• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian

2. Penelitian Perbandingan Efektivitas Model Pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL)

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Purworejo kelas XI semester II tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini, digunakan dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2. Kelas XI MIA 1 merupakan kelas eksperimen 1 yang selanjutnya disebut sebagai kelas Project Based Learning (PjBL) dengan jumlah 26 peserta didik dan kelas XI MIA 2 merupakan kelas eksperimen 2 yang selanjutnya disebut sebagai kelas Problem Based Learning (PBL) dengan peserta didik sejumlah 26 orang. Sampel penelitian ini memiliki karakteristik yang relatif sama, karena berdasarkan nilai hasil ulangan harian untuk materi sebelum sistem koloid menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki nilai rata-rata yang hampir sama atau sepadan. Selanjutnya, nilai ulangan harian sebelum materi sistem koloid dari kedua kelas ini digunakan sebagai data kemampuan awal peserta didik. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data kemampuan awal peserta didik, sampel dinyatakan homogen dan terdistribusi secara normal. Sehingga kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 dinyatakan sebagai sampel yang homogen dan terdistribusi secara normal.

Perlakuan awal terhadap sampel pada kelas eksperimen 1 (A1) dan kelas eksperimen 2 (A2) adalah sama yaitu diberikan soal pretest prestasi untuk materi sistem koloid dan angket nilai karakter awal. Soal prestest pretasi untuk

71

materi sistem koloid ini berjumlah 20 butir soal dan angket nilai karakter terdiri dari 10 butir pernyataan yang telah divalidasi secara logis. Pada kelas eksperimen 1 (A1) diperoleh rata-rata nilai pretest prestasi peserta didik sebesar 58,84615 dan rata-rata skor nilai karakter awal sebesar 36,30769 sedangkan pada kelas eksperimen 2 (A2) diperoleh rata-rata nilai pretest prestasi peserta didik sebesar 59,0385 dan rata-rata skor nilai karakter awal sebesar 35,1154. Nilai pretest prestasi yang diperoleh ini selanjutnya menjadi nilai yang dikendalikan secara statistik.

Setelah dilakukan pretest prestasi dan pengisian angket nilai karakter awal, kedua kelas diberikan perlakuan model pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran di kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) sedangkan pada kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada akhir rangkaian pembelajaran kemudian dilakukan posttest prestasi belajar untuk materi sistem koloid dan pengisian angket nilai karakter akhir. Pada kedua kelas eksperimen digunakan media LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) kimia yang telah dikonsultasikan sebelumnya kepada dosen pembimbing maupun pendidik mata pelajaran kimia kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 SMA Negeri 7 Purworejo. LKPD digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep tentang sistem koloid.

a. Kelas dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Proses pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) ini dilaksanakan pada kelas XI MIA 1 yang

72

terdiri dari 26 peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dimana tiap minggu nya dilaksanakan satu kali tatap muka untuk mata pelajaran kimia dengan alokasi waktu selama 4 jam pelajaran di setiap minggunya. Pertemuan pertama digunakan untuk kegiatan pretest prestasi dan pengisian angket nilai karakter awal yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan belajar mengajar yang meliputi kegiatan demonstrasi, diskusi, penyampaian materi, serta perancangan proyek penelitian pembuatan koloid.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran peneliti menggunakan perangkat pembelajaran, adapun perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal prestasi belajar kimia, angket nilai karakter, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan peserta didik secara berkelompok untuk menarik kesimpulan dari beberapa kegiatan demostrasi di kelas. Selain itu digunakan pula handout, buku-buku referensi, dan media power point yang digunakan untuk kegiatan penyampaian materi hingga perencanaan proyek pembuatan koloid.

Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan handout tentang sistem koloid kepada masing-masing peserta didik, kemudian membagi peserta didik menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Kelompok ini selanjutnya digunakan sebagai kelompok saat kegiatan belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Saat kegiatan belajar didalam kelas, disajikan kegiatan demonstrasi tentang pemahaman terhadap sistem koloid dan sifat-sifatnya. Pada kegiatan ini peserta didik duduk bersama kelompoknya, hal ini ditujukan agar peserta didik menjadi aktif dalam

73

mengemukakan pendapat dan dalam penarikan kesimpulan. Sebelum kegiatan demonstrasi berlangsung, peserta didik diberi LKPD terlebih dahulu untuk selanjutnya LKPD tersebut dapat digunakan sebagai penuntun peserta didik dalam menarik kesimpulan tentang kegiatan demonstrasi yang dilakukan. Saat kegiatan demonstrasi berlangsung, dengan didampingi peneliti, masing-masing perwakilan kelompok dipersilakan maju kedepan kelas dan melakukan kegiatan demonstrasi dengan bimbingan peneliti. Selama kegiatan demostrasi dilakukan, peneliti juga mendampingi anggota diskusi kelompok dalam mencatat data yang diperoleh sampai dengan kegiatan penarikan kesimpulan. Setelah kegiatan demonstrasi berakhir, peneliti meminta salah satu perwakilan kelompok selain yang telah melakukan demonstrasi untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Selama kegiatan presentasi berlangsung, terlihat peserta didik aktif dalam bertanya, menyanggah maupun memberikan masukan pada kelompok yang sedang melakukan presentasi. Peserta didik terlihat sangat antusias baik saat kegiatan penyampaian materi, saat berdiskusi, saat melakukan, memperhatikan, hingga mempresentasikan hasil diskusi mengenai kegiatan demonstrasi tentang pemahaman terhadap sistem koloid beserta sifat- sifatnya.

Kegiatan selanjutnya adalah merancang sebuah proyek pembuatan koloid untuk masing-masing kelompok. Adapun hasil rancangan proyek yang akan dibuat sangat bervariasi, mulai dari rancangan proyek pembuatan es krim, pembuatan cincau, pembuatan selai, hingga pembuatan keju. Pengerjaan proyek akan dilaksanakan di luar jam pelajaran secara berkelompok selama

74

satu pekan kedepan untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.

Selama satu pekan di luar jam pelajaran, peneliti tetap melakukan pemantauan terhadap proyek yang dibuat oleh peserta didik. Peneliti juga membimbing peserta didik dan memberikan informasi apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam melaksanakan proyeknya, baik melalui kegiatan diskusi langsung maupun diskusi secara tidak langsung. Peserta didik terlihat sangat antusias dalam melaksanakan proyek kelompoknya, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta didik kepada peneliti saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan proyek selama satu pekan tersebut.

Pertemuan kedua berselang satu pekan setelah pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua, peserta didik sudah siap dengan hasil proyek kelompok masing-masing. Satu-persatu kelompok mempresentasikan hasil proyek mereka selama satu pekan. Presentasi yang dilakukan peserta didik dengan menggunakan media power point yang dilengkapi dengan latar belakang pemilihan proyek hingga dokumentasi pembuatan koloid baik berupa foto maupun video. Pada kegiatan presentasi, peserta didik nampak sangat antusias dalam bertanya, menyanggah, maupun memberi kritik dan saran. Kegiatan presentasi hingga penarikan kesimpulan dilakukan kurang lebih selama dua jam pelajaran. Selanjutnya, pada dua jam pelajaran berikutnya peserta didik diberikan soal posttest prestasi untuk materi sistem koloid dan juga peserta didik dipersilakan mengisi angket posttest nilai karakter. Skor yang diperoleh dari soal posttest prestasi selanjutnya digunakan sebagai skor prestasi hasil

75

belajar sedangkan skor posttest nilai karakter merupakan skor nilai karakter akhir peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning (PjBL).

Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran dengan model Project Based Learning (PjBL) yang telah dilakukan, dapat meningkatkan pemahaman tentang sistem koloid karena pada model pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk kritis dan aktif dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat diperoleh suatu jawaban dari permasalahan tersebut. Pemecahan masalah menggunakan model Project Based Learning (PjBL) membutuhkan kerja keras dan keaktifan peserta didik karena dalam menemukan jawabannya, peserta didik tidak hanya dituntut untuk mencari informasi lebih dalam terkait masalah yang akan dipecahkan akan tetapi peserta didik juga dihadapkan pada penyelesaian sebuah proyek, sehingga proyek yang dilaksanakan mampu terselesaikan dengan baik dan peserta didik mampu menemukan jawaban atas permasalahan yang ada. Peserta didik juga mampu memahami konsep dari suatu materi pelajaran serta menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari berdasarkan pengalaman belajar melalui proyek yang telah dilakukan.

b. Kelas dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pelaksanaan pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dilaksanakan pada kelas XI MIA 2 yang terdiri dari 26 peserta didik. Proses pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dimana tiap minggu nya dilaksanakan satu kali tatap muka untuk mata pelajaran kimia dengan alokasi waktu selama 4 jam

76

pelajaran. Pada pertemuan pertama dilaksanakan kegiatan pretest dan pengisian angket nilai karakter yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan belajar mengajar yang meliputi kegiatan demonstrasi, diskusi, penyampaian materi, serta penyajian studi kasus tentang sistem koloid.

Langkah pembelajaran yang dilalui dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hampir sama dengan kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) hanya saja terdapat perbedaan cara peserta didik dalam mendalami sebuah konsep. Jika pada kelas eksperimen 1 peserta didik dittuntut untuk lebih memahami konsep tentang sistem koloid dengan cara pelaksaanaan sebuah proyek, pada kelas eksperimen 2 peneliti menyajikan sebuah studi kasus tentang sistem koloid yang selanjutnya studi kasus tersebut akan dianalisis oleh peserta didik secara berkelompok.

Pada pertemuan pertama dikelas Problem Based Learning (PBL), peneliti membagi peserta didik menjadi 6 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik. Peneliti juga memberikan handout yang diharapkan mampu membuat peserta didik lebih memahami materi sistem koloid dengan lebih mudah. Kelompok yang sudah dibuat selanjutnya akan digunakan sebagai kelompok diskusi didalam kelas dan juga sebagai kelompok pada kegiatan pemecahan studi kasus diluar kelas. Pada kegiatan belajar didalam kelas, sama halnya dengan pada kelas eskperimnen 1, peneliti menyajikan kegiatan demonstrasi tentang pemahaman terhadap sistem koloid dan sifat-sifatnya. Peserta didik duduk dalam kelompok masing-masing selama

77

kegiatan belajar berlangsung, agar peserta didik mampu mengemukakan pendapat secara aktif dan mampu menarik kesimpulan dengan lebih mudah. Sebelum kegiatan demonstrasi dilaksanakan, peserta didik diberi LKPD terlebih dahulu untuk selanjutnya LKPD tersebut dapat digunakan sebagai penuntun peserta didik dalam menarik kesimpulan tentang kegiatan demonstrasi yang dilakukan. Selanjutnya, ketika kegiatan demonstrasi berlangsung, dengan didampingi peneliti, masing-masing perwakilan kelompok dipersilakan maju kedepan kelas dan melakukan kegiatan demonstrasi dengan bimbingan peneliti. Peneliti juga mendampingi anggota diskusi kelompok dalam mencatat data yang diperoleh sampai dengan kegiatan penarikan kesimpulan selama kegiatan demonstrasi berlangsung. Usai kegiatan demonstrasi, peneliti meminta salah seorang perwakilan kelompok selain yang telah melakukan demonstrasi untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas. Berbeda dengan kelas eksperimen 1, selama kegiatan presentasi berlangsung, terlihat peserta didik kurang aktif dalam bertanya, menyanggah maupun memberikan masukan pada kelompok yang sedang melakukan presentasi. Pada dasarnya, peserta didik terlihat antusias baik saat kegiatan penyampaian materi, saat berdiskusi, saat melakukan, memperhatikan, hingga mempresentasikan hasil diskusi mengenai kegiatan demonstrasi tentang pemahaman terhadap sistem koloid beserta sifat- sifatnya, hanya saja beberapa peserta didik masih terlihat ragu dalam bertanya maupun dalam berpendapat.

Kegiatan selanjutnya adalah penyajian studi kasus tentang pembuatan koloid, peserta didik menganalisa studi kasus tersebut bersama kelompoknya.

78

Selanjutnya, dengan hasil analisa peserta didik pada pertemuan pertama, peserta didik diminta untuk memecahkan jawaban atas studi kasus yang diberikan dan diberikan tenggang waktu selama satu pekan kedepan. Peneliti memberikan kriteria bahwa jawaban atas studi kasus tersebut harus berdasarkan sumber informasi yang baik dan terperinci. Kegiatan pemecahan jawaban atas studi kasus yang diberikan, secara berkelompok dilakukan di luar jam pelajaran dengan tenggang waktu selama satu pekan untuk kemudian hasilnya dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan kedua, peserta didik sudah siap dengan jawaban hasil diskusi mengenai studi kasus yang telah dipecahkan oleh masing-masing kelompok. Satu-persatu kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka selama tenggang waktu satu pekan. Presentasi yang dilakukan peserta didik dengan menggunakan media power point yang dilengkapi dengan berbagai sumber informasi yang peserta didik gunakan untuk memecahkan jawaban atas studi kasus yang diberikan hingga penjelasan mengenai jawaban secara runtut dan terperinci. Pada pertemuan kedua ini, peserta didik nampak lebih antusias dalam bertanya, menyanggah, maupun memberi kritik dan saran pada kegiatan presentasi. Kegiatan presentasi hingga penarikan kesimpulan ini dilakukan kurang lebih selama dua jam pelajaran. Selanjutnya, pada dua jam pelajaran berikutnya peserta didik diberikan soal posttest prestasi untuk materi sistem koloid dan juga peserta didik dipersilakan mengisi angket nilai karakter akhir.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) yang telah dilakukan, dapat meningkatkan pemahaman

79

tentang sistem koloid. Pada model pembelajaran ini, peserta dihadapkan pada sebuah permasalahan yang harus ditemukan jawabannya. Peserta didik juga dituntut untuk belajar dan memperluas wawasan dari berbagai sumber informasi untuk memperkaya pengetahuan dan juga menemukan jawaban atas perasalahan yang ada. Dengan model pembelajaran PBL ini, peserta didik mampu membangun pribadi yang aktif dan kritis dalam memecahkan permasalaan atau persoalan yang mereka temukan dari materi sistem koloid ini, sehingga peserta didik mampu memahami konsep dengan berbekal sumber informasi yang luas sebagai media belajar dan kemudian mampu mengaplikasikan ilmu yang peserta didik peroleh untuk diaplikasikan secara positif pada kehidupan sehari-hari.

c. Efektivitas Model Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based

Learning (PBL) ditinjau dari Nilai Karakter Peserta Didik.

Efektivitas model Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL) terhadap nilai karakter dalam hal ini diukur dengan menggunakan angket nilai karakter yang diberikan kepada peserta didik sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model Project Based Learning (PjBL) di kelas eksperimen 1 maupun model Problem Based Learning (PBL) di kelas eksperimen 2.

Hipotesis nol (H0) pertama dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai karakter peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Uji yang digunakan adalah uji-t sama subjek. Berdasarkan hasil

80

pengukuran nilai karakter peserta didik dikelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), terdapat peningkatan antara rata-rata skor nilai karakter awal dan akhir yaitu 36,31 menjadi 41,38. Berdasarkan hasil uji-t sama subjek pada kelas eksperimen 1 diperoleh nilai Sig. sebesar 0,001 (Sig. <0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan berupa peningkatan yang signifikan untuk nilai karakter peserta didik pada kelas eksperimen 1 sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Hipotesis nol (H0) yang kedua adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai karakter peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada kelas ekperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran Problem based Learning (PBL), juga tampak adanya perbedaan yang signifikan berupa adanya peningkatan nilai karakter peserta didik jika dilihat dari rata-rata skor nilai karakter awal dan akhir yakni dari 35,12 menjadi 40,50. Hasil uji-t sama subjek pada kelas eksperimen 2 didapatkan nilai Sig. sebesar 0,000 (Sig. <0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada nilai karakter peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Hipotesis nol (H0) yang ketiga dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai karakter antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based

81

Learning (PjBL) dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Uji yang digunakan adalah uji-t beda subjek karena analisis perbedaan ini menggunakan desain satu faktor yaitu selisih skor nilai karakter antara peserta didik kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Uji-t dilakukan terhadap gain skor, yaitu selisih antara skor nilai karakter sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran, baik dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) maupun Problem Based Learning (PBL). Rerata gain skor nilai karakter kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelejaran Project Based Learning (PjBL) adalah sebesar 5,0769 sedangkan rerata gain skor nilai karakter kelas eksperimen 2 yang menggunakan model pembelejaran Problem Based Learning (PjBL) adalah sebesar 5,3846. Hasil analisis menggunakan uji-t beda subjek menunjukkan nilai Sig. sebesar 0,479. Hal ini berarti H0 diterima, dan Ha ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai karakter antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Namun, pada Lampiran 13 dapat dilihat bahwa rerata gain skor pada kelas eksperimen 2 lebih besar (5,3846) dibandingkan dengan rerata gain skor pada kelas eksperimen 1 (5,0769). Hal ini menunjukkan bahwa secara matematis ada perbedaan peningkatan nilai karakter peserta didik kelas eksperimen 2, namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Selain itu, peserta didik sama-sama baru melaksanakan pembelajaran ini pada kurun

82

waktu yang cukup singkat sehingga respon yang diberikan peserta didik tidak jauh berbeda. Faktor berikutnya adalah peserta didik kelas PjBL maupun kelas PBL sama-sama belajar dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya baik didalam kelas maupun diluar kelas, walaupun dalam hal ini konsep koloid disajikan dengan model yang berbeda untuk masing-masing kelas, sehingga nilai-nilai karakter positif yang diperoleh oleh peserta didik menjadi relatif sama atau berimbang. Hal ini lah yang diduga menjadi faktor tidak adanya perbedaan nilai karakter yang signifikan antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model PjBL dan model PBL.

d. Efektivitas Model Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based

Learning (PBL) ditinjau dari Prestasi Belajar Peserta Didik.

Pada penelitian ini prestasi belajar peserta didik diukur dengan menggunakan instrumen soal prestasi materi sistem koloid yang telah divalidasi. Teknik yang dilakukan adalah dengan melakukan pretest dan posttest. Kegiatan pretest dan posttest ini akan menghasilkan skor pretest dan skor posttest prestasi belajar kimia peserta didik. Skor pretest digunakan untuk mengetahui tingkat awal penguasaan materi sistem koloid yang dimiliki peserta didik. Selanjutnya skor pretest ini selanjutnya digunakan sebagai nilai pengetahuan awal yang dikendalikan secara statistik, sedangkan skor posttest digunakan untuk mengetahui capaian prestasi belajar yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan model Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL). Baik skor pretest maupun skor posttest selanjutnya dikonversikan menjadi nilai, yaitu menjadi nilai pretest

83

dan nilai posttest. Kegiatan pretest dilakukan pada pertemuan pertama sebelum peserta mengikuti pembelajaran baik dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) maupun Problem Based Learning (PBL). Kegiatan posttest dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran pada pertemuan terakhir (pertemuan kedua) setelah peserta didik mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) maupun Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hal tersebut, selanjutnya peneliti menguji keefektifan model PjBL dan PBL terhadap prestasi belajar kimia peserta didik dengan menggunakan uji anakova.

Hipotesis nol (H0) nya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar antara peserta didik mengikuti pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji anakova. Data yang digunakan adalah nilai posttest yakni nilai prestasi belajar akhir yang dicapai peserta didik dan data pengetahuan awal berupa nilai pretest materi koloid, dimana data pengetahuan awal ini dikendalikan secara statistik. Berdasarkan hasil uji anakova diperolah harga Sig. sebesar 0,004 (Sig. <0,05) sehingga H0 ditolak. Hasil uji anakova menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dengan peserta didik

84

yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Hasil ini memiliki relevansi terhadap penelitian sebelumnya yakni penelitian Elsa Rahmaningrum dan Catur Yuanita tahun 2015 yang menyebutkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based Learning mampu meningkatkan prestasi belajar kimia secara signifikan.

Secara keseluruhan, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktif dengan model Project Based Learning (PjBL) dan Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan nilai karakter dan prestasi belajar peserta didik pada materi sistem koloid kelas XI SMA Negeri 7 Purworejo Kelas XI Semester II Tahun Ajaran 2014/2015.

85 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait