• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan kedokteran porensik dalam proses pembuktian menurut hukum acara pidana Indonesia dan hukum pidana Islam : studi analisa putusan pengadilan Negeri Jakarta Barat No. Perkara 346/Pid. B/2006/PN.JKT.BAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan kedokteran porensik dalam proses pembuktian menurut hukum acara pidana Indonesia dan hukum pidana Islam : studi analisa putusan pengadilan Negeri Jakarta Barat No. Perkara 346/Pid. B/2006/PN.JKT.BAR"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEDOKTERAN I<'ORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIOANA INOONESlA DAN

HUKlJM PIDANA !SLAM

(Studi Analisa Putusan Pcngadilan Ncgen·i Jakarta Bara1: No. Pcrkarn 3467/Pid.B/2006/PN .. JKT.BAR.)

Skripsi

Dhijukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mcmpcrnleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Muhammad Solihin NIM : 102043124924

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUOI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKlJM

F AKULT AS SY ARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH .JAKARTA

(2)

PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN

HU KUM PIDANA !SLAM

(Studi Analisa Putusim Pengadilan Negeri Jakarta Bnrnt No. Perknrn 3467/Pid.B/2006/PN.JKT.BAR)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gehr

Saijana Hukum Islam (SHI)

Pembimbing I

,,....,,

Oleh:

Muhammad Solihin NIM: 102043124924

Di Bawah Bimbingan

セ@

セMiMiM

H.

Zoebir Laini, SH.

M.

Nurul

Irfan, S.Ag, MA.

NIP : 150 009 273

NIP :

150 326 893

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKUL T AS SY ARI' AH DAN HUKUM

Ul':IVERSIT AS ISLAM NEGEIU SY ARIF I-HDA YA TULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN P ANXTIA lUJIAN

Skrip:ii berjudul PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEM!3UKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PlDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakmia Barnt No. Perkara 3467/Pid.B/2006/PN.JKT.BAR) telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.

panセtia@ UJIAN

I. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing I

4. Pembimbing II

5. Penguji I

6. Penguji II

Jakarta, 03 Juni 2008 Mengesahkan,

Dekan Faku 'ymi'ah dan Hukum

/'..'.':

LJ...,.,,Zfi'tl

Prof. Dr. H.

mオセュ@

II Amin Suma, SH, MA, MM

NI . 150 210 TZセjR@ , .,..-.

セI」@

<:::

セMャ@

'...

"1 ... __ )

: D1. H. Ahmad Mukri AjL MA. (, ... ZMZIMセ@ "

:

ZセZセZZZZセ。Zセ。オヲゥォゥN@

M.Ag. ( ....

セセL@

NIP. 150 290 159 ,

: H. Zoebir Laini, SH. (' ' " _..

L/'- ..

" //_,.,.,.,-- .,,.,,._? " ' ' ' " " セセN@

.

'

....

") ;vi/&

(

..

セ@

NIP. 150 009 273

: M. Nurul hfan, S.Ag, MA.

」セセBBGセエ@

·

セX@

. .' ..

・セM

/.,,;

</··"" " "' "')

NIP. 150 326 893

: Prof. Dr. H.M. Abduh Malik. NIP. 150094391

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tclah

menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kcpada segenap umat-Nya, shalawat

sena salnm semoga su1antiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Berka! rahmat dan hidayah dari Allah SWT., akhirnya pcnulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini clengan juclul PERJ\NAN KEDOKTERJ\N

FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HlJKUM ACARA

PIDANA ll'!DONESIA DAN llUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa Putusan

Pengaclilan Negeri Jakarta Barat No. Perkara 3467/Picl.B/2006/PN.JKT.BAR).

Munculnya hambata·1 clan kesulitan seakan terasa ringan berkat clukungan clan

bantuan berbagai pihak. Dalam ha! ini penulis berkenan mengucapkan terima kusih

kepada beberaoa pihak tertentu clengan tanpa mengurangi penghormatm1 bagi

pihak-pihak yang ticlak clisebutkan clalam pengantar ini. lJcapan terima kasih clan

penghm·gaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepacla:

I. Bpk. Prof. Dr. H. Muhill!1macl Amin Smna, SH, MA, MM, Dekm1 Fakultas

Syari'ah clan I-luY..um beserta Pembantu Dekan Fakultas Sym·i'ah clan Hukum

(5)

2. Bpk. Dr. H. Ahmad Mukri 1\ji, Mi\, Ketua Program Studi Perbandingan

M2.zhab dan Hukum heserta Bpk. H. Muh11mmad Taufiki, M.Ag, Sekretaris

Program Studi Perbandingan Mazhab dan 1-Iukum, Fakultas Syari'ah dan

H.ukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. H. Zoebir Laini, SH, dan Bpk. Muhammad Nurul Irfan, S.J\g, MA, yang

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga karya ilmiah ini

dapat d:selesaikPn dengan baik.

4. P;:;ngadilan Negeri Jakarta Barnt yang telah memberikan data-data dan

literatur-literatur yang berhubungan dengan kebutuhan penulis untuk

menyelesaikan tulisan ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syari'•tl1 clan Hukum Universitas Islam Negc:ri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan dm1 seluruh karyawru1 perpustakaM di lingkungm1 Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. J\yahMda tercinta H. Taryono clan lbuncla iercinta Hj. !Vlaesaroh yang lelah

menclukung dM membantu baik moril maupun materil. Anancla sadar bahwa

semua yru1g telah kaliru1 berikan, ticlak akan clapal tergantikan oleh apapun.

8. Ks.kanda cllll aclinda yang selalu menemani clan memberikan dukungan clan

semangatnya kepada penulis.

9. Para rek.in-rekru1 Konsentrasi Perbandingan lvlazhab Fiqh Program Stucli

(6)

Islam Negeri Jakarta angkatan 2002, yang telah menkontribusikan dukungannya dalam menyelesaikan karya il;riiah ini.

I 0. Segenap sahabat terdekat dilingkungan kampus, organisasi dan lingkungan tempat :inggal serta rekan-rekan seperjuangan Sdr. Masruchin SHI, Zain (zhunge), Tri, Jaelani, Ridwan, Miftah, Abdul Rozak, Dadan, Syadad, Tomy dan segenap para sahabat yang tidak clapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang terbaik dari apa yang telah dikontribusikan baik moril maupun materil kepada penulis. Mudah-muclahan ini bukanlah karya ilmiah terakhir yang dipersembahkan oleh penulis clan semoga tulisan ini bemianfaat bagi pembaca clan membawa keberkahan di c!unia maupun di akhirat. Amin.

Jakarta, 2_8 Jumadil Ula 1429 H 03 Juni 2008 M

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... .

DAFTAR IM··· IV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... .

B. Pembatasaa dan Perumusan Masalah ... ... ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .... ... l 0 D. Metode dan Teknik Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... ... 13

BAB H TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PEMBUKTIAN MENURlJT HUKlJM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISi,AM A. Scjarah Hukum Pembuktian .... ... ... l 'o B. Pcngc1iian Hukum Pembuktian... ... ... 18

C. Dasar Hukum Pembuktian ... ... 21

D. Sistem Pembuktian... 24

F Ala! Bukti dan Kekuatan Pembuktian ... ... 28

(8)

C. Kedoktenm F,ircnsik/ Saksi Ahli Menurut Hukum Pidana Islam... 43

D. Pemeriksaan Kedokteran Forensik/ Saksi Ahli Dalam Proses t>eradilan... 45

E. Visum Et Repertum... 58

F. Penilaia;1 Hakim Terhadap Kcsaksian Kedokteran Forensik/ Saksi Ahli Dal am Peradilan .. . ... .. ... . .. .. ... . . .... ... .. ... .. ... . .. ... ... .. . . .. . . .. . 61

BAB IV PERANAN KEDOKTERAN FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa P1at11san Pe11gadihrn Ncgeri Jakarta Barat No. Perkara 346/Pid.B/2006/PN . .JK'f.BAR) A. ?osisi Kasus ... ... ... ... 68

B. Pertirnbangan Hukum... 70

C. Putusan Terhadap Perkara... 75

D. Analisa Putusan... 76

BAB V PlENUTUP A. Kesimpulan

83

i3. Saran ... 84

DAFTAR PUST AKA LAM.PI RAN

(9)

A. Latar Belalmng Masalah

BAHi

PENDAHIJLUAN

Mtnurut lmdang-Undang Dasar 1945. Negara kita adalah negara yang

「・イ、。ウ。イォ。セ@ hukum (rechtaal) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka

(Machtaat).1

Hal ini meng1mdung arli bahwa negttl'a termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negarn yang lain, dalam melaksanakan tindakan apapun h<.rus cilandasi oleh hukum. Negara hukum pada pokoknya berarti bahwa tertib masyarakat dan tertih negara dijamin dengan adanya peraturan-pernturan hukmP.

Peraturan-peraturan hukum harus di taati oleh semua orang di dalam suatu masyarakal cbngan ancaman harus mengganti kerugiai1 atau mendapat pidana, jika melanggar atau mengabaikan peratman-peraturan itu, sehingga dapat tercapai

suatu pergaulan hidup yang tertib dan adil dalam masyarakat itu.

Untuk menjaga agar peratman-peraturan hukum ilu dapat berlangsung terns dan ditcrima oleh selmuh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai clan tidak bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.

Sepe1ii diketahui, bahwa hukum sebagai kaidah sosial adalah merupakan sala11 salu sarana yang berwujud peraturan-peraturan untuk mcngatur tingkah laku

(10)

•)

dalam rnasyarakat, schingga sesua1 dengan rasa keadilan dari rnasyarnkat itu

sendiri.

Hukurn yang berupa peraturan-peratunm tersebut rnerupakan pcgangan

pokok bagi siapa saja yang terlibat dalam penentuan keadilan, baik bagi mercka

yang meminta keadilan maupun bagi mereka yang memberikan keadilan. Untuk

tcrsclcngi,aranya kc<](lilan scsuai dcngan yang diharapkan n1asyarakat, 111ak<1

diperlukan sikap mental dari pcnegak hukum dan Undang-undang yang berlaku

dengan r.ienjunjung tinggi hak asasi manusia dengan menggunakan asas-asas

hukum dalarn negara. Sebaliknya pencari keadilan atau anggota masyarakat

diharapkan pula sikap mental yang sesuai dengan sifat warga suatu negarn

hukum, rnisalnya den!.\an menjauhkao main hakirn sendiri.

Hukurn acara pidana rnempunyai tujuan untuk mcncari dan rnendapatkan

kebenan.n materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu

perkara pidana de:1gan rnenerapkan ketentuan hukurn acara pidana secara jujur

dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan

melakukan suatu P')]anggaran hukum, dan selanjutnya merninta pemeriksaan dan

putusan pengadilan guna menernukan apakah terbukti bahwa stiatu tindak pidana

tel«h dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipcrsalahkan.2

Dapat tidaknya seseorang atau pelaku kejahatan itu dipidana tergantung

dari pernbuktian d; pengadilan di mana yang bersangkutan telah clapat di buktikm1

2

(11)

3

bersalah melakukan perbuatan tersebut. Namun yang paling pokok dalam menentukan dapat tidaknya suatu perbuatan dipidana ada.lah perbuatru1 tersebut merupabn suatu tindak pidana, ke•nudian setelah itu baru diadakan suatu tindakan hukum mulai dari talmp penyelidikan,3 penyidikan4 hingga tahap putusan pengadilan

Pembuktian merupakan masalah yang memegang perrumn dalrun proses pemeriksw.n sidang pengadilan. Apabila hasil pembuktian dengan alat-ala1 bukti yang ditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, terdakwa dibebaskan dari hukuman. Sebaliknya jika kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam pasal 184 KUHAP, terdakv,,a dinyatakan bersalah. Kepadanya dijatuhkan hukuman oleh karena itu, hakim harus hati-hati, cermat, dan matang dalam menilai dan mempertimbangkan nilai pembuktiru1. Meneliti sampai di mrum batas minimum kekuatan pembuktian atau (bewijs kracht) dari setiap alat bukti yang disebut dalru11 pasal 184 KUHAP. 5

3

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan tindakan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya

dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur oleh Undang-undang No.8 1981, KU HAP, Pasal 1 butir 5.

·1 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dala111 hal 1nenurut acara yang diatur

dal<1111 Undang-undang ini untuk 1nencari sertr. mengurnpulkan bukti-bukti yang dengan bukti'"tersebut rne1nbuat terang suatu tindak pidana yang エ・セェ。、ゥ@ dan guna 1nenemukan tersangkanya. lJndang-undang

No.8 Tahun 1981, KUHAP, Pasal I butir2

5 M. Yahya I-larahap,

Pen1bahasan Pertnasa/ahan dan Penerapan KUf!AP (Perneriksaan

)idang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kemba/i), eel. VIJI, (.lakaita : Sinar Grafika,

(12)

4

Alat bukti sah untuk membuktikan kcbenaran meteriil tersangka atau terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Bagi aparat penegak hukum baik polisL jaksa maupw1 hakim akan mudah membuktikan kebenarnn materiil bila saksi dapat rnenunjukan bukti kesalahan tersangka yang melakukan tindak pidana dan tersangka mengakui bukti tersebut yang digunakan atau bukti tersebut basil tindak pidana dalam rne]akukan tindak pidana tersebut. Tetapi ha! ini akan membuktikan kebenaran materiil, bila saksi tidak dapat menunjukan bukti perbuatan tindak pidana yang dilakukan tersangka a tau terdak wa. 6

Untuk membuktikan bersalah tidaknya tersangka telah melakukan suatu perbuatan pidana, diperlukan suatu pembuktian yang harus didukung dcngan adanya alat-alat bukti yang sah sebagaimana yang telah ditentukan undang-undang secara limitatif di dalam Pasal 184 ayat (I) KUHAP, yaitu :

a. Keterangan saksi

b.

Keterarigan ahli c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

Kelimn alat bukti yang sah seperti yang disebutkan dalam Pasal 184 ayat

(1) KU HAP di atas, narus juga didukung dengan adanya keyakinan haldm bahwa tindak pidana benar-benar te1jadi dan terciakwalah yang bersalah

(13)

h. 6

Penanganan sualu perkara pidana rnulai dilakukan oleh pcnyidik sctdah

mcncrirna laporan atau pcngaduan dari rnasyarakat ataupun dikctahui scndiri

tentang te1jadinya tindak pidana, kemudian dituntul oleh penuntut urnum dengan

melimpahkan perkara lersebut kc Pengadilan Negeri. Selanjutnya hakim

melakukan pemeriksaan apakah dakwaan penuntut umum terhadap terdakwa

terbukti atau tidak.

Kejahatan pada saat ini sedang berkembang rnenjadi suatu kejahata-1

inkonvensional atau kejahatan yang rnernanfaatkan pengetahuan dan teknologi

rnaju clan canggih dalmn scgala benluk dan rncmiliki ruang lingkup yang luas

dalam pdaksanaannya. Saat ini muncul kejahatan dalam segala bidang baik

kejahatan cii bidang ekonomi, keja11atan di biclang perbankan, kejahatan di bidang

perniagaan, pemalsuan merk, penyelundupan, kecurangan di bidang perdagangan,

kecurangan di bidang kebcacukaian, kejahatan di bidang medis, ke.htl1atan

di bidang komputer, kejahatan yang dilakukan oleh kaum kerah putih, sepcrti

korupsi dan tindak pidana suap. 7

Adanya berbagai rnacam bentuk kejahatan baru tersebut, menyebabkan

penyidik pada waktu pemeriksaan penyidikan sering menemukan suatu persoalan

yang tidak clapat dipahami seperiuhnya oleh penyidik akibat keterbatasan

pengetahuan clan pengalaman yang dimiliki.

7 Andi }·tamzah,

(14)

Kegiatan penyidik pada hakikatnya merupakan suai.u upaya pen.;gakan

hukum yang bersifat pembatasan atau pengekangan hak-hak asasi scseorang

dalarn rangka usaha untuk memulihkan terganggunya keseimbangan antara

kepentingan individu thm kepentingan umum guna terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat. Oleh karena itu penyidik atas suatu tindak pidana harus

dilaksanakan berdasarkan ketentmm hukum yang berlaku. Untuk itu peuyiclilrnn

harus dilaksanakan secara berdaya dan berhasil guna dengan tidak melanggar

hukurn.8

Pada hakikatnya penyidik maupun hakim adalah manusia biasa yang

memiliki pendidika!1 dan ilmu pengetahuan yang amat terbatas. Agar tugas

penyidik maupun hakim dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka oleh

undang-undang diberi kemungkinan agar para penyidik dart para hakim dalam

ォ・。、。。ョMォセ。、。。ョ@ yang khusus dapat memperoleh bantuan dari orang-orang yang

berpengalaman dan berpengetahuan khusus tersebut. 9 Sebagai contoh, dalam

kasus kematian artis Alda Risma, ahli tclematika Roy Suryo menilai Hotel Grand

Mcnteng, Jakarta Pusat belum rnemberikan secarn lengkap semua rckaman

kamera pengawas (CCTV), Roy juga mend.esak kepada pengelola hotel aga"

8

/\!i Yus\va11di, Penututan, hapusnya kett·enungan 1nenuntut dun 1ne1?itilankan pidana,

(Jakarta: CV. Pedoman llmu Jaya, 1995), cet. I, h. 14.

'1 Djoko Prakoso, A/at Bukti dan Kekua/an Pernbuktian Dida/an1 J)roses Pidana, (Yogyakarta

(15)

7

memberikan seluruh rekaman cctv itu, sebab rekaman itu sangat diperlukan polisi

b. b l k d' . d k . 1· . 10

w1tuk 1sa rr.enggam P.r <a11 on 1s1 pa a saat e1ac um 1ttJ.

Contoh yang kedua adalah kematian Atikah yang clitemukan di kamar Hotel Bulan Mas, Jakarta Utara, yang dilakukan Zaki sebagai kekasihnya. Pembwrnh sadis itu berusaha menutupi aksinya dengan rnembuang identitas termasuk pakaian Atikah. Semula polisi kesulitan dalam rnengidentifikasi mayat tan pa kepala terscbut. N amun beruntunglah ada ahli forensik Rum ah Sak it Cipto Mangkusumo. Ahli forensik tersebut bukan saja memperkirakan usia, ciri-ciri, dan sebab-sebab pembunuhan, tetapi juga memastikan bahwa korban mutilasi itu tengah hamil empat bnlan. Mayat Atikah itu adalah bukti terjadinya pembunuhan. Dalam contoh Iain yaitu kasus matinya praja lnstitut Pemcrintahan Daltm1 Negeri (!PON) Cliff Muntu. Dalan1 forensik RS Hasan Sadikin Bandung, Nonnan Haryadi, telah memberatkan posisi terdakwa Lexie Giroth. Lexie dituduh jaksa memcrillta!ikan penyuntikm1 "formalin" ke jenazah Cliff dengan tujuan menghilarigkan barang bukti dan menghalang-halangi penyidikan polisi. "Formalin akan menghambat dan mempersulit otopsi km·ena terjadi perubahan pada jenazah", kata Nonmm di persidangan.11

Di Yogyakarta, mayat Ana Suryaningsih dan Setyo Aji Baskoro, yang diduga menjadi korban oplosan jamu beracun. Diotopsi tim instalansi kedokteran

'0 Webmaster, "Roy Swyo Menduga CCTV Alda Behun Lengkap", artikcl diakses pada 25

September 2007 dari lillJl://www.patriatama.net/ main/ index2.Jlhp?option:'com conlent&task セ@

view&id

=

18 .. ,

ti J-Iuk11n1online, "Hasil Uji Forensik, Saksi Dian1 yang Berhicara fJanyak ") artikel diakses

(16)

8

forensik Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarla yang dipimpin oleb dr. Lipur

Riyatiningtyas dan melibatkan enam dokter ahli forensik serta sekitar 60

mahasiswa coas dari fokultas kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas

Mubammadiyah Yogyakarta clan Universitas Parahiyangan Bandung, Menurut dr,

Lipur, clari otopsi tersebut clitemukan tanda korban mati lernas atau mengalam,

sinosis dan juga ditemukan tanda membiru pada jari tangan korban. Selain itu,

ditcmukan pula janin bcrusia antarn 2-3 hulan dalam tubuh Ana Suryaningsih.11

Jika suatu kejahatan sedemikian canggih dan sangat susab unluk

dibuktikan, sehingga benar atau tidaknya terdakwa melakuk:m kejahatan tersebut,

banya dapat dije\askan clengan keterangan-keterangan ahli, maka penyiclik atau

jaksa dapat meminta bantuan para ahli, clan ahli-ahli yang telah ditunjuk itulah

yang akan didengar keterangannya oleh hakim sewaktu pemeriksaan suatu

pcrkarn dalam pcrsidangan. 1.1

Berdasarkan beberapa contoh kasus di alas, jelaslah bahwa dalam rangka

pembuktian untuk mencari suatu kebenaran rnateriil, keterangan dari seorang ahli

sangat clibutuhkan oleh penyidik maupun hakim. Dari berbagai macam infonnasi

baik dari media cetak maupun dari internet kemudian mencermati mengenai

pemanfaatan k・、ッォエセイ。ョ@ Forensik oleh penyiclik maupun hakim, bagaimana

fungsi keterangan Kedokteran Forensik sebagai ala! bukti, clan bagaimana

12

Indoforum, "Alaya/ Karban ,lamu Beracun di Yogyakarta Diotopsi", artikel diakses pada 18 Februari 2008 dari http //www.indoforum.an?/ar<;_hive/index.php/t-15277.html.

13

(17)

')

tinjauan Hukum Acara Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam rnengenai

keterangan ahli da am peradilan pidana.

T)ari ー・イュ。セ。ャ。ィ。ョ@ di atas, maka penulis tertarik untuk mengangka!

permasalahan tersebut menjadi fokus penelitian ym1g diberi judul :

"PERAJ\JAN Kl!:DOKTERAN FORENSIK il)ALAM PROSES

PEMBlJKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN

HUKUM PIDANA ISLAM (Studi Analisa l'utusan pQセQQァ。、ゥャ。ョ@ Negcri

,Jakarta Barnt Nomor Perkara. 3467/l'id.B/2006/PN.JKT.BAR.)"

B. Pcmbatasan dan Perumusan Musalah

Mengingat luasnya pennasalahan tersebut serta untuk menghindari

pembahasan yang berbelit-belit clan ticlak mengarah kepada maksud clan tujuan

dari penulisan skripsi ini, penulis memfokusk.an pembahasan ini kepada

bagaimanakah penetapan clan kecluclukan ala! bukti Kedokteran forensik a!au

(Medicine Forensik) clalam peraclilan menurut Bukum Acara Piclana Indonesia

clan Hukum Pidana Islam.

Selanjutnya untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penyusunan skripsi

ini, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

I. Apa yang dimaksud dengan Kedoktcran forensik dalam proses pembuktian.

2. Bagaimana peranan Kedokteran Forensik dalam proses pembuk!ian terhadap

penyelesaian pcrkara tinclak pidm1a penganiayaan menurut Hukum i\cara

(18)

10

3. Dalam Hukum Acara Pi<lana Indonesia <lan Hukum Pi<lana Islam apakah

dapat ditcrima kesaksian dari kedokteran f<frensik dalmn proses peradilan.

C.

Tujmrn d-an Manfaat PencHtian

Berdasarkan pembatasw1 dan perumusan masalah di atas maka penelitian

ini bertujuan :

a. lJntuk n1engctahui seberupa 「セウ。イ@ peranan J(edokteran Forensik dala111

membantu suatu kasus daiam persidungan

b. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan Kedokteran Forensik dalam proses

pembuk tian perkara pcnganiayaan

l'v1anfrtal yang diharapkan dari hasil penelilian ini, adalah :

a. Dari basil ー・ョ\セャゥエゥ。ョ@ ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

ilmu hukum pidana, khi.:susnya tentang peranm1 Kedokternn Forensik dalam

prose:; pembuktian sehingga dapal dipergunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan atau pun kebijaksanaan bagi aparat penegak hukum.

b. B<.gi penulis sencliri, penelitian ini bermanfaat dalam memahami dan

mengetahui penman Kedokteran Forensik dalam proses pe111buktim1

c. Hasil penelifrm dihmapkan dapal memberikan penambahan klmsunah

(19)

D. MetoJc

dan Telrnik Penditian

l. Jenis Penelitian

11

Jenis penelitian yang ditcrapkan dalam menyusun skripsi ini adalah

penelitian yang bersifat kualitatif, dengan mengkaji data-data dan

literatur-literatur yang berkaitan dengan judul yang diangkat. Adapun penelitian ini

rnenggunakan pendekatan normatif dan yuridis yaitu kajian terhadap putusan

majelis hakim pada kasus penganiayaan. Penditian ini m<;ndasarkan diri pada

praktek clan dokumen-dokurnen hukum yang ada di Indonesia

2. Sumbcr Data

Sumber data dalam penyusunan skripsi

m1

adalah sumber data yang

bersifat primer dan skunder.

a. Surnber data primer adalah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Bara! No Perkara.3467/ Pid.B/2006, Undang-·undang, Al-Qur'm'.

dan Hadits

b. Sumber data skunder aclalah buku-buku hukum, rnakalah-makalah,

karya ilmiah, seminar, media cetak, artikel clan internet (website)

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh landasan leorilis

berupa konscp dan pendapat-pendapat para ahli hukum dengan rnelakukan

pendaahan clan rnernpelajari buku-buku, artikel, majalah-majalah atau

(20)

12

b. Studi Dokumentasi

Dalam studi dokumentasi m1 akan diteliti data-data putusan hakirn terhadap k:tsus yang disidangkan clan telah rnencapai kctetapan hukurn yang letap.

4. Analisa Data

Yang dirnaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.14 Setelah terkurnpul data-data yang diperlukan, maka peneliti menc<Jba untuk menganalisa data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan

ini

adalah deskriplif ana/istis, yaitu pembahasan yang dimaksudkan untuk memberikan garnbaran secara jelas, sistematis, objektif, kritis dan analistis mengenai fakta-fakta yang bersifat yuridis normal if

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan ini mengacu kepada buku pedornan penulisan skripsi, Fakultas Syari'ah clan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahw1 2007

M A|セ。ウイゥ@ Singari1nbun dan Sofian Efendi, A4etode Jjenelilian Survei, cet. I, (Jakarla: LP3ES.

(21)

13

E. Sisrematika Pembahasan

Bah Pertama, Pendahuluan, Pada bab' ini menguraikan Latar Belakang

Masalah, Batasan dan Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metode dan Teknik Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, Tinjauan Umum Tentang Hukum Pembuktian Menurul

Hukum Acara Pidana Indonesia clan 1-!ukum Piclana Islam, meliputi : Sejarah

l lukurn Pen1buklian, Pengerlian llukum Pcmbuklian, Dasar l lukum P.:mbuktian,

Sistem dan Teori Pembuktian, sert<C Alat Bukti clan Kekuatan Pembuktian

Bab Ketiga, Kedoteran Forensik Dalam Kaitannya Dengan Proses

Peradilan Menurul lfokurn Acara Pidana Indonesia dan I lukum Pidana Islam.

clalam bab ini meliputi : Pengertian Keclokteran Forensik, Dokter Sebagai Saksi

Ahli, Keclokteran Forensik/ Saksi Ahli Dalan1 Proses Peradilan,

Visum Er

Reper/um, clan Penilaian Hakim Terhaclap Kesaksian Keclokteran Forcnsik/ Saksi

Ahli Dalam Peraclilan.

Bab Keempat, Peranan Keclokteran Forensik dalam Proses Pernbuktian

Menurut Hukurn Acara Piclana Indonesia clan Hukurn Pidana [slam, ini meliputi :

Posisi KasuJ, Pertimbangan Hukum, Putusan Terhaclap Perkara clan Analisa

Putusan

Bab Kelima, Penutup, pacla bab ini berisikan tentang kesimpulan dari

keselun.han penulisan clan penelitian, clan saran-saran dari seluruh uraian yang

(22)

BAB II

TIN.JAUAN UMUM TENTANG HU KUM PEMHUKTIAN MENlHHJT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN HUKUM Pl DANA ISLAM

A. Scjarab Hulmm Pcmbuktian.

I. Sc,jarnh Pcmbuktilrn mcnurul llulmm Acara Pidana Indonesia

l'ada z.amm: dahuiu masalah pcmbuklian masih mcngikuti kqwrcayaa11

(23)

15

dun mati rnaka ia bersalah. Ada juga untuk menentukan bersalah a tau tidaknya

tersangka bila mendapatkan keterangan dari tokoh-tokoh masyarakat yang

dipercaya kejujurannya bahwa tersangka tidak bersalah.

Selanjutnya perkembangan pembuktian bersalah atau tidak bcrsalah

tersangka, aparat penegak hukum Jebih mengutarnakan pada pcngakuan

tersangka. Pembuktian tcrsebul, aparal penegak hukwn mengarnbil jalan

pintas dengan 111elakukun pcnganiayaan tcrhadap tcrsungka. Tersangka

dipaksa mengaku bahwa ia yang melakukan perbuatan tindak pidana.

penyiksaan tctap dilakukan bila tersangka tidak mcngakui perbuatan tinda'.

pidananya. Pemeriksaan dengan pembuktian yang lebih menekankan kepada

pengakuan tersangka dengan earn penganiayaan clan penyiksaan terscbut

mendapat protes clan kecaman dari seluruh masyarakat internasionaL karena

perbuatan penganiayaan dan penyiksaan tersebut merupakan pelanggaran l lak

Asasi Manusia (llAM) yang harus mendapatkan jarninan Jan perlindungan

hukum terhadap HAM tersebut.

Dengan adanya perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka alau

sejak bedakunya Undang-undang No.8 Tahun 198! teni:ang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) ini mengakhiri kegiatan penegak hukum yang mcnyiksa dan

menganiaya para pclaku kejahatan. Dalam membuktikan kcbenaran materiil

(24)

16

kcyakinan kcpada hakim, hanya dcngan cara pcmbuktian ilmiah bcrdas<1rkan keahlian disiplin ilmu.1

2. Sejarah Pembuktian mcnurnt Hulrnm l'idana Islam

Mengcnai sejarah pcmbuktian dalam hukum Islam memang .1arang dikcmukakan oleh para ahli hukum Islam. akan tctapi bisa dilihat dari kisah-kisah para nabi yang diutus oleh Allah SWT, di antaranya :

a. Cerita di dalam Al-Qur'an, surat Yusuf ayat 23-29 tcntang kasus Nabi Yusufdengan Zulaikha (isteri Qillir).

... / 0 / / / / 0 , J.i>

:.;;,:L.. (,;Ji)

[セ@

::....

セ@

PセI@

セオャ@

セiI@

,(> '\'

i

セ@ セセQQ@

Ll5l_S

,. ,, ,. / " ,I' ,. / ·'

_., / ,. / r;:, ,:: ,,. ,, ;l ,,. ,, Q •'

セQ@

セᄋQセ@

)1

セ@

PQQNQセ@

QセセZL@

セ|@

;1)

'.J'..

LLゥセセ[LNg@

cit!

セキQ@

1:.iJ

セZ。ZNセ@

JlS"

Jl

セ|セ@

1,,,G

セI@

セ@

J

\sセ[jI@

:S·

JG

LセLッセL@

,. ,,. ,. ,,. ,, ,,. / ,, ,.. ,. "'- /

,,) , , . _ , , , o ' J _ , , ) ,_

[セ@

::....

セ@ セ@

0\S" 01)

4'

"\,

::;,ill1

セ@

JJ'J

0:L.a.;

p

::....

:c;

,,

,, ,. ,. ,.,, / ;; ,.

"' ,, ,, / ) / ,. / ,,.,, ,,. / ,.

::_,.,. ;J!

Ju

[セ@

::_,.,.

セ@ セ@

ォセ@

CJ.;

41v),

Y...CJI

セ@

J,'i)

セZZLLAセ@

,. ,. ,;:. ,. ,, ,.,,,. /

,. / _, J ,,. ,,, jl ,.

:::J;JJ

GMUセQI@

1_0,

y

J>

ji

セセLセ|aセセIセセZZHI@

J!

セMセ@

,, ,,. ,. / ,.. ,. / /

(

Gセ@

-

|G|[|Giセ@

Y-)

4"

G|LLセZMセwiセ@

;::5-'

セセ@

A1tibya "Dan wanila (Zulaikha) yang Yusuf tingga/ di rumahnya menggoda Yusufuntuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Mari/ah ke sini" Yusufberkata: "Aku ber/indung kepada Allah, sungguh /uanku

le/ah memperfakukan aku Jengan baik" Sesungguhnya

orang-1

(25)

17

orang yang za!im /hula akan beruntung. Se.rnngguhnyu \l'itnitu i/:1 telah hermaksud (melakukan perbuatan ilu) dengan Y11s1u. dan Yu.1·11/jmn bermaksud (melakukan pu/a) dengan wanita itu

andaikata dia tidak melihat landa (dari Tuhannya)

!Jemikianlah. agar Kami memalingkan dczripadanyo

kemz.ngkaran dan kekejian, sesungguhnya Yusuf i/11 1ermas11k hamba-hamba Kami yang lerpi/ih. Dan keduanya berlomba-iornba menuju pinlu dan wanila itu menarik baju gamis Yusu/

dari belakang hingga koyak dan ォ・、オ。M、オュセケ。@ mendapaii

.rnami wanila il.1 di muka pintu, Wanita i/11 herkala: "Apakoh pemba/asan terhadap orang yang bermaksud berhua/ serong dengan islrimu selain dipenjarakan dan (dihukum) dengan azab yang pedih Yusz{/ berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya) ", dan seorang saksi dari kel1111rga wani/a ilu memberikan kesaksiannya: "Jilw baju gamisnya koyak di muka, maka wanila ilu benar. dan Yusu/ termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di be!akang, maka wanita itulah yang dus/a, dan Yusuf termasuk orang-orang yang henar. Maka tarkala suami wanita il:t melihat baju gamis Y11s4f'koyak di belakang berkatalah ia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya lipu daya kamu adalah besw·. Hai Yusz(/.'

"Be171alinglah dari ini" dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah alas dosamu itu, karena kamu sesungguhn;va rermasuk orang-orang yang berbual salah. "( Q.S. Yusuf/ 12: 23-29)

h. Cerild di Zaman Nabi Sulaiman Jan Nabi Dawud, ada dua orang

perempuan yang bersengketa mempercbutkan seorang anak, percmpuan

yang satu agak muda clan yang satunya lagi sudah agak lua. Nabi Dawud

mengadil inya clengan memenangkan perempuan tua berdasarkan

pengakuannya. Nabi Sulaiman yang turul hadir di rnajclis l'cngadilan ilu

meminta scbilah pcdang clan pura-pura bertindak akan membelah dua anak

te1 o;ebcJl sambil berkata, itulah yang adil. Perempuan yang tua menyetuj ui

(26)

discrahkaa '.'cpada pcrcmpuan yang tua <1sal tidak dibelah rnenjadi dua.

scbah anak ilu akan mali. Nahi Sulaiman rnemutuskan anak ilu adalah

anak dari perempuau yang muda tersebut.

e. Khulifah Umar bin Khatab pcrnah menghukum had seseornng percmpuan

hamil pudahal ia tidak bersuami dan bukan pula hamba sahaya (yang

bolch dieampuri oleh tuannya)

cl.

Amr bin Mas'ud mcnjatuhkan hukum had kepada scorang yang dari

mulutnya ke luar bau bekas minum khamr.

Dari contoh-contoh di atas dapal ditarik kesimpulan bahwa dalam

rnemutuskan setia1J pcrkara haruslah dihuktikan sccara jelas dan adil, karena

sangat besar peranannya dalam membailtu dalam penegakan keadilan.

B. l'cngcrtian Hukum Pcmbukti:m

l. l'cngcrtian Pcmbuktian meuurnt Hukum Acara Pidaua Indonesia

Pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan perkara clalam sidang

pc:ngaclilan. Pembukian adalah ketentuan-ketcntuan yang berisi pcnggarisan

dan pedoman tcntang cara-cara yang dibenarkan undang-undang untuk

membtiktikan kcsalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian jugd

merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan

undang-undang yang belch dipergunakan hakirn untuk membuktikan kesalahan yang

clidakwakan. Dalam persidangan pengadilan tidak boleh sesuka hati dan

(27)

19

Dari uraian singkat di atas arli pcrnbuktian ditinjau dari scg1 hukum

'd I . '

acara p1 ana, antcu·a ain-:

Ke!enluan yang membatasi sidang pengadihm dalam usaha mcncari dan

rnempe1tahankan kebenarnn. Baik hakim, penunlut umurn. I.erdakwa,

penasihat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara clan penilaian

y:mg ditentukan undang-undang. Tidak boleh lcluasa bertindak dcngan

canmya sendiri dalam menilai pcmbuktian. Dalam mcmpergunakan alal

bukti, tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Tcrdakwa tidak

bisa leluasa mempertahankan sesuatu yang dianggap benar di luar

ketentuan yang telah digariskan undang-undang.

Sehubungan dengan pcnger!ian di atas, maje!is hakim dalam mcncari dan

meletakkan kebenaran yang akan dijatuhkan dalam putusan, harus

berdasarkan alat-alat bukti yang telah clitentukan undang-undang seeara

li111itatif, sebaguimana yang disebut dalan1 Pasal 184 KUl-IAP.

2. Pengcrtian Pembuktian menurut Hukum Pidana Islam

Sedangkan Dalam hukum pidana Islam, bukti lebih dikenal dengan

istilal; "bayyinah" yang merupakan sinonim dari kata "Dali] Wa

al-l-lujjal,", yang rnasing-masing berarti petunjuk dari argumc:ntasi.

2

i'vi. Yahya f·farahap, Pen1bahasan Perrnasalahan clan Penerapan /(lJl/AP (Penu:ri/(scu1n

Sidang !)engadi/an, Banding, Kasasi, dan Penil?iauan Ke1nba/i), cet. \'Ill, (Jakaiia : Sinar Cirafika,

(28)

20

Menurut Subhi Mahmasani, pembuktian adalah mcngajukan alasan

dan mernberikan dalil (petunjuk) sarnpai kepada batas meyakinkan3

Adapun pernbuktian rnenurut Teng,ku Muhammad Hasbi Ash-Shidiqie

adalah '"Segala ha! yang dapat menarnpakan kebcnaran, baik rncrupakan saksi

atau sesuatu yang lain"4 Selanjutnya yang climaksud c!engan mernbuktikan

sesuatu ac!alah "'membcrikan keterangan dengan dalil hingga dapat

meyakinkan".;

Al-Bayyinah (bukti) adalah, semua hal yang bisa mernbuktikan sebua'.1

dakwaan. Bukti juga mcrupakan hujah bagi orang-orang yang mendakwa alas

dakwaannya.6 Bukti merupakan hujjah bagi penclakwa, yang digunakan untuk

mcnguatkan dakwaannya. Bukti juga sebagai penjelas untuk menguatkan

dakwaannya. Scsuatu tidak bisa rncnjadi bukti, kecuali jika sesuatu itu bcrsil'at

pasti dan meyakinkan. Seseorang tidak boleh mernbcrikan kesaksian kecuali

kcsaksiannya itu dida:·arkan kepadu 'ilm, yaitu didasarkan pacla scsuatu yang

mcyakinkan. Kesaksian tidak sah,jika dibangun di atas ;:_an (keraguan).

Bukti yang diclapatkan dari jalan tertcntu, atau jalan yang bisa

mengantarkan kepada keyakinan, sepcrti dipcroleh clari proses pengimleraan

1

Subhi Mahmashani, Filsafat flukzun Dala111 lshnn. Penerje111ah /\hn1ad Sudjono, cet.X,

(Bandung: PT. Alma'arif, T.th), h. 321.

"T.M llasbi Ash Shidiqie, Filsa/i11 /-luk;m1 Islam. (Jakarta: Bulan l3in1ang, 1975). h. 139

5

T.M Hasbi As!, Shidiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Bandung: Al-Ma'aril; 1964),

h.136,

0 Abdurrai·.n1an al-Maliki Jan Ah1nad ad-Daur,

S'isien1 Sanksi dan 1-lukutn Petnhuktian dahun

(29)

21

salalc S'llll ala! indera, yang diindera itu bisa dibuktikan validitasnya, maka

bukti semacam ini terrnasuk bukti ytmg rneyakinkan.

C. Dasar Hukum Pcmbuktian

1. Dasar Hulmm Pembukti:m menurui Hukum Acara Pidam1 llldo11esia

Dalarn hukum acara pidan.1, yang menjadi dasar hukurn pembuktian

aclalah peraturan pernbuktian yang diatur clalam Kitab Undang·-Undang

HukLi,11 Acara Piclana (KUHAP), Undang-Undang IU Nornor 8 Tahun 1981

Pasal 1 83 yang berbunyi :

"llakirn lidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali

apabil:1 dcngan sckurang-kurangnya dua alal bukti yang sah ia memperolch

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar te1:iadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya".

Sclain itu, peraturan pt:mbuktian juga dialur dalam I llR (llerzicnc

Inlands Reglemcn) Pasal 294, yang isinya : "Seseorang tidak dapat dipid:ma

kccuali bila hakim rnendapat keyakinan alat-alat bukti yang sah".

Dengan pejelasan kedua dasar pembuktian di atas dapat dimengerti

bahwa pada hakikatnya seseorang tidak dapat dipidana jika tidak terpenuhinya

alal-alat bukti yang sah menurut KUHJ\P, yaitu minimal dua alat bukti dan

kcyakinan hakim send1ri.

(30)

Sedangkan .nasalah pembuktian, dalam hukum pidana Islam sudah diatur s·;cara jelas dalam Al-Qur'an dan aiセiMi。、ゥエウN@ Perihal pembuktian dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut :

(Hi: DY /J.e.;J.-1) ..

.•

NZNNN[NIセlgセ@

、GNGセセヲ@

セ@

Artinya

"Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-rasul Kami

dengan bukti-bukti

...

"(Q.S. Al-Hadid/ 57: 25)

Firman Allah SWT

0

ZfセウMM

L>,I

<:U1

GQᄋセヲ@

\

0

iエLセ@

.

'·\1 • •

セ@

Ji;,.

U\

::JD.;

'.A

tt·.;f

c,·.

: i...r

y

r:-"'.

c.f':

y

!

:

v J

( i i - i \ :\i

/j=JI)

Lセu@

1i""!JI)

セPセ@

セゥ|QGL@

jセ@

Artinya :

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali seorang

laki-laki yang kami wahyukan kepada mereku; maka

bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan,

jika kamu tidak mengetahui. Dengan bukti-bukti dan

kitab-kitab ...

".

(Q.S. Al-Nahl/ 16: 43-44)

Allah S WT berfirman

J "' {) ,, ... {) t / /

( i :

セa@

/yl)

セ|@

セ@

"G,.G

セ@

0-:

ャャセ@ ケセZji@

1'.,fJI

jNセQ@

J)i

Co)

Artinya :

"Dan tiadalah bercerai berai orang-orang yang diberi

Al-Kitab kecuali sesudah datang kepada mere/ca bukti yang

nyata

".

(Q.S. Al-Bayyinah/ 98 : 4)

DanjuiSa dijelaskan dalam Al-Hadits.

' '

rly·""-! ,/U\

セス@ (.J_.., J セ@ .;\)\

J,,o

.;\)\

Jy

J

Ju : Ju

vGセ@

.y.I

.:_;s:-7

<r-1---'

olJJ)

セ@

J"..1.U

セ@

セi@

c:;5J

J

LセLャケゥ@

J

JG,.

J

L|NNNセ@

V'Li

jBセ@

';}

Artinya :

·'Dari Ibnu Abbas berkata, bahwa Rasulallah SAW bersabda

: Sekirar.ya diberikan kepada manusia apa saja yang

digugatnya, tentulah manusia akan menggugat apa yang

(31)

dikehendaki, baik jiwa maupun harta. Akan lefapi sumpah ilu dihadapan orang yang tergugat". (11.R Muslim).

Sabcla Nabi yang lainnya

'

')\.! J';h.-J セljA@ cS.PLlJ iセI@ セ@ J セ@ ZセQ@ セ@ ..::u1 jNゥNセ[@

j\.! . J\.!

jセ@ LZ⦅Lセ@

yl

3 J,,;--\ ,1_u)

GMセ@

セ@

..s JJ.:i

j

セ@

.?'"

'11

1'>l'l'

(:'"'°"' C:,-->-

J

y)\J

u;i;;;

°(<.S-lo)J ) yb

Artinya : "Dari Ali berkata : bahwa Rasulallah SAW bersabda

Apabila ada dua orang yang berperkara kepada engkau, maka janganlah putuskan untuk si penggugat selama engkau be/um mendengar pembicaraan yang tergugal, ma/w engkau kelak dan mengetahu! mengapa engkau meml//uskannya ".

!H.R Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi)

Kemudian sabda Nabi SAW

''C.s-'+,JI ,IJJ)

_?'..;\

0-' cSl<o

LZ⦅Lセij@

J-)1

:,r

セ@

:t;_JI

Artinya "Bukti itu dibebankan alas penggugat dan sumpah

dibebankan kepada lergugat (orang yang mengingkari gugalan) ". (H.R Baihaqi)

Kata A/-Bayyinah dalam Kalarn Allah SWT, Rasulallah SJ\ W dan

ucapan para sababat adalah nama bagi setiap apa yang meneranglrnn a/-Hw1

Dari beberapa penjelasan di alas baik dalam J\J .. Qur'an dan Al-Hadits'

dapal ditarik kes!rnpulan bahwa : Setiap perkara harus dibuktikan, pembuktian

8 Al-Maktabah al-Syiimi!ah, Abu 'Isa al-'furmud?'J: 5'unan a/-1'utnudzi, (Yarnan : Rid\vana,

2008), Juz.5, h. 207, no. IJ8 I

') Al-Maktabah al-Syftn1ilah, Abi Baka:· Al1n1ad bin Uusa[n al-Baihaqi : S'unan ol-Baihot/i,

(Yaman: Ridwana, 2008), Juz.2, h. 466, no. 21741

10

lJstnan l-lasyin1 dan M. lbnu Rachrnan, Teuri Pe111huk1ia11 Afenurul filth .lir11.zvaf !shun.

(32)

ini mencakup segala perkara yang dipersengketakan dan tidak akan

mengabulkan dakwaannya penggugal setelum dapat memastikan dan

mendcngarkan pihak yang tcrgugal.

D. Sistem Pcmbukti:rn

l. Sistcm Pcmhuktian mcnurnl llulrnm Acarn Pidana Indonesia

Sejarah perkembangan hukum acara pidana rnenunjukkan bahwa ada

beberapa sistem atau teori untuk rnembuktikan perbuatan yang didakwakan.

Sistem atau teori pembuktian ini berfariasi menurut waktu dan ternpaL 11

Sislem pembuktian bertujuan mengetahui bagaimana cara meletakkan

hasil pembuktian terhadap suatu pcrkarn yang sedang diperiksa. Hcbcrnpu

ajarar: atau teori yang berhubungan dengan sistem pembuktian, antara lain :

a). Sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-unclang secara positif

(Posilif We//elijk Bewijstheorie). Teori pembuktian ini berpedoman pada

perinsip pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan oieh

undang-undang, artinya jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat

bukti yang disebutkan oleh undang-undang, maka keyakinan tidak

diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formal

(Pormale Bewijstheorie)

b). Sistem atau teori pembuktian bcrdasarkan keyakinan h<1ki111 beluka

(Conviction In Time). Sistem ini memberikan kebebasan kepacla hakim

(33)

25

terlalu besar, schingga sulit diawasi. Di samping ilu, terdak wa a tau

penasehat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan. Dalam hal ini

hakim dapat memidana terdakwa berdasarkan keyakinannya bahwa ia

telah melakukan apa yang didakwakan.

c). Sistem atau teori pernbuktian berdasarkan keyakinan hakim alas alasan

yang logis ( Lacvnviction Raisonnee ). Menurut tcori ini, hakim dapat

memutuskan seorang bersalah berdasarkan kcyakinannya, keyakinan yang

didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu

kesimpulan (Conc/usie) yang berlandaskan kepada pcraturan-pcraturan

pembuktian tertenlu. Jadi putusan hakim di jmuhkan dengan suatu

motifasi. Sistcm atau teori pembuktian ini discbu! juga pembuktian bebas

(Vrije Bewijstheorie).

d). Sitem atai.; teori pembuktian bcrdasarkan undang-unclang secara ncgatiC

(!'legal

if

Wellelijk). Sistem atau teori pembuktian menurut undang-undang

secura nefatif merupakan gabungan dari teori pembuktian rncnurut

undang-undang secara positif dengan pembuktian 111.onurut keyakinan

hakim be I aka. Menurut M. Yahya Harahap 12 rumusan teori negal ive

welllijke adalah :

"Salah tidaknya scorang tcrdakwa ditcntukan oleh kcyakinan haki111 yang

didasarkan kcpada cara dan dcngan alat-alat bukti yang sah mcnurul

undang-un<1ang , ..

12

(34)

26

Sist_;m Pembuktian yang dianut KUJ l/\P

Dahm: pasal 183 KUH/\P menyebutkan bahwa:

"Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepacla seseorang kecuali

apabila clengan sekurang-kurangny:i clua alat bukti ia memperoleb keyakinan

bahwa suatu tindak piclana benar-bcnar te1:jadi clan bahwa terclakwalab yang

bcrsalah melakukannya".

Rumusan pasal ini menjclaskan, bahwa untuk menentukan salah atau

tidakn; a scorang terclakwa dan menjatuhkan pidana kepada terdakwa, barns :

I. KPsalahannya terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alal bukti yang

sah

2. Atas keterbuktian dengan sekurang-kurangnya dua a.lat bukti yang sah,

bakim memperoleb kcyakinan babwa tindak pidana benar-bcnar te1jadi

dan bahwn tcrlfakwalah yang bersalah melakukannya.

13erdasmkan rumusan Pasal 183 KUH/\P tersebut di atas, clapat

dike1.ahui bahwa KUHAP menganut sistem pembuktian menurut

undang-undang secara negatif sebagaimana dijelaskan dalam p<::njelasan Pasal 183

KUHAP, bahwa pembuat undang-undang telah menentukan pilihan tentang

sistem pembuktian yang paling tepat dalam penegakan hukum di Indonesia.

demi tegaknya keadilan, kebenaran, dan kepastian hukurn.

(35)

27

Mengenai sitern pernbuktian dalarn hukum pidana [slam, tidak berbcda dengan sistem dalam hukum barat. Imam lbnu a.1-Qayim al-Jauziah berp'"ndapat dalam kitabnya J'/dm al-Muwdqi 'in bahwa:

'J)

;;.\_.

J.ll

J

':}

(

jNNNヲGセ@

ッNGN^セ@

セ@

a;;,)1

Jyi.J-\

k ..

Lj

セ@

f

t}.-.'JI

Jl

TLセi@

j 0 )DI)\ ,.W;li ..l>- .ti

J ,

.:> J..\.J-1

J

':}

J (_J,,,i.11

J

':!)

,j1_,)'.}1

J

|セiI@

WI)\.: ,-J-1

J),

jNIMャセ@

G)I

J

セ@

.6J1

セ_@

J

Artinya "Sesungguhnya Syciri' tidaklah memhatasi pengambilan kepulusan unluk meme/ihara hak semata-ma/a berdasarkan kesaksian dua orang saksi le/aki .1·11ja, baik mengenai darah, hart a, para), dan ·had; bahkan para khulcrfitr ra.1yidin dan sahabal r.a te/ah menghukum had pada zina dengan adanya bukti kehamilan dan pada minum khamr dengan adanya bau dan muntah ".

Yaug menjadi tuntutan dari seorang hakim adalah ia memutuskan suatu perkara dengan hujjah atau alasan yang memihak kcpada kcbenaran, apaoila tidak ada tandingannya yang sama. Di samping itu clituntut dari hakim dan siapa saja yang memutusl<an perkara di antara dua orang, hendaklah ia mengetahui apa yang te1jadi kemudian ia memutuskan dengan apa yang

キセェゥ「N@ Maka bagi yang pertama tempat berpijaknya ialah kebenaran dan bagi

hakirn yang kedua, yang mernutuskan antara dua orar1g, tempat berpijaknya keadilan.

Boleh bag! seorang hakirn mernutuskru1 dengan kesaksian seorru1g lelaki bila ia rnengetahui kebenarannya. Allah tidaklah mewajibkru1 para

13

Imam Ibnu al-Qayim al-Jauziah, f'/dm al-Muwdqi'in, cet.ll, (Beirut : Dar al-Fikr, 1977),

(36)

28

hakim, agar tidak memutuskan kecuali dengan dua saksi. l lanya Allah

sw·1

menyuruh yang punya hak memelihara haknya dengan dua saksi atau satu

orang saksi lelaki dan dua oranio, saksi pcrempuan.1•1

K Ala! Bukti dan Kckuatan Pembukti:rn

I. Alat Bukti dan Kelrnatan Pcmbukthrn mc1111rnt l-lulrnm Arnrn l'id:ma

Indonesia

Penggunaan alat bt;kti adalah faktor yang mancntukan dala111

pcnuntutan, lanpa alat bukti penuntut umurn tidak akan dapal menyatakan

babwa terdak wa tel ah melakukan tindak pidarn.i.

;)alam Pasal 184 ayat (l) KU HAP telah mencntukan secara lirnilatif

alat bukti yang sah menurut undang-undang. Di luar alat bukti itu, lidak

dibena.rhm dipergunakan untuk rnembuktikan kesalahan terdakwa. Ketua

sidang, penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum, terikat da11 terbatas

haaya diperbolehkan mempergunakan alat-alat bukti itu saja. Mcrcka tidak

leluasa mernpergunakan alat bukti yang dikehendakinya di I uar alat bukti

yang ditentukan Pasal 184 ayat (l) yang dinilai sebagai al at bukti, dan yang

dibenarkan mempunyai keknatan pembuktian hanya terbatas kepada alat-alat

buLli itu saja.

Adapun alat bukti yang sah mtnurut undang-unclang sesuai dengan

apa yang clisebut dalam Pasa! 184 ayat ( 1 ), aclalah :

(37)

a. I<eterangan Saksi

Berdasarkan Pasal 1 butir 27 KUHAP, bahwa keterangan saksi

adalah sebagai berikut :

"'Keterangan dari saksi mengenai sualu perisliwa pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri, ia alami sendiri dengan meyebut alasan

al ' ,, J "i

pengel rnannya 1\u . ·

Keterangan saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang

memiliki kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan sebagai

b ·1 en mt : 16

a. I larus mengueapkan sumpah alau janj i

b. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti

e. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan

d. Keterangan se0rang saksi saja dianggap tidak cukup

e. Keterangan bebcrapa saksi yang berdiri sencliri

b. Keterangan Ahli

Keterangan al1li sebagai alat bukti yag sah menurut

undang-undang, hanya diatur dalam satu pasal saja pada bagian keempat, Bab XV l

sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 186, yang berbunyi :

I:> B. Fachri Nasulion, l!in1puna11 1Vuskah dan Petunjuk Teknis Penye/csaian Perkara fJidana

L/11111111 Keiaksaan Agung JU, (Jakarta: Kejaksaan Agung R.I, 200), h. 110.

16

(38)

30

"Ketcrangm1 ahli ialah apa yang seorang ahli nyalakan di sidang

pengadilnr,".

c.

Surat

Selain Pasal 184 yang menyebutkan alat-alat bclti maka hanya ada

satu pasal yang mengatur tentang alat bukti surat yaitu Pasal 187 KUI l/\P.

Menurut pasal ini, alat bukti surat adalah ·•surat yang dibuat di alas

sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah jabatan". 17

d. Pelunjuk

Alat bukti petunjuk mcnurut Pasal 188 ayat (I), adalah perbuatan.

kejadian atau kcadaan yang ada persesuaiannya baik antara yang satu

dengan yang lain clan apabila perbuatan itu dikaitkan akan membcri

g.unbaran bahwa tdah let:jadi suatu lindak pidana dan dapal ditenlukau

pelakunya. '8

e. Keterangan Terdakwa

Yang dimaksud dengan kcterangan terdakwa menurut Pasal 187

KL'HAP anlara lain ialah :

I). Apa ym1g terdakwa nyatakan cialam sidang pengadilan tidal: lain hanya

tentmlg perbuat<Ul yang ia ketahui sendiri atau yang ia alami sendiri

17

Nasution, Hilnpunan tVaskah dan Petunjuk Teknis Penyelesaian Perkara Pidana ()n1un1

Kejaksaan Agi111g /?./., h. 114

(39)

'.!). Ketcrangan yang dibcrikan terdakwa tcrscbut hanya dapal digunakan untuk dirinya sendiri

3). Kcterangan yang cliberikan terclakwa di luar sidanis pcngadilan bukan alat bukti tetapi hanya untuk membantu rnenernukan bukti pada saat

sidang.

4 ). Pengakuan tidak cukup untuk rnembuktikan bahwa ia bcrsalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, kccuali clisertai alal bukti lain.

Permasalahan kekuatan pernbuktian alas suatu tindak piclatL tcrgantung kepacla basil alat bukti yang 」ャゥエセェオォ。ョ@ oleh penuntut umurn untuk dapal ュ」ュ「オォャゥォイョセ@ sualu timlak pida1n i\pabila ai<1I bukti v;111g diajuk.111

oleh penuntut 11rnum rnemenuhi syarat yang sah menurut undang-undang barn alat bukti mempunyai kekuatai, pcmbuktian, sehingga has',! pembuktian dapat dinyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah tindak pidana sesuai dengan yang dialur dalam unclang-unclang.19

2. Alat Bukti mcnuru! Hukum Piclirna Islam.

Dalam pcnnasalahan alat bukli dalam acara pidana mc11uru1 syari·al

Islam acla bebernpa macam seperti : Syahiidah, !qrcir, Qare/in, Khihrah, J\laq/umal al-Qad_i, Ki!cihah, clan al-Yamin. 20

19 Ibid, h.138

(40)

Dalam hukum pidana Islam, terdapat perbedaan pendapat para lltqaha

mengenai alat bukti yang dapat dipergu,iakan dalarn suatu peracli]an, di

antarnnya:

a. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah,21 menyatakan

bahwa Alat bukti yang dapat dipergunakan ada empal, yaitu : Iwur,

:)yahadah (kesaksian), Sumpuh, Jan S11rat-sural resmi yang 1nemp11nyai

kekuatan resmi.

b. Menurut Jhm1 Rusyd dalam kitab Biddyah a!-i'v!iiftahfd, disebutkan bahwa

al<:t bukti ialah :

2') .

- o.J.Jti

Y

Artinya : "Dan dalam peradilan a!at bukti itu ada empat : Saksi,

Sumpah, Pew1lahm, Pengakuan atau ses11atu yang lersusun dari salah satu bukti lain".

Dari pendapat parn Fuqaha di atas dapat digabungkan clari keseluruhan

abt bukti, maka akan terlihat :

a. Kesaksian.

Pengertian o>l+-'JI menurut bahasa ialah 0l,.,ll (pernyataan), atau

pemberitaan yang pasti, yaitu ucapan yang terbit dari pengetahuan yang

diperoleh dengan penyaksian langsung.

21

Sayyid Sabiq. Fiqh al-Sunnah, (A1-Qahirah ; Dar al-Tsaqofah al-ls!amiyah, 1365), Juz.3,

(41)

556

Sedangkan pcngcrtian Al-Syahadah menurut Syara' ialah :

'\WI

セ@ j

o.>te-'JI

ィセ@ c;.->- ..

::.A;':J

Pセ|NNLッ@ JG-)

A1iinya "Suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar utuk

membuktikan suatu kebenaran dengan hrfadz .syalwdat di depan penr:;adilan

Dcfinisi lain ialah : "pemberitaan akan hak seseorang atas orang

lain, baik hak tcrsebut bagi Allah ataupun hak manusia, pemberitaan yang

tcrl1't dari keyakinan, bukan perkiraan, sebagaimana di isyaratkan oleh

Nabi SAW dengan sabdanya :

セ@

':>\.,::j

c.,...ol

)<.'°'JI

セ@

er.I

0l

o-L>.-

セ|@

セAB@

セN[L@

J.J

,rs

y

6

J"

セ@

J...\Jb\,.;,

セ|@

rL

y

•t,.l.Y

11

J-""

lul

cly-o J

Jw

J"".,;..

....,.,1y1

2

"(,JWI

olJJ)

セ@

.r.

1

,-5:.))

キセi@

Aniny11 : "Dari 'Amr ibn Syu 'aib dari ayahnya dari kakeknya,

bahwa anaknya lvfuhaishah yang paling kecil

diketemukan terbunuh di pinlu khaibar maka Rasulallah SAW Bersabda: Ajukanlah dua orang saksi alas orang yang membunuhnya, nanli saya akan berikan kepadamu tambang untuk mengqi!f.a"-nya''. (I-LR. Al-Nasa' i)

Firman Allah SWT :

Arti1;ya " ... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari

laki-laki diantaramu, jika tak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) laki-laki dan dua orang wanila dari

23

Wahbah al-ZuJ·'lili, f:.'fqh al-ls/ti1ni u1a Adila111h11, (Darnaskus : Dfir al-Fikr, 1989), Juz.6, IL

24

l\l-Maktabah al-Syiimilah, Abi 'Abd al-Ra!Jmiin Ahmad bin Syu'aib al-Nasfli, Sunan

(42)

saksi-sllksi rllng kwnu sukai .. " (().S. /\l-llaqarnli1 '

282)

Dan dalam Finrnm Allah Yang lain:

) .,, , ,. <> .J

(Y 1\r : Y / :; ;.,JI) ••

4;

[セQ\@

セセ@

セ@

'.YA

3

[[セセNGNZG[LjQ@

QセNZZsZNN[@

'1

J ...

Artinya : " ... Dan jllngan!ah kamu (pam saksi) menyembunyikan

persaksian, dan barang siapa yang menyemh1111yikl11111ya. maka sesungguhnya ia adalah omng mng henlosa hatinya ... " (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 283)

l:i. Pengakuan

Pengertian Pengakuan

U

})11) secara ctimologi berarti menetapkan

atau mengakui. Sedangkan secara terminologi ialah :

25

"-! j I ;:>o

';i

I }

J.o-

.:_,.>· J l,>-

セi@

Artinya : "Suatu pernyataan yang men!'eritakan tentang suatu

kehenaran a/au mengakui kebenaran .!ersehut ".

Firman Allah SWT.

Artinya ·· Wllhai orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

henar-henur penegak keadilan. menjadi saksi kare/1'1

Allah, hiarpun terhadap dirimu sendiri a/au ih11, /Japak. dun kaum kerllhll/11111. .. "(Q.S Al-Nisil/ 4: 135)

c. Petunjuk

Pctunjuk menurut bahasa ialah "isteri" atau "hubungan" alau

"pertalian". セI・、。ョァォ。ョ@ menurut istilah ialah

25

(43)

35

2

''"',i<;-

J.ri

LH⦅L[LNNセ@

0)Ll:i of>lk oJL,t

JS-Artinya : "Setiap lam/a (petunjuk) yang jelas yang 111enyertai

sesuatu yang samar, sehingga lam.la terse/mt menunjukan kepadanya ",

Dari deilnisi tersebut dapat dipahami bahwa untuk tcrwujudnya

suatu qarf11ah, harw; dipenuhi clua hal, yailu :

I. Terdap:•t suatu kcadaan yang jclas Jan dikctahui yang layak untuk

dijadikan dasar dan pegangan

2. Terdapat hubungan yang menunjukan aclanya keterkaitan antara

keadaan yangjelas (z:ahir) dan yang samar (khali).

Dalam banyak ha! qarfnah ini bukan petunjuk yang pasti

melainkan masih meragukan, karena banyak kemungkinan-kernungkinan

yang te1:jacL Oleh karena itu ticlak sernua qarlnah dapat dijadikan sebagai

alat bukti melainkan hanya 1wrf11ah-11arf11ah yang jclas saja, yang

diistilahkan clengan al-qar,i 'in al-wcl{f)hah. 27

d. Sumpah

Al-Yamfn menurut bahasa adalah J.L,li clan セi@ yang berarti

sumpah, menurut istilah sccara umum, Al-Yamfn clidellnisikan sebagai

berikul.

2

" Zuhaili, Fiqh a/-fslami wa Adilaluh, h. 644.

17

11. Roihan A. Rasyid, flukurn Acaru Peradilan Aga1na, eel. X, (Jakarta: PT. Raja (}ralindo

(44)

36

A1tinya : "Menjelaskan sesuatu dengan ucapan yang benar untuk

menguatkan atau melemahkan dengan menyebut nama Allah a/au salah satu dari s!fht-Nya".

Sedangkan pengertian al-Yamfn dalam suatu peradilan untuk

menguatkan dakwaan adalah :

29

..;Li..p """ :\A..'"'-! )\

RセQ@

r1

-':>

セ@ セlゥNQQ@

it..f

セ@

}

JJ-1

0

.i.;;

.Lf'0

Artinya : "Menjelaskan sesualu yang benar alau melemahkan di

hadapan hakim dengan menyebut nama Allah a/au salah satu dari sifat-Nya"

Menurut Imam Rafi'i dan Imam Nawawi : "Sumpah adalah

memastikan suatu perkara atau menguatkan dengan menyebut nama Allah

atau salah satu sifat-Nya". Sedangkan menurut T.M Hasybi Ash-Shidiqie:

"Sumpah adalah memperteguh kebenaran sesuatu yang dimaksucl dengan

mcnyebut nama Allah atau sifat-sifat-Nya".

Dari definisi di alas, clapat clipahami bahwa sumpah aclalah suatu

penjelasan yang benar untuk menguatkan dakwaan atau melemahkannya

d'. depan sidang pengadilan clengan mengucapkan nama Allah atau salah

satu sifat-Nya.

e. Penolakan Sumpah

"Zuhaili, Fiqh al-ls/dmi wa idila1uh, h. 588.

(45)

Dalam penolakan sumpah atau dalam bahasa arnbnya yang

clikcnal dengan al-Nukul. acla beberapa pendapat mengenai hal ini di

antaranya adalah :

l'erlamu, Pendapal Imam al-Syati'i dan lain-lain men:lrn bcrkala

bahwa; "Apahila tergugat tida:C mau hersumpah, ia tidak dapat dikaiakan

kalah perkaranya, kecu/ai penggugat sudah bersumpah ".

Kedua, Menurut l-laclawiyah yang mengatakan bahwa : "Yang

mcnolak sumpah O。ョァウオセァ@ berarti dinyatakan kalah perkara, dengan

tanpa harus menunggu sumpah si /ergugat ".30

Ketiga, Menurut al-J\uza'i,

Qagi

Syurnih. lbnu Sirin dnn

al-Nakhii' i berpcmJapat :

Artinya

r.

Keterangan Ahli

''c.s>-..UI

l5ty NZNLセ|MNZZNN^セMGjsZ[@

bl

"Apahila (lergugat/ tertuduh) meno/ak sumpah malw dikemba/ikanlah sumpah ilu kepada penggugal a/au penuntul".

Al-Khibrah ialah setiap orang yang mempunyai keahlian tertentu

terhaclap suatu masalah. Kadang-kadang untuk memastikannya

penyclidikan suatu masalah, pcrlu kemampuan yang khusus, baik tcknik

maupun ilmiah, maka ini cliperggunakan dalam pcmeriksaan. Seperti bila

30

/\.1-Maktabah al-Syllmilah, Muharrunad bin ls111ail 。ャセk。ィャ。ョゥ@ al-San 'ani : S'ub1ll al-Sa/dn1,

(Yaman: Riuwana, 2008), Juz.6, h.461.

·11 Muhanunad Sala1n Madzkur, Al-QaY.11 f'i ャゥャMQセᄋO、イョL@ (Al-()£ihirah 1)<1r Nahgiyah

(46)

38

diperlukan untuk memcriksa sebab kcmatian pada jarfmah pcmbunuhan,

a tau menyelidiki bahan makanan pada jarimah keracunan dan lain-lainJ2

Firman Allah SWT, berbunyi :

rk

Jl

セNj[@

j_;,,f

QェエLセ@

イヲIセ@

QU

セゥ@

Jc,,.)

UI

MMセ@

0-"

gセI@

c,J

(H'

:'11/

セiI@

jセgju@

Artinya : "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali

seorang laki-laki yang kami wahyukan kepada mereka; malw bertanya/ah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui ". (Q.S.

Al-Nahl/ 16: 43)

Maka qad_i bila ia ragt1-ragu tcntang sesuatu, hcndaklah ia meminla

pendapat tenaga ahli.

-32

(47)

BAB Ill

KEDOKTERAN FORENSlK DALAM KAJ'f ANNY A DENG AN PROSES PERADlLAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DAN

HUKUM PIDANA ISLAM

A, Pengcrtian Kedoktcran Forcnsik.

Sebagaimana tela11 diketahui, bahwa ticlak acla satu ilrnu pengetahuan yang clapat r1enyelesaikan persoalan yang menjadi objeknya rnnpa banluan ilmu pengetahum1 lain. demikiim juga dengan ilmu pengetahuan 1:entang hukunL Satu contoh konkrit misalnya, i;pabila peradilan dihadapkan pada kasus-kasus yang berhubungm1 dengan Iuka tubuh manusia, jelas segala sesuatu ym1g berhubungan dengm1 Iuka bukan menjadi kajian bidang ilmu hukum. Belum lagi, apabila luka-lul;a tersebut telah terjadi untuk beberapa waktu yang lampau yang rnungkin

kebcr;;Jaan untuk saal sdrnrang tclah pulih kcmbali atau mungkin bcrtambah

parah.

Berkaitm1 deugM ha! tersebut di atas, untuk menentukan kapan :mat /e1jadi Luka dan apakah Iuka yang c:imaksud itu diakibatkan o!eh lindak pidana

(48)

40

kesehatan dan nyawa seseorang yang diakibatkan oleh kejahatm yang selanjutnya diterangkan oleh dokter, akan bennru1faat l:Jagi proses penyelesaian j)erkara pidana.

Dalmn kaitan ini,

Prof Sutomo T}okronegoro mendefinisikan bahwa yang

yang dimaksud dengan I/mu Keaokteran Kehakiman adalah penggunaan ilmu

kedokteran :1ntuk kepentingan pengadilan

1• Artinya, bahwa ilmu pengetahuan

kedokteran kehakiman sangat berperru1 dalru11 membantu kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. dalrun segala soal yang hanyalah dapat dipecahkan dcngan ilmu kedoktcran kehakiman.

Istilah lain dari Ilmu pengetahuan kedokteran kehakiman adalah Kedokteran Forensik, yang merupakil1 tmjemahaJ1 dari

Gerechtelijk geneeskunde

atau

forensic Medicine (legal medicine or medical jurisprudence)

yang merupakan cabru1g kedokteran khusus yang berkaitm1 dengm1 interaksi (hubungaJ1: penulis) aJ1tara medis daJ1 hukum.

B. Dokter Sebagai Saksi Ahli/ Keterangan Ahli.

Tugas dokter sehari-hari di

Gambar

Grafika, 1997), cet.1, h. 28
Grafika, 1997.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini berisi tentang pembuatan sistem informasi geografis objek wisata Kota Bukitinggi, yang dapat digunakan untuk mengetahui letak suatu obyek dan data-data yang

Salah satu aplikasi bentuk multimedia yang dapat dioperasikan pada perangkat selular adalah mobile media player yang menggunakan software JMF yang merupakan Application

• nominative on the controllee: spellout of the case checked by the chain link in the matrix As for the control–raising difference in the status of the pronounced link,

The reason why Classroom Action Research was employed to solve the problem found was based on the theory stated by Kemmis and Mc Taggart (1992), “action research is not a

9 Tugas yang harus saya kerjakan setiap. harinya sesuai dengan jumlah

Sesuai dengan Jadwal Pembukaan Penawaran tanggal 1 Juni 2015 jam 08.00 dari 7 (Tujuh) Peserta yang mendaftar untuk paket Pekerjaan Pengadaan Kapal Fiberglass 10 GT

Pola Aktivitas Pengguna Utama KB-TK Islam Terpadu Al-Azhar 121 Bagan 15. Pola Aktivitas Pengelola KB-TK Islam Terpadu

Sertifikasi guru dalam jabatan guru adalah suatu upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan