• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dan merupakan media pendorong untuk melatih perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat dan pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual, dan sosial) dalam rangka mencapai tujuan sistem pendidikan Nasional.

Menurut Samsudin (Erzitka Inkadatu, 2017:3), pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi”.

Sedangkan Adang Suherman (Febrian Wismoyo N, 2017:8) mengatakan bahwa:

pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melalui dan tentang aktivitas fisik. Terdapat tiga kunci dalam definisi ini yaitu a.

pendidikan (education), b. melalui dan tentang (through and of) sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan langsung dan tidak langsung, c. gerak (movement) yang merupakan kajian dari pendidikan jasmani itu sendiri.

Cukup jelas bahwa gerak atau movement dalam kurikulum disebut bahan kajian yang terdiri dari aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas

(2)

pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, aktivitas luar kelas dan kesehatan dapat ditempatkan sebgai alat dan tujuan. Bahan kajian sebagai tujuan manakala tujuan yang akan diraih berupa kompetensi akademis sedangkan bahan kajian sebagai alat manakala tujuan yang akan diraih berupa kompetensi personal dan sosial.

Menurut Komarudin (Rifqon Hasan H, 2019:7) Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan pola hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang serasi, selaras dan seimbang”. Pendidikan sama sekali tidak lengkap tanpa pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani pun memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta didiknya untuk mengenal dirinya dan juga lingkungannya. Salah satu prinsip penting dalam pendidikan jasmani adalah partisipasi siswa secara penuh dan merata.

Guru pendidikan jasmani harus memperhatikan kepentingan setiap siswa dengan memperhatikan perbedaan kemampuan.

Menurut Wawan S. Suherman (Rifqon Hasan H, 2019:8), Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani yang didesain secara sistematis untuk meningkatkan kebugaran jasmani, keterampilan motorik, kecerdasan emosi serta gaya hidup sehat”.

Pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan melatih aspek kebugaran jasmani dan psikomotor saja, namun sasaran utama pendidikan jasmani juga aspek afektif dan kognitif.

(3)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan sistematis yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani dengan cara bermain, olahraga dan aktivitas jasmani untuk mengembangkan diri dalam kesehatan jasmani meliputi ranah kognitif seperti berpikir kritis, afektif meliputi kecakapan sosial dan stabilitas emosi dan psikomotor meliputi keterampilan.

2. COVID-19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gelaja umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 56 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. (Yurianto, Ahmad, 2020). Menurut WHO (2020) COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.

Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19

(4)

ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia.

Penyebaran virus corona ini berdampak pada berbagai aspek termasuk ekonomi dan pendidikan. Untuk menekan jumlah pasien yang terpapar COVID-19 pemerintah membatasi aktivitas yang menimbulkan perkumpulan massa dalam jumlah banyak termasuk bersekolah dan bekerja. Keadaan ini mengakibatkan pemerintah mengambil kebijakan untuk meliburkan seluruh aktivitas pendidikan dan menghadirkan alternatif proses pembelajaran lainnya. Melalui Surat Edaran nomor 3 tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat COVID-19 maka pemerintah memberlakukan kegiatan belajar secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 (Menteri Pendidikan, 2020).

Kemudian dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terbaru yang dirilis 30 maret 2021 ditetapkan bahwa bila pendidik dan tenaga kependidikan di satuan Pendidikan sudah mendapatkan vaksinasi, maka satuan sekolah tersebut wajib segera membuka opsi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Terkait hal tersebut, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyusun dan menerbitkan panduan penyelenggaraan pembelajaran untuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUDdikdasmen). Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas ini dilaksanakan melalui 2 Fase,yaitu Masa Transisi (berlangsung selama 2

(5)

bulan sejak dimulainya pembelajaran) kemudian di lanjut dengan Masa Kebiasaan Baru (di mulai setelah Masa Transisi selesai).

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama Kompetensi inti dan kompetensi dasar terdapat dalam kurikulum 2013 yang baru diterapkan di Indonesia. Menurut Permendikbud No 58 Tahun 2014, Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap tingkat kelas.

Kompetensi inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula. Adapun fungsi dibentuknya kompetensi dasar ialah agar tercapainya kompetensi inti.

Menurut Permendikbud No 58 Tahun 2014 Kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karaktiristik peserta didik dan kemampuan peserta didik. Kompetensi dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:

a. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1

b. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2

(6)

c. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3

d. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4

4. Kompetensi Guru

Dalam kegiatan Pembelajaran, Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan ketercapaiannya sebuah tujuan Pembelajaran.

Untuk itu dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut untuk memiliki keanekaragaman kecakapan atau kompetensi yang harus dimiliki.

Undang-Undang No 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru dan dosen untuk melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Permendiknas No 16 Tahun 2007 menyatakan bahwa kompetensi guru terdiri dari: (1) Kompetensi pedagogi, (2) Kompetensi profesional, (3) Kompetensi kepribadian, dan (4) Kompetensi sosial. Jadi seorang guru harus memiliki keempat kompetensi dasar tersebut. Adapun penjelasan dari keempat dasar kompetensi guru sebagai berikut :

a. Kompetensi pedagogi

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

(7)

2) Guru menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3) Guru mampu mengembangkan kurikulum yang tekait dengan mata pelajaran pendidikan jasmani

4) Guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

5) Guru dapat teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran

6) Guru memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki 7) Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan

santun dengan peserta didik

8) Guru dapat menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

b. Kompetensi professional

1) Guru dapat menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran pendidikan jasmani

2) Guru dapat menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu 3) Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang

diampu secara kreatif

(8)

4) Guru dapat mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

5) Guru dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

c. Kompetensi Kepribadian

1) Guru bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2) Guru menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3) Guru menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru d. Kompetensi Sosial

1) Guru dapat bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi

2) Guru dapat berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat

(9)

3) Guru dapat beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya

4) Guru dapat berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain

Menurut Muhibbinsyah (Febrian Wismoyo N, 2017:18) kompetensi dibagi menjadi 3 macam. Kompetensi tersebut meliputi :

a. Kompetensi Kognitif Guru

Secara kognitif guru hendaknya memiliki kapasitas kognitif tinggi dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal utama yang dituntu dari kemampuan kognitif ini adalah adanya fleksibilitas kognitif (keluwesan kognitif). Bekal pengetahuan dan keterampilan yang dibuthkan untuk menunjang profesinya meliputi:

1) Ilmu pengetahuan pendidikan ilmu pengetahuan tentang kependidikan diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Ilmu pengetahuan bidang studi ilmu pengetahuan bidang studi ini meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan.

b. Kompetensi Afektif Guru

(10)

Secara afektif guru hendaknya memiliki sikap afektif yang menunjang proses pembelajaran yang dilakukan baik kepada orang lain dan diri sendiri. Guru memberikan sikap afektif kepada orang lain khususnya peserta didik meliputi sikap ramah, empati serta bersahabat. Dampak dari sikap ini yaitu peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena merasa diakui keberadaannya, sehingga pembelajaran dapat memberikan hasil yang optimal. Sikap afektif guru juga harus diterapkan pada dirinya sendiri. Keadaan afektif yang bersumber dari diri guru sendiri yang menunjang proses pembelajaran antara lain konsep diri yang tinggi dan efikasi diri yang tinggi berkaita dengan profesi guru yang digeluti.

c. Kompetensi Psikomotor Guru

Kompetensi psikomotor seorang guru merupakan kecakapan bersifat jasmaniah yang berguna untuk menunjang guru dalam menjalankan pembelajaran. Kompetensi psikomotor ini dibagi menjadi 2 macam yaitu keterampilan umum dan khusus. Keterampilan umum direfeksikan seperti berdiri, duduk, dan berjalan. Sedangkan keterampilan khusus dapat direfleksikan dalam bentuk pengekspresian diri guru baik secara verbal maupun nonverbal.

Kesimpulan dari kajian diatas adalah kompetensi guru harus wajib dimiliki oleh setiap guru. kompetensi ini membentuk guru menjadi

(11)

professional. Adapun kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Subang

Berdasarkan data yang peneliti ambil dari dapodik (dapo.kemendikbud.go.id), di kecamatan Subang ini ada sekitar 18 Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik yang berstatus Negeri maupun Swasta. Berikut data-data Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Subang:

a. SMP Negeri 1 Subang

NPSN : 20217003

Alamat : Jln. Letjen Soeprapto No. 105 Subang, KARANGANYAR, Kec. Subang, Kab.

Subang, Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1951-06-22

Tanggal SK Izin Operasional : 1951-06-22

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 44 orang

Jumlah siswa : 333 (Laki-laki) : 399 (Perempuan) b. SMP Negeri 2 Subang

(12)

NPSN : 20217006

Alamat : Jalan Emo Kurniaatmaja No. 3,

Pasirkareumbi, Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1958-01-05

Tanggal SK Izin Operasional : 1958-08-08

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 54 orang

Jumlah siswa : 545 (Laki-laki) : 523 (Perempuan)

c. SMP Negeri 3 Subang

NPSN : 20217015

Alamat : Jl. Otista kel.Karanganyar kec.subang kab.

Subang, Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1980-01-07

Tanggal SK Izin Operasional : 1959-07-20

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 53 orang

(13)

Jumlah siswa : 458 (Laki-laki) : 500 (Perempuan)

d. SMP Negeri 4 Subang

NPSN : 20217014

Alamat : Jalan palabuan kel.sukamelang subang, Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1980-05-31

Tanggal SK Izin Operasional : 1980-07-01

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 53 orang

Jumlah siswa : 553 (Laki-laki) : 573 (Perempuan) e. SMP Negeri 5 Subang

NPSN : 20233622

Alamat : Jl Ra Kartini No 156, PASIRKAREUMBI,

Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1991-08-01

Tanggal SK Izin Operasional : 1910-01-01

(14)

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 39 orang

Jumlah siswa : 291 (Laki-laki) : 187 (Perempuan) f. SMP Negeri 6 Subang

NPSN : 20217013

Alamat : Jl. Otto Iskandardinata No. 161,

Karanganyar, Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Negeri

Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah Tanggal SK Pendirian : 1964-11-03

Tanggal SK Izin Operasional : 1910-01-01

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 55 orang

Jumlah siswa : 621 (Laki-laki) : 511 (Perempuan) g. SMP Islam Terpadu Al-Majid

NPSN : 69982214

Alamat : Jl.Veteran RT 03/07 Palabuan

Kel.Sukamelang Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan

(15)

Tanggal SK Pendirian : 2018-09-25 Tanggal SK Izin Operasional : 2018-09-25

Akreditasi : -

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 9 orang

Jumlah siswa : 70 (Laki-laki) : 72 (Perempuan) h. SMP Islam Terpadu Mh Yasin

NPSN : 69972307

Alamat : JL.D.I.PANJAITAN BLOK. SUKASARI

RT/RW 18/05 Kel.Soklat Kec. Subang, Kab.

Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2017-12-14 Tanggal SK Izin Operasional : 2017-12-14

Akreditasi : -

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 4 orang

Jumlah siswa : 36 (Laki-laki) : 34 (Perempuan) i. SMP Islam Terpadu ALAMY

NPSN : 69857926

Alamat : Jl. Bima Blok Sukamekar RT.71 RW.19, Cigadung, Kec. Subang, Kab. Subang Prov.

Jawa Barat

(16)

Status : Swasta Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2014-07-08 Tanggal SK Izin Operasional : 2014-07-08

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 23 orang

Jumlah siswa : 119 (Laki-laki) : 129 (Perempuan) j. SMP IT As-Syifa Boarding School Wanareja

NPSN : 69971522

Alamat : Blok Leuweung Peuris, Wanareja, Kec.

Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2017-04-29 Tanggal SK Izin Operasional : 2017-12-14

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 39 orang

Jumlah siswa : 351 (Laki-laki) : 349 (Perempuan) k. SMP IT YAISA

NPSN : 69829368

Alamat : Jl. Pejuang 45 No. 12 Kel.Karanganyar Kec.

(17)

Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2009-12-07 Tanggal SK Izin Operasional : 2013-12-12

Akreditasi : -

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 9 orang

Jumlah siswa : 21 (Laki-laki) : 5 (Perempuan) l. SMP Muhammadiyah Subang

NPSN : 20233602

Alamat : Jln D Kartawigenda No 27 Kel.Cigadung Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 1981-03-16 Tanggal SK Izin Operasional : 1981-03-16

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 11 orang

Jumlah siswa : 91 (Laki-laki) : 71 (Perempuan) m. SMP PASUNDAN Subang

NPSN : 20233629

(18)

Alamat : Jln D Kartawigenda No 27 Kel.Cigadung Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 1979-08-07 Tanggal SK Izin Operasional : 1979-08-07

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 11 orang

Jumlah siswa : 59 (Laki-laki) : 29 (Perempuan) n. SMP PGRI 2 Subang

NPSN : 20233630

Alamat : Jln D Kartawigenda No 27 Kel.Cigadung Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 1980-11-22 Tanggal SK Izin Operasional : 1981-03-18

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 19 orang

Jumlah siswa : 129 (Laki-laki) : 85 (Perempuan) o. SMP Terpadu Lampang

(19)

NPSN : 20245310

Alamat : JL. LAMPANG PARIGI Kel.Parung Kec.

Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2006-04-20 Tanggal SK Izin Operasional : 2007-07-14

Akreditasi : -

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 10 orang

Jumlah siswa : 172 (Laki-laki) : 117 (Perempuan) p. SMP Trisula

NPSN : 20233642

Alamat : JL. LAMPANG PARIGI Kel.Parung Kec.

Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 1980-06-07 Tanggal SK Izin Operasional : 1980-06-07

Akreditasi : -

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : - orang

Jumlah siswa : - (Laki-laki) : - (Perempuan)

(20)

q. SMP Yos Sudarso

NPSN : 20233643

Alamat : Jl A Yani No 31 Kel.Pasirkareumbi Kec.

Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 1963-01-08 Tanggal SK Izin Operasional : 1963-01-08

Akreditasi : A

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 7 orang

Jumlah siswa : 72 (Laki-laki) : 66 (Perempuan) r. SMP Terpadu Diponegoro

NPSN : 69774749

Alamat : BLOK WERASARI RT/RW 33/11 Kel.

Kec. Subang, Kab. Subang Prov. Jawa Barat

Status : Swasta

Status Kepemilikan : Yayasan Tanggal SK Pendirian : 2013-08-30 Tanggal SK Izin Operasional : 2013-08-30

Akreditasi :

Kurikulum : SMP 2013

Jumlah guru : 10 orang

Jumlah siswa : 106 (Laki-laki)

(21)

:

71 (Perempuan)

6. Gaya Mengajar

Pembelajaran adalah suatu aktivitas interaksi antara pendidik atau lingkungan dengan siswa secara timbal balik guna memenuhi tujuan utama yang diinginkan. Penggunaan gaya mengajar yang tepat merupakan salah satu kunci sukses dalam tercapainya sebuah tujuan pembelajaran.

Menurut Thoifuri (Oktaviane Nurizzamani, 2017:3) menyatakan bahwa:

Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi belajar.

Gaya mengajar adalah salah satu komponen penting dalam suatu proses belajar mengajar. Menurut Rusli Lutan (Fegie Rizkia, 2017:9) penggunaan gaya mengajar bertujuan untuk bisa berjalan dengan lancar suatu proses belajar mengajar dan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan bisa mengambil manfaat dari proses pembelajaran tersebut”. pentingnya suatu gaya mengajar membuat seorang guru pendidikan jasmani harus lebih tepat dalam memilih gaya mengajar apa yang pantas dan cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan suatu cara atau bentuk penampilan seorang guru

(22)

dalam menanampakan pengetahuan, membimbing, mengubah atau mengembangkan kemampuan, prilaku dan kepribadian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian gaya mengajar merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Diadopsi dari gaya mengajar Musca Mosston (Rifqon Hasan H, 2019:16) terdapat beberapa gaya mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran,diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Komando (Gaya A) 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari gaya Komando adalah kinerja presisi mereproduksi respon diprediksi, praktek atau kinerja pada isyarat mengikuti kecepatan set dan irama.

2) Definisi

Pada gaya Komando, guru membuat jumlah maksimum keputusan sementara pelajar membuat jumlah minimum keputusan. Oleh karena itu, semua keputusan seperti isi, lokasi, postur, waktu mulai, kecepatan dan irama, waktu berhenti, durasi, umpan balik, dll yang dibuat oleh guru. Peran pelajar adalah untuk mereproduksi kinerja yang presisi yang mengikuti isyarat dan kecepatan dan irama yang telah ditetapkan untuk berlatih konten. Tujuan dari pengalaman ini adalah untuk peserta didik untuk mereproduksi dan belajar untuk melakukan isi dengan cara

(23)

yang disinkronkan sangat tepat dalam waktu singkat sehingga tujuan gaya Komando belajar spesifik dapat dicapai.

b. Gaya Latihan (Gaya B) 1) Anatomi

Karakteristik mendefinisikan gaya praktek individu dan kelompok dari tugas memori / reproduksi dengan umpan balik pribadi dari guru.

2) Definisi

Pada gaya Latihan, peran guru adalah untuk membuat semua materi pelajaran dan keputusan logistik dan untuk memberikan umpan balik pribadi kepada peserta didik. Peran pelajar adalah untuk individu dan pribadi berlatih tugas sementara sengaja membuat sembilan keputusan tertentu.

Keputusan ini termasuk lokasi, urutan tugas, waktu mulai, kecepatan dan irama, waktu berhenti, interval, memulai pertanyaan untuk klarifikasi, pakaian dan penampilan, dan postur. Proses perkembangan kemerdekaan dimulai dengan pergeseran dari sembilan keputusan dalam Gaya Praktek.

c. Gaya Resiprokal 1) Anatomi

Karakteristik mendefinisikan gaya Reciprokal meliputi pengembangan interaksi sosial dengan menggunakan maju mundurnya peran yang memperkuat memberi dan menerima

(24)

umpan balik segera yang dipandu oleh guru kriteria tertentu disiapkan.

2) Definisi

Pada gaya Reciprokal, peran guru adalah untuk membuat semua materi pelajaran, kriteria, dan keputusan logistik dan untuk memberikan umpan balik untuk pengamat.

Peran peserta didik adalah untuk bekerja dalam hubungan mitra. Satu pelajar adalah pelaku yang melakukan tugas, membuat keputusan Sembilan dari gaya Praktek, sedangkan pelajar lainnya adalah pengamat yang menawarkan umpan balik langsung dan on-akan pelaku, menggunakan lembar kriteria yang dirancang oleh guru. Pada akhir set latihan pertama, pelaku dan peran saklar pengamat, maka nama untuk gaya ini. Pelaku 1 menjadi pengamat 2 dan pemerhati 1 menjadi pelaku 2.

d. Periksa Diri (Gaya D) 1) Anatomi

Karakteristik mendefinisikan gaya periksa diri adalah praktek individu dari tugas memori / reproduksi dan keterlibatan dalam penilaian diri yang dipandu oleh guru kriteria tertentu disiapkan.

2) Definisi

(25)

Pada gaya periksa diri, peran guru adalah untuk membuat semua materi pelajaran, kriteria, dan keputusan logistik. Peran pesertan didik adalah untuk bekerja secara independen dan untuk

memeriksa kinerja mereka sendiri terhadap kriteria yang disiapkan oleh guru.

e. Gaya Inklusi (Gaya E) 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari gaya Inklusi adalah bahwa peserta didik, dengan berbagai tingkat pengembangan keterampilan, mampu berpartisipasi dalam tugas, yang dirancang pada beberapa derajat kesulitan. Peserta didik memilih tingkat kesulitan di mana mereka dapat berlatih / melakukan. Keputusan entry leveln dan, jika perlu, keputusan penyesuaian dan penilaian diri keputusan (dibimbing oleh guru kriteria tertentu disiapkan) dialihkan ke peserta didik.

2) Definisi

Pada gaya Inklusi, peran guru adalah untuk membuat semua keputusan materi pelajaran, termasuk tingkat mungkin dalam tugas, dan keputusan logistik. Peran peserta didik adalah untuk survei level yang tersedia dalam tugas, pilih salah satu jalur

(26)

masuk, mempraktekkan tugas, jika perlu membuat penyesuaian pada tingkat tugas, dan memeriksa kinerja terhadap kriteria. Gaya ini juga disebut "slanty tali" gaya.

Siswa dari semua kemampuan dapat melompati tali slanty berapapun ketinggian yang menantang. Tidak ada yang dikecualikan dari partisipasi lanjutan.

f. Gaya Penemuan Terpimpin (Gaya F) 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari gaya Penemuan Dipandu adalah desain logis dan berurutan dari serangkaian pertanyaan yang mengarah seseorang untuk menemukan suatu konsep terencana, prinsip, hubungan atau aturan yang sebelumnya tidak diketahui.

2) Definisi

Pada gaya Penemuan Terpimpin, peran guru adalah untuk membuat semua keputusan materi pelajaran, termasuk konsep sasaran untuk ditemukan dan desain berurutan dari pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada jawaban target.

Peran pelajar adalah untuk menemukan jawabannya. Proses ini menyiratkanm bahwa pelajar membuat keputusan mengenai segmen dari pokok dalam topik. Proses sekuensial mengundang pelajar untuk membuat koneksi kognitif yang

(27)

berarti yang mengarah pada penemuan konten-baru, prinsip hubungan konsep, atau aturan.

g. Gaya Penemuan Konvergen (Gaya G) 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari Gaya Penemuan Konvergen adalah untuk menghasilkan jawaban/target diantisipasi untuk pertanyaan tidak dialami sebelumnya. Sebuah stimulus (dalam bentuk pertanyaan, situasi, masalah yang harus diselesaikan, mainan) disediakan yang mengundang reshuffle informasi dikenal untuk menghasilkan baru atau novel link kognitif dan pola yang mengandalkan logika, dan mungkin coba-coba, untuk menghasilkan diantisipasi / target jawaban. Jika pelajar telah terkena jawaban pertanyaan-sebelumnya, maka gaya mengajar dan tujuannya tidak lagi Penemuan Konvergen tapi Praktek Gaya-

2) Definisi

Pada gaya Penemuan Konvergen, peran guru adalah untuk membuat semua keputusan materi pelajaran, termasuk konsep sasaran yang akan ditemukan, dan untuk merancang pertanyaan tunggal dikirimkan ke peserta didik. Peran pelajar

(28)

adalah berusaha dalam bidang penalaran, mempertanyakan, dan logika untuk membuat koneksi secara berurutan tentang isi untuk menemukan jaabannya.

h. Gaya Penemuan Divergen 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari gaya penemuan divergen adalah bahwa setiap pelajar menghasilkan-menemukan divergen (beberapa) tanggapan terhadap situasi, pertanyaan tunggal atau masalah dalam operasi kognitif tertentu.

2) Definisi

Pada gaya Penemuan divergen, peran guru adalah untuk membuat keputusan tentang topik materi pelajaran dan pertanyaa tertentu (s) dan logistik untuk disampaikan kepada peserta didik. Peran pelajar adalah untuk menemukan beberapa desain / solusi / tanggapan terhadap pertanyaan tertentu.Gambar berikut adalah gambaran skematik dari struktur spektrum, yang didasarkan pada enam tempat yang mendasari

i. Desain Pembelajaran Program Individu 1) Anatomi

(29)

Karakteristik nyata dari gaya individual adalah kemerdekaan setiap pelajar untuk menyelidiki masalah situasi, luas atau masalah dan menghasilkan sebuah program yang bisa

diterapkan, rencana / rinci yang menyelesaikan fokus konten tertentu yang setiap pelajar diidentifikasi.

2) Definisi

Pada gaya individu, peran guru adalah untuk membuat keputusan materi pelajaran umum logistik untuk peserta didik.

Peran pelajar adalah untuk membuat keputusan tentang bagaimana untuk menyelidiki topik materi pelajaran umum untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada fokus tertentu dalam topik umum, untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan mengidentifikasi proses dan prosedur, untuk menemukan solusi / gerakan, dan menunjuk kriteria kinerja.

j. Gaya Inisiatif 1) Anatomi

Karakteristik nyata dari gaya inisiatif adalah inisiatif pelajar, bukan inisiatif guru, dari pengalaman belajar. Seorang peserta secara individual memulai permintaan untuk terlibat dalam gaya ini dan untuk merancang pengalaman belajar yang penuh membuat semua keputusan, termasuk topik yang

(30)

spesifik untuk menyelidiki, perencanaan dan keputusan implementasi, dan

kriteria evaluasi. Peran siswa adalah untuk menjaga guru diberitahu tentang keputusan yang dibuat dalam pengalaman belajar.

2) Definisi

Pada gaya inisiatif, peran pelajar adalah untuk secara independen melakukan perilaku ini dan membuat semua keputusan dalam dampak-pra, termasuk yang belajar- mengajar perilaku akan digunakan dalam dampak, dan membuat keputusan kriteria untuk jabatan-dampak. Diperoleh guru yang memenuhi syarat dalam materi pelajaran, peran guru sekarang untuk menerima kesiapan peserta didik untuk membuat keputusan maksimal dalam pengalaman belajar, untukmendukung, dan untuk berpartisipasi sesuai dengan permintaan pelajar.

k. Gaya Mengajar Sendiri 1) Anatomi

Karakteristik mendefinisikan gaya mengajar sendiri adalah keuletan individu dan keinginan untuk membangun pengalaman sendiri belajar. Gaya belajar mengajar tidak ada

(31)

di sekolah atau ruang kelas. Gaya ini diatur oleh keputusan individu membuat harapan dan keinginan.

2) Definisi

Pada gaya mengajar sendiri, individu berpartisipasi dalam peran guru dan pelajar dan membuat semua keputusan dalam sebelum dan sesudah dampak set.

Spektrum Gaya Mengajar Muska Musston :

a. Aksioma: Seluruh struktur spectrum berasal rantai pengambilan keputusan. Setiap tindakan dalam pembelajaran hasil dari keputusan sebelumnya.

Gambar 2.1 Spektrum Gaya Mengajar Musston (sumber : Musca Musston, 2011)

(32)

b. Anatomi Setiap Gaya: Anatomi yang terdiri dari keputusan yang harus dibuat dalam setiap transaksi belajar-mengajar.

Keputusan ini dikelompokkan menjadi tiga set yaitu pra- dampak set, dampak set, dan pasca-dampak set. Pra-dampak set mencakup semua keputusan yang harus dibuat sebelum transaksi belajar mengajar, dampak set termasuk dalam keputusan yang berkaitan dengan transaksi belajar mengajar yang sebenarnya, dan pasca-dampak set mengidentifikasi keputusan mengenai penilaian dari transaksi guru dan pelajar.

Anatomim melukiskan keputusan yang harus dibuat dalam setiap set.

c. Pengambil Keputusan: Guru dan siswa dapat membuat keputusan dalam salah satu kategori keputusan yang digambarkan dalam anatomi. Ketika sebagian besar atau semua keputusan dalam kategori ini adalah tanggung jawab satu pembuat keputusan (misalnya, guru), tanggung jawab pengambilan keputusan orang itu adalah di "maksimal," dan orang lain (siswa) adalah di "minimal."

d. Spektrum: Mengidentifikasi struktur petunjuk dari 11 gaya mengajar tentang apa dan kapan gaya mengajar itu digunakan.

e. Cluster: Dua kapasitas dasar manusia tercermin dalam struktur Spectrum yaitu kapasitas untuk reproduksi dan kapasitas produksi. Semua manusia telah mereproduksi pengetahuan

(33)

yang diketahui, meniru model, dan keterampilan praktik.

Semua manusia juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide, untuk menjelajah hal yang baru dan memanfaatkan belum diketahui.

f. Efek Perkembangan: Mungkin pertanyaan utama dalam pendidikan dan pengajaran adalah, "Apa yang sebenarnya terjadi kepada orang-orang ketika mereka berpartisipasi dalam satu jenis pengalaman atau yang lain?" Pertanyaan-pertanyaan mengapa dan untuk apa adalah hal yangterpenting dalam pendidikan. Struktur keputusan di masing-masing gaya mengajar mempengaruhi pelajar berkembang dengan cara yang dengan menciptakan pengalaman yang beragam. Setiap set keputusan dalam gaya mengajar menekankan tujuan yang berbeda bahwa peserta didik dapat mengembangkan. Tujuan dari gaya mengajar ini adalah selalu terkait dengan kognitif, sosial, fisik, emosi, dan Saluran Pembangunan etis.

Kemampuan untuk mengidentifikasi atributbagi guru untuk menilai kualitas dan fokus dari setiap pengalaman pendidikan.

Sekilas tentang spektrum gaya mengajar, Mosston beranggapan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, yaitu:

a. Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

(34)

b. Masalah yang bertentangan tentang metode mengajar.

c. Harus dapat mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang guru.

d. Interaksi antara guru dengan siswa mencerminkan perilaku mengajar dan belajar tertentu.

e. Mosston memakai perilaku guru sebagai titik masuk.

Komponen Kunci Setiap Gaya :

a. Gaya A: Gaya Komando (Comand Style)

1) Respon langsung terhadap stimulus (guru memberi contoh dan siswa melakukannya)

2) Tujuannya adalah penampilan yang cermat 3) Guru menentukan irama penampilan

b. Gaya B: Gaya Latihan (Practice Style)

1) Kepada siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan dan sendiri-sendiri

2) Guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan dan sendiri-sendiri

c. Gaya C: Gaya Resiprokal (Resiprocal Style)

(35)

1) Siswa bekerja dengan teman atau dalam kelompok kecil 2) Siswa menerima umpan balik langsung dari teman

3) Siswa mengikuti kriteria untuk penampilan dan umpan balik yang di desain oleh guru

d. Gaya D: Gaya Periksa Diri (Self Check Style)

1) Siswa mencari umpan balik sendiri dengan memakai kriteria yang disusun oleh guru

2) Siswa dapat memperoleh umpan balik secara intrinsic

e. Gaya E: Gaya Cakupan (Inclusion Style)

1) Tugas yang sama disusun dengan derajat kesukaran yang berbeda

2) Siswa menentukan sendiri tingkatnya dalam tugas 3) Tingkat-tingkat keterampilan bagi semua siswa tercakup f. Gaya F: Gaya Penemuan Terpimpin

Secara strategis guru membimbing siswa untuk menemukan keterangan yang telah ditentukan, yang belum diketahui oleh siswa (pendekatan konvergen)

g. Gaya G: Gaya Divergen (Divergen Style)

1) Siswa memberikan tanggapan divergen untuk satu masalah (dipakai penyelesaian masalah)

2) Tidak dicari jawaban/tanggapan tunggal yang tepat

(36)

3) Tanggapan-tanggapan dinilai menurut kriteria yang dapat diterima untuk perangkat masalahnya

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, ada beberapa macam gaya dalam mengajar dengan karakteristiknya masing-masing, dan dalam pemilihan gaya mengajar harus disesuaikan dengan karakter siswa dan ,lingkungan belajar siswa untuk memberikan kenyamanan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Penelitian relevan

Hasil penelitian yang relevan sangat diperlukan untuk mendukung kajian teoritis yang telah ditemukan sehingga digunakan sebagai landasan pada kerangka berfikir. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian R.Aditya Budi (2010) yang berjudul “Penggunaan Gaya Mengajar “Mosston”oleh Guru Pendidikan Jasmani SMAse-Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan gaya mengajar “Mosston” yang dilakukan guru pendidikan jasmani di SMA se-kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah

(37)

kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dengan empat alternatif jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di SMA se-kota Yogyakarta. Guru pendidikan jasmani yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 55 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan perhitungan untuk masing-masing butir dalam kuesioner menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan gaya mengajar “Mosston” oleh guru pendidikan jasmani secara berurutan adalah gaya komando dalam kategori sangat tinggi (80,0%), gaya periksa diri dalam kategori tinggi (65,5%), gaya individual dalam kategori tinggi (60,0%), gaya mengajar sendiri dalam kategori sangat tinggi (60,0%), gaya penemuan pemimpin dalam kategori tinggi (54,5%), gaya konvergen (52,7%), gaya inklusi dalam kategori sangat tinggi (49,1%), gaya tugas dalam kategori tinggi (47,3%), gaya divergen dalam kategori tinggi (41,8%), gaya resiprokal dalam kategori sedang (40,0%), gaya inisiatif dalam kategori tinggi (36,4%).

Untuk tingkat Penggunaan gaya mengajar “Mosston” yang digunakan oleh guru pendidikan jarmani SMA se-kota Yogyakarta berdasarkan hasil penelitian ini secara berurutan adalah kategori tinggi sebanyak 34 orang (61,8%), diurutan kedua dalam kategori sangat tinggi sebanyak 11 orang (20%) diurutan ketiga dalam kategori sedang sebanyak 10 orang (18,18%) dan paling sedikit

(38)

dalam kategori rendah dan sangat rendah sebanyak 0 orang (0,0%), sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penggunaan gaya mengajar “Mosston” oleh guru penjas SMA se-kota Yogyakarta termasuk dalam kategori tinggi.

2. Penelitian Yogo Eko Saputro (2010) yang berjudul “Survei Penggunaan Gaya Mengajar Yang Digunakan Guru Penjas SD Negeri se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya mengajar apa saja yang sering digunakan guru penjas dalam proses pembelajaran di SDN se- Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei.

Penelitian ini melibatkan 23 guru pendidikan jasmani SDN se- Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten sebagai responden penelitian. Instrumen yang digunakan berupa angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian deskriptif ini berupa data persentase yang menunjukkan penggunaan gaya mengajar yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani SDN se-Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Hasil yang diperoleh pada setiap gaya mengajar adalah 79,71% guru menggunakan gaya Komando;

74,78% guru menggunakan gaya Resiprokal; 71,74% guru menggunakan gaya Periksa Diri; 70,65% guru menggunakan gaya Penemuan Terpimpin; 69,56% guru menggunakan gaya Individual;

(39)

68,48% guru menggunakan gaya Inisiatif Pelajar; 67,83% guru menggunakan gaya Inklusi; 66,96% guru menggunakan gaya Tugas; 62,61% guru menggunakan gaya Konvergen; 57,61% guru menggunakan gayan Divergen; 54,35% guru menggunakan gaya Mengajar Sendiri.

3. Febrian Wismoyo Nasrullah (2017) yang berjudul “Identifikasi Gaya Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SMP Negeri Se-Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya mengajar apa saja yang sering digunakan guru penjas dalam proses pembelajaran di SMP se-Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini melibatkan 26 guru pendidikan jasmani SMP se-Kota Yogyakarta. sebagai responden penelitian. Instrumen yang digunakan berupa angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa presentase gaya mengajar yang digunakan oleh guru pendidikan jasmani SMP Negeri se-Kota Yogyakarta yaitu 96.30% guru menggunakan gaya komando, 84.61% guru menggunakan gaya latihan, 57.69% guru menggunakan gaya resiprokal, 53.84% guru menggunakan gaya periksa diri, 53.84% guru menggunakan gaya inklusi, 50% guru menggunakan gaya penemuan terpimpin, 42.30% guru

(40)

menggunakan gaya divergen, 38.46% guru menggunakan gaya konvergen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota Yogyakarta belum menerapkan sepenuhnya gaya mengajar yang bervariasi sehingga besar kemungkinan pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Penelitian Tony Macfadyen dan Clare Campbell (2005) yang berjudul “An Investigation into the Teaching Styles of Secondary School Physical Education Teachers.” Penelitian ini di publish pada konferensi tahunan yang diadakan oleh British Educational Research Association di universitas Glamorgan, inggris pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk membandingkan gaya mengajar guru Pendidikan Jasmani pada tahun 2005 dengan hasil penelitian Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al . (2001). Karna pada kurun waktu tahun 1992-2005 inggris melakukan sebanyak 3 kali revisi NCPE atau National Curriculum for Physical Education yaitu tahun 1992, 1995, 1999. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan gaya mengajar yang dilakukan oleh guru penjas laki-laki dan perempuan dan juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan gaya mengajar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Kuisioner laporan mandiri yang rinci digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yang

(41)

terdiri dari 19 pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner dirancang untuk memastikan data kuantitatif diperbolehkan untuk analisis statistik dan data kualitatif memenuhi permintaan Curtner- Smith dan Hasty (1997) untuk menindaklanjuti gaya mengajar dalam Pendidikan Jasmani. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan sampel yang lebih besar daripada Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al (2001). Setiap peserta diberikan definisi yang jelas tentang gaya mengajar untuk meningkatkan konsistensi pemahaman antar peserta. Sampel penelitian ini adalah guru Pendidikan Jasmani dari sekolah negeri di Inggris Selatan. Sekolah awalnya dipilih secara acak, tetapi setelah tingkat respons yang buruk, sekolah selanjutnya diambil sampelnya (baik sekolah komprehensif campuran atau sekolah menengah satu jenis). Para peneliti mengatur dengan sekolah- sekolah ini untuk mengirimkan dan mengumpulkan kuesioner secara pribadi. Hasil penelitian menunjukkan Ada perbedaan nyata yang diamati antara penggunaan gaya mengajar reproduktif (komando, praktek, resiprokal, periksa diri, inklusi) dan produktif (penemuan terpimpin, divergent, going beyond)oleh guru laki-laki dan perempuan. Laki-laki rata-rata 81,93% dan guru perempuan 71,41% dalam penggunaan Gaya Mengajar Reproduksi (signifikan secara statistik pada tingkat <0,05; T-Test). Ada juga perbedaan yang signifikan secara statistik antara guru laki-laki dan perempuan

(42)

dalam penggunaan Gaya Mengajar Produktif: Laki-laki Rata-rata:

18,07%; Rata-rata Perempuan: 28,59% (<0,05, Uji-T). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru Pendidikan Jasmani pria dan wanita dan jumlah waktu yang mereka habiskan untuk manajemen.

Hasil dari penelitian ini dibandingkan dengan hasil Curtner-Smith dan Hasty (1997) dan Curtner-Smith et al. (2001). Hasilnuya adalah guru Pendidikan Jasmani masih dominan menggunakan gaya mengajar reproduktif dan ini mungkin membatasi kesempatan siswa untuk memenuhi persyaratan NCPE (1999). Kurangnya perubahan mungkin tidak mengherankan karena NCPE (1999) tidak jauh berbeda dari revisi teks kebijakan lainnya (Penney 2001). Secara positif, penelitian ini menyarankan peningkatan penggunaan gaya mengajar yang produktif mungkin karena penekanan yang lebih besar ditempatkan pada pembelajaran yang mandiri dan dipersonalisasi. Namun demikian, tampaknya ada kebutuhan untuk pelatihan yang difokuskan pada gaya mengajar untuk membantu guru mempromosikan semua aspek NCPE (1999). Untuk faktor yang mempengaruhi pemilihan gaya mengajar Yang paling berpengaruh adalah keamanan diikuti dengan aktivitas yang diajarkan; kedua faktor ini mendominasi peringkat. Yang paling berpengaruh ketiga adalah kontrol kelas, diikuti oleh kemampuan murid dan Hasil Belajar yang

(43)

Dimaksudkan pelajaran; kepercayaan di kelas menduduki peringkat keenam.

5. Penelitian Brendan suesee, Dkk (2018) yang bejudul “Observed teaching styles of senior physical education teachers in Australia”.

Penelitian ini bertujuan gaya mengajar yang digunakan dalam Pendidikan jasmani di negara bagian Queensland, Australia.

Metode yang digunakan di penilitian ini adalah adalah metode survey dengan menggunakan instrument kuesioner kuesioner yang menyajikan berbagai skenario gaya mengajar berdasarkan 11 gaya yang diidentifikasi oleh Mosston dan Ashworth (2008) kemudian diperkuat oleh observasi penggunaan gaya mengajar yang digunakan oleh 3 guru penjas senior di Queensland. Penelitian ini melibatkan guru-guru penjas sekolah dasar dan menengah di Queensland, Australia. Analisis data dalam penelitian melalui perintah SPSS versi 21 untuk menentukan sarana dan distribusi frekuensi gaya yang ditunjukkan dalam Mosston dan Ashworth (2008) Spectrum. Hasl penelitian ini menunjukkan Para guru olahraga senior yang berpartisipasi dalam penelitian ini gagal untuk mendemonstrasikan penggunaan berbagai gaya dalam pelajaran mereka, meskipun Queensland Senior Physical Education Syllabus (2004) merinci berbagai gaya tertentu yang akan digunakan. Ini menunjukkan bahwa tujuan, sasaran dan hasil

(44)

(termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi) seperti yang dijelaskan dalam silabus tidak terpenuhi.

C. Kerangka Berpikir

Untuk tercapainya tujuan pendidikan jasmani ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain dari sarana prasarana yang ada, materi yang diajarkan, dan gaya mengajar yang digunakan guru dalam pengajaran. Gaya mengajar adalah salah satu komponen penting dalam suatu proses belajar mengajar. Menurut Thoifuri (2013: 81) Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi belajar. Gaya mengajar adalah salah satu komponen penting dalam suatu proses belajar mengajar. Penggunaan gaya mengajar bertujuan untuk bisa berjalan dengan lancar suatu proses belajar mengajar dan siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan bisa mengambil manfaat dari proses pembelajaran tersebut (Rusli Lutan, 2000: 16-17).

Akan tetapi saat ini dunia sedang disuguhkan oleh musibah yang sangat besar, yaitu pandemic Covid-19. Pandemic COVID-19 merupakan musibah yang memilukan seluruh penduduk bumi. Menurut Nadia (Baitur Rochman et al, 2020:259) Penyebaran pandemi Covid-19 yang cepat telah

(45)

menyebabkan gangguan pada sektor pendidikan Indonesia di mana sekitar 45 juta siswa tidak dapat melanjutkan kegiatan belajar mereka di sekolah.

Seluruh segmen kehidupan manusia di bumi terganggu, tanpa kecuali pendidikan. Akibatnya ditiadakannya kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah dan pembelajaran dilakukan dengan cara pembelajaran jarak jauh (online).

Kemudian dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terbaru yang dirilis 30 maret 2021 ditetapkan bahwa bila pendidik dan tenaga kependidikan di satuan Pendidikan sudah mendapatkan vaksinasi, maka satuan sekolah tersebut wajib segera membuka opsi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Terkait hal tersebut, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyusun dan menerbitkan panduan penyelenggaraan pembelajaran untuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUDdikdasmen). Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas ini dilaksanakan melalui 2 Fase,yaitu Masa Transisi (berlangsung selama 2 bulan sejak dimulainya pembelajaran) kemudian di lanjut dengan Masa Kebiasaan Baru (di mulai setelah Masa Transisi selesai).

Dengan demikian ini menjadi tantangan baru bagi para guru, khusus nya guru Pendidikan jasmani, karena dengan keadaan lingkungan belajar yang berubah, maka para guru pun harus mencari solusi dan strategi baru dalam proses pembelajaran, karena akan berbeda antara pembelajaran ketika tatap muka langsung dengan pembelajaran secara online, apalagi

(46)

dalam pembelajaran Pendidikan jasmani yang lebih banyak praktek di lapangan dan menuntut siswa lebih aktif dalam bergerak. Dan salah satu strategi yang harus diperhatikan adalah pemilihan gaya mengajar yang tepat.

Dilihat dari pentingnya penggunaan gaya mengajar yang tepat di dalam sebuah proses pembelajaran dan belum adanya data yang menunjukkan gaya mengajar apa saja yang digunakan guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Se kecamatan Subang di era pandemic covid-19, sehingga penelitian ini layak untuk diteliti. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang gaya mengajar apa saja yang digunakan dalam pembelajaran oleh guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan pada masa pandemic covid-19 di Sekolah Menengah Pertama se kecamatan Subang

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah komisaris independen perusahaan yang besar, umumnya mempunyai laporan keuangan yang berkualitas, karena ketika komisaris independen akan mengeluarkan keputusan

Suyasa dan Fransisca (Nur fitriyani dkk.. Berdasarkan uraian di atas dampak negatif perilaku konsumtif terhadap remaja adalah kecemburuan sosial, mengurangi kesempatan untuk

Gintings (2012, hlm. 34), menjelaskan bahwa definisi pembelajaran merupakan kegiatan yang memotivasi dan menyediakan fasilitas belajar agar terjadi proses belajar pada

27 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun KarakterBangsa Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

1) Melalui penayangan model perilaku prososial, misalnya dapat dengan media massa atau model tindakan prososial. Perilaku manusia terbentuk melalui belajar sosial terutama

1) Menurut Thoifuri, (2008:81) “Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya yang bersifat kurikuler

Menurut Law Lim Un Tung, dkk (2010: B-76), komputer vision bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang berguna tentang obyek fisik nyata dan pemandangan