• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

DAN PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

BERRY DHIYA SHAVANA 090304072

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

DAN PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

BERRY DHIYA SHAVANA 090304072

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( H.M. Mozart B. Darus, M.Sc ) ( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) NIP. 19621005198703 1 005 NIP. 19630204199703 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(3)

ABSTRAK

BERRY DHIYA SHAVANA (090304072) dengan judul skripsi: “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”. (Studi Kasus: Pasar Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing

Kecamatan Medan Helvetia). Penelitian ini dibimbing oleh bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan bapak

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku anggota komisi pembimbing skripsi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis (1) faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di Kota Medan, (2) faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel aksidental (accidental sampling) yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa saja yang memenuhi kriteria. Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel pembeli minyak goreng curah dan 30 sampel pedagang minyak goreng curah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Dari sisi permintaan secara serempak jumlah permintaan minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, variabel harga beli konsumen dan jumlah tanggungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah, sedangkan pendapatan rata-rata per bulan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah (2) Dari sisi penawaran secara serempak jumlah penawaran minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah, sedangkan harga beli pedagang dan harga barang lain tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah.

Kata Kunci: Permintaan, Penawaran, Minyak Goreng Curah

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Berry Dhiya Shavana dilahirkan di Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 06 September 1991 dari Ayahanda H. Bustami Yahya, SH dan Ibunda Hj.Ir.Ernita. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut: Pada tahun 1997 lulus dari Taman Kanak-Kanak Pesantren Modern Daarul Uluum Kisaran, Provinsi Sumatera Utara kemudian di tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 010083 Kisaran hingga tahun 2000. Pada Tahun 2000 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan hingga tahun 2001. Pada Tahun 2001 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Kota Jambi, Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Kota Jambi, Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahilang, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dan ditahun yang sama penulis melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak H.M. Mozart B Darus, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

(6)

Segala hormat dan terima kasih sebesar-besarnya khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Bustami Yahya, SH dan Ibunda Hj. Ir. Ernita atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang telah banyak diberikan kepada penulis selama ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada adik-adik tercinta (Muhammad Rafli Shahlevi, Annissa Nabella, Harry Muttaqien) dan seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Agribisnis stambuk 2009 khususnya kepada sahabat-sahabat penulis: IMAHOR (Afdhal Azzuhri, Apriananda Utama, Arnol Sitompul, dan Susilo Sudarman), Sitri Sorga, Winda Ayu Wulandari, Mahda Sari Putri, dan Aminah Nur M.L yang telah banyak membantu dan memberikan semangat baik semasa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Landasan Teori ... 11

Permintaan ... 11

Penawaran ... 16

Penelitian Sebelumnya ... 21

Kerangka Pemikiran ... 22

Hipotesis Penelitian ... 25

METODE PENELITIAN ... 26

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

Metode Penentuan Sampel ... 26

Metode Pengumpulan Data ... 27

Metode Analisis Data ... 28

Definisi dan Batasan Operasional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 35

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 36

Deskripsi Daerah Penelitian ... 36

Letak dan Keadaan Geografis ... 36

Keadaan Penduduk ... 37

Kepadatan Penduduk ... 37

(8)

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 38

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 39

Sarana dan Prasarana ... 40

Karakteristik Sampel Penelitian ... 42

Konsumen ... 42

Pedagang ... 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

Permintaan Minyak Goreng Curah ... 47

Uji Asumsi Klasik ... 47

Uji Kesesuaian Model dan Uji Hipotesis ... 51

Penawaran Minyak Goreng Curah ... 55

Uji Asumsi Klasik ... 56

Uji Kesesuaian Model dan Uji Hipotesis ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

Kesimpulan ... 65

Saran... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 1 Kebutuhan, ketersediaan, produksi ,dan surplus minyak goreng

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2012

3 2 Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan

Tahun 2011

5 3 Profil Lokasi Penelitian Pasar Tradisional di Kota Medan 26 4 Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota

Medan pada Tahun 2011

37 5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2011

38 6 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 39

7 Sarana dan Prasarana 40

8 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 42 9 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 43 10 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan 43 11 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan 44 12 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 45 13 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 45 14 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Berdagang 46 15 Distribusi Sampel Berdasarkan Keuntungan 46

16 Nilai Coefficient dan VIF 47

17 Hasil Uji Normalitas Permintaan Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov

50 18 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Minyak Goreng Curah

51

19 Nilai Coefficient dan VIF 56

20 Hasil Uji Normalitas Penawaran Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov

59 21 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penawaran Minyak Goreng Curah

59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Kurva Permintaan 12

2 Pergeseran Kurva Permintaan 12

3 Kurva Penawaran 17

4 Pergeseran Kurva Penawaran 18

5 Skema Kerangka Pemikiran 24

6 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas 48

7 Histogram Uji Normalitas 49

8 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 49

9 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas 56

10 Histogram Uji Normalitas 57

11 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 58

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul 1 Karakteristik Konsumen

2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah

3 Karakteristik Pedagang 4 Keuntungan

5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah

6 Hasil Output SPSS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah di Kota Medan

7 Hasil Output SPSS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah di Kota Medan

(12)

ABSTRAK

BERRY DHIYA SHAVANA (090304072) dengan judul skripsi: “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Minyak Goreng Curah Di Kota Medan”. (Studi Kasus: Pasar Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing

Kecamatan Medan Helvetia). Penelitian ini dibimbing oleh bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing skripsi dan bapak

Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku anggota komisi pembimbing skripsi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis (1) faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah di Kota Medan, (2) faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel aksidental (accidental sampling) yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa saja yang memenuhi kriteria. Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel pembeli minyak goreng curah dan 30 sampel pedagang minyak goreng curah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Dari sisi permintaan secara serempak jumlah permintaan minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, variabel harga beli konsumen dan jumlah tanggungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah, sedangkan pendapatan rata-rata per bulan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan minyak goreng curah (2) Dari sisi penawaran secara serempak jumlah penawaran minyak goreng curah dipengaruhi oleh harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah, sedangkan harga beli pedagang dan harga barang lain tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran minyak goreng curah.

Kata Kunci: Permintaan, Penawaran, Minyak Goreng Curah

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan utama sumber minyak nabati yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dari pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak sawit di Indonesia (Departemen Pertanian, 2007).

Salah satu produk turunan dari kelapa sawit adalah Crude Palm Oil (CPO). CPO diolah dari daging buah kelapa sawit. Dari CPO dapat diolah lagi menjadi produk setengah jadi yaitu : RBD Stearin, RBD Olein, dan Fatty Acid. RBD Stearin dapat diolah menjadi margarine, deterjen, sabun, shortening. RBD Olein dapat diolah menjadi minyak goreng dan minyak salad. Fatty Acid dapat diolah menjadi oleochemical, fatty alcohol, fatty amine, glycerol, dan methyl ester (Antara, 2008).

Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional (Amang, dkk, 1996).

(14)

Permintaan terhadap minyak goreng terus meningkat dari tahun ke tahun. Di dalam negeri, pertumbuhan permintaan dari rumah tangga tidak hanya bersumber dari pertumbuhan penduduk tetapi juga konsumsi per kapita. Sementara itu, seiring dengan makin tumbuh dan berkembangnya perekonomian nasional permintaan dari industri pengolahan maupun industri makanan juga semakin tinggi (Amang, dkk, 1996).

Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro-vitamin A serta E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan. Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam memasarkan produk-produknya (Wahyono, 2006).

Dari sisi penawaran, yang menjadi produsen utama minyak goreng Indonesia adalah perusahaan-perusahaan skala besar dan sedang. Dengan kondisi seperti itu, pasar minyak goreng cenderung oligopoli. Peranan industri minyak goreng skala kecil semakin terdesak seiring dengan menurunnya peranan minyak kelapa sebagai pemasok bahan baku minyak goreng nasional (Amang, dkk, 1996).

Di Indonesia industri minyak goreng sawit pada umumnya berada di kota-kota besar yang dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan. Penyebaran lokasi industri minyak goreng berada di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (BPS, 2008).

(15)

Besarnya permintaan terhadap minyak goreng dapat dilihat dari jumlah konsumsi atau kebutuhan terhadap minyak goreng. Pada Tabel 1 memperlihatkan kebutuhan minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan tren/kecendrungan yang meningkat dimana terjadi peningkatan kebutuhan minyak goreng dari tahun 2010 hingga 2012 sebesar 57.306 ton atau 45,3%. Namun kebutuhan minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga mengakibatkan terjadinya surplus minyak goreng setiap tahunnya.

Tabel 1. Kebutuhan, ketersediaan, produksi ,dan surplus minyak goreng provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2012

Tahun Kebutuhan 2010 126.522 2.296.710 2.186.044 2.170.188

2011 183.828 387.704 2.281.020 203.876

2012 183.828 964.758 2.509.122 780.930

Jumlah 494.178 3.649.172 6.976.186 3.154.994

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Peningkatan kebutuhan/jumlah permintaan akan minyak goreng tentunya akan mengakibatkan peningkatan dari sisi produksi. Peningkatan produksi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 dimana pada tahun 2010 hingga tahun 2011 terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebesar 94.976 ton atau sebesar 4,34%. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebesar 228.102 atau sebesar 10%. Hal ini menujukkan bahwa provinsi Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dalam memproduksi minyak goreng sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan minyak goreng yang cenderung meningkat tiap tahunnya.

(16)

Pada saat ini minyak goreng kelapa sawit dipasarkan dalam dua bentuk, yaitu secara curah dan dalam kemasan dengan merek/label tertentu. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun memiliki perbedaan dari segi kualitas. Perbedaan dari segi kualitas ini diakibatkan dari perbedaan tahapan proses produksi dalam pembuatannya. Minyak goreng curah hanya melalui 1 kali proses penyaringan, berwarna kuning keruh, dan didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sementara minyak goreng bermerk melalui 3-4 proses penyaringan, berwarna kuning jernih, dan dikemas dengan label atau merek tertentu. Perbedaan dalam proses produksi juga mengakibatkan kandungan kadar lemak dan asam oleat pada minyak goreng curah juga lebih tinggi dibandingkan minyak goreng bermerek yang mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan (Sitekno, 2012).

Dilihat dari aspek kebersihan dan higienitas, minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah biasanya didistribusikan ke warung-warung grosir penjual kebutuhan bahan pokok dengan menggunakan truk tangki dan kemudian dituangkan ke dalam drum-drum minyak yang kurang terjamin kebersihannya. Selain dari aspek kebersihan dan higenitas, perbedaan pun dapat dilihat dari segi harga. Harga minyak goreng curah relatif lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Saat ini, harga minyak goreng curah di beberapa pasar tradisional berkisar Rp. 10.000/kg sedangkan untuk minyak goreng dalam kemasan/bermerek berada pada kiraran harga Rp 11.500-12.500/kg (Antaranews, 2011).

(17)

Pada tabel 2 dapat dilihat perbedaan harga antara minyak goreng curah dengan harga beberapa produk minyak goreng bermerek di Kota Medan, dimana harga minyak goreng curah per kilogram relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak goreng bermerek.

Tabel 2.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011

Bulan

Jenis Minyak Goreng Curah

Kuning/Kg Bimoli 2 liter Sania 2 liter

Januari 11.064 24.660 22.940

Februari 11.050 24.850 23.300

Maret 10.760 25.560 23.660

April 9.700 25.850 24.300

Mei 9.680 25.900 24.500

Juni 9.800 25.900 24.500

Juli 9.235 25.900 24.550

Agustus 9.324 26.260 24.880

September 9.675 26.250 25.050

Oktober 9.385 26.150 24.900

November 9.420 25.960 24.900

Desember 9.525 25.800 24.900

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Meskipun minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dan kian marak beredar di pasaran Kota Medan, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang di beberapa pasar tradisional di Kota Medan permintaan terhadap minyak goreng curah masih tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan selain karena harga minyak goreng curah yang masih lebih murah jika dibandingkan harga minyak goreng bermerek, konsumen pun dapat dengan mudah memperoleh dan membeli minyak goreng curah secara eceran di pasar tradisional terdekat.

Sebagai akibat dari masih tingginya permintaan terhadap minyak goreng curah, pedagang di pasar tradisional masih gencar berjualan minyak goreng curah. Hal

(18)

ini dikarenakan keuntungan dari penjualan minyak goreng curah bisa lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan minyak goreng bermerk. Padahal pemerintah sudah berencana dan mulai melakukan sosialisasi untuk menghapus peredaran minyak goreng curah dengan tujuan untuk melindungi kesehatan konsumen. Berangkat dari fenomena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

Identifikasi Masalah

Setelah menguraikan latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa masalah yang akan diidentifikasi, yaitu :

1. Apakah ada pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan ?

2. Apakah ada pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

(19)

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan kemudian hari dapat digunakan sebagai :

1. Sebagai bahan informasi bagi konsumen dan produsen/pedagang minyak goreng yang terkait dengan permintaan dan penawaran minyak goreng curah. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam

menyusun kebijakan yang terkait dengan minyak goreng.

3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan

sebagai bahan pangan. Penggunaan minyak goreng biasanya sebagai media

penggorengan bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang

membentuk tekstur pada roti. Sebanyak 49% dari total permintaan minyak goreng

di Indonesia adalah untuk konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan

industri, termasuk industri perhotelan dan restoran-restoran dan juga usaha fast food (Wijana, 2005).

Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat, pada masa sebelum orde baru dan

sampai pada awal pembangunan jangka panjang (PJP) I, didominasi oleh jenis

minyak goreng asal kelapa. Semenjak semakin meningkatnya produksi kelapa

sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser oleh minyak

goreng asal sawit. Dibandingkan dengan minyak sawit, minyak kelapa

mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan diperkirakan sebagai penyebab

penyakit jantung koroner. Rendahnya lemak jenuh dalam minyak sawit

dikarenakan produksi minyak sawit melalui proses pemanasan dan pengepresan

(Amang, dkk, 1996).

Keunggulan lain yang dimiliki oleh minyak sawit dibandingkan minyak kelapa

adalah harga minyak kelapa sawit lebih murah dan juga warnanya yang lebih

jernih sehingga aman bagi kesehatan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga

(21)

(tokoferol dan tokotrienol) yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme dan

untuk kesehatan tubuh manusia (Amang, dkk, 1996).

Minyak goreng kelapa sawit ini diperoleh dari pengolahan daging kelapa sawit

(TBS) lalu diolah lagi menjadi Crude Palm Oil (CPO). Dari CPO diolah lagi

menjadi RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein. RBD Olein ini dalam perdagangannya disebut minyak goreng (CIC, 2003).

Adapun pengolahan minyak goreng kelapa sawit menurut Capricorn Indonesia

Consult (2003), terbagi atas 2 cara yaitu :

1. Pengolahan dengan cara basah yaitu pengolahan yang melalui tiga tahapan,

penyaringan bahan padatan dan pencucian, fraksinasi (pemisahan fraksi cair/

Olein dan fraksi padat/stearin), rafinasi (pemucatan Olein / bleaching dan pemisahan asam lemak bebas serta bau / deodorisasi). Pengolahan ini memakai

campuran antara CPO, detergen (Natrium sulfat), fosforic acid, bleaching earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 67,6 % dari bahan

baku CPO-nya.

2. Pengolahan dengan cara kering yaitu pengolahan yang melalui empat tahapan,

degumming (memisahkan lender yang ada dalam CPO), bleaching

(memucatkan warna minyak dan mengikat logam-logam berat yang ada dalam

minyak), deodorizing (menghilangkan bau yang ada dalam minyak), dan

fractionation (memisahkan fraksi padat dan fraksi cair dari RBD Palm Oil). Pengolahan ini memakai campuran antara CPO, H3PO4, CaCO3, dan Bleaching

earth. Rendemen minyak goreng yang dihasilkan sekitar 58,5 % dari bahan

(22)

Produk minyak goreng yang mengalami proses fraksinasi kurang sempurna

biasanya dipasarkan oleh perusahaan minyak goreng sebagai kualitas bulk atau minyak goreng curah yang pada umumnya disimpan dan didistribusikan dalam

drum-drum. Walaupun kualitasnya kurang baik, namun minyak goreng curah

cukup banyak diminati masyarakat karena harganya lebih murah dibandingkan

dengan minyak goreng kemasan (merek) dan mudah didapatkan di pasar

(Satyawibawa dan Widiyastuti, 1999).

Secara nasional, minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar

masih dalam bentuk minyak goreng curah, yakni mencapai 80%. Sisanya, yakni

20% dalam bentuk kemasan (bermerek). Hal ini dikarenakan harga minyak goreng

curah lebih murah (20% - 30%) jika dibandingkan harga minyak goreng kemasan

(Sipayung, 2012).

Kebutuhan terhadap minyak goreng untuk kebutuhan rumah tangga maupun

industri meningkat terus, sejalan dengan pertumbuhan penduduk maupun

peningkatan konsumsi per kapita. Secara teoritis kecenderungan meningkatnya

rata-rata konsumsi per kapita minyak goreng disebabkan oleh perubahan pola

konsumsi penduduk, pendapatan per kapita, dan sedikit banyak dipengaruhi oleh

(23)

Landasan Teori

Permintaan (Demand)

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa

yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode

waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain

harga barang yang dibeli, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan, selera, dan

lain-lain (Arsyad, 2000).

Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat

dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan

yang dapat dibelanjakan seseorang berubah maka jumlah barang yang diminta

juga akan berubah. Demikian halnya dengan harga barang yang dikehendaki juga

dapat berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan

terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak.

Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa “apabila harga suatu barang turun

maka permintaan komsumen akan barang itu meningkat dan sebaliknya, jika

harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun”,

apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta

dianggap tidak berubah cateris paribus. Artinya kuantitas yang diminta akan

menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika

harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan

(24)

Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva Permintaan

Adapun variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan

oleh rumah tangga adalah : harga barang bersangkutan, pendapatan rata-rata

rumah tangga, jumlah penduduk, harga-harga komoditi yang ada hubungannya

dengan komoditi tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel

tersebut di atas, semua variabel lainnya dianggap tetap (Djojodipuro, 1991).

Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(25)

Pergeseran kurva permintaan ke kanan dari kurva Dx bergeser ke Dx1

menunjukkan adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang dapat

disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri

misalnya: pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan lain-lain (Nuraini, 2006).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap

barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan

kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan

bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah

barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan

sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang

berkebalikan (Pracoyo, 2006).

2. Harga Barang Pengganti (Substitusi)

Kenaikan harga barang substitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara

relatif meskipun harga barang tersebut tetap tidak berubah. Hal ini akan

mengakibatkan permintaan akan suatu barang akan naik bila harga barang

substitusinya naik. Begitu juga sebaliknya bila harga barang penggantinya turun

(26)

tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan harga barang penggantinya

(Simbolon, 2007).

3. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau

rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada

uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan

lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar

barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan

berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods) (Setiadi, 2003).

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.

Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan

permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah

barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang

berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru

akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

4. Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan

suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang

(27)

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan

pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti

oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak

orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.

Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2003).

5. Selera

Selera masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan

masyarakat untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa. Perubahan selera

masyarakat tentunya akan mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen akan

suatu komoditi meningkat, permintaan akan komoditi tersebut akan meningkat.

Sebaliknya, bila selera konsumen berkurang, permintaan akan komoditi tersebut

menurun (Sugiarto, dkk, 2000).

Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi suatu barang misalnya karena

pengaruh iklan akan mengakibatkan lebih banyak barang yang akan diminta pada

setiap tingkat harga sehingga permintaannya akan naik sebaliknya berkurangnya

selera konsumen akan barang tersebut akan menyebabkan permintaannya turun

(Simbolon, 2007).

6. Ekpektasi

Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan mungkin

menyebabkan mereka membeli barang tersebut sekarang untuk menghindari

kemungkinan kerugian adanya kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya

bila konsumen memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Namun

(28)

bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan turun

(Simbolon, 2007).

Sebagai contoh, jika masyarakat memperkirakan dapat memperoleh penghasilan

lebih tinggi bulan depan, maka mereka lebih bersedia membelanjakan lebih

banyak minyak goreng curah. Contoh lain, jika masyarakat menduga harga

minyak goreng curah akan turun besok, masyarakat mungkin kurang bersedia

membelinya pada harga yang berlaku hari ini.

Penawaran (Supply)

Dalam istilah ekonomi, secara umum dikenal istilah supply yang berarti

penawaran. Penawaran adalah jumlah barang yang ingin ditawarkan (dijual) oleh

produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode waktu tertentu

(Rahardja dan Mandala, 2006).

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual

untuk menawarakan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula

keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.

(Sukirno, 2003).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu

barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya,

(29)

ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak

berubah (Daniel, 2002).

Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Kurva Penawaran

Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang

ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran

bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran,

ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang

diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi yang

bersangkutan. Penawaran (supply) menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah

suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana

variabel-variabel lain dianggap tetap. Suatu titik pada kurva penawaran menggambarkan

(30)

Pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran

Pergeseran kurva penawaran dari kurva Sx ke Sx1 atau perpindahan dari titik A ke

titik B disebut dengan pergeseran kurva penawaran. Perpindahan dari titik A ke

titik B menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang

ditawarkan (Nuraini, 2006).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu :

1. Harga komoditi itu sendiri

Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu

dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan dari setiap komoditi dan harga

komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi

harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya

ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan

naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang

(31)

2. Harga Komoditi Lain

Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi naik maka

penawaran terhadap suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan

untuk barang komplemen, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang

komplemen naik, maka penawaran terhadap suatu barang akan berkurang, dan

begitu juga sebaliknya (Rahardja dan Manurung, 2006).

3. Harga Faktor Produksi

Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi, maka akan mengakibatkan semakin

tingginya biaya produksi, sehingga menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah

produksi. Hal ini dapat mengakibatkan semakin rendahnya penawaran atas suatu

barang. Demikian sebaliknya, jika harga faktor-faktor produksi menurun

mengakibatkan biaya produksi menjadi rendah, sehingga perusahaan akan lebih

untung dengan memproduksi dalam jumlah yang besar. Ini dapat mengakibatkan

jumlah penawaran atas suatu barang akan meningkat (Bangun, 2007).

4. Tujuan Perusahaan

Pada umumnya perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan sehingga

mereka akan memanfaatkan kapasitas produksinya pada tingkat kapasitas yang

memaksimumkan keuntungannya. Meskipun demikian, ada pula perusahaan yang

melakukan kegiatan dengan lebih mementingkan faktor keselamatan dan tidak

mau terlalu menantang risiko. Dengan demikian perbedaan tujuan perusahaan

menimbulkan pengaruh yang berbeda pada penentuan tingkat produksi, sehingga

penawaran suatu komoditi akan berbeda-beda sifatnya tergantung pada tujuan

(32)

Besar-kecilnya keuntungan yang diinginkan oleh produsen akan ikut

mempengaruhi besar-kecilnya harga jual sehingga jumlah barang yang ditawarkan

pun akan banyak terpengaruhi. Semakin besar keuntungan yang akan diperoleh

semakin besar harga jual dan semakin banyak barang yang ditawarkan, sebaliknya

semakin kecil keuntungan semakin rendah harga jual, maka semakin sedikit harga

yang ditawarkan (Sukwiaty, 2006).

5. Tingkat teknologi

Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi

lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan

biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2008).

Perbaikan teknologi akan menyebabkan proses produksi menjadi lebih efisien

sehingga pada harga jualnya tetap maka keuntungan akan lebih besar bila biaya

produksinya turun. Kurva penawaran bergeser ke kanan (kenaikan penawaran).

Teknik produksi yang lebih efisien atau penawaran harga sumber menyebabkan

biaya produksi menjadi turun dan kurva penawarannya akan naik. Sebaliknya

kenaikan harga sumber-sumber atau penggunaan teknologi yang kurang efisien

akan menaikkan biaya produksi dengan demikian kurva penawaran akan menurun

(Simbolon, 2007).

6. Ekspektasi harga di masa depan

Bila ekspektasi bahwa harga akan naik di masa yang akan datang, produsen akan

mengurangi penawarannya sekarang dan menaikkan penawarannya di masa

(33)

harga menyebabkan produsen segera menaikkan produksinnya dengan demikian

kurva penawaran naik dan bergerak ke kanan (Simbolon, 2007).

7. Pajak dan Subsidi

Pajak dan subsidi akan mempengaruhi biaya produksi. Pengenaan pajak akan

menaikkan biaya produksi dan pemberian subsidi akan menurunkan biaya

produksi. Dengan demikian pengenaan pajak akan menurunkan penawaran dan

pemberian subsidi akan menyebabkan penawaran naik (Simbolon, 2007).

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan

Penawaran Jeruk Manis di Kota Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara” oleh

Mery Christina Gultom (2009). Hasil penelitian menyatakan bahwa dari sisi

permintaan jeruk manis, secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen,

pendapatan, dan jumlah tanggungan. Secara parsial, harga beli konsumen,

pendapatan, dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk

manis. Dari sisi penawaran jeruk manis, secara serempak dipengaruhi oleh harga

beli pedagang, biaya produksi penjualan, dan profit (keuntungan). Secara parsial,

variabel harga beli pedagang dan biaya produksi penjualan tidak berpengaruh

secara nyata terhadap penawaran jeruk manis sedangkan profit (keuntungan)

berpengaruh secara nyata terhadap penawaran jeruk manis.

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Binjai Provinsi Sumatera

Utara” oleh Vicha Debby A. Sianipar (2011). Hasil penelitian menyatakan bahwa

(34)

pendapatan, dan jumlah tanggungan sedangkan harga komoditi lain yaitu telur itik

tidak mempengaruhi permintaan telur ayam ras. Dari sisi penawaran telur ayam

ras dipengaruhi oleh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan

keuntungan.

Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak

Goreng di Kota Medan” oleh Faoeza Hafiz Saragih (2010). Hasil penelitian

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng

secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat

inelastis serta merupakan barang inferior sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek

adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.

Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Minyak

Goreng Curah di Pasar Tradisional Medan” oleh Dian Permana (2011). Hasil

penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual

minyak goreng curah di pasar tradisional Medan adalah jumlah penawaran

minyak goreng curah, harga minyak goreng merk, biaya produksi dan hari besar

dan faktor yang secara signifikan mempengaruhi harga jual minyak goreng curah

adalah biaya produksi. Secara umum minyak goreng merupakan barang yang

bersifat inelastis.

Kerangka Pemikiran

Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang dijual ke pasar tanpa

menggunakan merek dan label produk, yang biasanya ditempatkan di dalam

(35)

konsumen. Minyak goreng curah dalam prosesnya hanya melalui satu kali proses

penyaringan, berwarna kuning keruh, dan kurang baik bagi kesehatan. Meskipun

dari segi kualitas kurang baik, namun minyak goreng curah masih banyak

diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang lebih murah jika

dibandingkan dengan minyak goreng kemasan (merek), selain itu minyak goreng

curah juga mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional terdekat.

Dari segi permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan secara teoritis

meliputi: harga barang itu sendiri, harga barang pengganti (substitusi),

pendapatan, jumlah penduduk, selera, dan ekspektasi. Namun permintaan yang

dikaji dalam penelitian ini adalah permintaan individual oleh konsumen minyak

goreng curah sehingga faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan

terhadap minyak goreng curah adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata

per bulan, dan jumlah tanggungan. Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu diteliti

apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan minyak goreng curah.

Dari segi penawaran, Secara teoritis ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penawaran yaitu: harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, harga faktor

produksi, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, ekspektasi harga di masa depan,

dan pajak dan subsidi. Namun penawaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah

penawaran individual yaitu penawaran yang dilakukan oleh pedagang minyak

goreng curah sehingga faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penawaran

terhadap minyak goreng curah adalah harga faktor produksi/harga beli pedagang,

keuntungan, dan harga barang lain. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah

(36)

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai

dengan adanya transaksi oleh penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya

ada proses tawar-menawar. Di pasar tradisional inilah pedagang minyak goreng

curah menawarkan dagangannya sehingga konsumen/pembeli pun akan datang ke

pasar tradisional untuk membeli minyak goreng curah. Adapun kerangka

pemikiran yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Keterangan:

: menyatakan hubungan

: menyatakan pengaruh

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Permintaan Minyak Goreng Curah

Pasar Tradisional

Penawaran Minyak Goreng Curah Faktor yang

mempengaruhi :

1. Harga beli konsumen 2. Pendapatan rata-rata

per bulan

3. Jumlah tanggungan

Faktor yang mempengaruhi :

1. Harga beli pedagang 2. Keuntungan

(37)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh faktor harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan

jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan.

2. Ada pengaruh faktor harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain

(38)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kota Medan.

Alasan memilih Kota Medan adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Medan

merupakan kota dengan jumlah penduduk tertinggi di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, jumlah penduduk

Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa. Sehingga diasumsikan

kebutuhan akan bahan-bahan makanan pokok termasuk minyak goreng juga

semakin tinggi.

Dan yang menjadi lokasi penelitian adalah pasar tradisional dikarenakan minyak

goreng curah hanya dijual di pasar tradisional. Dan pasar tradisional yang dipilih

sebagai lokasi penelitian berada di tiga kecamatan berbeda di Kota Medan yaitu

Pasar Pusat Pasar di Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli di Kecamatan

Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing di Kecamatan Medan Helvetia.

Tabel 3. Profil Lokasi Penelitian Pasar Tradisional di Kota Medan Nama Pasar Alamat Pasar Luas (m

2 Pasar Sikambing Jl. Gatot Subroto 6.166 2.851,4 794

Sumber: Diolah dari data PD Pasar Kota Medan, 2012

Metode Penentuan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen dan pedagang

minyak goreng curah di Kota Medan namun populasi konsumen dan pedagang

(39)

dengan metode Accidental Sampling, yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa saja yang memenuhi kriteria misalnya

menanyakan siapa saja yang dijumpai di daerah penelitian untuk meminta

pendapat mereka tentang sesuatu, hal ini dikarenakan semua mempunyai

kemungkinan untuk menjadi sampel dalam penelitian. Kriterianya adalah

konsumen yang sedang membeli minyak goreng curah dan penjual yang menjual

minyak goreng curah.

Sampel yang diteliti sebanyak 30 sampel konsumen minyak goreng curah dan 30

sampel pedagang minyak goreng curah. Berdasarkan teori penarikan contoh

sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ≥ 30 sampel karena

bagaimanapun bentuk populasinya teori penarikan contoh menjamin akan

diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan

analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30 (Walpole, 1992).

Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua

jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen dan pedagang

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi-instansi yang

terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan

(40)

Metode Analisis Data

Hipotesis 1 untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak

goreng curah diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

(multiple regression model), yaitu suatu model dimana variabel tak bebas bergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Data yang dibutuhkan adalah

harga beli konsumen, pendapatan rata-rata/bulan, dan jumlah tanggungan.

Model matematis dalam regresi linear berganda adalah:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+µ

Keterangan:

Y = Jumlah konsumsi minyak goreng curah (Kg/bln)

a = Koefisien intersep

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Harga beli konsumen (Rp/Kg)

X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/bln)

X3 = Jumlah tanggungan (Jiwa)

µ = Kesalahan pengganggu

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan, tidak

berpengaruh terhadap permintaan minyak goreng curah di Kota Medan.

H1: Harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan,

(41)

Hipotesis 2 untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran minyak

goreng curah diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

(multiple regression model). Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang,

keuntungan, dan harga barang lain.

Model matematis dalam regresi linear berganda adalah:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+µ

Keterangan:

Y = Jumlah minyak goreng curah yang ditawarkan (Kg/bln)

a = Koefisien intersep

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Harga beli pedagang (Rp/Kg)

X2 = Keuntungan (Rp)

X3 = Harga barang lain (Rp)

µ = Kesalahan pengganggu

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain, tidak berpengaruh

terhadap penawaran minyak goreng curah di Kota Medan.

H1: Harga beli pedagang, keuntungan, dan harga barang lain, berpengaruh

(42)

Uji Kesesuaian Model

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan. Besarnya

koefisien determinasi merupakan besaran yang paling baik digunakan untuk

mengukur kesesuaian (goodness of fit) garis regresi. R2 terletak antara 0 dan 1.

Jika R2 sama dengan 1, berarti bahwa semakin cocok menjelaskan 100 persen

variasi dalam Y. Sebaliknya, jika R2 sama dengan 0, model tersebut tidak

menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Kecocokan model dikatakan lebih baik

jika R2 semakin dekat dengan 1 (Gujarati, 1995).

b. Nilai F hitung

Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas

terhadap variabel tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara

simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk

dalam kriteria cocok atau fit (Firdaus, 2004).

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Variabel bebas secara serempak tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap

variabel terikat.

H1: Variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh yang nyata terhadap

variabel terikat.

Kriteria pengujian:

Jika sig F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

(43)

c. Nilai t hitung

Analisis untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial yang

diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test). Taraf signifikan (α)

yang digunakan dalam ilmu sosial 0,05 sudah cukup memadai (Firdaus, 2004).

Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial

atau secara individual terhadap variabel tergantungnya. Pada penelitian ini untuk

menguji hipotesis dengan uji t digunakan nilai signifikasi t.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat.

H1: Variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian:

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Uji Asumsi Klasik

Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk

memperoleh model regresi yang terbaik ada beberapa asumsi klasik yang harus

dipenuhi, namun pada penelitian ini hanya asumsi multikolinearitas,

heteroskedastisitas, dan normalitas yang diuji. Sedangkan untuk autokorelasi tidak

(44)

korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu.

Sehingga pada penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan yaitu:

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terjadi hubungan linear

sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas yang menjelaskan dari

model regresi. Konsekuensi dari multikolinearitas yaitu jika ada kolinearitas

sempurna diantara variabel bebas maka koefisien regresinya tidak tertentu dan

kesalahan standarnya tak terhingga. Jika kolinearitasnya tingkat tinggi tetapi

tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah mungkin dan hasilnya

koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat (Gujarati, 1995).

Uji multikorelasi bertujuan untuk mengetahui adanya masalah multikolerasi

(gejala multikolinearitas) atau tidak. Multikorelasi adalah korelasi yang sangat

tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan diantara variabel bebas.

Uji multikorelasi perlu dilakukan jika jumlah variabel independen (variabel

bebas) lebih dari satu.

Menurut Firdaus (2004), ada beberapa cara mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas, sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak

signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis korelasi diantara variabel bebas. Jika diantara variabel bebas

ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar dari 0,90), hal ini merupakan

(45)

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai VIF (variance-inflating factor). Jika VIF < 10, tingkat kolinearitas dapat ditoleransi.

b. Heterokedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa

gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedatik. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

homoskedastisitas (Gujarati, 1995). Pengambilan keputusannya adalah:

 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (begelombang, melebur kemudian menyempit), maka

terjadi heteroskedastisitas.

 Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu (e)

berdistribusi normal atau tidak. Dimana pada variabel pengganggu tidak

mempunyai nilai yang diharapkan (rata-rata) nol, tidak berkorelasi dan

mempunyai varians yang konstan (Gujarati, 1995).

Model regresi baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati

(46)

caranya adalah dengan melihat grafik histogram. Jika variabel berdistribusi

normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri dan

menceng ke kanan (Helmi dan Muslich, 2011).

Menurut Gujarati (1995), data yang normal juga dapat dilihat dari plot

probabilitas normal. Melalui plot ini masing-masing nilai pengamatan

dipasangkan dengan nilai harapan dan distribusi normal, maka nilai-nilai data

(titik-titik dalam grafik) akan terletak disekitar garis diagonal. Selanjutnya

untuk meyakinkan interpretasi dari grafik maka dilakukan uji statistik

non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai sig. > α = 5% maka residual

berdistribusi normal.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

dibuat Definisi dan Batasan Operasional :

Definisi

1. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang dijual hanya di pasar

tradisional tanpa menggunakan kemasan yang bermerk (non branded).

2. Permintaan minyak goreng curah adalah jumlah minyak goreng curah yang

dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

3. Harga beli konsumen adalah harga yang diterima konsumen dalam membeli

minyak goreng curah.

4. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.

5. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

(47)

6. Penawaran minyak goreng curah adalah banyaknya jumlah minyak goreng

curah yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu.

7. Harga jual pedagang adalah harga jual minyak goreng curah yang sudah

ditetapkan oleh pedagang.

8. Harga beli pedagang adalah harga yang dibayarkan pedagang minyak goreng

curah kepada pemasok (supplier) minyak goreng curah.

9. Keuntungan adalah laba bersih yang diperoleh pedagang minyak goreng curah

dari berjualan minyak goreng curah.

10.Harga barang lain adalah harga barang pengganti (substitusi) yaitu harga

minyak goreng kemasan bermerek.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Daerah penelitian adalah Pasar Pusat Pasar di Kecamatan Medan Kota, Pasar

Medan Deli di Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing di

Kecamatan Medan Helvetia di Kota Medan.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.

3. Harga minyak goreng kemasan bermerk yang digunakan adalah minyak goreng

bermerek Bimoli ukuran 1 liter.

4. Responden yang akan dijadikan sampel adalah :

a. Konsumen yang membeli minyak goreng curah secara eceran di pasar

tradisional yang telah ditentukan menjadi tempat penelitian.

b. Pedagang yang menjual minyak goreng curah secara eceran di pasar

(48)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi

Sumatera Utara. Letak geografis Kota Medan berada pada kisaran 3o27’ - 3o47’

LU dan 98o35’ - 98o44’ BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m – 37,5 m

di atas permukaan laut.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur. Sebagian besar wilayah

Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua

sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun

Polonia berkisar antara 23,04oC – 24,08oC dan suhu maksimum berkisar antara

32,73oC – 34,47oC. Sedangkan menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya

berkisar antara 22,6oC – 24,4oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,3oC –

33,9oC. Kelembapan udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76-81%, kecepatan

angin rata-rata sebesar 1,75 m/sec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 81,74

mm. Hari hujan di Kota Medan per bulan yaitu 21,50 hari dengan rata-rata curah

hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada Stasiun

(49)

Keadaan Penduduk Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa. Jika

dibandingkan dengan luas wilayah seluas 265,1 Km2 dapat digambarkan

kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.287 jiwa/Km2. Angka ini

menggambarkan bahwa setiap 1 Km2 terdapat 7.287 jiwa. Secara rinci kepadatan

penduduk Kota Medan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan pada Tahun 2011

Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955

Medan Johor 14,58 125.456 8.605

Medan Amplas 11,19 115.543 10.326

Medan Denai 9,05 141.866 15.676

Medan Area 5,52 96.647 17.509

Medan Kota 5,27 72.633 13.788

Medan Maimun 2,98 39.646 13.304

Medan Polonia 9,01 53.384 5.925

Medan Baru 5,84 39.564 6.775

Medan Selayang 12,81 99.982 7.805

Medan Sunggal 15,44 112.918 7.313

Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036

Medan Petisah 6,82 61.832 9.066

Medan Barat 5,33 70.881 13.298

Medan Timur 7,76 108.758 14.015

Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856

Medan Tembung 7,99 133.784 16.744

Medan Deli 20,84 170.013 8.158

Medan Labuhan 36,67 112.316 3.063

Medan Marelan 23,82 145.788 6.130

Medan Belawan 26,25 95.663 3.644

Jumlah 265,1 2.117.224 7.987

(50)

Dari Tabel 4 dapat dilihat tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah

Kecamatan Medan Perjuangan yaitu 22.856 jiwa/Km2 dengan luas wilayah

4,09 Km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Medan

Labuhan dengan jumlah 3.063 jiwa/Km2 yang luas wilayahnya 36,67 Km2.

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.117.224 orang dengan 488.462 rumah tangga

yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk

mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan

berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5.Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Golongan Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa Persen Jiwa Persen Jiwa Persen

0-4 96.545 9,22 91.044 8,50 187.589 8,86

5-9 99.946 9,54 93.487 8,73 193.433 9,14

10-14 97.101 9,28 91.411 8,54 188.512 8,90

15-19 102.913 9,83 107.751 10,06 210.664 9,95

20-24 115.983 11,08 126.476 11,81 242.459 11,45

25-29 98.368 9,40 100.788 9,41 199.156 9,40

Jumlah 1.046.560 49,43 1.070.664 50,57 2.117.224 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011

sebesar 2.117.224 orang yang terdiri dari 1.046.560 orang laki-laki (49,43 %) dan

(51)

penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Data pada tabel 5

juga menunjukkan jumlah penduduk usia non produktif bayi, balita, anak-anak

dan remaja (0-14 tahun) sebesar 569.543 orang (26,90 %) manula (>55 tahun)

sebesar 195.953 orang (9,26 %). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) adalah

sebesar 1.351.737 orang (63,84 %). Usia produktif adalah usia dimana orang

memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa

dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di

kota medan cukup besar.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP,

SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat

pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(%)

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling

besar berada pada Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 331.567 orang (39,5%).

Kemudian diikuti oleh SD sebanyak 266.756 orang (31,7%), SLTA sebanyak

125.639 orang (15,0%). Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit

(52)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal

ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan,

kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah

(unit)

3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla 1.706

b. Gereja 634

(53)

Tabel 7 menunjukkan sarana dan prasarana di Kota Medan, dimana untuk sarana

dan prasarana untuk sekolah terdiri dari SD (Sekolah Dasar) sebanyak 805 unit,

SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 353 unit, SMA (Sekolah Menengah

Atas) 205 unit, SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 134 unit, dan PT (Perguruan

Tinggi) berjumlah 33 unit dengan berbagai strata. Status sekolah pun beragam

mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap

sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana

kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU

sebanyak 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit, dan Rumah Sakit sebanyak 76 unit

yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu, sarana peribadatan sangat

diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan. Sarana peribadatan

yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.706 unit, gereja sebanyak 634 unit,

kuil 26 unit, wihara 21 unit, dan klenteng 5 unit.

Sarana transportasi sangat lengkap di Kota Medan. Angkutan kota sangat banyak

ke segala penjuru Kota Medan. Panjang jalan di Kota Medan yang tergolong baik

yaitu 3.254,3 km. Jalan sedang 15,8 km, jalan rusak yaitu 20,1 km, dan jalan rusak

berat yaitu 1,3 km.

Pasar tradisional maupun pasar modern jumlahnya sangat banyak dengan luasan

dan kondisi fasilitas yang sangat beragam. Masyarakat dapat dengan mudah

memilih untuk berbelanja di pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar

tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang tersebar di seluruh

(54)

Karakteristik Sampel Penelitian Konsumen

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng curah yang

melakukan pembelian di pasar tradisional yang telah ditetapkan sebagai lokasi

penelitian yaitu Pasar Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli,

Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing, Kecamatan Medan Helvetia.

Jumlah seluruh sampel konsumen yang diambil sebanyak 30 konsumen, dimana

diambil masing-masing 10 konsumen minyak goreng curah di setiap pasar

tradisional.

1.Umur

Adapun keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 8

berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1. 20 – 24 1 3,33

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 8 dapat dilihat range umur konsumen yang terbesar berada pada

kelompok ≥ 50 tahun dengan jumlah 9 jiwa (30%) dan yang terkecil pada

kelompok 20 – 24 tahun dan 25 – 29 tahun dengan masing-masing 1 jiwa

(55)

2.Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang

baik dari segi kualitas ataupun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel

di daerah penelitian kota Medan bervariasi mulai tingkat SD sampai Perguruan

Tinggi. Tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah di Kota Medan dapat

dilihat pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1. SD 3 10

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada

tingkat SMA/SMK dengan jumlah 15 jiwa (50%) dan yang terkecil tingkat

Sarjana dengan jumlah 1 jiwa (3,33%).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No. Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1. 0 – 2 10 33,33

2. 3 – 5 19 63,33

3. ≥ 6 1 3,33

Jumlah 30 100

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Tabel 2.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011
Gambar 1. Kurva Permintaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, merupakan kebutuhan sehari-hari dan mudah diperoleh; (2) Tidak

Secara parsial bahwa variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis, sedangkan biaya penjualan dan keuntungan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah.. Universitas

Secara parsial variabel harga telur ayam ras, jumlah tanggungan dan harga tempe berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras, sedangkan variabel pendapatan rata-rata

Predictors: (Constant), HARI BESAR, JUMLAH PENAWARAN MINYAK GORENG CURAH, HARGA MINYAK GORENG BERMERK, BIAYA FAKTOR PRODUKSI.. Dependent Variable: HARGA JUAL MINYAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah, untuk menganalisis hubungan antara umur dan tingkat pendidikan

Predictors: (Constant), pendidikan, harga minyak goreng bermerek, jumlah tanggungan, pendapatan.. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng

perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah yaitu faktor konsumen. itu sendiri dan faktor