat

Diameter zona hambat horizontal Diameter zona

hambat vertikal 1) Zona hambat yang terbentuk diukur

menggunakan Kaliper digital;

 mengukur diameter vertikal dan horizontal

 hasilnya dibagi dua

 hasil dicatat

Dimasukkan dalam inkubator selama 24 jam

=  Zona hambat

Gambar

Gambar 1. Bawang Putih
Tabel 2.  Kandungan gizi 100 gr cengkeh 
Gambar 5. Biji Jintan Hitam
Gambar 6. Rumus Bangun Thymoquinone
+7

Referensi

Dokumen terkait

•  temperatur udara harian menunjukkan pola musiman (komponen determinis5k) dan perubahan atau fluktuasi dari pola musiman, yang bersifat random (acak). 13-S ep -16 h2 p: // is 5ar

Latar Belakang: perilaku kekerasan merupakan salah satu bagian dari gangguan jiwa yang sering terjadi pada setiap individu. Perilaku kekerasan merupakan suatu perasaan

Berdasarkan hasil statistik kefir susu kambing inokulum ragi tape menunjukan hasil yang signifikan (p=&lt;0,005) yang berarti kefir efektif dalam menghambat bakteri

Penanganan secara rinci yang dilakukan oleh PT LinkPasipik Indonusa (Cabang Semarang) dalam menyelesaikan pembatalan sepihak oleh eksportir dalam pembuatan

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Peran regulasi pemerintah ditujukan untuk mengawal agar implementasi SIN konsisten mengarah pada upaya: [1] menyediakan solusi teknologi bagi permasalahan nyata yang

setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan tingkat Desa melaporkan kepada Camat untuk diteruskan kepada Bupati agar

Skripsi yang berjudul “Pendapat Hakim pengadilan Agama Barabai Tentang Prosedur Penetapan Asal Usul Anak” oleh Nail Auni Rabihah (1001110016) penelitian ini lebih