• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah di Kota Medan

Dari sisi permintaan, penelitian ini menggunakan 30 sampel konsumen minyak goreng curah yang diambil di tiga pasar tradisional berbeda yang ada di Kota Medan yaitu Pasar Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli, Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing, Kecamatan Medan Helvetia. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah permintaan minyak goreng curah sedangkan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga beli konsumen (X1), pendapatan rata-rata/keluarga/bulan (X2), dan jumlah

tanggungan (X3).

Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk memperoleh model regresi yang terbaik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu dengan menggunakan beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (variance-inflating factor) dari masing-masing variabel pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Nilai Coefficient dan VIF

Variabel Tolerance VIF

Harga Beli Konsumen 0,861 1,161

Pendapatan 0,888 1,127

Jumlah Tanggungan 0,906 1,104

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel > 0,1 dan nilai VIF <10. Sehingga diperoleh kesimpulan tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan tersebut.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. Uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analsis grafik dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat gambar 6 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi permintaan minyak goreng curah berdasarkan masukan variabel independennya.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal sebaran data dengan menggunakan standard deviasi dari histogram, Normal P-P Plot Regression Standardized Residual dan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov.

Gambar 7. Histogram Uji Normalitas

Berdasarkan tampilan histogram pada gambar 7 dapat dilihat bahwa rata-rata residual sama dengan nol. Kemudian variabel mendekati 1 dan histogram memiliki kurva yang simetris maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model terdistribusi normal.

Kemudian jika dilihat dari tampilan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual pada gambar 8, terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal.

Normalitas juga dapat dilihat dari uji One Sampel Kolmogorov Smirnov pada tabel 17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,953. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data residual model berdistribusi normal dan model regresi linier permintaan minyak goreng curah memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Permintaan Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov

Keterangan N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual 30 0,516 0,953 Sumber: Lampiran 6

Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Minyak Goreng Curah

Penduga Koefisien Regresi Signifikan T Signifikan F Constant 42,483 0,000

X1 = Harga Beli Konsumen -0,004 0,000

X2 = Pendapatan -4,757E-5 0,064

X3 = Jumlah Tanggungan 0,874 0,000

R2 = 0,789 0,000

Sumber: Diperoleh dari hasil analisis regresi lampiran 6

Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,789. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 78,9% variasi permintaan minyak goreng curah (Y) telah dapat dijelaskan oleh variasi harga beli konsumen (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3). Sedangkan sisanya

sebesar 21,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan dalam model. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan minyak goreng curah adalah sebagai berikut:

Y = 42,483 – 0,004 X1 – 0,00004757 X2 + 0,874 X3

Untuk menguji hipotesis secara serempak dilakukan dengan menggunakan uji F dan secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikasi

α = 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut: 1. Uji pengaruh secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara serempak dengan menggunakan uji F dapat dilihat pada tabel 18. Nilai signifikan F adalah

sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara

serempak memiliki pengaruh secara nyata terhadap permintaan minyak goreng curah.

2. Uji pengaruh secara parsial

Hasil uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel 18. Interpretasi setiap variabel bebas pada model dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Harga Beli Konsumen (X1)

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa variabel harga beli konsumen memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh harga beli konsumen minyak goreng curah terhadap permintaan adalah nyata. Nilai koefisien regresi variabel harga beli konsumen sebesar 0,004 dan bernilai negatif. Nilai ini menunjukkan ketika harga beli minyak goreng curah naik sebesar Rp. 1.000 maka permintaan terhadap minyak goreng curah akan turun sebesar 4 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

Semakin mahal harga minyak goreng curah maka permintaan terhadap minyak goreng curah semakin menurun. Hal ini sesuai dengan toeri dimana menurut Pracoyo (2006) yang menyatakan bahwa hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi cateris

paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faoeza Hafiz Saragih (2010) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel harga minyak goreng curah berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pada penelitian ini pengaruh harga minyak goreng bernilai negatif artinya apabila harga minyak goreng naik maka jumlah konsumsi minyak goreng akan turun.

b. Pendapatan (X2)

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa variabel pendapatan memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,064 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh pendapatan terhadap permintaan minyak goreng curah adalah tidak nyata. Nilai koefisien regresi variabel pendapatan sebesar 0,00004757 dan bernilai negatif. Nilai ini menunjukkan bahwa ketika pendapatan konsumen naik sebesar Rp. 1.000.000 maka permintaan terhadap minyak goreng curah akan turun sebesar 0,4757 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Pracoyo (2006), hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Namun hal ini terjadi bila barang yang dimaksud adalah barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut.

Untuk minyak goreng curah, peningkatan pendapatan konsumen justru akan mengakibatkan penurunan jumlah permintaan terhadap minyak goreng curah, hal ini menunjukkan bahwa minyak goreng curah merupakan barang inferior dimana permintaan barang tersebut akan menurun seiring dengan bertambahnya pendapatan. Ketika pendapatan konsumen meningkat konsumen akan beralih untuk membeli minyak goreng bermerek yang memiliki kualitas dan mutu yang lebih baik dan mengurangi jumlah pembeliannya terhadap minyak goreng curah.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faoeza Hafiz Saragih (2010) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng curah. Dalam penelitian ini menyatakan kemungkinan tidak berpengaruhnya pendapatan karena minyak goreng curah merupakan barang kelas dua yang konsumsinya tidak bertambah seiring dengan bertambahnya pendapatan, konsumen akan beralih memilih minyak goreng bermerek yang lebih bagus mutunya dari minyak goreng curah ketika pendapatannya meningkat.

c. Jumlah Tanggungan (X3)

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa

pengaruh jumlah tanggungan terhadap permintaan minyak goreng curah adalah nyata. Nilai koefisien regresi variabel jumlah tanggungan sebesar 0,874 dan bernilai positif. Nilai ini menunjukkan bahwa ketika jumlah tangggungan

konsumen bertambah 1 jiwa maka permintaan minyak goreng curah akan bertambah sebesar 0,874 kg dimana faktor lain dianggap tetap.

Ini sesuai dengan teori menurut Sukirno (2003), jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang. Semakin banyak jumlah tanggungan maka jumlah permintaan akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faoeza Hafiz Saragih (2010) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Dalam penelitian ini menyatakan hal tersebut dikarenakan ketika ada penambahan jumlah anggota keluarga maka diperlukan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.

Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah di Kota Medan

Dari sisi penawaran, penelitian ini menggunakan 30 sampel pedagang minyak goreng curah yang diambil di tiga pasar tradisional berbeda yang ada di Kota Medan yaitu Pasar Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Pasar Medan Deli, Kecamatan Medan Barat, dan Pasar Sei Sikambing, Kecamatan Medan Helvetia. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah penawaran minyak goreng curah sedangkan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga beli pedagang (X1), keuntungan (X2), dan harga barang lain (X3).

Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk memperoleh model regresi yang terbaik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu dengan menggunakan beberapa uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (variance-inflating factor) dari masing-masing variabel pada tabel 19 berikut:

Tabel 19. Nilai Coefficient dan VIF

Variabel Tolerance VIF

Harga Beli Pedagang 0,920 1,087

Keuntungan 0,958 1,044

Harga Barang Lain 0,949 1,054

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel > 0,1 dan nilai VIF <10. Sehingga diperoleh kesimpulan tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan tersebut.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot berikut:

Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat gambar 9 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi penawaran minyak goreng curah berdasarkan masukan variabel independennya.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal sebaran data dengan menggunakan standard deviasi dari histogram, Normal P-P Plot Regression Standardized Residual dan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov.

Berdasarkan histogram diatas terlihat bahwa rata-rata residual sama dengan nol. Kemudian variabel mendekati 1 dan histogram memiliki kurva yang simetris maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model terdistribusi normal.

Gambar 11. Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Jika dilihat dari tampilan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

pada gambar 11, terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal.

Normalitas juga dapat dilihat dari uji One Sampel Kolmogorov Smirnov pada tabel 20 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,937. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data residual model berdistribusi normal dan model regresi linier penawaran minyak goreng curah memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Penawaran Minyak Goreng Curah Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov Smirnov

Keterangan N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual 30 0,535 0,937 Sumber: Lampiran 7

Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Minyak Goreng Curah

Penduga Koefisien Regresi Signifikan T Signifikan F Constant -6333,004 0,064 X1 = Harga beli 0,341 0,165 X2 = Keuntungan 0,001 0,000

X3 = Harga barang lain 0,263 0,066

R2 = 0,664 0,000

Sumber: Diperoleh dari hasil analisis regresi lampiran 7

Tabel 21 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,664. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 66,4% variasi penawaran minyak goreng curah (Y) telah dapat dijelaskan oleh variasi harga beli pedagang (X1), keuntungan (X2), dan harga barang lain (X3). Sedangkan sisanya

sebesar 33,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan dalam model. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran minyak goreng curah adalah sebagai berikut:

Untuk menguji hipotesis secara serempak dilakukan dengan menggunakan uji F dan secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikasi

α = 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut:

1. Uji pengaruh secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara serempak dengan menggunakan uji F dapat dilihat pada tabel 21. Nilai signifikasi F adalah sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara

serempak memiliki pengaruh secara nyata terhadap penawaran minyak goreng curah.

2. Uji pengaruh secara parsial

Hasil uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel 21. Interpretasi setiap variabel bebas pada model dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Harga beli pedagang (X1)

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel harga beli pedagang memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,165 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan

pengaruh harga beli pedagang terhadap penawaran minyak goreng curah adalah tidak nyata. Nilai koefisien regresi variabel harga beli pedagang sebesar 0,341 dan bernilai positif. Nilai ini menunjukkan bahwa ketika harga beli pedagang naik

sebesar Rp. 1.000 maka penawaran minyak goreng curah akan meningkat sebesar 0,341 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

Peningkatan harga beli pedagang tentunya akan mengakibatkan peningkatan harga jual minyak goreng curah, semakin tinggi harga minyak goreng curah maka jumlah penawaran terhadap minyak goreng curah juga akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Djojodipuro (1991) bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi, maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini disebabkan karena keuntungan yang dapat diperoleh pedagang/produsen akan naik jika harga barang tersebut naik, demikian juga sebaliknya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mery Christina Gultom (2009) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran jeruk manis. Dalam penelitian ini koefisien regresi harga beli pedagang jeruk manis bernilai positif yang berarti setiap terjadi peningkatan harga beli jeruk manis maka akan menyebabkan peningkatan terhadap penawaran jeruk manis.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Vicha Debby A. Sianipar (2011) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa secara parsial variabel harga berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran telur ayam ras pada tingkat signifikasi 10%. Koefisien regresi variabel harga beli pedagang bernilai positif yang menunjukkan bahwa semakin besar harga telur ayam ras yang ditawarkan maka semakin besar jumlah penawaran telur ayam ras yang ditawarkan pedagang telur ayam ras. Dalam penelitian ini menyatakan walaupun

harga beli pedagang akan telur ayam ras meningkat maka penawaran pedagang juga meningkat. Ini disebabkan pedagang akan tetap melakukan penawaran bila memperoleh keuntungan besar.

b. Keuntungan (X2)

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel keuntungan memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh

keuntungan pedagang terhadap penawaran minyak goreng curah adalah nyata. Nilai koefisien regresi variabel keuntungan sebesar 0,001 dan bernilai positif. Nilai ini menunjukkan bahwa ketika keuntungan naik sebesar Rp. 1.000 maka penawaran minyak goreng curah akan meningkat sebesar 1 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

Peningkatan keuntungan yang diperoleh pedagang dari hasil penjualan minyak goreng curah tentunya akan mengakibatkan peningkatan dalam jumlah barang yang ditawarakan. Menurut Sukwiaty (2006), semakin besar keuntungan yang akan diperoleh pedagang maka semakin besar harga jual dan semakin banyak barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin kecil keuntungan semakin rendah harga jual dan semakin sedikit barang yang ditawarkan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mery Christina Gultom (2009) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel keuntungan berpengaruh nyata terhadap penawaran jeruk manis. Koefisien regresi variabel keuntungan bernilai positif, hal ini berarti setiap penambahan keuntungan yang diperoleh pedagang maka akan menyebabkan peningkatan terhadap penawaran

jeruk manis. Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Vicha Debby A. Sianipar (2011) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa secara parsial variabel keuntungan berpengaruh signifikan terhadap penawaran telur ayam ras. Dalam penelitian ini koefisien regresi variabel keuntungan bernilai positif yang menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan maka semakin besar jumlah telur ayam ras yang ditawarkan pedagang.

c. Harga barang lain (X3)

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel harga barang lain memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,066 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan

pengaruh harga barang lain terhadap penawaran minyak goreng curah adalah tidak nyata. Nilai koefisien regresi variabel harga barang lain sebesar 0,263 dan bernilai positif. Nilai ini menunjukkan bahwa ketika harga barang lain naik sebesar Rp. 1.000 maka penawaran minyak goreng curah akan meningkat sebesar 0,263 kg, dimana faktor lain dianngap tetap.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rahardja dan Manurung (2006) bahwa apabila harga barang substitusi naik maka penawaran terhadap suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Berdasarkan keterangan dari responden pedagang minyak goreng curah, pembeli minyak goreng curah mencakup semua kalangan masyarakat sehingga permintaannya masih lebih tinggi jika dibandingkan minyak goreng bermerek yang hanya dibeli oleh kalangan tertentu saja yang memang sudah lebih memperhatikan kesehatan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dian Permana (2011) dimana salah satu hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel harga minyak goreng bermerek tidak berpengaruh nyata terhadap harga jual minyak goreng curah. Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa hal ini dikarenakan konsumen akan tetap memilih minyak goreng curah dibandingkan minyak goreng bermerek yang sudah menjadi kebiasaan konsumen rumah tangga dalam memilih jenis minyak goreng, selain mudah didapat harga minyak goreng curah selalu lebih murah jika dibandingkan dengan minyak goreng bermerek per kg nya dan tempat yang dilakukan dalam penelitian adalah pasar tradisional.

Dokumen terkait