• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral Di Kecamatan Medan Kota Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral Di Kecamatan Medan Kota Di Kota Medan)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

KONSUMEN MEMBELI MINYAK GORENG CURAH

(Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan)

SKRIPSI

Oleh:

APRIANANDA UTAMA

090304047

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

KONSUMEN MEMBELI MINYAK GORENG CURAH

(Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan)

SKRIPSI Oleh:

APRIANANDA UTAMA 090304047

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Di Program Studi Agribisnisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP : 196308221988032003 NIP : 195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

APRIANANDA UTAMA (090304047) dengan judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian, untuk menganalisis hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian, dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis korelasi Rank Spearman dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2013.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, merupakan kebutuhan sehari-hari dan mudah diperoleh; (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen; (3) Secara parsial harga minyak goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sedangkan pendapatan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Secara serempak harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Apriananda Utama lahir di Padang pada tanggal 4 April 1991 anak dari Bapak Muhardi dan Ibu Ernitawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Kartika I-11 Padang tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Padang tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Padang tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama).

5. Bulan Juni 2013 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.

6. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah Studi Kasus Pasar Sentral, Kota Medan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh

proses administrasi.

(6)

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Muhardi dan Ibunda Ernitawati atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik

secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis dan juga kepada adinda Elga Desia Putri yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat IMAHOR (Susilo Sudarman,

Arnol Sitompul, Berry Dhiya Shavana dan Afdhal Azzuhri) Winda, Sitri, Aminah serta teman-teman angkatan 2009 di Program Studi Agribisnis yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 8

Penelitian Terdahulu ... 14

Kerangkan Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 20

Definisi dan Batasan Operasional ... 26

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

(8)

Sarana dan Prasarana... 32

Profil Pasar Sentral ... 34

Karakteristik Responden ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah ... 38

Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan PerilakuKonsumen . 44 Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen... 44

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen ... 45

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian ... 46

Hasil Uji Asumsi Klasik ... 47

Hasil Analisis Regresi Berganda ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 53

Saran ... 54

Kepada Konsumen ... 54

Kepada Produsen ... 54

Kepada Pemerintah ... 54

Kepada Peneliti Selanjutnya ... 54

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011

3

2 Berbagai Minyak Goreng dan Segmen Pasarnya 8

3 Parameter Tingkat Perilaku Konsumen 22

4 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011

29 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur pada Tahun

2011

30

6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 31

7 Sarana dan Prasaran 32

8 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah 34 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 35 10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 36 11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 36 12 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan 36 13 Skor Rataan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsumen

39 14 Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli

Minyak Goreng curah

44 15 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Dalam Membeli Minyak Goreng curah

45

16 Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Kerangka Pemikiran 17

2 Garis Normal Plot 47

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentrak Kota Medan, Tahun 2013

2 Kriteria Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentral Kota Medan Tahun, 2013

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruuhi Jumlah Pembelian Konsumen Pasar Sentral Kota Medan, Tahun 2013

4 Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Perilaku Konsumen Minyak Goreng Curah Pasar Sentral Kota Medan, Tahun 2013

(12)

ABSTRAK

APRIANANDA UTAMA (090304047) dengan judul Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah (Studi Kasus : Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota di Kota Medan). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian, untuk menganalisis hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian, dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis korelasi Rank Spearman dan metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2013.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) alasan konsumen membeli minyak goreng curah adalah harganya murah, merupakan kebutuhan sehari-hari dan mudah diperoleh; (2) Tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen; (3) Secara parsial harga minyak goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sedangkan pendapatan dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Secara serempak harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok dan dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan. Dapat dikatakan bahwa minyak goreng adalah komoditas yang sangat

strategis, karena berdasarkan pengalaman Indonesia selama ini, menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan

politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional (Amang , dkk, 1996).

Minyak goreng secara umum terdiri dari dua kelompok, yakni minyak goreng hewani dan minyak goreng nabati. Minyak nabati adalah yang paling banyak

digunakan, terutama untuk menggoreng, karena lebih mudah didapatkan. Minyak goreng nabati ini dapat dibuat dari berbagai sumber seperti kelapa, kelapa sawit,

dan kedelai (foodreview.com).

Di Indonesia minyak goreng nabati yang paling sering digunakan adalah minyak goreng bahan baku kelapa sawit. Selain karena Indonesia merupakan negara

penghasil kelapa sawit, minyak ini juga cukup ideal dari segi harga dan ketersediaan. Bila harus mengimpor jenis minyak nabati yang tidak bisa

diproduksi di Indonesia, ini akan membutuhkan biaya yang besar. Selanjutnya mempengaruhi daya jual sehingga hanya dapat dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu. Disamping itu, minyak kelapa sawit memiliki banyak

(14)

Untuk minyak goreng kelapa sawit ini terbagi dalam dua segmen, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak

goreng bermerek merupakan sama-sama hasil dari proses industri namun berbeda dari kualitas prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya hanya dilakukan 1 kali, berwarna kuning keruh dan didistribusikan dalam bentuk non

kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek 3-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek tertentu (sitekno.com).

Dilihat dari aspek kebersihan serta kualitas produk, minyak goreng curah tidak sebaik minyak goreng bermerek. Didistribusikan dalam drum-drum dengan wadah terbuka membuat kebersihannya tidak terjamin. Selanjutnya diikuti dengan

harganya yang relatif lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Harga minyak goreng curah berkisar Rp10.000/ kg sedangkan minyak goreng bermerek

Rp 11.500-12.500/kg (antaranews.com).

Pada tabel 1 disajikan perkembangan dan perbedaan harga antara minyak goreng curah dengan harga beberapa produk minyak goreng bermerek di Kota Medan,

(15)

Tabel 1.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011

Bulan Jenis Minyak Goreng

Curah Kuning/Kg Bimoli 2 liter Sania 2 liter

Januari 11.064 24.660 22.940

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Saat ini kita bisa lihat maraknya produk minyak goreng bermerek yang beredar di

pasaran kota Medan. Produk minyak goreng bermerek itu diantaranya : Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, Sunco, dan lain-lain. Meskipun minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dan kian marak beredar di pasaran kota

Medan, minat konsumen untuk membeli minyak goreng curah masih ada (antarasumut.com).

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen

berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang dibutuhkan dan diinginkan juga berbeda (Suryani,2008).

Assael (1995) dalam Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen

(16)

serta karakteristik konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan dll). Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan

suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas.

Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan antara dua atau lebih alternatif. Pilihan

meliputi produk yang dibeli, jumlah pembelian, lokasi, dan waktu pembelian (Setiadi, 2003).

Meskipun minyak goreng bermerek banyak beredar di pasaran dan kian gencar melakukan promosi tetapi minat konsumen terhadap minyak goreng curah tergolong tinggi. Padahal dari segi kualitas dan kebersihan minyak goreng curah

tidak sebaik minyak goreng bermerek sehingga membuat peneliti tertarik untuk meneliti perilaku konsumen minyak goreng curah ini.

Berangkat dari uraian diatas peneliti akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.

Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apa alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian? 2. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen (umur dan tingkat

pendidikan) dengan perilaku konsumen di lokasi penelitian?

3. Bagaimana pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah

(17)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi alasan konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian

2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik konsumen (umur dan tingkat

pendidikan) dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian.

3. Untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng curah, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah di lokasi penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak

goreng curah.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan

yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, bunga

matahari dan bahan baku lainnya

Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah

tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng di kedua tingkat konsumen pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan

pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang,dkk, 1996).

Minyak goreng dapat dikelompokkan menurut bahan baku dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah minyak yang dihasilkan dari hewan yang secara awam diistilahkan sebagai lemak (fat). Penggunaan minyak hewani untuk

dikonsumsi langsung rumah tangga sebagai bahan pangan relatif terbatas. Penggunaan minyak goreng hewani masih terbatas hanya pada kalangan

masyarakat tertentu saja. Hal ini dikarenakan lemak yang dikandung minyak

(19)

Kelompok kedua adalah minyak nabati, yakni minyak yang dihasilkan dari ekstrak kandungan asam lemak dari tumbuh-tumbuhan. Minyak nabati yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah hasil olahan dari ekstrak minyak yang berasal dari kelapa sawit, kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, bunga matahari dan lobak. Di Indonesia sekitar 95 persen minyak goreng berasal dari

minyak nabati adalah berasal dari sawit dan kelapa. Murahnya harga bahan baku dan ketersediaan yang relatif stabil merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan hal tersebut (Amang,dkk, 1996).

Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat pada masa sebelum orde baru dan sampai pada awal pembangunan jangka panjang (PJP) 1 didominasi oleh jenis

minyak goreng asal kelapa. Semenjak semakin meningkatnya produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser oleh minyak

goreng bahan baku sawit. Dibandingkan dengan minyak kelapa sawit, minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Minyak kelapa sawit rendah lemak jenuh karena produksi minyak kelapa sawit melalui proses

pemanasan dan pengepresan (Amang,dkk, 1996).

Minyak goreng kelapa sawit mempunyai segmen pasar yang beragam tergantung kualitas minyak dan bahan pengkaya yang ditambahkannya seperti vitamin. Ada 5

segmen pasar yang dapat diidentifikasi dari strategi pemasaran pemain di industri minyak goreng ini, yaitu segmen pasar tradisional (kelas C), kelas B dan kelas B+

(20)

ini adalah minyak goreng curah. Berikut beberapa merek serta segmentasi pasarnya disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Berbagai Merek Minyak Goreng dan Segmen Pasarnya

No Merek Dagang Segmen Pasar

1 Tidak Bermerek (Minyak

Goreng curah)

C

2 Bimoli, Kunci Mas B

3 Sania Royale, Bimoli Spesial B+

3 Happy Salad, Sunrise A

Sumber : Badan Perumahan dan Penanaman Modal, 2009

Landasan Teori

Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yakni : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian

digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “ pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan,

lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (Sumarwan, 2004). Perilaku Konsumen

Menurut Loudon dan Bitta (1995) di dalam Suryani (2008) menjelaskan bahwa

perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan

atau mendapatkan barang dan jasa.

Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli. Salah satunya oleh Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengonsumsi serta

(21)

tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak

diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).

Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen

mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan. Keputusan pembelian konsumen akan membantu

kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa (Pyndick dan Rubinfield, 2001).

Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian

masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannnya.

Faktor Konsumen

Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang/jasa yakni : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi

motivasi atau kebutuhan, pengalaman, dan karakteristik konsumen. Faktor eksternal meliputi pengaruh dari lingkungan konsumen (Suryani, 2008).

Faktor Internal : 1. Motivasi Kebutuhan

Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang

(22)

terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan

suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasratnya tersebut.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori

pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat dan tanggapan (Umar, 2000).

3. Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen yakni : a. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang

mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya (Setiadi, 2003). b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Apabila pendidikan tinggi maka konsumen akan memilih barang-barang yang berkualitas baik. Tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Kotler, 1994).

Faktor Eksternal : 1. Kelompok Acuan

(23)

individu tersebut. Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi seseorang karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan

kelompok acuan tersebut (Suryani,2008). 2. Keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen

sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut.

Oleh karena itu secara langsung atau tidak langsung keputusan pembelian dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).

Faktor Stimulus Pemasaran a. Harga

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan

pelayanan yang menyertainya. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen

terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan

pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).

b. Kualitas Produk

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan

(24)

c. Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.

Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya

dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan

pernah membelinya (Kotler, 1994).

Pada hakikatnya, promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang

dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan / atau mengingatkan pasar

sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk

yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).

d. Lokasi

Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan

penjual yang bertemu secara teratur dan melakukan transaksi jual beli. Tempat

pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat menentukan

gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara,2002).

Setelah konsumen memutuskan untuk memilih suatu barang, selanjutnya konsumen

memutuskan untuk menentukan jumlah pembelian.

Menurut Lipsey dkk di dalam Sanusi (2003) jumlah komoditas yang akan dibeli oleh

seorang konsumen/ rumah tangga disebut sebagai jumlah yang diminta untuk

komoditas tersebut. Ada beberapa konsep jumlah yang diminta yang perlu

diperhatikan. Pertama ; jumlah yang diminta sebagai jumlah yang diinginkan. Jumlah

ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh seorang konsumen/ rumah

tangga atas dasar harga komoditas itu, penghasilan mereka, jumlah tanggungan, selera

(25)

Kedua : jumlah yang diminta sebagai arus pembelian yang kontinyu. Oleh karena itu,

jumlah tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya satuan waktu. Berikut beberapa

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian atau jumlah yang diminta : a. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang / jasa akan mempengaruhi banyak / sedikitnya terhadap

jumlah pembelian. Jumlah atau kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat

dan jumlah yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa

kuantitas yang dibeli berhubungan negatif dengan harga (Djododipuro, 1991).

b. Pendapatan

Pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian.

Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang

untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi,2003). c. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang.

Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap

individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003). d. Selera

Penentu paling jelas terhadap jumlah pembelian adalah selera. Jika seseorang

menyukai suatu barang, maka orang tersebut akan membeli lebih banyak. Para ekonom biasanya tidak mencoba menjelaskan selera konsumen karena selera

(26)

Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala

ini menilai sikap atau tingkah laku yang dinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala ukur yang telah

disediakan, yakni : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang menjadi rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggian

(2012) dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Mengkonsumsi Ayam Potong (Studi Kasus : Pasar Sei

Sikambing Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara). Dengan hasil analisis bahwa parameter rasa daging ayam potong yang sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam potong dengan tingkat ketercapaian

74,0 %. Secara serempak pengaruh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam potong terhadap jumlah konsumsi daging

ayam potong. Secara parsial variabel tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong, sedangkan pada umur dan harga daging ayam potong tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah konsumsi daging ayam potong. Perkembangan harga daging ayam potong berfluktuasi setiap tahunnya, sedangkan perkembangan permintaan

(27)

Penelitian lain yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Hafiz (2009) dengan judul skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Minyak Goreng di Kota Medan. Dengan hasil analisis bahwa terdapat perbedaan kerakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam

mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumsi minyak goreng secara signifikan adalah jumlah tanggungan keluarga dan

minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior. Faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah

harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga. Minyak goreng

curah dan minyak goreng bermerek merupakn barang yang bersifat elastis dan

merupakan barang inferior.

Kerangka Pemikiran

Konsumen adalah semua individu atau rumah tanggga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa. Setiap individu memiliki perilaku

masing-masing dalam mendapatkan atau membeli barang / jasa hingga mengkonsumsi atau memakainya.

Didalam negeri industri minyak goreng sawit terbagi atas dua, yaitu minyak

goreng curah dan minyak goreng bermerek. Ada beberapa faktor mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah yaitu faktor konsumen

(28)

pengalaman dan karakteristik konsumen, untuk kara sedangkan faktor eksternal meliputi : kelompok acuan dan keluarga.

Selain faktor konsumen itu sendiri ada faktor stimulus pemasaran yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah diantaranya : harga, lokasi, promosi, dan kualitas produk.

Alasan seseorang membeli suatu produk/jasa diidentifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut.

Setelah memutuskan untuk memilih minyak goreng curah sebagai minyak goreng yang akan dibeli selanjutnya konsumen memutuskan jumlah pembelian. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pembelian yakni : harga minyak

(29)

Adapun skema dari kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perilaku Konsumen

1. Pendapatan / bulan 2. Harga Minyak

Goreng Curah 3. Jumlah

(30)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat

perilaku konsumen membeli minyak goreng curah di lokasi penelitian. 2. Secara parsial harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah

tanggungan berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak

(31)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan

pertimbangan kota Medan memiliki jumlah penduduk paling tinggi di Sumatera Utara. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara menyebutkan bahwa jumlah

penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak ini diasumsikan permintaan akan bahan-bahan pokok termasuk juga minyak goreng curah juga tinggi. Lokasi penelitian yang dipilih

adalah pasar tradisional karena minyak goreng curah hanya dijual di pasar tradisional. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian yakni pasar

sentral dengan pertimbangan pasar sentral merupakan pusat perdagangan berbagai komoditi di kota Medan termasuk minyak goreng curah.

Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini

adalah individu yang mengonsumsi minyak goreng curah, karena besar populasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya, oleh karena itu sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat.

Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang dikemukakan oleh Gay dalam (Hasan, 2002), ukuran sampel minimum yang dapat diterima bisa dilihat

(32)

responden. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 30.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik penarikan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui peneliti yang membeli

minyak goreng curah di lokasi penelitian yaitu di kawasan pasar sentral di kecamatan Medan Kota yang membeli minyak goreng curah.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS Sumatera Utara, internet dan instasi lain terkait.

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan menjumlahkan

atau menskorkan data-data yang diperoleh.

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan analisis korelasi rank spearman.

Adapun rumus korelasi rank spearman yaitu :

Keterangan :

(33)

n = jumlah pengamatan

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel yang diuji digunakan uji t dengan rumus :

(Supriana, 2010)

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Tidak terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat

perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.

H1: Terdapat hubungan tingkat umur dan tingkat pendidikan dengan tingkat

perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.

Kriteria uji hipotesis adalah

Jika thitung t /2 maka H0 diterima, H1 ditolak

(34)

Untuk mengukur tingkat perilaku konsumen digunakan metode skoring dengan 10 parameter yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Parameter Tingkat Perilaku Konsumen

No Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli minyak goreng curah karena kebutuhhan

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

2 Membeli minyak goreng curah

berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya / kebiasaan.

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

3 Membeli minyak goreng curah karena pengaruh dari orang lain/ teman

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

4 Membeli minyak goreng curah karena pengaruh dari anggota keluarga

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju 5 Membeli minyak goreng curah karena

harga

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju 6 Membeli minyak goreng curah karena

kualitasnya

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju 7 Membeli minyak goreng curah karena

adanya promosi dari penjual/iklan

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju 8 Membeli minyak goreng curah karena

kemudahan memperolehnya

(35)

9 Membeli Minyak Goreng Curah karena sesuai dengan pendapatan

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

10 Membeli Minyak Goreng Curah Karena Jumlah Anggota Keluarga

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan menggunakan metode analisis

regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

bila dua atau lebih variabel independen dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2006).

Data yang dibutuhkan adalah jumlah pembelian rata-rata minyak goreng curah per bulan, harga minyak goreng curah, jumlah tanggungan, dan pendapatan rata-rata

(36)

X1 = Harga Minyak Goreng Curah (Rp/ Kg)

X2 = Pendapatan (Rp/ bln)

X3 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

= Kesalahan Pengganggu

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan

berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.

H1 : Harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan

berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah.

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Sugiyono,2006).

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan

yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004). Kriteria uji yang diajukan :

Jika sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(37)

Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap

variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05 (Firdaus, 2004).

Kriteria uji yang diajukan :

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji t dan F

mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika terjadi pelanggaran asumsi ini maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal

atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data / titik pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya (Janie,2012).

2. Multikolinearitas

Kolinearitas ganda adalah hubungan linier yang sempurna diantara

(38)

regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan dan standard error-nya tak terhingga. Jika kolinearitas kurang sempurna, maka koefisien regresi dari variabel

X dapat ditentukan, tetapi standard error-nya tinggi, ini berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Jadi semakin kecil korelasi antar variabel bebasnya maka semakin baik model regresi yang akan

diperoleh (Firdaus,2004).

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitaas.

(Nachrowi, 2002).

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat

definisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

2. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri

(39)

3. Minyak Goreng bermerek adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana penyaringannya telah 3-4 kali lalu dikemas dan diberi

label/merek tertentu.

4. Pangsa pasar adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan persentase.

5. Keputusan Pembelian adalah pemilihan atau tindakan dari dua atau lebih yang diputuskan saat membeli dan mengkonsumsi sesuatu.

6. Harga adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng curah

7. Pendapatan Konsumen adalah pendapatan seluruh anggota rumah tangga yang

dihitung per bulan.

8. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

9. Pasar tradisional adalah suatu tempat dimana para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan dengan sistem tawar sehingga terjadi

kesepakatan. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu Pasar Sentral di Kecamatan Medan Kota, Medan.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.

3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli minyak goreng curah di Pasar Sentral dan dianggap mampu memberikan informasi yang

(40)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Luas Wilayah, Batas dan Iklim

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Kota Medan berada pada kisaran 2o27’-2o47’ LU – 98o35’- 98o44’ BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m – 37,5 m di atas

permukaan laut.

Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang mempunyai luas 265,10 km2 yang terdiri dari 21 kecamatan, 151 kelurahan. Kota

Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada bagian Utara, Barat, Selatan serta bagian timur berbatasan dengan Selat Malaka. Sebagian besar

wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Barbura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,04oC – 24,08oC dan suhu maksimum berkisar antara

32,73oC – 34,47oC. Sedangkan menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,6oC – 24,4oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,3oC –

(41)

Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2011 berjumlah 2.117.224 jiwa yang tersebar disetiap kecamatan di Kota Medan. Jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,1 Km2 dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah

sebanyak 7.287 jiwa/Km2. Secara rinci kepadatan penduduk Kota Medan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Medan pada Tahun 2011.

Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan

(Km2) Penduduk

(Jiwa/Km2)

Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955

Medan Johor 14,58 125.456 8.605

Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036

Medan Petisah 6,82 61.832 9.066

Medan Barat 5,33 70.881 13.298

Medan Timur 7,76 108.758 14.015

Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856

Medan Tembung 7,99 133.784 16.744

(42)

Dari Tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Medan Deli yaitu 170.013 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah

adalah kecamatan Medan Baru dengan jumlah 39.564 jiwa.

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk Kota Medan yang berjumlah 2.117.224 jiwa tersebar disetiap kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan. Untuk lebih jelas jumlah penduduk

Kota Medan menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2011 Golongan Laki-Laki Perempuan

Jumlah

Jumlah 1.046.580 1.070.664 2.117.224

(43)

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa penduduk Kota Medan pada tahun 2011 yang berjumlah 2.117.224 jiwa yang terdiri dari 1.046.580 jiwa laki-laki dan 1.070.664

jiwa perempuan. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 5 juga menunjukkan jumlah usia non produktif (0 - 14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak,

dan remaja tahun adalah sebanyak 569.534 jiwa (26,90%). Jumlah usia produktif yaitu 15 – 54 tahun adalah sebanyak 1.351.737 orang (63,84%). Sedangkan usia

manula > 55 adalah 195.953 orang (9,26%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Dari data dalam tabel 5 menunjukkan bahwa ketersediaan

tenaga kerja di Kota Medan cukup besar. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiridari tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

Persentase (%)

SD 266.756 31,7

SLTP 116.076 13,8

SLTA 125.639 15,0

Perguruan Tinggi 331.567 39,5

Jumlah 840.038 100

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011

Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan paling besar jumlahnya adalah pada Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 331.567 orang (39,5%). Kemudian diikuti oleh

(44)

Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah SLTP yaitu sebanyak 116.076 orang (13,8%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kota Medan terdiri dari sekolah, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi, dan pasar. Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia

sangat baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Jumlah

(Unit)

e. Perguruan Tinggi 33

2. Kesehatan

a. Mesjid/Musholla 1.740

b. Gereja 751

a. Pasar Tradisional 56

b. Pasar Modern 239

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2011

Tabel 7 menunjukkan sarana dan prasarana di Kota Medan, dimana untuk sarana

(45)

348 unit, SMA 200 unit, SMK 144 unit, dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta,

maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana

kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU sebanyak 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit, Rumah Sakit sebanyak 75 unit dan

Posyandu sebanyak1.406 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu, sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan. Sarana peribadatan yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.740

unit, gereja sebanyak 751 unit, kuil 34 unit, wihara 22 unit dan klenteng 33 unit.

Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan.

Masyarakat dapat dengan mudah memilih untuk berbelanja di pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang

(46)

Profil Pasar Sentral

Pasar Sentral ini terletak di Jalan MT Haryono, Kecamatan Medan Kota. Pasar

Sentral ini dikelola langsung oleh PD Pasar Kota Medan. Pasar ini didirikan pada tahun 1986 dengan status kepemilikan tanah oleh Pemko Medan. Pasar yang memiliki luas lahan sebesar 41.091 m2 dan luas bangunan sebesar 42.600 m2

terdapat kios sebanyak 2.059 unit dan stand sebanyak 493 unit. Bila dilihat dari kondisi fisik bangunan, kondisi fisik bangunan dalam kondisi sedang. Komoditi

yang dijual dipasar ini adalah umum dengan jumlah pedagang sebanyak 2500. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng curah yang

melakukan kegiatan pembelian di pasar tradisional yakni di pasar sentral, kecamatan Medan Kota. Karakteristik disini meliputi umur, tingkat pendidikan,

jumlah tanggungan, dan pendapatan. Secara rinci, masing-masing karakteristik responden satu persatu dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Curah

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 44.13 29 – 58

Tingkat Pendidikan Tahun 9.37 6 – 9

Jumlah Tanggungan Jiwa 2,17 1 – 4

Pendapatan Tahun 2240000 1500000-5000000

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden konsumen minyak goreng curah adalah 44.13 tahun dengan rentang antara 29 – 58 tahun. Dilihat dari

(47)

SMP. Jumlah rata-rata tanggungan yang dimiliki oleh responden konsumen minyak goreng curah adalah 2,6 dengan rentang 1 – 4 orang. Sedangkan

pendapatan responden konsumen minyak goreng curah yaitu rata-rata Rp. 2240000,- dengan rentang Rp1500000,- - Rp.5000000,-.

Umur

Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Besar Responden (Jiwa)

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 9 dapat dilihat besar responden terbanyak terdapat pada range umur

45-49 tahun dengan jumlah 9 jiwa (30 %) dan yang terkecil pada range umur 25-29 tahun dengann jumlah 1 jiwa (3,33 %).

Tingkat Pendidikan

Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan konsumen sampel di lokasi

penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD sampai perguruann tinggi. Tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah di Kota Medan dapat dilihat pada

(48)

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Besar Responden

(Jiwa)

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 10 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada setingkat SMP dengan jumlah 14 jiwa (46,67 %) dan yang terkecil tingkat

D3/Sarjana dengan jumlah 1 jiwa (3,33 %). Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden konsumen dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Responden

(Jiwa)

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 11 dapat dilihat jumlah tanggungan responden konsumen yang terbesar berada pada kelompok 3-5 dengan jumlah 18 jiwa (60 %).

Pendapatan

Pendapatan responden konsumen dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan (Rp) Besar Responden

(Jiwa)

(49)

Dari tabel 12 dapat dilihat pendapatan responden bervariasi. Besar responden terbesar berada kelompok pendapatan <Rp2000000 dengan jumlah 14 jiwa (46,67

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah

Dalam melakukan kegiatan pembelian konsumen memiliki beberapa perilaku.

Perilaku ini dapat digolongkan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Perilaku ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk melihat alasan konsumen membeli minyak goreng curah dapat kita identifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng curah, maka dibuat parameter faktor-faktor tersebut sehingga nantinya juga didapat penggolongan perilaku

(51)

Tabel 13. Skor Rataan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

10 Jumlah Anggota Keluarga

5 3.83 75.4 %

Jumlah 50 3.48 69.66 %

Sumber : Analisis Data Lampiran 2

Berdasarkan tabel 13 diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dari parameter faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak goreng curah. Berdasarkan hasil parameter perilaku pembelian konsumen

terhadap minyak goreng curah, dapat kita ketahui bahwa parameter harga, kebutuhan sehari-hari, dan mudah diperoleh menjadi alasan utama mengapa

minyak goreng curah dibeli oleh responden. Hal ini bisa kita dilihat dari jumlah persentase jawaban yang diperoleh yaitu : 92 %, 88.6 % dan 88% sehingga . Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu mengenai faktor-faktor yang

(52)

Kebutuhan Sehari-hari

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kebutuhan sehari-hari rataan skor

yang diperoleh yaitu 4.43 dengan persentase ketercapaian 88.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena telah menjadi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak

lauk pauk menggunakan minyak goreng jenis curah ini. Disamping untuk memasak lauk pauk yang dikonsumsi untuk rumah tangga sendiri, minyak goreng

curah ini juga digunakan untuk berjualan. Oleh karena itu, parameter kebutuhan sehari-hari menjadi faktor utama kenapa responden membeli minyak goreng curah.

Kebiasaan

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kebiasaan rataan skor yang

diperoleh yaitu 4.13 dengan persentase ketercapaian 82.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena telah menjadi kebiasaan sehingga jika mereka butuh minyak

goreng maka minyak goreng curah inilah yang dibeli oleh responden. Oleh karena itu parameter kebiasaan menjadi faktor pendorong yang mempengaruhi perilaku

konsumen membeli minyak goreng curah.

Dorongan dari Orang Lain

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan dari orang lain rataan skor

(53)

Dorongan Anggota Keluarga

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan anggota keluarga rataan

skor yang diperoleh yaitu 2.0 dengan persentase ketercapaian 20 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden dalam melakukan kegiatan pembelian minyak goreng curah tidak ada dorongan dari anggota

keluarga baik dari suami atau dari anggota keluarga lainnya.

Harga

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter harga rataan skor yang diperoleh yaitu 4.60 dengan persentase ketercapaian 92% dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah

karena harganya yang lebih murah daripada minyak goreng bermerek. Walaupun harga minyak goreng curah hanya sedikit lebih murah daripada minyak goreng

bermerek tetapi responden tetap membeli minyak goreng curah dengan tujuan untuk meminimalkan biaya belanja rumah tangga. Ini bisa kita lihat perbedaan harga yang tipis antara minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek, untuk

minyak goreng curah harganya sekitar Rp10.500/Kg dan minyak goreng bermerek harganya sekitar 13.800/Kg, dapat kita lihat harga minyak goreng curah lebih

murah Rp3300 per kilonya daripada harga minyak goreng bermerek per kilonya. Dengan selisih harga yang lebih murah yakni Rp.3300/Kg inilah yang menyebabkan konsumen membeli minyak goreng curah. Oleh karena itu,

(54)

Kualitas Baik

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter kualitas baik skor yang diperoleh

yaitu 3.27 dengan persentase ketercapaian 65.4% dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah tidak karena kualitasnya yang baik. Menurut responden, minyak goreng curah ini

cepat berubah warna menjadi hitam untuk dua kali pemakaian. Selain itu responden juga mengetahui kolesterol minyak goreng curah tinggi. Namun

responden tidak terlalu peduli dengan hal ini. Oleh karena itu, parameter kualitas baik tidak menjadi alasan konsumen membeli minyak goreng curah.

Dorongan Penjual

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter dorongan penjual skor yang diperoleh yaitu 2.07 dengan persentase ketercapaian 41.4 % dari skor 5 yang

diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah tidak karena dorongan dari penjual atau pun dorongan yang lain seperti promosi. Ini dikarenakan memang minyak goreng curah tidak ada strategi

pemasaran dengan cara iklan atau promosi. Oleh karena itu, parameter promosi/ dorongan penjual tidak menjadi alasan konsumen membeli minyak goreng curah.

Mudah Diperoleh

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter mudah diperoleh skor yang diperoleh yaitu 4.40 dengan persentase ketercapaian 88 % dari skor 5 yang

(55)

Oleh karena itu, parameter mudah diperoleh menjadi faktor utama kenapa konsumen membeli minyak goreng curah.

Sesuai dengan Pendapatan

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter sesuai dengan pendapatan skor yang diperoleh yaitu 4.17 dengan persentase ketercapaian 83.4 % dari skor 5 yang

diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng curah karena sesuai dengan pendapatan. Jika responden merasa belanja

rumah tangga sedikit berlebih maka responden membeli minyak goreng bermerek dan jika responden merasa belanja rumah tangga cukup maka responden membeli minyak goreng curah. Disini dapat kita lihat responden mengkombinasikan

membeli minyak goreng curah dan bermerek. Oleh karena itu, parameter sesuai dengan pendapatan hanya menjadi faktor pendorong konsumen membeli minyak

goreng curah.

Jumlah Anggota Keluarga

Dari tabel 13 dapat kita lihat untuk parameter jumlah anggota keluarga skor yang

diperoleh yaitu 3.77 dengan persentase ketercapaian 76.6 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, responden membeli minyak goreng curah karena jumlah anggota keluarga. Dikarenakan jumlah anggota

keluarga yang banyak, responden membeli minyak goreng curah ini dengan tujuan untuk mengecilkan belanja rumah tangga. Ini disebabkan responden

(56)

Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Perilaku Konsumen

Umur

Umur konsumen merupakan salah satu faktor karakteristik pribadi yang memiliki

kaitan erat dengan cara pandang dan berpikir serta perilaku. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur.Tabel 14 berikut akan memperlihatkan hubungan antara umur dengan perilaku konsumen

dalam membeli minyak goreng curah.

Tabel 14. Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng curah.

No Umur Skor Perilaku Konsumen Jumlah

9-22 23-36 37-50

1 25-35 0 4 (13.3%) 1 (3.3%) 5 (16,7%)

2 36-46 0 10 (33.3%) 3 (10%) 13 (43.3%)

3 47-57 0 10 (20%) 2 (20%) 12 (40%)

Jumlah 24 (80%) 6 (20%) 30 (100 %)

Sumber : Analisis Data Lampiran 2

Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 1 responden konsumen (13.3%)

pada kelompok umur 25-35 yang memiliki skor perilaku 37-50. Terdapat 3 responden konsumen (20%) pada kelompok umur 36-46 yang memiliki skor perilaku 37-50. Terdapat 6 responden konsumen (20%) pada kelompok umur

47-57 yang memiliki skor perilaku 37-50.

(57)

disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan

tingkat umur dengan tingkat perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.

Ini berarti untuk membeli minyak goreng curah tidaklah ditentukan oleh umur karena minyak goreng curah ini adalah termasuk kebutuhan sembako sehingga bisa dibeli siapa saja dari berbagai tingkat umur.

Tingkat Pendidikan

Perubahan dalam perilaku individual digambarkan oleh tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki konsumen akan menunjukkan wawasan dan tingkat pengetahuan dalam pengambilan keputusan. Tabel 15 berikut akan memperlihatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen

dalam membeli minyak goreng curah.

Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Curah

No Tingkat

Pendidikan Skor Perilaku Konsumen Jumlah

9-22 23-36 37-50

Sumber : Analisis Data Lampiran 2

Dari tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 2 responden konsumen (6.7%)

(58)

perilaku 37-50. Terdapat 1 responden konsumen (3.4%) pada tingkat pendidikan SMA yang memiliki skor perilaku 37-50. Tidak terdapat responden konsumen

yang memiliki skor perilaku 37-50 pada tingkat pendidikan Diploma / Sarjana.

Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen minyak goreng curah digunakan alat bantu SPSS 16. Dari hasil diperoleh signifikansi sebesar 0.051 (lampiran 4). Nilai ini > α0.05. Dengan kriteria

ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat

hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat perilaku konsumen membeli minyak goreng curah. Ini berarti untuk membeli minyak goreng curah tidaklah ditentukan dari tingkat pendidikan. Ini dikarenakan minyak goreng curah tersebut telah

menjadi kebutuhan sehari-hari oleh responden konsumen.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah

Secara teoritis diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

pembelian minyak goreng curah adalah harga minyak goreng curah, pendapatan, jumlah tanggungan dan selera. Namun untuk variabel selera sulit diukur pengaruhnya terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah sehingga variabel

selera tidak dimasukkan ke dalam variabel bebas. Oleh karena itu variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga minyak goreng

curah (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3).

Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah maka dilakukan analisis regresi linier berganda.

(59)

curah, pendapatan, dan tanggungan menjadi variabel bebas (X). Sebelum dianalisis maka variabel tersebut perlu diuji dengan uji asumsi klasik.

Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data / titik

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar di

sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya. Dapat kita lihat gambar grafik sebaran data berikut ini :

Gambar 2. Garis Normal Plot

Dengan melihat tampilan gambar grafik normal plot diatas terlihat titik menyebar

(60)

diagonal. Ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinearitas

Dengan melihat tabel Coefficient masing-masing variabel bebasterdapat nilai VIF dan Tolerance. Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai

Tolerance > 0,1. Pada variabel harga, pendapatan dan tanggungan masing-masing nilai VIF nya sebesar 1,590; 1,451; 1,568. < 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance nya sebesar 0,629; 0,689; 0,638 > 0,1 (lampiran 5). Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

Uji Heterokedastisitas

Untuk uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metoda grafik scatterplots.

(61)

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak

di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka dilanjutkan dengan analis regresi berganda.Untuk mengetahui hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel

16 berikut :

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Minyak Goreng Curah

Variabel Koefisien

Harga Minyak Goreng Curah -0.002 0.000 0.000

Pendapatan -3.547E-7 0.000 0.093

Tanggungan 0.243 0.192 0.215

R = 0.838a

R Square = 0.703

Sumber : Analisis Data Lampiran 5.

Dari tabel 16 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Nilai 22.650 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y.

Koefisien Determinasi (r2)

Uji koefisien determinasi (r2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

(62)

% persen variasi perubahan jumlah pembelian dipengaruhi oleh variasi harga minyak goreng curah, pendapatan, dan jumlah tanggungan, sedangkan sisanya

29.7 % dipengaruhi oleh variasi variabel di luar model (variabel yang tidak diteliti).

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel-variabel bebas berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Harga Minyak Goreng Curah

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi t harga minyak goreng curah adalah sebesar 0.000 (lampiran 5). Nilai ini < 0.05. Dengan kriteria ini dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya secara parsial harga minyak

goreng curah berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Nilai koefisien regresi diperoleh sebesar -0.002. Tanda koefisien ini

menunjukkan ketika terjadi peningkatan harga minyak goreng curah maka terjadi penurunan pembelian minyak goreng curah.

Ini sesuai dengan teori menurut Djododipuro (1991), dalam hukum permintaan, pada dasarnya jumlah atau kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat

dan jumlah yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah.

Terjadinya peningkatan harga minyak goreng curah lalu diikuti penurunan jumlah

(63)

peningkatan dan harga tersebut tidak terlalu jauh dengan harga minyak goreng bermerek, kemungkinan konsumen akan membeli minyak goreng bermerek lalu

mengurangi membeli minyak goreng curah. Ini dikarenakan minyak goreng curah kualitasnya tidak sebaik minyak goreng bermerek.

Pendapatan

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi t pendapatan adalah sebesar 0.093 (lampiran 5). Nilai ini > 0.05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak artinya secara parsial pendapatan tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembelian minyak goreng curah. Nilai koefisien regresi diperoleh sebesar -3.547E-7. Tanda koefisien regresi ini

menunjukkan ketika terjadi peningkatan pendapatan maka terjadi penurunan pembelian minyak goreng curah namun penurunan tersebut berpengaruh tidak

signifikan terhadap jumlah pembelian konsumen.

Teori menurut Setiadi (2003), tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa

secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit. Untuk minyak goreng curah ini, jika terjadi peningkatan pendapatan maka terjadi penurunan jumlah pembelian minyak

goreng curah, ini menunjukkan bahwa minyak goreng curah adalah barang inferior. Bila dilihat dari sisi kualitas, kualitas minyak goreng curah tidak sebaik

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Grafik Uji Heterokedastisitas
Tabel 1.Perkembangan Harga Eceran Minyak Goreng di Kota Medan Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

In this research, it has been performed carbon activation of oil palm shells (CAC) prepared by chemical treatment as adsorbents of phenol and methylene blue (MB) in solution either

ADSORBEN SELEKTIF LOGAM Pb DARI HIBRIDA AMINO-SILIKA TERCETAK ION DAN METODE PEMBUATANNYA.. Bidang Teknik Invensi

Husaidi selaku sekretaris DINPMP2KUKM Kabupaten Bangka pada bulan Januari 2018 bahwa tidak adanya program pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan

This study used measurements of mRNAs encoding four synaptic vesicle proteins (synaptotagmin I [p65], rab3a, synaptobrevin 1, synaptobrevin 2) and two synaptic plasma membrane

[r]

Plasma adrenocorticotropic hormone (ACTH) and cortisol responses to cold pressor test in nine Alzheimer’s disease (AD) patients and nine age- and gender-matched older normal

Semester Pendek dilaksanakan mulai tanggal : 30 Januari s/d 10

Permasalahan pada penelitian ini adalah: apakah dengan penerapan lesson study pada pembelajaran Ekologi Tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa di Program