• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian relevan

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI A. (Halaman 36-44)

Hasil penelitian yang relevan sangat diperlukan untuk mendukung kajian teoritis yang telah ditemukan sehingga digunakan sebagai landasan pada kerangka berfikir. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian R.Aditya Budi (2010) yang berjudul “Penggunaan Gaya Mengajar “Mosston”oleh Guru Pendidikan Jasmani SMAse-Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan gaya mengajar “Mosston” yang dilakukan guru pendidikan jasmani di SMA se-kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dengan empat alternatif jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di SMA se-kota Yogyakarta. Guru pendidikan jasmani yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 55 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan perhitungan untuk masing-masing butir dalam kuesioner menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan gaya mengajar “Mosston” oleh guru pendidikan jasmani secara berurutan adalah gaya komando dalam kategori sangat tinggi (80,0%), gaya periksa diri dalam kategori tinggi (65,5%), gaya individual dalam kategori tinggi (60,0%), gaya mengajar sendiri dalam kategori sangat tinggi (60,0%), gaya penemuan pemimpin dalam kategori tinggi (54,5%), gaya konvergen (52,7%), gaya inklusi dalam kategori sangat tinggi (49,1%), gaya tugas dalam kategori tinggi (47,3%), gaya divergen dalam kategori tinggi (41,8%), gaya resiprokal dalam kategori sedang (40,0%), gaya inisiatif dalam kategori tinggi (36,4%).

Untuk tingkat Penggunaan gaya mengajar “Mosston” yang digunakan oleh guru pendidikan jarmani SMA se-kota Yogyakarta berdasarkan hasil penelitian ini secara berurutan adalah kategori tinggi sebanyak 34 orang (61,8%), diurutan kedua dalam kategori sangat tinggi sebanyak 11 orang (20%) diurutan ketiga dalam kategori sedang sebanyak 10 orang (18,18%) dan paling sedikit

dalam kategori rendah dan sangat rendah sebanyak 0 orang (0,0%), sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penggunaan gaya mengajar “Mosston” oleh guru penjas SMA se-kota Yogyakarta termasuk dalam kategori tinggi.

2. Penelitian Yogo Eko Saputro (2010) yang berjudul “Survei Penggunaan Gaya Mengajar Yang Digunakan Guru Penjas SD Negeri se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya mengajar apa saja yang sering digunakan guru penjas dalam proses pembelajaran di SDN se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei.

Penelitian ini melibatkan 23 guru pendidikan jasmani SDN se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten sebagai responden penelitian. Instrumen yang digunakan berupa angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian deskriptif ini berupa data persentase yang menunjukkan penggunaan gaya mengajar yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani SDN se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Hasil yang diperoleh pada setiap gaya mengajar adalah 79,71% guru menggunakan gaya Komando;

74,78% guru menggunakan gaya Resiprokal; 71,74% guru menggunakan gaya Periksa Diri; 70,65% guru menggunakan gaya Penemuan Terpimpin; 69,56% guru menggunakan gaya Individual;

68,48% guru menggunakan gaya Inisiatif Pelajar; 67,83% guru menggunakan gaya Inklusi; 66,96% guru menggunakan gaya Tugas; 62,61% guru menggunakan gaya Konvergen; 57,61% guru menggunakan gayan Divergen; 54,35% guru menggunakan gaya Mengajar Sendiri.

3. Febrian Wismoyo Nasrullah (2017) yang berjudul “Identifikasi Gaya Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SMP Negeri Se-Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya mengajar apa saja yang sering digunakan guru penjas dalam proses pembelajaran di SMP se-Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini melibatkan 26 guru pendidikan jasmani SMP se-Kota Yogyakarta. sebagai responden penelitian. Instrumen yang digunakan berupa angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa presentase gaya mengajar yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani SMP Negeri se-Kota Yogyakarta yaitu 96.30% guru menggunakan gaya komando, 84.61% guru menggunakan gaya latihan, 57.69% guru menggunakan gaya resiprokal, 53.84% guru menggunakan gaya periksa diri, 53.84% guru menggunakan gaya inklusi, 50% guru menggunakan gaya penemuan terpimpin, 42.30% guru

menggunakan gaya divergen, 38.46% guru menggunakan gaya konvergen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota Yogyakarta belum menerapkan sepenuhnya gaya mengajar yang bervariasi sehingga besar kemungkinan pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Penelitian Tony Macfadyen dan Clare Campbell (2005) yang berjudul “An Investigation into the Teaching Styles of Secondary School Physical Education Teachers.” Penelitian ini di publish pada konferensi tahunan yang diadakan oleh British Educational Research Association di universitas Glamorgan, inggris pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk membandingkan gaya mengajar guru Pendidikan Jasmani pada tahun 2005 dengan hasil penelitian Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al . (2001). Karna pada kurun waktu tahun 1992-2005 inggris melakukan sebanyak 3 kali revisi NCPE atau National Curriculum for Physical Education yaitu tahun 1992, 1995, 1999. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan gaya mengajar yang dilakukan oleh guru penjas laki-laki dan perempuan dan juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan gaya mengajar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Kuisioner laporan mandiri yang rinci digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yang

terdiri dari 19 pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner dirancang untuk memastikan data kuantitatif diperbolehkan untuk analisis statistik dan data kualitatif memenuhi permintaan Curtner-Smith dan Hasty (1997) untuk menindaklanjuti gaya mengajar dalam Pendidikan Jasmani. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan sampel yang lebih besar daripada Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al (2001). Setiap peserta diberikan definisi yang jelas tentang gaya mengajar untuk meningkatkan konsistensi pemahaman antar peserta. Sampel penelitian ini adalah guru Pendidikan Jasmani dari sekolah negeri di Inggris Selatan. Sekolah awalnya dipilih secara acak, tetapi setelah tingkat respons yang buruk, sekolah selanjutnya diambil sampelnya (baik sekolah komprehensif campuran atau sekolah menengah satu jenis). Para peneliti mengatur dengan sekolah-sekolah ini untuk mengirimkan dan mengumpulkan kuesioner secara pribadi. Hasil penelitian menunjukkan Ada perbedaan nyata yang diamati antara penggunaan gaya mengajar reproduktif (komando, praktek, resiprokal, periksa diri, inklusi) dan produktif (penemuan terpimpin, divergent, going beyond)oleh guru laki-laki dan perempuan. Laki-laki rata-rata 81,93% dan guru perempuan 71,41% dalam penggunaan Gaya Mengajar Reproduksi (signifikan secara statistik pada tingkat <0,05; T-Test). Ada juga perbedaan yang signifikan secara statistik antara guru laki-laki dan perempuan

dalam penggunaan Gaya Mengajar Produktif: Laki-laki Rata-rata:

18,07%; Rata-rata Perempuan: 28,59% (<0,05, Uji-T). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru Pendidikan Jasmani pria dan wanita dan jumlah waktu yang mereka habiskan untuk manajemen.

Hasil dari penelitian ini dibandingkan dengan hasil Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al. (2001). Hasilnuya adalah guru Pendidikan Jasmani masih dominan menggunakan gaya mengajar reproduktif dan ini mungkin membatasi kesempatan siswa untuk memenuhi persyaratan NCPE (1999). Kurangnya perubahan mungkin tidak mengherankan karena NCPE (1999) tidak jauh berbeda dari revisi teks kebijakan lainnya (Penney 2001). Secara positif, penelitian ini menyarankan peningkatan penggunaan gaya mengajar yang produktif mungkin karena penekanan yang lebih besar ditempatkan pada pembelajaran yang mandiri dan dipersonalisasi. Namun demikian, tampaknya ada kebutuhan untuk pelatihan yang difokuskan pada gaya mengajar untuk membantu guru mempromosikan semua aspek NCPE (1999). Untuk faktor yang mempengaruhi pemilihan gaya mengajar Yang paling berpengaruh adalah keamanan diikuti dengan aktivitas yang diajarkan; kedua faktor ini mendominasi peringkat. Yang paling berpengaruh ketiga adalah kontrol kelas, diikuti oleh kemampuan murid dan Hasil Belajar yang

Dimaksudkan pelajaran; kepercayaan di kelas menduduki peringkat keenam.

5. Penelitian Brendan suesee, Dkk (2018) yang bejudul “Observed teaching styles of senior physical education teachers in Australia”.

Penelitian ini bertujuan gaya mengajar yang digunakan dalam Pendidikan jasmani di negara bagian Queensland, Australia.

Metode yang digunakan di penilitian ini adalah adalah metode survey dengan menggunakan instrument kuesioner kuesioner yang menyajikan berbagai skenario gaya mengajar berdasarkan 11 gaya yang diidentifikasi oleh Mosston dan Ashworth (2008) kemudian diperkuat oleh observasi penggunaan gaya mengajar yang digunakan oleh 3 guru penjas senior di Queensland. Penelitian ini melibatkan guru-guru penjas sekolah dasar dan menengah di Queensland, Australia. Analisis data dalam penelitian melalui perintah SPSS versi 21 untuk menentukan sarana dan distribusi frekuensi gaya yang ditunjukkan dalam Mosston dan Ashworth (2008) Spectrum. Hasl penelitian ini menunjukkan Para guru olahraga senior yang berpartisipasi dalam penelitian ini gagal untuk mendemonstrasikan penggunaan berbagai gaya dalam pelajaran mereka, meskipun Queensland Senior Physical Education Syllabus (2004) merinci berbagai gaya tertentu yang akan digunakan. Ini menunjukkan bahwa tujuan, sasaran dan hasil

(termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi) seperti yang dijelaskan dalam silabus tidak terpenuhi.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN TEORI A. (Halaman 36-44)

Dokumen terkait