• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMAKAIAN AIR RUMAH TANGGA DI KELURAHAN

BUNGA TANJUNG KECAMATAN DATUK BANDAR

PDAM TIRTA KUALO TANJUNG BALAI

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

MHD. IRFAN YANI SIREGAR

040501005

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether there is a correlation between income level, number of family members, the average wash vehicles per month, house floor area, spacious yard and the amount of tap water to household water consumption in Kelurahan Kecamatan Datuk Bandar Tanjung Bunga PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai. This study entitled "Analysis of Factors Affecting the Household Water Use in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai."

This study uses linear regression analysis model and respondents as many as 60 people.Existing data on the process by using SPSS 17. The results showed that the level of income hypothesis, the number of family dependents, the average wash vehicles per month, house floor area, spacious yard and the number of taps affect the amount of household water consumption in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai.

By knowing the relationships among the variables, kaedah OLS is used to estimate. The estimation results indicate the level of income, number of family members, the average wash vehicles per month, a floor area of the house and yard area significantly affected the amount of water consumption of households in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai, while the amount of tap water is not significantly affect the amount of haosuehold water consumption in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai.

Based on the description above, the study entitled "Analysis of Factors Affecting the Household Water Use in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai."

(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air terhadap pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada di proses dengan menggunakan SPSS 17 dan menggunakan responden sebanyak 60 orang. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah OLS digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah dan luas pekarangan berpengaruh nyata terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai, sedangkan jumlah kran air tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.”

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil a’lamin penulis panjatkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Dan shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.

Adapun skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai,” adalah sebagai salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi Strata 1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf, kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

(5)

Ucapan terima kasih akan disampaikan penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dan materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orang tua penulis, (Alm) Zulkifli Srg dan Hj. Mima S atas cinta, kasih sayang, doa, perhatian dan dukungan tidak terbatas pada penulis.

2. Hj. Chalidjah, Sri wahyunita Srg, M. Rizal Srg dan Chandra untuk doa, kasih sayang dan semangat yang tak pernah henti kepada penulis.

3. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, ME.c selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.c selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Ramli, MS selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bantuan bimbingan saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak HB Tarmizi, MSi selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun pada penulis.

7. Bapak Syarief Fauzi, ME.c selaku dosen penguji II yang juga telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun pada penulis.

(6)

9. Maimun, Ikhsan, Fandy dan Ridho, sahabat terbaik penulis untuk suka duka, perhatian, kasih sayang dan arti persahabatan tulus yang kalian berikan. 10.Lia, Hera, Dafi, Adi, Emma, Sonya, Campall, Windi, Dewi, Hikma,

Lindy, untuk kehadiran kalian sebagai teman-teman terbaik di setiap harinya yang begitu berkesan bagi penulis.

11.Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan pada setiap hari yang kita lewati bersama.

12.Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, Oktober 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Permintaan ... 7

2.1.1 Pengertian Konsep Permintaan ... 7

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 8

2.1.3 Hukum Permintaan ... 11

2.1.4 Skedul dan Kurva Permintaan ... 11

2.1.5 Elastisitas Permintaan ... 14

2.1.6 Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan ... 14

2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan ... 18

2.2 Jasa ... 20

2.2.1 Pengertian Jasa ... 20

(8)

2.3 Air Minum ... 24

2.3.1 Pengertian Air Minum ... 24

2.3.2 Air Sebagai Barang Publik ... 26

2.3.3 Sifat-Sifat Barang Publik ... 30

2.3.4 Kelemahan-Kelemahan Kerangka Analisa Barang Publik .. 32

2.4 Perusahaan Daerah ... 32

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Perusahaan ... 32

2.4.2 Pengertian dan Tujuan Perusahaan Daerah ... 34

2.5 Penduduk dan Dampak Lingkungan ... 34

2.6 Riset Terdahulu ... 38

2.7 Kerangka Konseptual ... 39

2.8 Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 42

3.2 Penentuan Populasi, Sampel dan Responden ... 42

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.4 Analisis ... 44

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 45

3.5.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 45

3.5.2 Uji F-Statistik ... 46

3.5.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 47

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 47

3.6.1 Multikolinearity ... 47

3.6.2 Uji Durbin-Watson (D-W Test) ... 47

3.6.3 Heterokedastisitas ... 48

Definisi Operasional ... 49

(9)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil ... 51

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Tanjung Balai ... 51

4.1.1 Kondisi Geografis ... 51

4.1.2 Iklim ... 53

4.1.3 Pemerintahan ... 53

4.1.4 Penduduk ... 54

4.1.5 Listrik dan Air Minum ... 55

4.1.6 PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 55

4.2 Profil PDAM Tirta Kualo ... 57

4.2.1 Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Kualo ... 57

4.2.2 Visi dan Misi PDAM Tirta Kualo ... 58

4.2.3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Kualo ... 60

4.3 Karakteristik Responden ... 62

4.4 Analisis Pemakaian Air Rumah Tangga PDAM Tanjung Balai .. 67

4.4.1 Hasil Estimasi Model ... 67

4.5 Interpretasi Model ... 69

4.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 71

4.6.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 71

4.6.2 Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan) ... 77

4.6.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 79

4.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 79

4.7.1 Multikolinearity ... 79

4.7.2 Uji Durbin-Watson (D-W Test) ... 80

(10)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 84 5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 2.1 Skedul Permintaan Barang X 12

2.2 Riset Terdahulu 38

4.1 Pendapatan Konsumen per Rumah Tangga 62

4.2 Jumlah Tanggungan Keluarga 63

4.3 Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan 64

4.4 Luas Lantai Rumah 65

4.5 Luas Pekarangan 66

4.6 Jumlah Kran Air 66

4.7 Koefisien Regresi, t Statistik dan F Statistik 68

4.8 Hasil Pengujian Multikolinieritas 80

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva Permintaan Barang X 13

2.2 Permintaan Elastis 15

2.3 Permintaan In-Elastis 15

2.4 Permintaan Elastisitas Kesatuan 16

2.5 Permintaan Elastis Sempurna 16

2.6 Permintaan In-Elastis Sempurna 17

2.7 Kerangka Konseptual 40

4.1 Uji t-statistik Variabel Tingkat Pendapatan 72 4.2 Uji t-statistik Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga 73 4.3 Uji t-statistik Variabel Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan 74 4.4 Uji t-statistik Variabel Luas Lantai Rumah 75 4.5 Uji t-statistik Variabel Luas Pekarangan 76 4.6 Uji t-statistik Variabel Jumlah Kran Air 77

4.7 Uji F-Statistik 79

4.8 Uji Durbin-Watson 81

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Variabel Regresi Lampiran 2 Hasil Regresi

Lampiran 3 Heterokedastisitas Lampiran 4 Kuisioner

Lampiran 5 Data Responden Hasil Kuisioner

(14)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether there is a correlation between income level, number of family members, the average wash vehicles per month, house floor area, spacious yard and the amount of tap water to household water consumption in Kelurahan Kecamatan Datuk Bandar Tanjung Bunga PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai. This study entitled "Analysis of Factors Affecting the Household Water Use in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai."

This study uses linear regression analysis model and respondents as many as 60 people.Existing data on the process by using SPSS 17. The results showed that the level of income hypothesis, the number of family dependents, the average wash vehicles per month, house floor area, spacious yard and the number of taps affect the amount of household water consumption in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai.

By knowing the relationships among the variables, kaedah OLS is used to estimate. The estimation results indicate the level of income, number of family members, the average wash vehicles per month, a floor area of the house and yard area significantly affected the amount of water consumption of households in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai, while the amount of tap water is not significantly affect the amount of haosuehold water consumption in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai.

Based on the description above, the study entitled "Analysis of Factors Affecting the Household Water Use in the village of Tanjung Bunga Subdistrict PDAM Tirta Kualo Datuk Bandar Tanjung Balai."

(15)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air terhadap pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada di proses dengan menggunakan SPSS 17 dan menggunakan responden sebanyak 60 orang. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air berpengaruh terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah OLS digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah dan luas pekarangan berpengaruh nyata terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai, sedangkan jumlah kran air tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pemakaian air rumah tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Air Rumah Tangga di Kelurahan Bunga Tanjung Kecamatan Datuk Bandar PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.”

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah pada umumnya diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan dan peran serta masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam melaksanakan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Permasalahan-permasalahan dalam pembangunan daerah tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat secara otonom, simultan, dan berkesinambungan melalui proses pemberdayaan segala macam potensi yang ada.

(17)

Pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah berkaitan erat dengan pelaksanaan desentralisasi dalam menyelenggarakan urusan pemerintah. Desentralisasi adalah fungsi pemerintah tertentu dalam mengambil keputusan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Tujuan akhir dari desentralisasi untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam hal pelayanan bagi masyarakat dan pelaksanaan pembangunan daerah. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) didirikan oleh Pemerintah Daerah sebagai sumber PAD yang diharapkan dapat memberikan sumbangan laba terhadap pembangunan daerah dan juga untuk menyediakan layanan kepada masyarakat.

Air mempunyai arti yang sangat penting bagi perikehidupan manusia, maupun makhluk hidup di dunia, baik sejak zaman dulu maupun pada zaman yang akan datang. Semua kegiatan kehidupan manusia dari kebutuhan pangan hingga pertumbuhan industri memerlukan air dengan jumlah yang cukup dan dengan kualitas sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian air tidak hanya diperlukan sebagai bahan kebutuhan pokok untuk kehidupan tetapi juga dipergunakan sebagai komiditi ekonomi.

(18)

Apabila tidak dikelola dengan benar, akan ada daerah yang kekurangan air, tetapi dilain pihak ada daerah yang berkelebihan air. Dengan kata lain akan terjadi kekeringan dan banjir. Oleh karena itu perlu perencanaan, pengendalian yang terintegrasi dan berkelanjutan. Namun demikian, masih banyak faktor-faktor yang tidak atau belum diketahui dalam teori teknik keairan, sehingga ketrampilan dan pengalaman sangat diperlukan bagi ahli-ahli teknik bidang keairan.

Aturan dan penanganan masalah air tidak hanya di peringkat nasional tetapi juga oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi, ”Cabang-cabang poduksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” dan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi, ”Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah kota Tanjung Balai telah menangani masalah air tersebut, dimana penanggungjawab dalam produksi dan pemasarannya dipercayakan kepada PDAM Tirta Kualo.

(19)

perusahaannya ke sungai, sehingga air sungai menjadi tercemar dan menjadi sumber penyakit bila dipergunakan.

Resiko yang bersumber dari limbah sampah yang tidak terurus, polusi dalam rumah, serta kondisi di sekitar rumah yang tidak sehat akan bertambah besar jika pemukiman itu padat penduduknya. Begitu salah satu terjangkit penyakit, maka yang lain akan segera tertular. Kondisi seperti ini salah satunya disebabkan faktor air bersih tidak cukup atau tidak dapat dinikmati oleh masyarakat kumuh yang dari segi ekonomi sangat lemah. Itulah sebabnya frekuensi sakit dan angka kematian di daerah-daerah kumuh itu relatif tinggi.

Biaya-biaya kesehatan dan ekonomi yang terkait dengan kondisi-kondisi tersebut sangatlah besar, sehingga merupakan salah satu hambatan terbesar dalam upaya perbaikan standar hidup, khususnya bagi kalangan penduduk miskin. Di setiap masyarakat berjangkitnya penyakit dan epidemi selalu berkaitan erat dengan ketersediaan air bersih dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan membatasi sumber-sumber penyakit itu sendiri. Penyediaan air bersih dan sanitasi dapat menurunkan tingkat kematian. Sebagai contoh, anak-anak dalam keluarga yang fasilitas kesehatan dan kebersihan lingkungannya memadai, serta air bersih yang cukup kemungkinannya menderita diare 60% lebih kecil.

(20)

dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat, sehingga didapat suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.

Peningkatan kuantitas adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Oleh karena itu, PDAM sebagai perusahaan daerah di tiap-tiap Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab langsung dalam pelayanan kebutuhan akan air minum bagi penduduk, yang harus ditingkatkan kualitas dan kuantitas pelayanannya. Dalam hal ini tidak terkecuali PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai. PDAM ini memiliki tugas yang besar dalam menjamin tersedianya air bersih bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat Tanjung Balai. PDAM ini ikut bertanggungjawab dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat terutama dari segi penyediaan air bersih.

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

Apakah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci kendaraan per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air mempengaruhi terhadap pemakaian air rumah tangga di PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata cuci mobil per bulan, luas lantai rumah, luas pekarangan dan jumlah kran air terhadap pemakaian air pada rumah tangga di PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak PDAM Tirta Kualo Tanjung Balai dalam mengambil keputusan.

(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Permintaan

2.1.1 Pengertian Konsep Permintaan

Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa.

Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.

(matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-2.pdf)

(23)

Contoh:

Seorang siswa SMU Terbuka membutuhkan buku tulis, yang berasal dari uang saku yang dikumpulkan. Di toko buku siswa tersebut mengadakan tawar-menawar dan disepakati harga sebuah buku Rp.2.500,00 dengan isi 40 lembar. Sesuai dengan kemampuannya, maka siswa tersebut membeli 4 buah buku tulis. Contoh tersebut di atas adalah contoh permintaan perseorangan. Jika dalam satu sekolah buku tersebut pada harga Rp.2.500,00, jumlah pembeli 100 orang dengan jumlah yang dibeli 500 buah, merupakan contoh permintaan pasar.

Permintaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam: a. Permintaan absolut (absolut demand)

Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang bertenaga beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.

b. Permintaan efektif (effective demand)

Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan membeli.(www.e-dukasi.net)

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

(24)

1. Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. Hal ini membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan “Bila harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya”.

2. Harga Barang Lain Yang Terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap).

3. Tingkat Pendapatan Perkapita

Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

4. Selera atau Kebiasaan Konsumen

(25)

5. Jumlah Penduduk

Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah, sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat.

6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang

Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa mendatang, maka kita cenderung membeli barang itu sekarang sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini dengan alasan guna menghemat belanja di masa mendatang.

7. Distribusi Pendapatan

Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

8. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan

(26)

2.1.3 Hukum Permintaan

Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan diantara permintaan sesuatu barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga sesuatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga sesuatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono Sukirno, 2005:76).

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:

“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.

2.1.4 Skedul dan Kurva Permintaan

Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo (2006) skedul permintaan adalah suatu cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, yang ditunjukkan dengan tabulasi angka-angka harga maupun jumlah permintaan.

(27)

dalam bentuk persamaan matematik. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan atau garis permintaan apabila permintaan tersebut bentuknya dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematik maka dapat disebut sebagai fungsi permintaan.

Katakanlah permintaan terhadap suatu barang X hanya dipengaruhi oleh harganya. Dengan mengubah-ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera, harga barang-barang lain dianggap tetap (ceteris paribus), maka diperoleh skedul permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Penyajian kombinasi-kombinasi harga dan kuantitas yang dipilih konsumen dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Skedul Permintaan Barang X

Titik Harga per unit (Rupiah) Jumlah yang diminta (unit)

A 6 4

B 5 5

C 4 6

D 3 7

E 2 8

F 1 9

Sumber: Ida Nuraini, 2005:14

(28)

disebabkan adanya keterkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, dimana kurva permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau yang satunya naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah yang diminta) (Sadono Sukirno, 2005:80). Dengan menggunakan data-data numerik pada tabel 2.1 skedul permintaan di atas maka dapat digambarkan kurva permintaannya sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kurva Permintaan Barang X

Sumber: Ida Nuraini, 2005:15

(29)

2.1.5 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya,

ceteris paribus.

Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (priceelasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006:55).

2.1.6 Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan

1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)

Elastisitas harga (Ep) adalah mengukur perubahan jumlah barang yang diminta yang diakibatkan oleh perubahan harga barang tersebut.

Angka elastisitas harga (Eh)

1. Permintaan Elastis (Ed > 1)

(30)
[image:30.595.254.380.145.325.2]

Gambar 2.2

Permintaan Elastis

Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

2. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)

Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.

Gambar 2.3

Permintaan In-Elastis

Sumber: Ida Nuraini, 2005:39

Harga

Quantitas

( Ed> 1, Elastis ) D

Harga

Quantitas

[image:30.595.251.384.466.620.2]
(31)

3. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)

[image:31.595.132.386.202.355.2]

Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga.

Gambar 2.4

Permintaan Elastisitas Kesatuan

Sumber: Ida Nuraini, 2005:40

4. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)

Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya suatu barang akan habis dibeli (terjual).

Gambar 2.5

Permintaan Elastis Sempurna

Sumber: Ida Nuraini, 2005:41

Harga

Quantitas

( Ed = 1, Unitary Elastis) D

Harga

Quantitas

(32)

5. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)

Pada keadaan ini orang/konsumen tidak akan merubah permintaannya pada tingkat harga berapa pun.

Gambar 2.6

Permintaan In-Elastis Sempurna

Sumber: Ida Nuraini, 2005:41

2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan

Harga

Quantitas

(33)

harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap X ikut menurun.

3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli. (Sadono Sukirno, 2005:116).

Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai 0 < Ei < 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0. Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior.

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

(34)

Banyaknya barang pengganti yang tersedia

Di dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas diantara berbagai barang. Sekiranya sesuatu barang mempunyai banyak barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, yaitu perubahan harga yang kecil akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan.

Presentasi pendapatan yang dibelanjakan

Besarnya bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli sesuatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli sesuatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.

Jangka waktu analisis

(35)

2.2 Jasa

2.2.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketakberwujudan (intangibility) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik. (Adrian Payne, 2000:8).

Unsur penting yang terdapat pada pengertian diatas adalah bahwa jasa merupakan produk yang tidak kentara atau bukan suatu produksi. Apabila kita mempertukarkan uang dengan sesuatu yang tidak berwujud berarti kita telah membeli jasa. Dalam kaitannya dalam membeli jasa biasanya kita diberi dengan sesuatu kentara seperti karcis, tiket, polis dan sebagainya. Apabila membeli karcis, hal ini yang diartikan bahwa kita membeli karcis tersebut, tetapi itu adalah sebagai bukti bahwa kepadanya akan diberi suatu hiburan yang bersifat tontonan, misal film, pertandingan olahraga. Demikian pula dengan asuransi, yang berarti kita membeli asuransi atau pertanggungan.

Jasa dapat diklasifikasikan atas 4 yaitu:

(36)

manusia, seperti: perawatan kesehatan, transportasi penumpang, salon kecantikan, klinik olahraga, restoran, pemotongan rambut, dan lain-lain.

b. Jasa dituju kepada barang dan kepemilikan fisik yang lain. Tindakan nyata yang diarahkan kepada barang atau sesuatu yang dimiliki konsumen, seperti: pengantaran barang dengan pesawat, perbaikan dan pemeliharaan, peralatan industri, jasa penjagaan (gudang, rumah) laundry dan dry cleaning, pertamanan, dan lain-lain.

c. Jasa diarahkan kepada mental manusia. Tindakan tidak nyata yang diarahkan kepada intelektualitas konsumen, seperti: pendidikan, penyiaran, jasa, informasi, teater, dan lain-lain.

d. Jasa diarahkan kepada intangibel. Tindakan tidak nyata dilakukan terhadap aset intangibel konsumen, seperti: asuransi, investasi di bank, jasa hukum, dan lain-lain. (Yazid, 1999:37).

Empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa adalah sebagai berikut:

1. Intangibel (tidak berwujud)

Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.

(37)

Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan pada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.

3. Heterogenitas (bervariasi)

Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.

4. Perish ability (tidak tahan lama)

Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. (Adrian Payne, 2000:9).

2.2.2 Macam-Macam Jasa

Berkaitan dengan macam jasa, jasa dapat dibagi dalam dua kelompok (Adrian Payne, 2000:13), yaitu:

1. Jasa untuk konsumen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga

2. Jasa untuk produsen

Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga.

(38)

Jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:

1. Jasa peralatan, yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi, berkas dan perabotan.

2. Jasa pemberian kemudahan, yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.

3. Jasa berupa nasehat dan konsultasi, yaitu semua pelayanan jasa dengan menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk penasehat penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan, organisasi dan pemasaran.

Klasifikasi jasa menggunakan sejumlah besar faktor seperti:  Jenis jasa

 Tipe penjual  Tipe pembeli

 Karakteristik permintaan

 Jasa sewaan versus milik sendiri

 Tingkat ketidak-berwujudan (intangibility)  Motivasi pembelian

(39)

 Permintaan layanan pengantaran  Tingkat penyesuaian (customization)  Tingkat intensitas pekerja

(Adrian Payne, 2000:13).

2.3 Air Minum

2.3.1 Pengertian Air Minum

Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manfaat air bagi kehidupan manusia sangat bervariasi, antara lain untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci dan memasak. Selain itu manusia juga mengandalkan air untuk keperluan pertanian, inudstri dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Air pada umumnya mengandung suspensi dan mineral tertentu. Dalam konteks ini, air minum adalah air bersih yang memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(40)

memiliki kegunaan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Proses produksi ini tidak mencakup barang yang nyata saja, tetapi juga barang yang tidak nyata (jasa).

Sebelum Perang Dunia ke-II, kota-kota di Indonesia untuk keperluan air minumnya diambil dari mata air dan belum banyak dilakukan pengolahan air sungai. Tetapi, karena penduduk terus bertambah dan kota-kota semakin berkembang pula dan sumber air semakin terbatas, sedangkan kebutuhan air terus meningkat, maka pemerintah harus mengusahakan mencari sumber-sumber air lainnya yang dapat digunakan sebagai sumber air baru untuk air minum.

Macam-macam sumber air ini dapat dibedakan dari sumber asalnya, misalnya (Victor, 2006:5):

1. Air hujan, embun ataupun salju.

2. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir seperti sungai, danau dan laut.

(41)

2.3.2 Air sebagai Barang Publik

Barang Publik (public goods) secara umum dapat didefinisikan sebagai barang dimana jika diproduksi, produsen tidak memiliki kemampuan mengendalikan siapa yang berhak mendapatkannya. (Akhmad Fauzi, 2006:18)

Masalah dalam barang publik timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang tersebut. Sebaliknya disisi konsumen, mereka tahu bahwa sekali diproduksi, produsen tidak memiliki kendali sama sekali siapa yang mengkonsumsinya.

Ada dua ciri utama dari barang publik, pertama, barang ini merupakan konsumsi umum yang dicirikan oleh penawaran gabungan (joint supply) dan tidak bersaing dalam konsumsinya (non-rivalry in consumption). Ciri kedua adalah tidak eksklusif (non-exclusion) dalam pengertian bahwa penawaran tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya.

(42)

tidak mempunyai harga, sehingga barang publik dimanfaatkan berlebihan dan tidak mempunyai insentif untuk melestarikannya. Masyarakat atau konsumen cenderung acuh tak acuh untuk menentukan harga sesungguhnya dari barang publik ini. Kondisi ini akan mendorong sebagian masyarakat sebagai ”free rider”. Sebagai contoh, jika si A mengetahui bahwa barang tersebut akan disediakan oleh si B, maka si A tidak mau membayar untuk penyediaan barang tersebut dengan harapan bahwa barang itu akan disediakan oleh si B. Jika akhirnya si B berkeputusan untuk menyediakan barang tersebut, maka si A bisa ikut menikmatinya, karena tidak seorang pun yang bisa menghalanginya untuk mengkonsumsi barang tersebut, karena sifat barang publik yang tidak eksklusif dan merupakan konsumsi umum. Keadaan seperti ini akhirnya cenderung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan barang publik. Kalaupun ada kontribusi, maka sumbangan itu tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik yang efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang lebih rendah dari yang seharusnya (under valued). (Akhmad Fauzi, 2006:18)

(43)

Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah dapat ikut campur secara aktif maupun pasif. Dalam sistem perekonomian yang menganut paham liberalisme ataupun kapitalisme dalam bentuk yang murni, dikehendaki adanya kebebasan individu yang mutlak dan tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal-hal yang tidak dapat diatur sendiri oleh para individu. Menurut kaum Klasik terutama Adam Smith, pemerintah memiliki tiga fungsi, yaitu dalam bidang pertahanan nasional, keadilan sosial dan pekerjaan umum. Disamping itu kaum Klasik mengatakan bahwa yang penting bagi pemerintah adalah tidak mengerjakan aktivitas-aktivitas yang mungkin dapat dikerjakan oleh para individu, tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan aktivitas-aktivitas yang sama sekali tidak/belum pernah dikerjakan oleh sektor swasta baik secara perorangan maupun secara bersama-sama.

(44)

diantara para individu itu sendiri. Pemerintahlah yang mengatur perencanaan dan penggunaan dari faktor-faktor produksi, melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dan mengatur distribusi barang-barang konsumsi, mengatur pendidikan serta kesehatan dan sebagainya.

Dalam perkembangan ekonomi bangsa-bangsa pada pertengahan abad ke-20, ternyata tidak ada lagi sistem-sistem ekstrim yang murni. Negara-negara yang semula menganut sistem kapitalis murni mulai memandang perlunya peranan pemerintah di dalam perekonomian, sedangkan negara-negara yang semula menganut sistem sosialis murni mulai memandang dan menghargai kepentingan-kepentingan dan inisiatif-inisiatif individu. Jadi jelasnya sistem ekonomi yang berlaku di dunia pada abad sekarang ini juga tidak ada yang murni lagi disebabkan karena telah dirasakannya kekurangan-kekurangan dari sistem-sistem ekstrim yang murni. Akibatnya, sering dikatakan bahwa sistem perekonomian yang ada disebahagian negara di dunia sekarang ini merupakan sistem perekonomian yang bersifat campuran.

(45)

1. Peranan Alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. 2. Peranan Distribusi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat distribusi pendapatan

atau kekayaan. Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi, permintaan dan penawaran faktor produksi serta kemampuan memperoleh pendapatan.

3. Peranan Stabilisasi, yaitu peranan pemerintah sebagai alat stabilisasi

perekonomian. Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sektor swasta akan sangat peka terhadap goncangan-goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi.

4. Peranan Dinamisatif, yaitu peranan pemerintah dalam mengendalikan

perekonomian agar tetap berjalan lancar sesuai dengan target dan rencananya. Aparatur pemerintah harus dapat menjadi contoh gerak dinamis di dalam perekonomian suatu negara. Peranan dinamisatif ini sangat berguna dalam menggerakkan ketiga peranan pemerintah diatas yaitu peranan alokasi, distribusi dan stabilisasi.

2.3.3 Sifat-Sifat barang Publik

(46)

dirasakan oleh satu orang tidak mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain dan oleh karena itu tidak perlu bagi seseorang untuk memilikinya agar dapat memanfaatkannya.

Disamping tidak dapat dimiliki seseorang/individu, barang-barang publik mempunyai dua sifat (Akhmad Fauzi, 2006:18), antara lain:

1. Non-Rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-divisible (tidak habis). Satu orang dapat meningkatkan kepuasannya dari barang ini tanpa menguarangi kepuasan orang lain. Dengan perkataan lain, biaya marginal yang diciptakan oleh satu orang konsumen tambahan dari barang ini adalah nol. Dilihat dari sudut pandangan tertentu, maka barang-barang publik tidak dikonsumsi dalam arti habis dipakai, tetapi barang-barang ini dinikmati.

2. Non-Excludable (tidak ada larangan). Artinya sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Contohnya adalah siaran TV atau Radio, di mana ketika program sudah disiarkan, maka setiap orang yang memiliki pesawat penerima berhak untuk menikmati program yang sama.

(47)

disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli.

2.3.4 Kelemahan-Kelemahan Kerangka Analisa Barang Publik

Masalah utama yang meliputi mekanisme penentuan harga barang publik, tentu saja adalah bagaimana mengetahui tingkat harga yang harus dikenakan kepada masing-masing anggota masyarakat. Masyarakat sendiri tidak memiliki insetif untuk memikirkan berapa banyak kontribusi yang mereka berikan untuk mengadakan suatu barang publik, karena mereka bisa menikmati dan memnafaatkannya secara cuma-cuma. Pemerintah bisa saja mengurangi inefisiensi pasar, namun akan sulit baginya untuk menciptakan alokasi sumber daya yang sempurna sehubungan dengan begitu terbatasnya informasi yang tersedia. Secara hipotesis, pemerintah memang bisa mengumpulkan pungutan dari masyarakat untuk digunakan membiayai pengadaan barang publik.

2.4 Perusahaan Daerah

2.4.1 Pengertian dan Tujuan Perusahaan

(48)

atau persekutuan, badan atau departemen, pemerintahan yang tujuannya adalah menghasilkan atau menjual barang atau jasa adalah suatu perusahaan (business).

Menurut S. Prajudi Admosudirdjo, niaga atau business adalah keseluruhan daripada aktivitas-aktivitas dan daya upaya yang kontiniu (secara terus-menerus) menuju ke profesionalisasi dan teratur melalui suatu organisasi berupa pengadaan dalam bentuk dan dengan cara bermacam-macam barang atau jasa atau fasilitas-fasilitas yang dapat dijual atau disesuaikan sedemikian rupa, sehingga diperoleh keuntungan yang bagi pengusaha merupakan pendapatan dan sekaligus alat pengukur daripada bonafiditas, efisiensi atau rentabilitas daripada usaha niaganya.

Menurut UU No 5 Tahun 1962 Pasal 2 Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.

(49)

2.4.2 Pengertian dan Tujuan Perusahaan Daerah

Perusahaan Daerah adalah badan hukum yang kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah. Perusahaan Daerah suatu kesatuan produksi yang bersifat:

a. memberi jasa,

b. menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan c. memupuk pendapatan.

Tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

2.5 Penduduk dan Dampak Lingkungan

(50)

yang berlebihan atau dengan metode yang tidak sustainable (sustainable exploitation).

Besarnya jumlah penduduk mempunyai makna ganda. Pertama, besarnya penduduk yang disertai dengan kualitas yang memadai menunjukkan besarnya sumber daya manusia yang merupakan potensi bagi pembangunan ekonomi. Kedua, jika penduduk itu karena komposisinya (banyak penduduk yang tidak produktif) dan kualitasnya rendah, maka akan menjadi beban pembangunan dan bisa berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.

Persoalan penduduk bisa berdampak setempat (wilayah atau negara tertentu) tapi juga berdampak global. Penduduk yang besar pada suatu negara tertentu membawa persoalan yang serius bagi dunia terutama masalah penyediaan bahan makanan dan pendistribusiannya dan sumber daya lingkungan. Pada masalah global misalnya, bisa terjadi dalam dua hal:

 Ketidakcukupan sumberdaya untuk mensuplai kebutuhan makanan dunia.

 Distribusi sumberdaya dan kekayaan yang tidak merata, ada negara-negara yang berlebihan sumberdaya dan kekayaan, dan ada yang tidak berkecukupan atau belum dikelola, maka faktor distribusi yang tidak adil dan merata itu, menjadi masalah global. Sumberdaya tertentu sangat berlebihan di suatu tempat, tetapi sangat kekurangan di tempat lain.

(51)

barang-barang dan jasa-jasa dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan standar hidupnya. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat menyebabkan permintaan akan sumber daya perkapita meningkat dan degradasi lingkungan perkapita juga meningkat. Pada saat kemampuan negara untuk membiayai pembangunan serta pengelolaan sumber daya terbatas, maka pertumbuhan penduduk harus dikendalikan, misalnya dengan Keluarga Berencana (family planning). Jika ini tidak dilakukan, maka degradasi lingkungan tidak bisa dihindari. Demikian pula, dengan meningkatnya kesejahteraan dan daya beli masyarakat, maka permintaan akan barang dan jasa juga meningkat yang mengakibatkan pula peningkatan permintaan akan sumber daya yang akhirnya mengakibatkan degradasi lingkungan.

Miler (1990) menggambarkan pola keterkaitan antara penduduk dan dampak lingkungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP = Dampak

P = Jumlah penduduk

SDP = Jumlah unit sumberdaya yang digunakan perkapita

(52)

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mendorong terjadinya dampak lingkungan yang serius, apalagi hal itu tidak diikuti dengan pembangunan ekonomi dan perkembangan teknologi yang memungkinkan penggunaan dan alokasi sumber daya yang efisien. Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi ini terjadi justru di negara-negara miskin seperti di Asia dan sebagian besar Afrika dimana pengelolaan sumber daya belum dilakukan dengan sepenuhnya termasuk sumber daya air. Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika, justru tingkat kelahiran sangat rendah dan bahkan minus. Tingginya tingkat kelahiran di satu pihak dan terbatasnya pengelolaan sumber daya ekonomi, atau belum berkembangnya sektor industri dan ekonomi yang baik mengakibatkan efek yang besar terhadap lingkungan. Ketergantungan yang besar terhadap sektor primer seperti pertanian dan pertambangan, juga mengakibatkan degradasi lingkungan yang parah pada sektor-sektor tersebut. Masalah lingkungan juga berkaitan dengan sanitasi yang kurang kepadatan penduduk dan faktor-faktor sosial ekonomi.

(53)

sekunder (industri) dan tersier (jasa). Polusi industri dan dampak pariwisata adalah dua dari beberapa kasus lingkungan yang dihadapi negara-negara maju, walaupun pada kasus-kasus lingkungan tertentu sudah menjadi masalah global.

Kajian yang menarik tentang pengaruh penduduk terhadap lingkungan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Misalnya bagaimana efek dari struktur umur penduduk terhadap kesempatan kerja dan perekonomian nasional. Di negara-negara berkembang yang tingkat pertumbuhan penduduk tinggi yang lazimnya menghadapi persoalan struktur umur muda (piramida-kerucut), sedangkan di negara maju yang tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah adalah persoalan manula (piramida terbalik). Dampak usia muda, dampak manula serta dampak jumlah wanita subur merupakan isu-isu menarik dalam kaitan antara penduduk dan kerusakan lingkungan.

[image:53.595.100.559.502.724.2]

2.6 Riset Terdahulu

Tabel 2.2

Riset Terdahulu

Nama/

Judul Masalah Hipotesis Analisis Kesimpulan

Lia Plamonia / Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Permintaan Air Minum pada PDAM Tirtasari Apakah jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air minum berpengaruh pada besarnya permintaan air minum pada Jumlah penduduk, tingkat pendapatan perkapita dan tarif air memberikan pengaruh positif terhadap jumlah permintaan air minum pada PDAM Tirtasari

(54)

2.7 Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual.

Dalam konsep ini pemakaian air rumah tangga merupakan variabel Y yang disebut sebagai variabel dependent atau variabel terikat. Tingkat pendapatan sebagai variabel X1, jumlah tanggungan keluarga sebagai variabel X2, rata-rata cuci mobil per

bulan sebagai variabel X3, luas lantai rumah sebagai variabel X4, luas pekarangan

sebagai variabel X5, jumlah kran air sebagai variabel X6, yang keenam variabel ini

(X1,X2,X3,X4,X5,X6) merupakan variabel independent atau variabel bebas.

Dimana variabel independent atau variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5,X6)

(55)
[image:55.595.108.511.132.456.2]

Gambar 2.7

Kerangka Konseptual

Keterangan:

Bahwa dari kerangka konseptual ini, kita dapat melihat dan mengetahui bahwa variabel independent (X1,X2,X3,X4,X5,X6) mempengaruhi variabel dependent

atau variabel terikat (Y). Luas

Pekarangan

Jumlah Kran Air Luas Lantai Rumah

Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan Jumlah Tanggungan Keluarga

Tingkat Pendapatan

(56)

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka hipotesa dapat dirumuskan sebagai berikut:

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Tahap kegiatan penelitian ini sebagai berikut:

3.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Tanjung Balai.

3.2Penentuan Populasi, Sampel dan Responden a. Populasi

Menurut Sugiyono (2005:78), Populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditetapkan kesimpulannya.”

(58)

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2005) sampel size dapat ditentukan dengan cara, jumlah variabel yang diamati dikalikan dengan 10 (sepuluh), sampel yang diamati pada penelitian berjumlah 6 (enam) maka jumlah sampel adalah 60 (enam puluh).

c. Responden

Yang menjadi responden adalah konsumen rumah tangga kelompok golongan tarif R1 dan R2 yaitu rumah tangga dengan bangunan termasuk menengah sampai dengan mewah tidak ada kegiatan usaha yang bertempat tinggal di Kelurahan Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Tanjung Balai.

3.3Jenis dan Sumber Data

Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, diperoleh dari responden dengan teknik yang berpedoman kepada konsumen yang telah dipersiapkan.

(59)

3.4Analisis

Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode OLS ( Ordinary of Least Squares) atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa dengan model estimasi sebagai berikut:

Y = α + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + a6X6 + μ

Keterangan:

Y = Pemakain Air (m3)

α = Intercept

X1 = Tingkat Pendapatan (Rp/Bulan)

X2 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa)

X3 = Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan (m3)

X4 = Luas Lantai Rumah (m2)

X5 = Luas Pekarangan (m2)

X6 = Jumlah Kran Air (buah)

a1, a2, a3, a4, a5, a6 = Koefisien Regresi

(60)

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.5.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regeresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = b

Ha : b i≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis,

biasanya b dianggap sama dengan 0. Artinya tidak ada penagruh variabel Xi terhadap

Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal

ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

Se(bi) bi hitung

-t 

Dimana:

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

(61)

3.5.2 Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : b1=b2=bn ... bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1≠0 ... i = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat dipeoleh dengan rumus:

k) -)/(n R -(1

1) -/(k R hitung

-F 2

2

Keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1-α) 100% sebagai berikut: H0 diterima, jika F-hitung < F - tabel

(62)

3.5.3 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinearity

Uji multikoliniearitas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF (variance inflation factor) dan koefisien korelasi antar variabel bebas. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai VIF di sekitar angka 1 atau memiliki

tolerance mendekati 1, maka dikatakan tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model regresi.

3.6.2 Uji Durbin Watson (D-W Test)

 t e ) e -(e hitung -D 2 2 1 -t t

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = ρ = 0, artinya tidak ada auto korelasi

Ha = ρ≠ 0, artinya ada auto korelasi

(63)

Hipotesis yang digunakan adalah:

Dimana:

H0 : tidak ada autokorelasi

dw < dl : tolak H0 (ada korelasi positif)

dw > 4-dl : tolak H0 (ada korelasi negatif)

du < dw < 4-du : terima H0 (tidak ada auto krelasi)

dl ≤ dw ≤ du : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

3.6.3 Heteroskedastisitas

(64)

Asumsi homoskedasitas, atau sebaran/penyebaran yang sama. Pelanggaran asumsi homoskedastisitas disebut dengan Heteroskedastisitas yakni kondisi dimana gangguan ui tersebut adalah berbeda-beda untuk setiap i. kondisi dimana gangguan ui

tersebut adalah berbeda-beda untuk setiap i.

Definisi Operasional

1. Pemakaian Air adalah permintaan konsumen terhadap air dilihat dari besarnya pemakaian air per rumah tangga (m3).

2. Tingkat Pendapatan adalah pendapatan bersih yang diperoleh konsumen setiap bulan. (rupiah/bulan).

3. Jumlah Tanggungan Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota yang ditanggung dalam satu rumah tangga (jiwa).

4. Rata-Rata Cuci Kendaraan per Bulan adalah banyaknya pemakaian air yang digunakan untuk mencuci kendaraan per bulan (m3).

1. Luas Lantai Rumah adalah luas lantai yang dimiliki konsumen dalam satu rumah tangga (m2).

2. Luas Pekarangan adalah luas pekarangan yang dimiliki konsumen dalam satu rumah tangga (m2).

(65)

Pengolahan Data

Untuk memperoleh karakteristik responden dan kuisioner variabel dari model estimasi digunakan komputer dengan program SPSS.17.

(66)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4. Hasil

4.1Gambaran Umum Daerah Penelitian Kota Tanjung Balai 4.1.1 Kondisi Geografis

Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tanjung Balai berada pada 2058’00’’ Lintang Utara, 99048’00” Bujur Timur dan 0 – 3 m dari permukaan laut.

(67)

menjadi Kelurahan, sehingga saat ini kota Tanjung Balai terdiri dari 30 Kelurahan. Dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Tanjung Balai Nomor 4 Tahun 2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Nomor 3 Tahun 2006 tanggal 22 Pebruari 2006 tentang Pembentukan Kelurahan Pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka wilayah Kota Tanjung Balai menjadi 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. Adapun Kecamatan yang ada di Kota Tanjung Balai adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Datuk Bandar. 2. Kecamatan Datuk Bandar Timur. 3. Kecamatan Tanjungbalai Selatan. 4. Kecamatan Tanjungbalai Utara. 5. Kecamatan Sei Tualang Raso. 6. Kecamatan Teluk Nibung.

Kota Tanjung Balai terletak diantara 2° 58' LU dan 99° 48' BT, dengan luas wilayah 60,529 Km² (6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:

(68)

4.1.2 Iklim

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kota Tanjung Balai termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Berdasarkan catatan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kota Tanjung Balai, pada tahun 2007 terdapat 145 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.676 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan September yaitu 497 mm dengan hari hujan sebanyak 10 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Maret sebesar 34 mm dengan hari hujan 6 hari. Jika dilihat dari banyaknya curah hujan yang turun, musim hujan terjadi pada bulan Januari-Maret dan September-Desember, dimana puncaknya terjadi pada bulan Februari. Sedangkan musim kemarau pada bulan April-Agustus dengan puncaknya pada bulan April dan Mei.

4.1.3 Pemerintahan

(69)

4.1.4 Penduduk

Berdasarkan angka proyeksi penduduk pertengahan tahun 2007, penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah 159.932 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.676 jiwa per km². Sedangkan laju pertumbuhan penduduk kota Tanjung Balai pada tahun 2007 dibandingkan tahun 2000 adalah sebesar 2,73%.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Teluk Nibung yaitu sebanyak 36.972 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.946 jiwa per km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Tanjung Balai Utara sebesar 17.237 jiwa. Kecamatan Tanjung Balai Utara merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 20.520 jiwa per km² dan Kecamatan Datuk Bandar merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 1.439 jiwa per km².

Jumlah penduduk Kota Tanjung Balai per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki sebesar 80.676 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 79.256 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,79%.

(70)

(9,07%), Kristen Protestan (7,78%), Kristen Katholik (1,06%), Hindu (0,08%) dan lainnya (0,02%).

4.1.5 Listrik dan Air Minum

Kebutuhan listrik di Kota Tanjung Balai sebahagian besar dipenuhi oleh perusahaan listrik negara (PLN) ranting Tanjung Balai, yang merupakan ranting dari cabang Rantau Prapat. Pada tahun anggaran 2007 PT. PLN (Persero) ranting Tanjung Balai ada 26.806 pelanggan, 32.851.994 KVA tersambung, 5.152.426 KWH yang terjual dan menghasilkan 3.566.827.250 rupiah dari jumlah KWH yang terjual. Jumlah pelanggan terbanyak adalah rumah tangga sebesar 25.018 rumah tangga, 19.542.000 KVA daya tersambung dan 2.391.643 KWH terjual dengan nilai 1.557.050.135 rupiah.

Produksi air minum atau air bersih yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kualo Tanjung Balai pada tahun 2007 sebanyak 5.484.035 m³ dengan jumlah pelanggan 16.255 unit dan nilai penerimaan 6.949.655.520 rupiah.

4.1.6 PDRB Menurut Lapangan Usaha

(71)

restoran sebesar 19,76 persen, selanjutnya di ikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 14,52 persen. Sementara sektor-sektor lainnya hanya memberikan total konstribusi sebesar 23,78 persen terhadap perekonomian di Kota Tanjung Balai.

Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi) maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Kota Tanjung Balai pada tahun 2007 sebesar Rp.1.229.073,58 juta. Sektor penggalian mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,56 persen, diikuti oleh sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, jasa perusahaan sebesar 12,62 persen, sektor bangunan sebesar 7,75 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,13 persen. Sektor industri mengalami penurunan sebesar 0,59 persen. Secara keseluruhan perekonomian di Kota Tanjung Balai pada tahun 2007 naik sebesar 4,01 persen bila dibandingkan pada tahun 2006.

(72)

4.2Profil PDAM Tirta Kualo

4.2.1 Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Kualo

Sistem penyediaan air bersih (Water Treatment Plan, WTP) kota Tanjung Balai pertama kali dibangun tahun 1978 dengan pembuatan instalasi pengolahan air minum yang berkapasitas 60 ltr/det yang pada waktu itu masih dikelola Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM). Pada tahun berikutnya dilakukan peningkatan kapasitas sistem instalasi dan optimasi sebesar 55 ltr/det dengan cara memodifikasi WTP I tersebut sehingga kapasitasnya menjadi 115 ltr/det.

Pada tanggal 18 November 1988 dengan Perda No.I/1988 yang merupakan salah satu persyaratan penyerahan pengelolaan BPAM menjadi PDAM yang diberi nama PDAM Tirta Kualo Kotamadya Tanjung Balai.

(73)

4.2.2 Visi dan Misi PDAM Tirta Kualo

Penyediaan air bersih merupakan masalah yang sangat penting didalam satu kota, semakin banyak jumlah penduduk suatu kota maka semakin besar pula air bersih yang dibutuhkan.

Dimasa yang akan datang, PDAM Tirta Kualo Kota Tanjung Balai akan menghadapi tugas yang lebih berat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan kontribusi air bersih yang semakin meningkat, kuantitas, kualitas dan kontinuitas terhadap peningkatan dan perkembangan penduduk. Perusahaan dituntut untuk dapat melayani penduduk perkotaan 90% dan menekan tingkat kehilangan air hingga 20%.

(74)

Visi

Visi PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai adalah menjadikan perusahaan penyedia air bersih yang bermutu baik dengan layanan berskala nasional.

Penjelasan dan Uraian Visi:

a. Kepuasan pelanggan menjadi cermin keberhasilan PDAM. b. Berupaya meningkatkan kualitas unit kerja perusahaan.

c. Efisiensi biaya terus diupayakan dalam rangka peningkatan laba perusahaan. d. PDAM Tirta Kualo adalah perusahaan yang bergerak dibidang air minum

yang selalu memperhatikan mutu.

e. Dalam pelayanannya, PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai dapat mempertahankan dan mengembangkannya sampai memenuhi standar nasional.

f. Dengan memenuhi standar nasional, PDAM Tirta Kulao kota Tanjung Balai dapat mempertahankan dan mengembangkan posisi sebagai penjual jasa air minum yang dimaksudkan sebagai kekuatan perusahaan dalam mengembangkan pendapatan, jumlah pelanggan dan jangkauan layanan.

(75)

Misi

Misi PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai adalah melayani kebutuhan seluruh masyarakat kota Tanjung Balai dan sekitarnya dengan melakukan pengembangan pendistribusian dan pengelolaan air dengan menggunakan teknologi yang didukung pekerja dan berdisiplin tinggi.

Penjelasan dan uraian misi:

a. PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai sebagai perusahaan yang mengolah air dan mendistribusikan air mencakup domestik dan non domestik.

b. Memberikan kemudahan, kecepatan, kepastian, kehandalan dan ketersediaan yang tinggi untuk memberikan kontribusi pelayanan air bersih yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pengguna jasa PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai

c. Dengan pekerja yang berdisiplin tinggi dimaksudkan bahwa PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai akan selalu memberikan yang terbaik kepada pelanggan, pemilik perusahaan, pegawai, yang akan memberikan keuntungan dalam meningkatkan PAD.

4.2.3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Kualo

(76)

membawahi bagian-bagian dan sub bagian – sub bagian. Susunan Struktur Organisasi PDAM Tirta Kualo kota Tanjung Balai sebagai berikut:

a. Pemilik (Pemerintah Kota Tanjung Balai) b. Badan Pengawas

c. Direktur

d. Kepala Bagian Teknik

 Kepala Sub Bagian Perencanaan  Kepala Sub Bagian Produksi  Kepala Sub Bagian Distribusi

 Kepala Sub Bagian Perawatan dan Perlengkapan. e. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan membawahi:

 Kepala Sub Bagian Umum  Kepala Sub Bagian Pembukuan  Kepala Sub Bagian Perlengkapan  Kepala Sub Bagian Penagihan

f. Kepala Bagian Hubungan Langganan membawahi:  Kepala Sub Bagian Meteran

 Kepala Sub Bagian Rekenin

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Permintaan Barang X
Gambar 2.2 Permintaan Elastis
Gambar 2.4 Permintaan Elastisitas Kesatuan
Tabel 2.2 Riset Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait