PERANAN KEDOKTERAN I<'ORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIOANA INOONESlA DAN
HUKlJM PIDANA !SLAM
(Studi Analisa Putusan Pcngadilan Ncgen·i Jakarta Bara1: No. Pcrkarn 3467/Pid.B/2006/PN .. JKT.BAR.)
Skripsi
Dhijukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mcmpcrnleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Muhammad Solihin NIM : 102043124924
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUOI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKlJM
F AKULT AS SY ARI' AH DAN HUKUM
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH .JAKARTA
PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN
HU KUM PIDANA !SLAM
(Studi Analisa Putusim Pengadilan Negeri Jakarta Bnrnt No. Perknrn 3467/Pid.B/2006/PN.JKT.BAR)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gehr
Saijana Hukum Islam (SHI)Pembimbing I
,,....,,
Oleh:
Muhammad Solihin NIM: 102043124924
Di Bawah Bimbingan
セ@
セMiMiM
H.
Zoebir Laini, SH.M.
NurulIrfan, S.Ag, MA.
NIP : 150 009 273
NIP :
150 326 893KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKUL T AS SY ARI' AH DAN HUKUM
Ul':IVERSIT AS ISLAM NEGEIU SY ARIF I-HDA YA TULLAH JAKARTA
PENGESAHAN P ANXTIA lUJIAN
Skrip:ii berjudul PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEM!3UKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PlDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakmia Barnt No. Perkara 3467/Pid.B/2006/PN.JKT.BAR) telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.
panセtia@ UJIAN
I. Ketua
2. Sekretaris
3. Pembimbing I
4. Pembimbing II
5. Penguji I
6. Penguji II
Jakarta, 03 Juni 2008 Mengesahkan,
Dekan Faku 'ymi'ah dan Hukum
/'..'.':
LJ...,.,,Zfi'tl
Prof. Dr. H.
mオセュ@
II Amin Suma, SH, MA, MM
NI . 150 210 TZセjR@ , .,..-.
セI」@
/·
<:::
セMャ@
'...
"1 ... __ )
: D1. H. Ahmad Mukri AjL MA. (, ... ZMZIMセ@ "
:
ZセZセZZZZセ。Zセ。オヲゥォゥN@
M.Ag. ( ....セセL@
NIP. 150 290 159 ,
: H. Zoebir Laini, SH. (' ' " _..
L/'- ..
" //_,.,.,.,-- .,,.,,._? " ' ' ' " " セセN@.
'....
") ;vi/&(
..
セ@
NIP. 150 009 273
: M. Nurul hfan, S.Ag, MA.
」セセBBGセエ@
·セX@
. .' ..
・セM
/.,,;</··"" " "' "')
NIP. 150 326 893
: Prof. Dr. H.M. Abduh Malik. NIP. 150094391
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tclah
menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kcpada segenap umat-Nya, shalawat
sena salnm semoga su1antiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.
Berka! rahmat dan hidayah dari Allah SWT., akhirnya pcnulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini clengan juclul PERJ\NAN KEDOKTERJ\N
FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HlJKUM ACARA
PIDANA ll'!DONESIA DAN llUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa Putusan
Pengaclilan Negeri Jakarta Barat No. Perkara 3467/Picl.B/2006/PN.JKT.BAR).
Munculnya hambata·1 clan kesulitan seakan terasa ringan berkat clukungan clan
bantuan berbagai pihak. Dalam ha! ini penulis berkenan mengucapkan terima kusih
kepada beberaoa pihak tertentu clengan tanpa mengurangi penghormatm1 bagi
pihak-pihak yang ticlak clisebutkan clalam pengantar ini. lJcapan terima kasih clan
penghm·gaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepacla:
I. Bpk. Prof. Dr. H. Muhill!1macl Amin Smna, SH, MA, MM, Dekm1 Fakultas
Syari'ah clan I-luY..um beserta Pembantu Dekan Fakultas Sym·i'ah clan Hukum
2. Bpk. Dr. H. Ahmad Mukri 1\ji, Mi\, Ketua Program Studi Perbandingan
M2.zhab dan Hukum heserta Bpk. H. Muh11mmad Taufiki, M.Ag, Sekretaris
Program Studi Perbandingan Mazhab dan 1-Iukum, Fakultas Syari'ah dan
H.ukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. H. Zoebir Laini, SH, dan Bpk. Muhammad Nurul Irfan, S.J\g, MA, yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga karya ilmiah ini
dapat d:selesaikPn dengan baik.
4. P;:;ngadilan Negeri Jakarta Barnt yang telah memberikan data-data dan
literatur-literatur yang berhubungan dengan kebutuhan penulis untuk
menyelesaikan tulisan ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari'•tl1 clan Hukum Universitas Islam Negc:ri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dm1 seluruh karyawru1 perpustakaM di lingkungm1 Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. J\yahMda tercinta H. Taryono clan lbuncla iercinta Hj. !Vlaesaroh yang lelah
menclukung dM membantu baik moril maupun materil. Anancla sadar bahwa
semua yru1g telah kaliru1 berikan, ticlak akan clapal tergantikan oleh apapun.
8. Ks.kanda cllll aclinda yang selalu menemani clan memberikan dukungan clan
semangatnya kepada penulis.
9. Para rek.in-rekru1 Konsentrasi Perbandingan lvlazhab Fiqh Program Stucli
Islam Negeri Jakarta angkatan 2002, yang telah menkontribusikan dukungannya dalam menyelesaikan karya il;riiah ini.
I 0. Segenap sahabat terdekat dilingkungan kampus, organisasi dan lingkungan tempat :inggal serta rekan-rekan seperjuangan Sdr. Masruchin SHI, Zain (zhunge), Tri, Jaelani, Ridwan, Miftah, Abdul Rozak, Dadan, Syadad, Tomy dan segenap para sahabat yang tidak clapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang terbaik dari apa yang telah dikontribusikan baik moril maupun materil kepada penulis. Mudah-muclahan ini bukanlah karya ilmiah terakhir yang dipersembahkan oleh penulis clan semoga tulisan ini bemianfaat bagi pembaca clan membawa keberkahan di c!unia maupun di akhirat. Amin.
Jakarta, 2_8 Jumadil Ula 1429 H 03 Juni 2008 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... .
DAFTAR IM··· IV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... .
B. Pembatasaa dan Perumusan Masalah ... ... ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .... ... l 0 D. Metode dan Teknik Penelitian ... 11
E. Sistematika Penulisan ... ... 13
BAB H TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PEMBUKTIAN MENURlJT HUKlJM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISi,AM A. Scjarah Hukum Pembuktian .... ... ... l 'o B. Pcngc1iian Hukum Pembuktian... ... ... 18
C. Dasar Hukum Pembuktian ... ... 21
D. Sistem Pembuktian... 24
F Ala! Bukti dan Kekuatan Pembuktian ... ... 28
C. Kedoktenm F,ircnsik/ Saksi Ahli Menurut Hukum Pidana Islam... 43
D. Pemeriksaan Kedokteran Forensik/ Saksi Ahli Dalam Proses t>eradilan... 45
E. Visum Et Repertum... 58
F. Penilaia;1 Hakim Terhadap Kcsaksian Kedokteran Forensik/ Saksi Ahli Dal am Peradilan .. . ... .. ... . .. .. ... . . .... ... .. ... .. ... . .. ... ... .. . . .. . . .. . 61
BAB IV PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa P1at11san Pe11gadihrn Ncgeri Jakarta Barat No. Perkara 346/Pid.B/2006/PN . .JK'f.BAR) A. ?osisi Kasus ... ... ... ... 68
B. Pertirnbangan Hukum... 70
C. Putusan Terhadap Perkara... 75
D. Analisa Putusan... 76
BAB V PlENUTUP A. Kesimpulan
83
i3. Saran ... 84DAFTAR PUST AKA LAM.PI RAN
A. Latar Belalmng Masalah
BAHi
PENDAHIJLUAN
Mtnurut lmdang-Undang Dasar 1945. Negara kita adalah negara yang
「・イ、。ウ。イォ。セ@ hukum (rechtaal) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machtaat).1
Hal ini meng1mdung arli bahwa negttl'a termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negarn yang lain, dalam melaksanakan tindakan apapun h<.rus cilandasi oleh hukum. Negara hukum pada pokoknya berarti bahwa tertib masyarakat dan tertih negara dijamin dengan adanya peraturan-pernturan hukmP.
Peraturan-peraturan hukum harus di taati oleh semua orang di dalam suatu masyarakal cbngan ancaman harus mengganti kerugiai1 atau mendapat pidana, jika melanggar atau mengabaikan peratman-peraturan itu, sehingga dapat tercapai
suatu pergaulan hidup yang tertib dan adil dalam masyarakat itu.
Untuk menjaga agar peratman-peraturan hukum ilu dapat berlangsung terns dan ditcrima oleh selmuh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai clan tidak bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.
Sepe1ii diketahui, bahwa hukum sebagai kaidah sosial adalah merupakan sala11 salu sarana yang berwujud peraturan-peraturan untuk mcngatur tingkah laku
•)
dalam rnasyarakat, schingga sesua1 dengan rasa keadilan dari rnasyarnkat itu
sendiri.
Hukurn yang berupa peraturan-peratunm tersebut rnerupakan pcgangan
pokok bagi siapa saja yang terlibat dalam penentuan keadilan, baik bagi mercka
yang meminta keadilan maupun bagi mereka yang memberikan keadilan. Untuk
tcrsclcngi,aranya kc<](lilan scsuai dcngan yang diharapkan n1asyarakat, 111ak<1
diperlukan sikap mental dari pcnegak hukum dan Undang-undang yang berlaku
dengan r.ienjunjung tinggi hak asasi manusia dengan menggunakan asas-asas
hukum dalarn negara. Sebaliknya pencari keadilan atau anggota masyarakat
diharapkan pula sikap mental yang sesuai dengan sifat warga suatu negarn
hukum, rnisalnya den!.\an menjauhkao main hakirn sendiri.
Hukurn acara pidana rnempunyai tujuan untuk mcncari dan rnendapatkan
kebenan.n materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana de:1gan rnenerapkan ketentuan hukurn acara pidana secara jujur
dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan
melakukan suatu P')]anggaran hukum, dan selanjutnya merninta pemeriksaan dan
putusan pengadilan guna menernukan apakah terbukti bahwa stiatu tindak pidana
tel«h dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipcrsalahkan.2
Dapat tidaknya seseorang atau pelaku kejahatan itu dipidana tergantung
dari pernbuktian d; pengadilan di mana yang bersangkutan telah clapat di buktikm1
2
3
bersalah melakukan perbuatan tersebut. Namun yang paling pokok dalam menentukan dapat tidaknya suatu perbuatan dipidana ada.lah perbuatru1 tersebut merupabn suatu tindak pidana, ke•nudian setelah itu baru diadakan suatu tindakan hukum mulai dari talmp penyelidikan,3 penyidikan4 hingga tahap putusan pengadilan
Pembuktian merupakan masalah yang memegang perrumn dalrun proses pemeriksw.n sidang pengadilan. Apabila hasil pembuktian dengan alat-ala1 bukti yang ditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya jika kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam pasal 184 KUHAP, terdakv,,a dinyatakan bersalah. Kepadanya dijatuhkan hukuman oleh karena itu, hakim harus hati-hati, cermat, dan matang dalam menilai dan mempertimbangkan nilai pembuktiru1. Meneliti sampai di mrum batas minimum kekuatan pembuktian atau (bewijs kracht) dari setiap alat bukti yang disebut dalru11 pasal 184 KUHAP. 5
3
Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur oleh Undang-undang No.8 1981, KU HAP, Pasal 1 butir 5.
·1 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dala111 hal 1nenurut acara yang diatur
dal<1111 Undang-undang ini untuk 1nencari sertr. mengurnpulkan bukti-bukti yang dengan bukti'"tersebut rne1nbuat terang suatu tindak pidana yang エ・セェ。、ゥ@ dan guna 1nenemukan tersangkanya. lJndang-undang
No.8 Tahun 1981, KUHAP, Pasal I butir2
5 M. Yahya I-larahap,
Pen1bahasan Pertnasa/ahan dan Penerapan KUf!AP (Perneriksaan
)idang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kemba/i), eel. VIJI, (.lakaita : Sinar Grafika,
4
Alat bukti sah untuk membuktikan kcbenaran meteriil tersangka atau terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Bagi aparat penegak hukum baik polisL jaksa maupw1 hakim akan mudah membuktikan kebenarnn materiil bila saksi dapat rnenunjukan bukti kesalahan tersangka yang melakukan tindak pidana dan tersangka mengakui bukti tersebut yang digunakan atau bukti tersebut basil tindak pidana dalam rne]akukan tindak pidana tersebut. Tetapi ha! ini akan membuktikan kebenaran materiil, bila saksi tidak dapat menunjukan bukti perbuatan tindak pidana yang dilakukan tersangka a tau terdak wa. 6
Untuk membuktikan bersalah tidaknya tersangka telah melakukan suatu perbuatan pidana, diperlukan suatu pembuktian yang harus didukung dcngan adanya alat-alat bukti yang sah sebagaimana yang telah ditentukan undang-undang secara limitatif di dalam Pasal 184 ayat (I) KUHAP, yaitu :
a. Keterangan saksi
b.
Keterarigan ahli c. Suratd. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Kelimn alat bukti yang sah seperti yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat
(1) KU HAP di atas, narus juga didukung dengan adanya keyakinan haldm bahwa tindak pidana benar-benar te1jadi dan terciakwalah yang bersalah
h. 6
Penanganan sualu perkara pidana rnulai dilakukan oleh pcnyidik sctdah
mcncrirna laporan atau pcngaduan dari rnasyarakat ataupun dikctahui scndiri
tentang te1jadinya tindak pidana, kemudian dituntul oleh penuntut urnum dengan
melimpahkan perkara lersebut kc Pengadilan Negeri. Selanjutnya hakim
melakukan pemeriksaan apakah dakwaan penuntut umum terhadap terdakwa
terbukti atau tidak.
Kejahatan pada saat ini sedang berkembang rnenjadi suatu kejahata-1
inkonvensional atau kejahatan yang rnernanfaatkan pengetahuan dan teknologi
rnaju clan canggih dalmn scgala benluk dan rncmiliki ruang lingkup yang luas
dalam pdaksanaannya. Saat ini muncul kejahatan dalam segala bidang baik
kejahatan cii bidang ekonomi, keja11atan di biclang perbankan, kejahatan di bidang
perniagaan, pemalsuan merk, penyelundupan, kecurangan di bidang perdagangan,
kecurangan di bidang kebcacukaian, kejahatan di bidang medis, ke.htl1atan
di bidang komputer, kejahatan yang dilakukan oleh kaum kerah putih, sepcrti
korupsi dan tindak pidana suap. 7
Adanya berbagai rnacam bentuk kejahatan baru tersebut, menyebabkan
penyidik pada waktu pemeriksaan penyidikan sering menemukan suatu persoalan
yang tidak clapat dipahami seperiuhnya oleh penyidik akibat keterbatasan
pengetahuan clan pengalaman yang dimiliki.
7 Andi }·tamzah,
Kegiatan penyidik pada hakikatnya merupakan suai.u upaya pen.;gakan
hukum yang bersifat pembatasan atau pengekangan hak-hak asasi scseorang
dalarn rangka usaha untuk memulihkan terganggunya keseimbangan antara
kepentingan individu thm kepentingan umum guna terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat. Oleh karena itu penyidik atas suatu tindak pidana harus
dilaksanakan berdasarkan ketentmm hukum yang berlaku. Untuk itu peuyiclilrnn
harus dilaksanakan secara berdaya dan berhasil guna dengan tidak melanggar
hukurn.8
Pada hakikatnya penyidik maupun hakim adalah manusia biasa yang
memiliki pendidika!1 dan ilmu pengetahuan yang amat terbatas. Agar tugas
penyidik maupun hakim dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka oleh
undang-undang diberi kemungkinan agar para penyidik dart para hakim dalam
ォ・。、。。ョMォセ。、。。ョ@ yang khusus dapat memperoleh bantuan dari orang-orang yang
berpengalaman dan berpengetahuan khusus tersebut. 9 Sebagai contoh, dalam
kasus kematian artis Alda Risma, ahli tclematika Roy Suryo menilai Hotel Grand
Mcnteng, Jakarta Pusat belum rnemberikan secarn lengkap semua rckaman
kamera pengawas (CCTV), Roy juga mend.esak kepada pengelola hotel aga"
8
/\!i Yus\va11di, Penututan, hapusnya kett·enungan 1nenuntut dun 1ne1?itilankan pidana,
(Jakarta: CV. Pedoman llmu Jaya, 1995), cet. I, h. 14.
'1 Djoko Prakoso, A/at Bukti dan Kekua/an Pernbuktian Dida/an1 J)roses Pidana, (Yogyakarta
7
memberikan seluruh rekaman cctv itu, sebab rekaman itu sangat diperlukan polisi
b. b l k d' . d k . 1· . 10
w1tuk 1sa rr.enggam P.r <a11 on 1s1 pa a saat e1ac um 1ttJ.
Contoh yang kedua adalah kematian Atikah yang clitemukan di kamar Hotel Bulan Mas, Jakarta Utara, yang dilakukan Zaki sebagai kekasihnya. Pembwrnh sadis itu berusaha menutupi aksinya dengan rnembuang identitas termasuk pakaian Atikah. Semula polisi kesulitan dalam rnengidentifikasi mayat tan pa kepala terscbut. N amun beruntunglah ada ahli forensik Rum ah Sak it Cipto Mangkusumo. Ahli forensik tersebut bukan saja memperkirakan usia, ciri-ciri, dan sebab-sebab pembunuhan, tetapi juga memastikan bahwa korban mutilasi itu tengah hamil empat bnlan. Mayat Atikah itu adalah bukti terjadinya pembunuhan. Dalam contoh Iain yaitu kasus matinya praja lnstitut Pemcrintahan Daltm1 Negeri (!PON) Cliff Muntu. Dalan1 forensik RS Hasan Sadikin Bandung, Nonnan Haryadi, telah memberatkan posisi terdakwa Lexie Giroth. Lexie dituduh jaksa memcrillta!ikan penyuntikm1 "formalin" ke jenazah Cliff dengan tujuan menghilarigkan barang bukti dan menghalang-halangi penyidikan polisi. "Formalin akan menghambat dan mempersulit otopsi km·ena terjadi perubahan pada jenazah", kata Nonmm di persidangan.11
Di Yogyakarta, mayat Ana Suryaningsih dan Setyo Aji Baskoro, yang diduga menjadi korban oplosan jamu beracun. Diotopsi tim instalansi kedokteran
'0 Webmaster, "Roy Swyo Menduga CCTV Alda Behun Lengkap", artikcl diakses pada 25
September 2007 dari lillJl://www.patriatama.net/ main/ index2.Jlhp?option:'com conlent&task セ@
view&id
=
18 .. ,ti J-Iuk11n1online, "Hasil Uji Forensik, Saksi Dian1 yang Berhicara fJanyak ") artikel diakses
8
forensik Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarla yang dipimpin oleb dr. Lipur
Riyatiningtyas dan melibatkan enam dokter ahli forensik serta sekitar 60
mahasiswa coas dari fokultas kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas
Mubammadiyah Yogyakarta clan Universitas Parahiyangan Bandung, Menurut dr,
Lipur, clari otopsi tersebut clitemukan tanda korban mati lernas atau mengalam,
sinosis dan juga ditemukan tanda membiru pada jari tangan korban. Selain itu,
ditcmukan pula janin bcrusia antarn 2-3 hulan dalam tubuh Ana Suryaningsih.11
Jika suatu kejahatan sedemikian canggih dan sangat susab unluk
dibuktikan, sehingga benar atau tidaknya terdakwa melakuk:m kejahatan tersebut,
banya dapat dije\askan clengan keterangan-keterangan ahli, maka penyiclik atau
jaksa dapat meminta bantuan para ahli, clan ahli-ahli yang telah ditunjuk itulah
yang akan didengar keterangannya oleh hakim sewaktu pemeriksaan suatu
pcrkarn dalam pcrsidangan. 1.1
Berdasarkan beberapa contoh kasus di alas, jelaslah bahwa dalam rangka
pembuktian untuk mencari suatu kebenaran rnateriil, keterangan dari seorang ahli
sangat clibutuhkan oleh penyidik maupun hakim. Dari berbagai macam infonnasi
baik dari media cetak maupun dari internet kemudian mencermati mengenai
pemanfaatan k・、ッォエセイ。ョ@ Forensik oleh penyiclik maupun hakim, bagaimana
fungsi keterangan Kedokteran Forensik sebagai ala! bukti, clan bagaimana
12
Indoforum, "Alaya/ Karban ,lamu Beracun di Yogyakarta Diotopsi", artikel diakses pada 18 Februari 2008 dari http //www.indoforum.an?/ar<;_hive/index.php/t-15277.html.
13
')
tinjauan Hukum Acara Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam rnengenai
keterangan ahli da am peradilan pidana.
T)ari ー・イュ。セ。ャ。ィ。ョ@ di atas, maka penulis tertarik untuk mengangka!
permasalahan tersebut menjadi fokus penelitian ym1g diberi judul :
"PERAJ\JAN Kl!:DOKTERAN FORENSIK il)ALAM PROSES
PEMBlJKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN
HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa l'utusan pQセQQァ。、ゥャ。ョ@ Negcri
,Jakarta Barnt Nomor Perkara. 3467/l'id.B/2006/PN.JKT.BAR.)"
B. Pcmbatasan dan Perumusan Musalah
Mengingat luasnya pennasalahan tersebut serta untuk menghindari
pembahasan yang berbelit-belit clan ticlak mengarah kepada maksud clan tujuan
dari penulisan skripsi ini, penulis memfokusk.an pembahasan ini kepada
bagaimanakah penetapan clan kecluclukan ala! bukti Kedokteran forensik a!au
(Medicine Forensik) clalam peraclilan menurut Bukum Acara Piclana Indonesia
clan Hukum Pidana Islam.
Selanjutnya untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penyusunan skripsi
ini, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
I. Apa yang dimaksud dengan Kedoktcran forensik dalam proses pembuktian.
2. Bagaimana peranan Kedokteran Forensik dalam proses pembuk!ian terhadap
penyelesaian pcrkara tinclak pidm1a penganiayaan menurut Hukum i\cara
10
3. Dalam Hukum Acara Pi<lana Indonesia <lan Hukum Pi<lana Islam apakah
dapat ditcrima kesaksian dari kedokteran f<frensik dalmn proses peradilan.
C.
Tujmrn d-an Manfaat PencHtianBerdasarkan pembatasw1 dan perumusan masalah di atas maka penelitian
ini bertujuan :
a. lJntuk n1engctahui seberupa 「セウ。イ@ peranan J(edokteran Forensik dala111
membantu suatu kasus daiam persidungan
b. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan Kedokteran Forensik dalam proses
pembuk tian perkara pcnganiayaan
l'v1anfrtal yang diharapkan dari hasil penelilian ini, adalah :
a. Dari basil ー・ョ\セャゥエゥ。ョ@ ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
ilmu hukum pidana, khi.:susnya tentang peranm1 Kedokternn Forensik dalam
prose:; pembuktian sehingga dapal dipergunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan atau pun kebijaksanaan bagi aparat penegak hukum.
b. B<.gi penulis sencliri, penelitian ini bermanfaat dalam memahami dan
mengetahui penman Kedokteran Forensik dalam proses pe111buktim1
c. Hasil penelifrm dihmapkan dapal memberikan penambahan klmsunah
D. MetoJc
dan Telrnik Penditianl. Jenis Penelitian
11
Jenis penelitian yang ditcrapkan dalam menyusun skripsi ini adalah
penelitian yang bersifat kualitatif, dengan mengkaji data-data dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan judul yang diangkat. Adapun penelitian ini
rnenggunakan pendekatan normatif dan yuridis yaitu kajian terhadap putusan
majelis hakim pada kasus penganiayaan. Penditian ini m<;ndasarkan diri pada
praktek clan dokumen-dokurnen hukum yang ada di Indonesia
2. Sumbcr Data
Sumber data dalam penyusunan skripsi
m1
adalah sumber data yangbersifat primer dan skunder.
a. Surnber data primer adalah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Bara! No Perkara.3467/ Pid.B/2006, Undang-·undang, Al-Qur'm'.
dan Hadits
b. Sumber data skunder aclalah buku-buku hukum, rnakalah-makalah,
karya ilmiah, seminar, media cetak, artikel clan internet (website)
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh landasan leorilis
berupa konscp dan pendapat-pendapat para ahli hukum dengan rnelakukan
pendaahan clan rnernpelajari buku-buku, artikel, majalah-majalah atau
12
b. Studi Dokumentasi
Dalam studi dokumentasi m1 akan diteliti data-data putusan hakirn terhadap k:tsus yang disidangkan clan telah rnencapai kctetapan hukurn yang letap.
4. Analisa Data
Yang dirnaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.14 Setelah terkurnpul data-data yang diperlukan, maka peneliti menc<Jba untuk menganalisa data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan
ini
adalah deskriplif ana/istis, yaitu pembahasan yang dimaksudkan untuk memberikan garnbaran secara jelas, sistematis, objektif, kritis dan analistis mengenai fakta-fakta yang bersifat yuridis normal if5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan ini mengacu kepada buku pedornan penulisan skripsi, Fakultas Syari'ah clan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahw1 2007
M A|セ。ウイゥ@ Singari1nbun dan Sofian Efendi, A4etode Jjenelilian Survei, cet. I, (Jakarla: LP3ES.
13
E. Sisrematika Pembahasan
Bah Pertama, Pendahuluan, Pada bab' ini menguraikan Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metode dan Teknik Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab Kedua, Tinjauan Umum Tentang Hukum Pembuktian Menurul
Hukum Acara Pidana Indonesia clan 1-!ukum Piclana Islam, meliputi : Sejarah
l lukurn Pen1buklian, Pengerlian llukum Pcmbuklian, Dasar l lukum P.:mbuktian,
Sistem dan Teori Pembuktian, sert<C Alat Bukti clan Kekuatan Pembuktian
Bab Ketiga, Kedoteran Forensik Dalam Kaitannya Dengan Proses
Peradilan Menurul lfokurn Acara Pidana Indonesia dan I lukum Pidana Islam.
clalam bab ini meliputi : Pengertian Keclokteran Forensik, Dokter Sebagai Saksi
Ahli, Keclokteran Forensik/ Saksi Ahli Dalan1 Proses Peradilan,
Visum Er
Reper/um, clan Penilaian Hakim Terhaclap Kesaksian Keclokteran Forcnsik/ Saksi
Ahli Dalam Peraclilan.
Bab Keempat, Peranan Keclokteran Forensik dalam Proses Pernbuktian
Menurut Hukurn Acara Piclana Indonesia clan Hukurn Pidana [slam, ini meliputi :
Posisi KasuJ, Pertimbangan Hukum, Putusan Terhaclap Perkara clan Analisa
Putusan
Bab Kelima, Penutup, pacla bab ini berisikan tentang kesimpulan dari
keselun.han penulisan clan penelitian, clan saran-saran dari seluruh uraian yang
BAB II
TIN.JAUAN UMUM TENTANG HU KUM PEMHUKTIAN MENlHHJT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM Pl DANA ISLAM
A. Scjarab Hulmm Pcmbuktian.
I. Sc,jarnh Pcmbuktilrn mcnurul llulmm Acara Pidana Indonesia
l'ada z.amm: dahuiu masalah pcmbuklian masih mcngikuti kqwrcayaa11
15
dun mati rnaka ia bersalah. Ada juga untuk menentukan bersalah a tau tidaknya
tersangka bila mendapatkan keterangan dari tokoh-tokoh masyarakat yang
dipercaya kejujurannya bahwa tersangka tidak bersalah.
Selanjutnya perkembangan pembuktian bersalah atau tidak bcrsalah
tersangka, aparat penegak hukum Jebih mengutarnakan pada pcngakuan
tersangka. Pembuktian tcrsebul, aparal penegak hukwn mengarnbil jalan
pintas dengan 111elakukun pcnganiayaan tcrhadap tcrsungka. Tersangka
dipaksa mengaku bahwa ia yang melakukan perbuatan tindak pidana.
penyiksaan tctap dilakukan bila tersangka tidak mcngakui perbuatan tinda'.
pidananya. Pemeriksaan dengan pembuktian yang lebih menekankan kepada
pengakuan tersangka dengan earn penganiayaan clan penyiksaan terscbut
mendapat protes clan kecaman dari seluruh masyarakat internasionaL karena
perbuatan penganiayaan dan penyiksaan tersebut merupakan pelanggaran l lak
Asasi Manusia (llAM) yang harus mendapatkan jarninan Jan perlindungan
hukum terhadap HAM tersebut.
Dengan adanya perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka alau
sejak bedakunya Undang-undang No.8 Tahun 198! teni:ang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) ini mengakhiri kegiatan penegak hukum yang mcnyiksa dan
menganiaya para pclaku kejahatan. Dalam membuktikan kcbenaran materiil
16
kcyakinan kcpada hakim, hanya dcngan cara pcmbuktian ilmiah bcrdas<1rkan keahlian disiplin ilmu.1
2. Sejarah Pembuktian mcnurnt Hulrnm l'idana Islam
Mengcnai sejarah pcmbuktian dalam hukum Islam memang .1arang dikcmukakan oleh para ahli hukum Islam. akan tctapi bisa dilihat dari kisah-kisah para nabi yang diutus oleh Allah SWT, di antaranya :
a. Cerita di dalam Al-Qur'an, surat Yusuf ayat 23-29 tcntang kasus Nabi Yusufdengan Zulaikha (isteri Qillir).
... / 0 / / / / 0 , J.i>
:.;;,:L.. (,;Ji)
[セ@
::....
セ@
PセI@
セオャ@
セiI@
,(> '\'
i
セ@ セセQQ@
Ll5l_S
,. ,, ,. / " ,I' ,. / ·'
_., / ,. / r;:, ,:: ,,. ,, ;l ,,. ,, Q •'
セQ@
セᄋQセ@
)1
セ@
PQQNQセ@
QセセZL@
セ|@
;1)
'.J'..
LLゥセセ[LNg@
cit!
セキQ@
1:.iJ
セZ。ZNセ@
JlS"
Jl
セ|セ@
1,,,G
セI@
セ@
J
\sセ[jI@
:S·
JG
LセLッセL@
,. ,,. ,. ,,. ,, ,,. / ,, ,.. ,. "'- /
,,) , , . _ , , , o ' J _ , , ) ,_
[セ@
::....
セ@ セ@
0\S" 01)
4'
"\,
::;,ill1
セ@
JJ'J
0:L.a.;
p
::....
:c;
,,
,, ,. ,. ,.,, / ;; ,."' ,, ,, / ) / ,. / ,,.,, ,,. / ,.
::_,.,. ;J!
Ju
[セ@
::_,.,.
セ@ セ@
ォセ@
CJ.;
41v),
Y...CJI
セ@
J,'i)
セZZLLAセ@
,. ,. ,;:. ,. ,, ,.,,,. /
,. / _, J ,,. ,,, jl ,.
:::J;JJ
GMUセQI@
1_0,y
J>
ji
セセLセ|aセセIセセZZHI@
J!
セMセ@
,, ,,. ,. / ,.. ,. / /
(
Gセ@
-|G|[|Giセ@
Y-)4"
G|LLセZMセwiセ@
;::5-'
セセ@
A1tibya "Dan wanila (Zulaikha) yang Yusuf tingga/ di rumahnya menggoda Yusufuntuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Mari/ah ke sini" Yusufberkata: "Aku ber/indung kepada Allah, sungguh /uanku
le/ah memperfakukan aku Jengan baik" Sesungguhnya
orang-1
17
orang yang za!im /hula akan beruntung. Se.rnngguhnyu \l'itnitu i/:1 telah hermaksud (melakukan perbuatan ilu) dengan Y11s1u. dan Yu.1·11/jmn bermaksud (melakukan pu/a) dengan wanita itu
andaikata dia tidak melihat landa (dari Tuhannya)
!Jemikianlah. agar Kami memalingkan dczripadanyo
kemz.ngkaran dan kekejian, sesungguhnya Yusuf i/11 1ermas11k hamba-hamba Kami yang lerpi/ih. Dan keduanya berlomba-iornba menuju pinlu dan wanila itu menarik baju gamis Yusu/
dari belakang hingga koyak dan ォ・、オ。M、オュセケ。@ mendapaii
.rnami wanila il.1 di muka pintu, Wanita i/11 herkala: "Apakoh pemba/asan terhadap orang yang bermaksud berhua/ serong dengan islrimu selain dipenjarakan dan (dihukum) dengan azab yang pedih Yusz{/ berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya) ", dan seorang saksi dari kel1111rga wani/a ilu memberikan kesaksiannya: "Jilw baju gamisnya koyak di muka, maka wanila ilu benar. dan Yusu/ termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di be!akang, maka wanita itulah yang dus/a, dan Yusuf termasuk orang-orang yang henar. Maka tarkala suami wanita il:t melihat baju gamis Y11s4f'koyak di belakang berkatalah ia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya lipu daya kamu adalah besw·. Hai Yusz(/.'
"Be171alinglah dari ini" dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah alas dosamu itu, karena kamu sesungguhn;va rermasuk orang-orang yang berbual salah. "( Q.S. Yusuf/ 12: 23-29)
h. Cerild di Zaman Nabi Sulaiman Jan Nabi Dawud, ada dua orang
perempuan yang bersengketa mempercbutkan seorang anak, percmpuan
yang satu agak muda clan yang satunya lagi sudah agak lua. Nabi Dawud
mengadil inya clengan memenangkan perempuan tua berdasarkan
pengakuannya. Nabi Sulaiman yang turul hadir di rnajclis l'cngadilan ilu
meminta scbilah pcdang clan pura-pura bertindak akan membelah dua anak
te1 o;ebcJl sambil berkata, itulah yang adil. Perempuan yang tua menyetuj ui
discrahkaa '.'cpada pcrcmpuan yang tua <1sal tidak dibelah rnenjadi dua.
scbah anak ilu akan mali. Nahi Sulaiman rnemutuskan anak ilu adalah
anak dari perempuau yang muda tersebut.
e. Khulifah Umar bin Khatab pcrnah menghukum had seseornng percmpuan
hamil pudahal ia tidak bersuami dan bukan pula hamba sahaya (yang
bolch dieampuri oleh tuannya)
cl.
Amr bin Mas'ud mcnjatuhkan hukum had kepada scorang yang darimulutnya ke luar bau bekas minum khamr.
Dari contoh-contoh di atas dapal ditarik kesimpulan bahwa dalam
rnemutuskan setia1J pcrkara haruslah dihuktikan sccara jelas dan adil, karena
sangat besar peranannya dalam membailtu dalam penegakan keadilan.
B. l'cngcrtian Hukum Pcmbukti:m
l. l'cngcrtian Pcmbuktian meuurnt Hukum Acara Pidaua Indonesia
Pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan perkara clalam sidang
pc:ngaclilan. Pembukian adalah ketentuan-ketcntuan yang berisi pcnggarisan
dan pedoman tcntang cara-cara yang dibenarkan undang-undang untuk
membtiktikan kcsalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian jugd
merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan
undang-undang yang belch dipergunakan hakirn untuk membuktikan kesalahan yang
clidakwakan. Dalam persidangan pengadilan tidak boleh sesuka hati dan
19
Dari uraian singkat di atas arli pcrnbuktian ditinjau dari scg1 hukum
'd I . '
acara p1 ana, antcu·a ain-:
Ke!enluan yang membatasi sidang pengadihm dalam usaha mcncari dan
rnempe1tahankan kebenarnn. Baik hakim, penunlut umurn. I.erdakwa,
penasihat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara clan penilaian
y:mg ditentukan undang-undang. Tidak boleh lcluasa bertindak dcngan
canmya sendiri dalam menilai pcmbuktian. Dalam mcmpergunakan alal
bukti, tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Tcrdakwa tidak
bisa leluasa mempertahankan sesuatu yang dianggap benar di luar
ketentuan yang telah digariskan undang-undang.
Sehubungan dengan pcnger!ian di atas, maje!is hakim dalam mcncari dan
meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan dalam putusan, harus
berdasarkan alat-alat bukti yang telah clitentukan undang-undang seeara
li111itatif, sebaguimana yang disebut dalan1 Pasal 184 KUl-IAP.
2. Pengcrtian Pembuktian menurut Hukum Pidana Islam
Sedangkan Dalam hukum pidana Islam, bukti lebih dikenal dengan
istilal; "bayyinah" yang merupakan sinonim dari kata "Dali] Wa
al-l-lujjal,", yang rnasing-masing berarti petunjuk dari argumc:ntasi.
2
i'vi. Yahya f·farahap, Pen1bahasan Perrnasalahan clan Penerapan /(lJl/AP (Penu:ri/(scu1n
Sidang !)engadi/an, Banding, Kasasi, dan Penil?iauan Ke1nba/i), cet. \'Ill, (Jakaiia : Sinar Cirafika,
20
Menurut Subhi Mahmasani, pembuktian adalah mcngajukan alasan
dan mernberikan dalil (petunjuk) sarnpai kepada batas meyakinkan3
Adapun pernbuktian rnenurut Teng,ku Muhammad Hasbi Ash-Shidiqie
adalah '"Segala ha! yang dapat menarnpakan kebcnaran, baik rncrupakan saksi
atau sesuatu yang lain"4 Selanjutnya yang climaksud c!engan mernbuktikan
sesuatu ac!alah "'membcrikan keterangan dengan dalil hingga dapat
meyakinkan".;
Al-Bayyinah (bukti) adalah, semua hal yang bisa mernbuktikan sebua'.1
dakwaan. Bukti juga mcrupakan hujah bagi orang-orang yang mendakwa alas
dakwaannya.6 Bukti merupakan hujjah bagi penclakwa, yang digunakan untuk
mcnguatkan dakwaannya. Bukti juga sebagai penjelas untuk menguatkan
dakwaannya. Scsuatu tidak bisa rncnjadi bukti, kecuali jika sesuatu itu bcrsil'at
pasti dan meyakinkan. Seseorang tidak boleh mernbcrikan kesaksian kecuali
kcsaksiannya itu dida:·arkan kepadu 'ilm, yaitu didasarkan pacla scsuatu yang
mcyakinkan. Kesaksian tidak sah,jika dibangun di atas ;:_an (keraguan).
Bukti yang diclapatkan dari jalan tertcntu, atau jalan yang bisa
mengantarkan kepada keyakinan, sepcrti dipcroleh clari proses pengimleraan
1
Subhi Mahmashani, Filsafat flukzun Dala111 lshnn. Penerje111ah /\hn1ad Sudjono, cet.X,
(Bandung: PT. Alma'arif, T.th), h. 321.
"T.M llasbi Ash Shidiqie, Filsa/i11 /-luk;m1 Islam. (Jakarta: Bulan l3in1ang, 1975). h. 139
5
T.M Hasbi As!, Shidiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Bandung: Al-Ma'aril; 1964),
h.136,
0 Abdurrai·.n1an al-Maliki Jan Ah1nad ad-Daur,
S'isien1 Sanksi dan 1-lukutn Petnhuktian dahun
21
salalc S'llll ala! indera, yang diindera itu bisa dibuktikan validitasnya, maka
bukti semacam ini terrnasuk bukti ytmg rneyakinkan.
C. Dasar Hukum Pcmbuktian
1. Dasar Hulmm Pembukti:m menurui Hukum Acara Pidam1 llldo11esia
Dalarn hukum acara pidan.1, yang menjadi dasar hukurn pembuktian
aclalah peraturan pernbuktian yang diatur clalam Kitab Undang·-Undang
HukLi,11 Acara Piclana (KUHAP), Undang-Undang IU Nornor 8 Tahun 1981
Pasal 1 83 yang berbunyi :
"llakirn lidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali
apabil:1 dcngan sckurang-kurangnya dua alal bukti yang sah ia memperolch
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar te1:iadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya".
Sclain itu, peraturan pt:mbuktian juga dialur dalam I llR (llerzicnc
Inlands Reglemcn) Pasal 294, yang isinya : "Seseorang tidak dapat dipid:ma
kccuali bila hakim rnendapat keyakinan alat-alat bukti yang sah".
Dengan pejelasan kedua dasar pembuktian di atas dapat dimengerti
bahwa pada hakikatnya seseorang tidak dapat dipidana jika tidak terpenuhinya
alal-alat bukti yang sah menurut KUHJ\P, yaitu minimal dua alat bukti dan
kcyakinan hakim send1ri.
Sedangkan .nasalah pembuktian, dalam hukum pidana Islam sudah diatur s·;cara jelas dalam Al-Qur'an dan aiセiMi。、ゥエウN@ Perihal pembuktian dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut :
(Hi: DY /J.e.;J.-1) ..
.•
NZNNN[NIセlgセ@
、GNGセセヲ@
セ@
Artinya
"Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-rasul Kami
dengan bukti-bukti
...
"(Q.S. Al-Hadid/ 57: 25)Firman Allah SWT
0
ZfセウMM
L>,I
<:U1
GQᄋセヲ@
\
0iエLセ@
.
'·\1 • •
セ@
Ji;,.
U\
::JD.;
'.Att·.;f
c,·.
: • i...r
y
r:-"'.
c.f':
y
!
:
v J( i i - i \ :\i
/j=JI)
Lセu@
1i""!JI)
セPセ@
セゥ|QGL@
jセ@
Artinya :
"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali seorang
laki-laki yang kami wahyukan kepada mereku; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan,
jika kamu tidak mengetahui. Dengan bukti-bukti dan
kitab-kitab ...
".
(Q.S. Al-Nahl/ 16: 43-44)Allah S WT berfirman
J "' {) ,, ... {) t / /
( i :
セa@
/yl)セ|@
セ@
"G,.G
セ@
0-:
ャャセ@ ケセZji@
1'.,fJIjNセQ@
J)i
Co)
Artinya :"Dan tiadalah bercerai berai orang-orang yang diberi
Al-Kitab kecuali sesudah datang kepada mere/ca bukti yang
nyata
".
(Q.S. Al-Bayyinah/ 98 : 4)DanjuiSa dijelaskan dalam Al-Hadits.
' '
rly·""-! ,/U\
セス@ (.J_.., J セ@ .;\)\J,,o
.;\)\
Jy
JJu : Ju
vGセ@.y.I
.:_;s:-7
<r-1---'
olJJ)セ@
J"..1.U
セ@
セi@
c:;5J
JLセLャケゥ@
JJG,.
JL|NNNセ@
V'LijBセ@
';}
Artinya :
·'Dari Ibnu Abbas berkata, bahwa Rasulallah SAW bersabda
: Sekirar.ya diberikan kepada manusia apa saja yang
digugatnya, tentulah manusia akan menggugat apa yang
dikehendaki, baik jiwa maupun harta. Akan lefapi sumpah ilu dihadapan orang yang tergugat". (11.R Muslim).
Sabcla Nabi yang lainnya
'
')\.! J';h.-J セljA@ cS.PLlJ iセI@ セ@ J セ@ ZセQ@ セ@ ..::u1 jNゥNセ[@
j\.! . J\.!
jセ@ LZ⦅Lセ@yl
3 J,,;--\ ,1_u)GMセ@
セ@
..s JJ.:i
jセ@
.?'"
'111'>l'l'
(:'"'°"' C:,-->-J
y)\J
u;i;;;°(<.S-lo)J ) yb
Artinya : "Dari Ali berkata : bahwa Rasulallah SAW bersabda
Apabila ada dua orang yang berperkara kepada engkau, maka janganlah putuskan untuk si penggugat selama engkau be/um mendengar pembicaraan yang tergugal, ma/w engkau kelak dan mengetahu! mengapa engkau meml//uskannya ".
!H.R Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi)
Kemudian sabda Nabi SAW
''C.s-'+,JI ,IJJ)
_?'..;\
0-' cSl<oLZ⦅Lセij@
J-)1:,r
セ@
:t;_JI
Artinya "Bukti itu dibebankan alas penggugat dan sumpah
dibebankan kepada lergugat (orang yang mengingkari gugalan) ". (H.R Baihaqi)
Kata A/-Bayyinah dalam Kalarn Allah SWT, Rasulallah SJ\ W dan
ucapan para sababat adalah nama bagi setiap apa yang meneranglrnn a/-Hw1
Dari beberapa penjelasan di alas baik dalam J\J .. Qur'an dan Al-Hadits'
dapal ditarik kes!rnpulan bahwa : Setiap perkara harus dibuktikan, pembuktian
8 Al-Maktabah al-Syiimi!ah, Abu 'Isa al-'furmud?'J: 5'unan a/-1'utnudzi, (Yarnan : Rid\vana,
2008), Juz.5, h. 207, no. IJ8 I
') Al-Maktabah al-Syftn1ilah, Abi Baka:· Al1n1ad bin Uusa[n al-Baihaqi : S'unan ol-Baihot/i,
(Yaman: Ridwana, 2008), Juz.2, h. 466, no. 21741
10
lJstnan l-lasyin1 dan M. lbnu Rachrnan, Teuri Pe111huk1ia11 Afenurul filth .lir11.zvaf !shun.
ini mencakup segala perkara yang dipersengketakan dan tidak akan
mengabulkan dakwaannya penggugal setelum dapat memastikan dan
mendcngarkan pihak yang tcrgugal.
D. Sistem Pcmbukti:rn
l. Sistcm Pcmhuktian mcnurnl llulrnm Acarn Pidana Indonesia
Sejarah perkembangan hukum acara pidana rnenunjukkan bahwa ada
beberapa sistem atau teori untuk rnembuktikan perbuatan yang didakwakan.
Sistem atau teori pembuktian ini berfariasi menurut waktu dan ternpaL 11
Sislem pembuktian bertujuan mengetahui bagaimana cara meletakkan
hasil pembuktian terhadap suatu pcrkarn yang sedang diperiksa. Hcbcrnpu
ajarar: atau teori yang berhubungan dengan sistem pembuktian, antara lain :
a). Sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-unclang secara positif
(Posilif We//elijk Bewijstheorie). Teori pembuktian ini berpedoman pada
perinsip pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan oieh
undang-undang, artinya jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat
bukti yang disebutkan oleh undang-undang, maka keyakinan tidak
diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formal
(Pormale Bewijstheorie)
b). Sistem atau teori pembuktian bcrdasarkan keyakinan h<1ki111 beluka
(Conviction In Time). Sistem ini memberikan kebebasan kepacla hakim
25
terlalu besar, schingga sulit diawasi. Di samping ilu, terdak wa a tau
penasehat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan. Dalam hal ini
hakim dapat memidana terdakwa berdasarkan keyakinannya bahwa ia
telah melakukan apa yang didakwakan.
c). Sistem atau teori pernbuktian berdasarkan keyakinan hakim alas alasan
yang logis ( Lacvnviction Raisonnee ). Menurut tcori ini, hakim dapat
memutuskan seorang bersalah berdasarkan kcyakinannya, keyakinan yang
didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu
kesimpulan (Conc/usie) yang berlandaskan kepada pcraturan-pcraturan
pembuktian tertenlu. Jadi putusan hakim di jmuhkan dengan suatu
motifasi. Sistcm atau teori pembuktian ini discbu! juga pembuktian bebas
(Vrije Bewijstheorie).
d). Sitem atai.; teori pembuktian bcrdasarkan undang-unclang secara ncgatiC
(!'legal
if
Wellelijk). Sistem atau teori pembuktian menurut undang-undangsecura nefatif merupakan gabungan dari teori pembuktian rncnurut
undang-undang secara positif dengan pembuktian 111.onurut keyakinan
hakim be I aka. Menurut M. Yahya Harahap 12 rumusan teori negal ive
welllijke adalah :
"Salah tidaknya scorang tcrdakwa ditcntukan oleh kcyakinan haki111 yang
didasarkan kcpada cara dan dcngan alat-alat bukti yang sah mcnurul
undang-un<1ang , ..
12
26
Sist_;m Pembuktian yang dianut KUJ l/\P
Dahm: pasal 183 KUH/\P menyebutkan bahwa:
"Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepacla seseorang kecuali
apabila clengan sekurang-kurangny:i clua alat bukti ia memperoleb keyakinan
bahwa suatu tindak piclana benar-bcnar te1:jadi clan bahwa terclakwalab yang
bcrsalah melakukannya".
Rumusan pasal ini menjclaskan, bahwa untuk menentukan salah atau
tidakn; a scorang terclakwa dan menjatuhkan pidana kepada terdakwa, barns :
I. KPsalahannya terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alal bukti yang
sah
2. Atas keterbuktian dengan sekurang-kurangnya dua a.lat bukti yang sah,
bakim memperoleb kcyakinan babwa tindak pidana benar-bcnar te1jadi
dan bahwn tcrlfakwalah yang bersalah melakukannya.
13erdasmkan rumusan Pasal 183 KUH/\P tersebut di atas, clapat
dike1.ahui bahwa KUHAP menganut sistem pembuktian menurut
undang-undang secara negatif sebagaimana dijelaskan dalam p<::njelasan Pasal 183
KUHAP, bahwa pembuat undang-undang telah menentukan pilihan tentang
sistem pembuktian yang paling tepat dalam penegakan hukum di Indonesia.
demi tegaknya keadilan, kebenaran, dan kepastian hukurn.
27
Mengenai sitern pernbuktian dalarn hukum pidana [slam, tidak berbcda dengan sistem dalam hukum barat. Imam lbnu a.1-Qayim al-Jauziah berp'"ndapat dalam kitabnya J'/dm al-Muwdqi 'in bahwa:
'J)
;;.\_.
J.ll
J
':}
(
jNNNヲGセ@
ッNGN^セ@
セ@
a;;,)1
Jyi.J-\
k ..
Ljセ@
f
t}.-.'JI
Jl
TLセi@
j 0 )DI)\ ,.W;li ..l>- .tiJ ,
.:> J..\.J-1J
':}
J (_J,,,i.11J
':!)
,j1_,)'.}1
J
Q
|セiI@
WI)\.: ,-J-1
J),
jNIMャセ@
G)I
J
セ@
.6J1
セ_@
JArtinya "Sesungguhnya Syciri' tidaklah memhatasi pengambilan kepulusan unluk meme/ihara hak semata-ma/a berdasarkan kesaksian dua orang saksi le/aki .1·11ja, baik mengenai darah, hart a, para), dan ·had; bahkan para khulcrfitr ra.1yidin dan sahabal r.a te/ah menghukum had pada zina dengan adanya bukti kehamilan dan pada minum khamr dengan adanya bau dan muntah ".
Yaug menjadi tuntutan dari seorang hakim adalah ia memutuskan suatu perkara dengan hujjah atau alasan yang memihak kcpada kcbenaran, apaoila tidak ada tandingannya yang sama. Di samping itu clituntut dari hakim dan siapa saja yang memutusl<an perkara di antara dua orang, hendaklah ia mengetahui apa yang te1jadi kemudian ia memutuskan dengan apa yang
キセェゥ「N@ Maka bagi yang pertama tempat berpijaknya ialah kebenaran dan bagi
hakirn yang kedua, yang mernutuskan antara dua orar1g, tempat berpijaknya keadilan.
Boleh bag! seorang hakirn mernutuskru1 dengan kesaksian seorru1g lelaki bila ia rnengetahui kebenarannya. Allah tidaklah mewajibkru1 para
13
Imam Ibnu al-Qayim al-Jauziah, f'/dm al-Muwdqi'in, cet.ll, (Beirut : Dar al-Fikr, 1977),
28
hakim, agar tidak memutuskan kecuali dengan dua saksi. l lanya Allah
sw·1
menyuruh yang punya hak memelihara haknya dengan dua saksi atau satu
orang saksi lelaki dan dua oranio, saksi pcrempuan.1•1
K Ala! Bukti dan Kckuatan Pembukti:rn
I. Alat Bukti dan Kelrnatan Pcmbukthrn mc1111rnt l-lulrnm Arnrn l'id:ma
Indonesia
Penggunaan alat bt;kti adalah faktor yang mancntukan dala111
pcnuntutan, lanpa alat bukti penuntut umurn tidak akan dapal menyatakan
babwa terdak wa tel ah melakukan tindak pidarn.i.
;)alam Pasal 184 ayat (l) KU HAP telah mencntukan secara lirnilatif
alat bukti yang sah menurut undang-undang. Di luar alat bukti itu, lidak
dibena.rhm dipergunakan untuk rnembuktikan kesalahan terdakwa. Ketua
sidang, penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum, terikat da11 terbatas
haaya diperbolehkan mempergunakan alat-alat bukti itu saja. Mcrcka tidak
leluasa mernpergunakan alat bukti yang dikehendakinya di I uar alat bukti
yang ditentukan Pasal 184 ayat (l) yang dinilai sebagai al at bukti, dan yang
dibenarkan mempunyai keknatan pembuktian hanya terbatas kepada alat-alat
buLli itu saja.
Adapun alat bukti yang sah mtnurut undang-unclang sesuai dengan
apa yang clisebut dalam Pasa! 184 ayat ( 1 ), aclalah :
a. I<eterangan Saksi
Berdasarkan Pasal 1 butir 27 KUHAP, bahwa keterangan saksi
adalah sebagai berikut :
"'Keterangan dari saksi mengenai sualu perisliwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, ia alami sendiri dengan meyebut alasan
al ' ,, J "i
pengel rnannya 1\u . ·
Keterangan saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang
memiliki kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan sebagai
b ·1 en mt : 16
a. I larus mengueapkan sumpah alau janj i
b. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti
e. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan
d. Keterangan se0rang saksi saja dianggap tidak cukup
e. Keterangan bebcrapa saksi yang berdiri sencliri
b. Keterangan Ahli
Keterangan al1li sebagai alat bukti yag sah menurut
undang-undang, hanya diatur dalam satu pasal saja pada bagian keempat, Bab XV l
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 186, yang berbunyi :
I:> B. Fachri Nasulion, l!in1puna11 1Vuskah dan Petunjuk Teknis Penye/csaian Perkara fJidana
L/11111111 Keiaksaan Agung JU, (Jakarta: Kejaksaan Agung R.I, 200), h. 110.
16
30
"Ketcrangm1 ahli ialah apa yang seorang ahli nyalakan di sidang
pengadilnr,".
c.
SuratSelain Pasal 184 yang menyebutkan alat-alat bclti maka hanya ada
satu pasal yang mengatur tentang alat bukti surat yaitu Pasal 187 KUI l/\P.
Menurut pasal ini, alat bukti surat adalah ·•surat yang dibuat di alas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah jabatan". 17
d. Pelunjuk
Alat bukti petunjuk mcnurut Pasal 188 ayat (I), adalah perbuatan.
kejadian atau kcadaan yang ada persesuaiannya baik antara yang satu
dengan yang lain clan apabila perbuatan itu dikaitkan akan membcri
g.unbaran bahwa tdah let:jadi suatu lindak pidana dan dapal ditenlukau
pelakunya. '8
e. Keterangan Terdakwa
Yang dimaksud dengan kcterangan terdakwa menurut Pasal 187
KL'HAP anlara lain ialah :
I). Apa ym1g terdakwa nyatakan cialam sidang pengadilan tidal: lain hanya
tentmlg perbuat<Ul yang ia ketahui sendiri atau yang ia alami sendiri
17
Nasution, Hilnpunan tVaskah dan Petunjuk Teknis Penyelesaian Perkara Pidana ()n1un1
Kejaksaan Agi111g /?./., h. 114
'.!). Ketcrangan yang dibcrikan terdakwa tcrscbut hanya dapal digunakan untuk dirinya sendiri
3). Kcterangan yang cliberikan terclakwa di luar sidanis pcngadilan bukan alat bukti tetapi hanya untuk membantu rnenernukan bukti pada saat
sidang.
4 ). Pengakuan tidak cukup untuk rnembuktikan bahwa ia bcrsalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, kccuali clisertai alal bukti lain.
Permasalahan kekuatan pernbuktian alas suatu tindak piclatL tcrgantung kepacla basil alat bukti yang 」ャゥエセェオォ。ョ@ oleh penuntut umurn untuk dapal ュ」ュ「オォャゥォイョセ@ sualu timlak pida1n i\pabila ai<1I bukti v;111g diajuk.111
oleh penuntut 11rnum rnemenuhi syarat yang sah menurut undang-undang barn alat bukti mempunyai kekuatai, pcmbuktian, sehingga has',! pembuktian dapat dinyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah tindak pidana sesuai dengan yang dialur dalam unclang-unclang.19
2. Alat Bukti mcnuru! Hukum Piclirna Islam.
Dalam pcnnasalahan alat bukli dalam acara pidana mc11uru1 syari·al
Islam acla bebernpa macam seperti : Syahiidah, !qrcir, Qare/in, Khihrah, J\laq/umal al-Qad_i, Ki!cihah, clan al-Yamin. 20
19 Ibid, h.138
Dalam hukum pidana Islam, terdapat perbedaan pendapat para lltqaha
mengenai alat bukti yang dapat dipergu,iakan dalarn suatu peracli]an, di
antarnnya:
a. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah,21 menyatakan
bahwa Alat bukti yang dapat dipergunakan ada empal, yaitu : Iwur,
:)yahadah (kesaksian), Sumpuh, Jan S11rat-sural resmi yang 1nemp11nyai
kekuatan resmi.
b. Menurut Jhm1 Rusyd dalam kitab Biddyah a!-i'v!iiftahfd, disebutkan bahwa
al<:t bukti ialah :
2') .
- o.J.Jti
Y
Artinya : "Dan dalam peradilan a!at bukti itu ada empat : Saksi,
Sumpah, Pew1lahm, Pengakuan atau ses11atu yang lersusun dari salah satu bukti lain".
Dari pendapat parn Fuqaha di atas dapat digabungkan clari keseluruhan
abt bukti, maka akan terlihat :
a. Kesaksian.
Pengertian o>l+-'JI menurut bahasa ialah 0l,.,ll (pernyataan), atau
pemberitaan yang pasti, yaitu ucapan yang terbit dari pengetahuan yang
diperoleh dengan penyaksian langsung.
21
Sayyid Sabiq. Fiqh al-Sunnah, (A1-Qahirah ; Dar al-Tsaqofah al-ls!amiyah, 1365), Juz.3,
556
Sedangkan pcngcrtian Al-Syahadah menurut Syara' ialah :
'\WI
セ@ jo.>te-'JI
ィセ@ c;.->- ..::.A;':J
Pセ|NNLッ@ JG-)A1iinya "Suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar utuk
membuktikan suatu kebenaran dengan hrfadz .syalwdat di depan penr:;adilan
Dcfinisi lain ialah : "pemberitaan akan hak seseorang atas orang
lain, baik hak tcrsebut bagi Allah ataupun hak manusia, pemberitaan yang
tcrl1't dari keyakinan, bukan perkiraan, sebagaimana di isyaratkan oleh
Nabi SAW dengan sabdanya :
セ@
':>\.,::jc.,...ol
)<.'°'JIセ@
er.I0l
o-L>.-y·
セ|@
セAB@
セN[L@
J.J,rs
y
6
J"セ@
J...\Jb\,.;,セ|@
rL
y•t,.l.Y
11
J-""
lul
cly-o JJw
J"".,;......,.,1y1
2
"(,JWI
olJJ)
セ@
.r.
1,-5:.))
キセi@
Aniny11 : "Dari 'Amr ibn Syu 'aib dari ayahnya dari kakeknya,
bahwa anaknya lvfuhaishah yang paling kecil
diketemukan terbunuh di pinlu khaibar maka Rasulallah SAW Bersabda: Ajukanlah dua orang saksi alas orang yang membunuhnya, nanli saya akan berikan kepadamu tambang untuk mengqi!f.a"-nya''. (I-LR. Al-Nasa' i)
Firman Allah SWT :
Arti1;ya " ... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
laki-laki diantaramu, jika tak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) laki-laki dan dua orang wanila dari
23
Wahbah al-ZuJ·'lili, f:.'fqh al-ls/ti1ni u1a Adila111h11, (Darnaskus : Dfir al-Fikr, 1989), Juz.6, IL
24
l\l-Maktabah al-Syiimilah, Abi 'Abd al-Ra!Jmiin Ahmad bin Syu'aib al-Nasfli, Sunan
saksi-sllksi rllng kwnu sukai .. " (().S. /\l-llaqarnli1 '
282)
Dan dalam Finrnm Allah Yang lain:
) .,, , ,. <> .J
(Y 1\r : Y / :; ;.,JI) ••
4;
[セQ\@
セセ@
セ@
'.YA
3[[セセNGNZG[LjQ@
QセNZZsZNN[@
'1
J ...Artinya : " ... Dan jllngan!ah kamu (pam saksi) menyembunyikan
persaksian, dan barang siapa yang menyemh1111yikl11111ya. maka sesungguhnya ia adalah omng mng henlosa hatinya ... " (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 283)
l:i. Pengakuan
Pengertian Pengakuan
U
})11) secara ctimologi berarti menetapkanatau mengakui. Sedangkan secara terminologi ialah :
25
"-! j I ;:>o
';i
I }J.o-
.:_,.>· J l,>-セi@
Artinya : "Suatu pernyataan yang men!'eritakan tentang suatu
kehenaran a/au mengakui kebenaran .!ersehut ".
Firman Allah SWT.
Artinya ·· Wllhai orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
henar-henur penegak keadilan. menjadi saksi kare/1'1
Allah, hiarpun terhadap dirimu sendiri a/au ih11, /Japak. dun kaum kerllhll/11111. .. "(Q.S Al-Nisil/ 4: 135)
c. Petunjuk
Pctunjuk menurut bahasa ialah "isteri" atau "hubungan" alau
"pertalian". セI・、。ョァォ。ョ@ menurut istilah ialah
25
35
2
''"',i<;-
J.ri
LH⦅L[LNNセ@
0)Ll:i of>lk oJL,t
JS-Artinya : "Setiap lam/a (petunjuk) yang jelas yang 111enyertai
sesuatu yang samar, sehingga lam.la terse/mt menunjukan kepadanya ",
Dari deilnisi tersebut dapat dipahami bahwa untuk tcrwujudnya
suatu qarf11ah, harw; dipenuhi clua hal, yailu :
I. Terdap:•t suatu kcadaan yang jclas Jan dikctahui yang layak untuk
dijadikan dasar dan pegangan
2. Terdapat hubungan yang menunjukan aclanya keterkaitan antara
keadaan yangjelas (z:ahir) dan yang samar (khali).
Dalam banyak ha! qarfnah ini bukan petunjuk yang pasti
melainkan masih meragukan, karena banyak kemungkinan-kernungkinan
yang te1:jacL Oleh karena itu ticlak sernua qarlnah dapat dijadikan sebagai
alat bukti melainkan hanya 1wrf11ah-11arf11ah yang jclas saja, yang
diistilahkan clengan al-qar,i 'in al-wcl{f)hah. 27
d. Sumpah
Al-Yamfn menurut bahasa adalah J.L,li clan セi@ yang berarti
sumpah, menurut istilah sccara umum, Al-Yamfn clidellnisikan sebagai
berikul.
2
" Zuhaili, Fiqh a/-fslami wa Adilaluh, h. 644.
17
11. Roihan A. Rasyid, flukurn Acaru Peradilan Aga1na, eel. X, (Jakarta: PT. Raja (}ralindo
36
A1tinya : "Menjelaskan sesuatu dengan ucapan yang benar untuk
menguatkan atau melemahkan dengan menyebut nama Allah a/au salah satu dari s!fht-Nya".
Sedangkan pengertian al-Yamfn dalam suatu peradilan untuk
menguatkan dakwaan adalah :
29
..;Li..p """ :\A..'"'-! )\
RセQ@
r1
-':>
セ@ セlゥNQQ@
it..f
セ@
}
JJ-1
0.i.;;
.Lf'0
Artinya : "Menjelaskan sesualu yang benar alau melemahkan di
hadapan hakim dengan menyebut nama Allah a/au salah satu dari sifat-Nya"
Menurut Imam Rafi'i dan Imam Nawawi : "Sumpah adalah
memastikan suatu perkara atau menguatkan dengan menyebut nama Allah
atau salah satu sifat-Nya". Sedangkan menurut T.M Hasybi Ash-Shidiqie:
"Sumpah adalah memperteguh kebenaran sesuatu yang dimaksucl dengan
mcnyebut nama Allah atau sifat-sifat-Nya".
Dari definisi di alas, clapat clipahami bahwa sumpah aclalah suatu
penjelasan yang benar untuk menguatkan dakwaan atau melemahkannya
d'. depan sidang pengadilan clengan mengucapkan nama Allah atau salah
satu sifat-Nya.
e. Penolakan Sumpah
"Zuhaili, Fiqh al-ls/dmi wa idila1uh, h. 588.
Dalam penolakan sumpah atau dalam bahasa arnbnya yang
clikcnal dengan al-Nukul. acla beberapa pendapat mengenai hal ini di
antaranya adalah :
l'erlamu, Pendapal Imam al-Syati'i dan lain-lain men:lrn bcrkala
bahwa; "Apahila tergugat tida:C mau hersumpah, ia tidak dapat dikaiakan
kalah perkaranya, kecu/ai penggugat sudah bersumpah ".
Kedua, Menurut l-laclawiyah yang mengatakan bahwa : "Yang
mcnolak sumpah O。ョァウオセァ@ berarti dinyatakan kalah perkara, dengan
tanpa harus menunggu sumpah si /ergugat ".30
Ketiga, Menurut al-J\uza'i,
Qagi
Syurnih. lbnu Sirin dnnal-Nakhii' i berpcmJapat :
Artinya
r.
Keterangan Ahli''c.s>-..UI
l5ty NZNLセ|MNZZNN^セMGjsZ[@bl
"Apahila (lergugat/ tertuduh) meno/ak sumpah malw dikemba/ikanlah sumpah ilu kepada penggugal a/au penuntul".
Al-Khibrah ialah setiap orang yang mempunyai keahlian tertentu
terhaclap suatu masalah. Kadang-kadang untuk memastikannya
penyclidikan suatu masalah, pcrlu kemampuan yang khusus, baik tcknik
maupun ilmiah, maka ini cliperggunakan dalam pcmeriksaan. Seperti bila
30
/\.1-Maktabah al-Syllmilah, Muharrunad bin ls111ail 。ャセk。ィャ。ョゥ@ al-San 'ani : S'ub1ll al-Sa/dn1,
(Yaman: Riuwana, 2008), Juz.6, h.461.
·11 Muhanunad Sala1n Madzkur, Al-QaY.11 f'i ャゥャMQセᄋO、イョL@ (Al-()£ihirah 1)<1r Nahgiyah
38
diperlukan untuk memcriksa sebab kcmatian pada jarfmah pcmbunuhan,
a tau menyelidiki bahan makanan pada jarimah keracunan dan lain-lainJ2
Firman Allah SWT, berbunyi :
rk
Jl
セNj[@
j_;,,f
QェエLセ@
イヲIセ@
QU
セゥ@
Jc,,.)
UI
MMセ@
0-"gセI@
c,J
(H'
:'11/
セiI@
jセgju@
Artinya : "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
seorang laki-laki yang kami wahyukan kepada mereka; malw bertanya/ah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui ". (Q.S.
Al-Nahl/ 16: 43)
Maka qad_i bila ia ragt1-ragu tcntang sesuatu, hcndaklah ia meminla
pendapat tenaga ahli.
-32
BAB Ill
KEDOKTERAN FORENSlK DALAM KAJ'f ANNY A DENG AN PROSES PERADlLAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN
HUKUM PIDANA ISLAM
A, Pengcrtian Kedoktcran Forcnsik.
Sebagaimana tela11 diketahui, bahwa ticlak acla satu ilrnu pengetahuan yang clapat r1enyelesaikan persoalan yang menjadi objeknya rnnpa banluan ilmu pengetahum1 lain. demikiim juga dengan ilmu pengetahuan 1:entang hukunL Satu contoh konkrit misalnya, i;pabila peradilan dihadapkan pada kasus-kasus yang berhubungm1 dengan Iuka tubuh manusia, jelas segala sesuatu ym1g berhubungan dengm1 Iuka bukan menjadi kajian bidang ilmu hukum. Belum lagi, apabila luka-lul;a tersebut telah terjadi untuk beberapa waktu yang lampau yang rnungkin
kebcr;;Jaan untuk saal sdrnrang tclah pulih kcmbali atau mungkin bcrtambah
parah.
Berkaitm1 deugM ha! tersebut di atas, untuk menentukan kapan :mat /e1jadi Luka dan apakah Iuka yang c:imaksud itu diakibatkan o!eh lindak pidana
40
kesehatan dan nyawa seseorang yang diakibatkan oleh kejahatm yang selanjutnya diterangkan oleh dokter, akan bennru1faat l:Jagi proses penyelesaian j)erkara pidana.
Dalmn kaitan ini,
Prof Sutomo T}okronegoro mendefinisikan bahwa yang
yang dimaksud dengan I/mu Keaokteran Kehakiman adalah penggunaan ilmu
kedokteran :1ntuk kepentingan pengadilan
1• Artinya, bahwa ilmu pengetahuankedokteran kehakiman sangat berperru1 dalru11 membantu kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. dalrun segala soal yang hanyalah dapat dipecahkan dcngan ilmu kedoktcran kehakiman.
Istilah lain dari Ilmu pengetahuan kedokteran kehakiman adalah Kedokteran Forensik, yang merupakil1 tmjemahaJ1 dari
Gerechtelijk geneeskunde
atau
forensic Medicine (legal medicine or medical jurisprudence)
yang merupakan cabru1g kedokteran khusus yang berkaitm1 dengm1 interaksi (hubungaJ1: penulis) aJ1tara medis daJ1 hukum.B. Dokter Sebagai Saksi Ahli/ Keterangan Ahli.
Tugas dokter sehari-hari di