• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Gaya Mengajar

1. Pengertian Gaya Mengajar

Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang dipertunjukan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini jika ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi, atau materi pembelajarandan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan diistilahkan dengan “Gaya Mengajar” atau Teaching Style (Lapp dkk, 1975:1). Sumiadi dan Asra (2009:74)

Manen dalam Marzuki (1999:21), mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting hubunganya dengan murid, bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebisaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan guru atau dosen. Gaya mengajar guru mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh pandanganya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.

Gaya mengajar dipandang sebagai dimensi atau kepribadian yang luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Penelope Peterson dalam Allan C. Ornstein (1990:526) mendefinisikan gaya mengajar sebagai gaya guru dalam hal bagaimana guru memanfaatkan ruang kelas, pilihan kegiatan pembelajaran dan materi, dan cara mengelompokan siswa mereka (Abdul Majid, 2013:273).

Berikut ini beberapa pengertian lain gaya mengajar:

1) Menurut Thoifuri, (2008:81) “Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya yang bersifat kurikuler adalah guru yang mengajar disesuiakan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah gaya mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar”.

(2)

2) Menurut Suparman S, (2010:63) “Gaya mengajar adalah suatu metode yang dipakai oleh guru ketika sedang melakukan pengajaran guru biasanya sangat erat aitanya dengan gaya belajar anak didik”.

3) Menurut Ali, (2004:57) “Gaya mengajar adalah gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksakan pengajaran, sesuai dengan pandanganya sendiri. Disamping itu, landasan psikologis, terutama teori belajar yang dipegang serta kurikulum yang dilaksanakan juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan”.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ornstein (1980: 252-253) bahwa:

“gaya mengajar dapat dilihat dari dua aspek pembahasan yaitu: aspek ekspessif dan aspek instrumental. Aspek ekspresif adalah gaya mengajar berkaitan dengan hubungan emosional yang berkembang antara guru dengan siswa secara keseluruhan yang meliputi dimensi kehangatan, autoritas, simpati, ketergantungan dan aspek-aspek lain tentang keadaan emosional yang dilaksanakan oleh guru. Aspek instrumental dari peran mengajar menggambarkan bagaimana peran guru menjalankan tugasnya untuk membantu siswa belajar, bagaimana mereka mengorganisasikan belajar, menentukan standar di dalam kelas dan menentukan apakah para siswanya telah memenuhi standar tersebut.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasan guru yang ditunjukan saat mengajar sesuai dengan pandanganya mengenai teori mengajar, kurikulum yang dilaksanakan dan kebutuhan siswa, sehingga guru tidak hanya mentrasfer ilmu kepada peserta didiknya, peran guru juga sangat penting.

2. Landasan Gaya Mengajar

Ada emapat macam gaya mengajar, yaitu gaya mengajar klasik, teknologis, personalisasi dan interaksional. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 77-80) masing-masing dari gaya mengajar tersebut mempunyai landasan, yaitu:

a. Pembelajaran Klasik dan Landasanya

Pendidikan klasik lebih menekankan guru sebaga model. Siswa dituntut meniru aya guru. Hal ini berlandaskan teori bahwa siswa akan menirukan apa yang diamati dan telah memperoleh reinforcement. Jadi, siswa akan meniru guru. Proses peniruan terjadi terutama melalui

(3)

bahasa. Oleh karenanya belajar dilakukan secara verbal, dan guru berusaha menajarkan bagaimana melatih kemampuan berfikir melalui bahasa. Gaya mengajar klasik mempunyai dua macam aliran, yaitu:

1) Aliran Perenialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berpusat pada kemanusiaan (humanity).

Aliran ini berpandangan bahwa setiap generasi harus dididik dengan budaya yang dianggap benar dan sahih (valid). Isi pembelajaran lebih banyak mengenai dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar, karena hal ini dianggap sebagai upaya “memanusiakan manusia.” Manusia dibedakan dari jenis makhluk hidup lain karena ia mempunyai intelektual. Oleh karenanya upaya memanusiakan manusia dilakukan dengan mengembangkan inteleknya. Pembelajaran dasar yang dianggap paling penting adalah “The three R‟s” untuk tingkat Sekolah Dasar yaitu Reading (membaca), Writing (menulis), dan Arrithmatics (berhitung). Tujuan pendidikan perenialism adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin mental.

2) Aliran Essensialism yang menekankan pada penyampaian budaya yang berkenaan dengan science.

Berbeda dengan perenialism, aliran ini lebih realistis, tidak filisofis. Budaya yang disampaikan dalam pembelajaran hanya berisi informasi yang bersifat praktis, dengan tujuan mendidik keterampilan yang esensial dan berguna untuk hidup produktif. Oleh karenanya menekankan pada science dan keterampilan produktif. Pandangan penganut aliran ini adalah bahwa tujuan pendidikan diarahkan agar siswa dapat bekerja dengan baik. Ini dijadikan ukuran penilaian kebaikan pendidikan. Disamping itu pendidikan juga bertujuan mengantarkan siswa untuk dapat bergaul pada semua lapisan masyarakat dan memperoleh sukses finansial. Mereka menganggap pendidikan adalah jalan menuju sukses. Sedangkan sukses itu sendiri diukur dari segi materi.

(4)

Para penganut aliran teknologis yakin bahwa pendidikan merupakan cabang terpenting dari scientific technology. Pendidikan teknologis memandang manusia dari tingkah lakunya yang dapat diamati. Tingkah laku ini dijadikan dasar perumusan tujuan. Dengan demikian tinggallah dipikirkan bagaimana memanipulasi lingkungan agar siswa dapat mencapai tujuan itu. Untuk itu dapat digunakan perangkat baik hardware (seperti mesin, televisi dan sebagainya) ataupun software (seperti programa, modul, dan sebagainya). Perangkat itu dapat berfungsi sebagai guru. Dengan demikian guru bukan lagi dipandang sebagai elemen sentral dalam pembelajaran, juga dalam proses belajar mengajar. 4) Pembelajaran Personalisasi dan Landasanya

Gaya pembelajaran personalisasi bersifat Child Centered (berpusat pada siswa). Ini didasarkan pada teori pendidikan yang menyatakan bahwa, pendidikan sesungguhnya berpusat pada siswa serta pengalaman yang disadarinya. Kegiatan pendidikan didasarkan atas minat dan kebutuhan atau keinginan siswa.

Ada dua aliran dari personalisasi, yaitu Aliran Proressive dan Aliran Romantik. Golongan progressive memandang bahwa situasi mengajar berfungsi menentukan disiplin dan arah pengalaman belajar yang dapat menuntun atau menentukan struktur intelegensi. Dalam pelaksanaanya pendidikan membimbing dan mengarahkan kegiatan siswa dalam memenuhi kebutuhan yang tidak disadarinya. Tokoh Progressivism ialah John Dewey.

Golongan Romantic (tokohnya J.J Russeau) memandang bahwa siswa harus bebas (ide tentang kembali ke alam). Pendidikan harus mengisolasi siswa dari lingkungan masyarakat, karena pendidikan merupakan proses individual, bukan proses sosial. Pendidikan juga bukan hanya sekedar memberi informasi atau keterampilan, tetapi merupakan proses perkembangan pribadi

(5)

sepanjang hayat. Peran guru adalah menyiapkan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengalaman.

5) Pembelajaran Interaksional dan Landasanya

Pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat dialogis. Dalam hal ini guru menyodorkan masalah kepada siswa, selanjutnya dengan proses diskusi, siswa mengemukakan pandangan, pendapat, argumentasi, juga menanggapi dan menyela atau mendukung pendapat yang lain, sehingga ditemukan kesimpulan tentang masalah yang dibahas itu.

Dasar pandangan pembelajaran interaksioanal adalah bahwa hasil belajar diperoleh melalui interaksi antara guru-siswa, dan siswa-siswa lain, juga interaksi antara siswa dengan materi pembelajaran yang dipelajari, serta antara pikiran siswa dengan kehidupanya. Pandangan ini berakar dari falsafah yan memandang bahwa pada hakikatnya manusia sudah mempunyai kemampuan untuk memikirkan dan menemukan jawaban terhadap masalah kehidupan yang dihadapi. Fungsi pembelajaran dalam hal ini adalah menumbuhkan dan mengungkap kemampuan itu melalui upaya penciptaan kondisi dan kemungkinan untuk tumbuh dan berkembangnya hal itu. Oleh karenanya pembelajaran tidak dilakukan dengan cara “mengajar” tetapi dengan mengembangkan suasana dialogis.

3. Karakteristik Gaya Mengajar

Gaya mengajar guru dalam proses pembelajaran berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Karakteristik guru dalam mengajar dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Karakteristik gaya mengajar guru yang positif 1) Menguasai materi pelajaran secara mendalam 2) Mempunyai wawasan luas

3) Komunikatif 4) Dialogis

(6)

5) Menggabungkan teori dan praktik 6) Bertahap

7) Mempunyai variasi pendekatan 8) Tidak memalingkan meteri pelajaran 9) Tidak terlalu menekan dan memaksa

10) Humoris tapi serius (jamal Ma‟mur Asmani, 2009:115-137) b. Karakteristik gaya mengajar guru yang negatif

1) Duduk diatas meja ketika mengajar 2) Mengajar sambil merokok

3) Mengajar sambil main hp 4) Tidur sewaktu mengajar 5) Menganggap diri paling pandai 6) Mengajar secara monoton 7) Sering bolos mengajar 8) Tidak disiplin

9) Berpakaian tidak rapi

10) Membiarkan murid saling menyontek

11) Suka memberi PR tanpa mengoreksi (MasykurArif Rahman, 2011:5-6).

Dari karakter-karakter tersebut diatas setiap guru tidak mungkin memiliki semua karakter positif dan begitu pula sebaliknya tidak semua guru memilki karakter yang negatif. Ada guru yang memiliki sebagian dari karakter yang positif yang sering nampak pada tingkah lakunya ketika proses pembelajaran tetapi sesekali menunjukan karakter negatifnya, maka siswa sebagai orang yang memberi perhatian penuh pada guru akan menyimpulkan guru tersebut berkarakter positif karena yang sering nampak pada guru tersebut adalah hal-hal yang positif, begitu pula sebaliknya.

Guru jarang menyadari bahwa setiap perilaku yang nampak dihadapan peserta didik akan menimbulkan anggapan atau penilaian bagi mereka. Sehingga akan menghasilkan kesimpulan mengenai karakter guru tersebut. Jadi sudah selayaknya seorang guru sebisa mungkin untuk selalu mempertahankan karakter

(7)

positifnya dan meminimalisir hal-hal negatif yang akan mempengaruhi peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Tujuan dan Manfaat Variasi Mengajar

Pengertian „Variasi‟ menurut kamus ilmiah populer adalah „selingan‟, „selang-seling‟, atau „pergantian‟. Menurut Udin S. Winataputra (2004) dalam Pupuh dan Sobry (2014:91) mengartikan „variasi‟ sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Adapun variasi mengajar merupakan keanekaragaman dalam penyajian kegiatan mengajar.

Proses pembelajaran adakalanya siswa atau guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran dapat diamati selama proses belajar mengajar berlangsung seperti kurang perhatian, mengantuk, mengobrol dengan sesama teman atau pura-pura ke kamar kecil hanya untuk menghindari kebosanan. Karenanya pengajaran yang bervariasi sangat penting sehingga situasi dan kondisi belajar mengajar berjalan normal. Tujuan dan manfaat variasi mengajar adalah sebagai berikut:

a. Tujuan variasi mengajar

Menurut Syaifudin bahri Djamarah dan Azwan Zain (2002:181-185) variasi mengajar bertujuan untuk:

1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.

2) Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.

3) Membentuk siskap positif terhadap guru dan sekolah. 4) Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar

individual.

5) Mendorong anak didik untuk belajar. b. Manfaat variasi mengajar

Menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono (1995: 65) dalam Hendri Budiyanti (2012: 23) manfaat variasi mengajar adalah:

1) Memelihara dan meningkatkan siswa yang berkaitan dengan aspek belajar.

2) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.

(8)

4) Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi keindahan belajar.

5) Mendorong aktifitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kagiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berbagai tingkat kognitif.

Jika dilihat dari tujuan dan manfaat variasi mengajar di atas peserta didik merupakan objek yang nantinya menjadi ukuran dalam mengetahui variasi mengajar guru yang dilakukan. Jika ingin mengetahui bagaimana guru melakukan variasi dalam mengajar maka lihatlah tujuan dan manfaat yang didapat dan dirasa oleh peserta didik.

5. Komponen Variasi Gaya Mengajar

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

a. Variasi gaya mengajar

Guru dalam proses pembelajaran hendaknya memiliki variasi gaya mengajar. Menurut Syaiful bahri Djamarah (2002:188), variasi gaya mengajar tersebut adalah:

1) Variasi Suara

Suara guru ketika menyampaikan materi dalam proses pembelajaran bisa bervariasi dalam intonasi, nada, volume dan kecepatan. Ketika mengajar penting bagi guru untuk memahami bagaimana dia menyampaikan materi dengan penjelasanya. Guru yang biasa memakai suara datar dalam menyampaikan materi akan mempengaruhi minat mendengar siswanya. Sehingga seorang guru hendaklah memberikan penjelasan dengan intonasi, nada, volume dan kecepatan yan serasi dan sesuai.

2) Penekanan (Focusing)

Berfungsi untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek yang paling penting atau aspek kunci. Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran yang

(9)

tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya. Misalnya guru menggunakan kalimat “sekali lagi bapak/ibu tekankan” atau “coba anda perhatikan” dan sebagainya. Hal ini akan menimbulkan perhatian siswa sehingga pandangan siswa akan tertuju dan fokus pada guru yang tengah menyampakan materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran.

3) Pemberian Waktu (Pausing)

Setelah guru menyampaikan meteri pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Peserta didik dalam keadaan seperti ini biasanya selain memberikan perhatian penuh pada guru juga akan memiliki waktu untuk berusaha memahami materi yang disampaikan.

4) Kontak Pandang

Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandanganya dapat menarik perhatian anak didik. Selama menyampaikan materi pelajaran, tidak dibenarkan seorang guru hanya memandang ke luar, ke atas atau ke siswa tertentu saja. Jadi guru dalam berinteraksi dengan siswa pandanglah semua siswa yang sedang mengikuti pembelajaran, sehingga mereka akan merasa diperhatikan.

5) Gerakan Anggota Badan

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan. Dalam berkomunikasi gerak tubuh akan mempengaruhi apa yang disampaikan karena pada hakikatnya ketika kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain semuanya ikut berbicara termasuk anggota badan kita.

(10)

6) Pindah Posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas ketika proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Karena selama proses pembelajaran guru menjadi pusat perhatian siswanya. Dengan bergerak, berarti guru tidak berada dalam satu posisi saja, malainkan ia berpindah-pindah. Perpindahan posisi ini selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton. Seorang guru hendaknya bisa menguasi kelas dan bebas menjangkau seluruh ruang kelas. Bukan berarti guru selalu berpindah-pindah saat proses pembelajaran tetapi berpindahlah sesuai dengan kebutuhan. Misal ketika siswa yang duduk di belakang mulai tidak memperhatikan maka guru dekati dan pindah posisi agar anak bisa fokus kembali.

b. Variasi media dan bahan pengajaran

Penggunaan media akan menghindari kejenuhan siswa terhadap gurunya atau terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Melalui media ada alih pandang, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan dengan guru yang hanya berceramah saja. Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu: 1) Variasi media pandang

Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantaranya: buku, majalah, globe, peta, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar, mode, demonstrasi, dan sebagainya. Alat ini berguna untuk:

a. Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret.

b. Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.

c. Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa.

d. Mengembangkan cara berfikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan.

(11)

c. Variasi media dengar

Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar anak didik. Karena itu diperlukan media lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu. Hal ini bisa dilakukan dengan guru merekam suaranya di rumah atau merekam suara lain yang patut didengarkan dan mempunyai relevansi dengan materi pelajaran.

d. Variasi media taktik

Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Misalnya guru memperlihatkan dan menjelaskan tata cara berwudhu, setelah itu siswa disuruh untuk menggambarkan tata cara tersebut. Cara ini akan meudahkan siswa untuk mengingat urutan tata cara wudhu dan sebagainya.

e. Variasi interaksi

Variasi interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal yaitu:

1) Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

2) Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.

Namun di antara dua jenis tersebut jenis yan pertama akan lebih baik. Sekalipun yang ideal adalah guru dan siswa memiliki peranan yang proporsional. Dalam arti, guru tidak mendominasi kelas, dan siswa juga memilki kebebasan tanpa berarti tidak ada kendali guru. Maka dalam konteks interaksi ini hendaklah guru berdiri di tengah-tengah.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is energy change within the person characterized by afefective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi

(12)

untuk mencapai tujuaan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seserang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang ia lakukan untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah, 2011 : 148).

Isbandi Rukminto Adi mengemukakan dalam Hamzah B. Uno (2015 : 3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Sedangkan menurut Cucu Suhana (2014 :24) motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomorik.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebab pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Bila motivasi ektrinsik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar dari lingkungan masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi anak didik.

Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak

(13)

dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.

a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan dan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2011 :156-158).

Sedangkan menurut Hamzah B Uno (2015 : 27-28) fungsi motivasi adalah sebagai berikut :

a. Menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berfungsi dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Memperjelas tujuan belajar

Fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sudah diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik.

b. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik.

(14)

Sementara itu Sardiman (2012 : 85) berpendapat bahwa fungsi motivasi ialah :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

d. Motivasi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi

Sedangkan menurut Cucu Suhana (2014 : 24) fungsi motivasi adalah sebagai berikut :

a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

3. Macam-Macam Motivasi Belajar

Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajardan bertemu

(15)

kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya.

Bila seseorang telah mempunyai motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan atktivitas belajar secara terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya.

Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang mempunyai motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dan memamng diakui oleh semua pihak, bahwa belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan. Balajar bisa dikonotasikan dengan membaca. Dengan begitu, membaca adalah pintu gerbang ke lautan ilmu pengetahuan. Kreativitas membaca adalah kunci inovasi dalam pembinaan pribadi yang lebih baik. Tidak ada seorang pun yang

(16)

berilmu tanpa melakukan aktivitas membaca. Evolusi pemikiran manusia yang semakin maju dalam rentangan masa tertentu karena membaca, dimana hal tersebut tidak terlepas dari masalah motivasi sebagai pendorongnya, yang berhubungan dengan kebutuhan untuk maju, berilmu pengetahuan.

Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tertinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar. Karena itu, guru harus pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses edekatif di kelas.

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karenabahan pelajaran kurang menarik.perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Baik motivasi

(17)

ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengarhui sikap dan perilaku anak didik. Diakui bahwa angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpenngaruh positif dengan merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran kasar, dan sebaginya berpengaruh negarif dengan renggangnya hubungan guru dengan anak didik. Maka guru tersebut akan menjadi guru yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru tersebut menjadi tak disukai oleh anak didik (Syaiful Bahri Djamarah, 2011 : 149-152).

4. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011 : 158-168) dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam belajar. hal ini perlu disadari oleh guru. Untuk itu seorang guru biasanya memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar lebih bergairah belajar meski terkadang tidak tepat. Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat, sesuai dengan target yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman menganai kondisi psikologis anak didik sanngat diperlukan guna mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi anak didik sehingga gairah belajarnya menurun.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas sebagai berikut :

a. Memberi angka

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan

(18)

rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang.

b. Hadiah

Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, rangking satu, dua, tiga dari anak didik lainnya.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar.

d. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk moivasi yang cukup penting.

e. Mengetahui hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat.

f. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik.

g. Hukuman

Meski hukuman merupakan reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak dapat digunakan sebagai alat motivasi yang baik dan efektif.

h. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

i. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu

(19)

aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.

j. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, sangat menguntungkan bagi anak sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.

5. Indikator Motivasi Belajar

Hamzah B. Uno (2009:21-23), menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa- siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil,

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c. Adanya harapan dan cita – cita masa depan, d. Adanya harapan penghargaan dalam belajar, e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Indikator Motivasi Belajar : a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi d. Ingin mendalami pegetahuan yang diberikan

e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin f. Menunjukan minat yang tinggi

g. Rajin belajar

h. Mengejar tujuan jangka panjang.

Sejalan dengan pendapat diatas, Sardiman juga berpendapat (2012 :83) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut :

(20)

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dalam penelitian ini motivasi yang dimaksud ialah motivasi belajar siswa. Berdasarkan uraian mengenai motivasi di atas maka dapat dirumuskan indikator – indikator motivasi belajar ialah :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Memiliki keinginan menyelesaikan tugas dengan baik e. Berusaha menghadapi kesulitan

f. Ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari g. Selalu aktif dalam pembelajaran

h. Menunjukan minat terhadap pelajaran i. Adanya harapan penghargaan dalam belajar j. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar k. Lingkungan yang kondusif.

6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Cucu Suhana (2014 : 25) motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh dan berkembang. Berikut ini ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar sebagai berikut :

(21)

a. Peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran.

b. Memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran.

c. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match.

d. Memberi sentuhan lembut (soft touch). e. Memberikan hadiah (reward).

f. Memberikan pujian dan penghormatan. g. Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya. h. Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat. i. Belajar menggunakan multimedia.

j. Guru yang kompeten dan humoris. k. Suasana lingkungan sekolah yang sehat.

Sedangkan menurut De Decce dan Grawford (1974) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2011 : 169-170) berpendapat bahwa ada empat fungsi guru dalam meningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu :

a. Menggairahkan anak didik

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke aspek lain dalam situasi belajar.

b. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, psimisitis dan terlalu optimis.

(22)

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya) atas keberhasilanna, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Insentif dapat membangkitkan motivasi secara signifikan.

d. Mengarahkan perilaku anak didik

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Disini guru dituntut untu memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas.

C. Urgensi gaya mengajar guru dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa

Pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapain tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Dalam hal ini kebiasaan guru dalam mengajar menjadi penting untuk diperhatikan sehingga akan meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Agar lebih dapat memahami betapa pentingnya peran guru dalam pembelajaran maka kita harus mengetahui lebih jauh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesi keguruan khususnya.

Metode memang penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran akan tetapi guru jauh lebih penting dari pada metode. Dalam proses belajar mengajar jika materinya bagus tetapi metode atau cara penyampaianya kurang, maka jauh dari keberhasilan. Akan tetapi bagaimanapun arahan guru jauh lebih penting daripada belajar otodidak meskipun paham metode. Oleh sebab itu, gaya mengajar guru menjadi faktor penting dalam proses pembelajaran dan dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

(23)

1. Pengertian Guru a. Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-Undang No 1 pasal 1 Th.2005).

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Hamzah B.Uno, 2011:15).

Menurut Zakiah Daradjat (2014:262) pekerjaan guru bukan semata-mata “mengajar”, melainkan juga harus mengerjakan berbagai hal yang bersangkut paut dengan pendidikan murid. Demikian juga pekerjaan murid, bukan hanya “belajar” dalam artinya yang tradisional saja, melainkan ia harus berusaha untuk menambah “pengalamanya” dengan tenaganya sendiri.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang bertugas untuk memberikan ilmu kepada peserta didik serta membimbingnya agar menjadi manusia yang memiliki pengetahuan serta memiliki pengalaman hidup yang akan menjadikan ia dewasa dan menjalankan kehidupan dengan baik dan benar.

2. Pengertian Siswa

Murid atau siswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang (anak yang sedang berguru, belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Undang-undang Sisdiknas pasal 1 ayat 4 peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Siswa adalah sekelompok manusia yang akan

(24)

diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan.

Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses pembelajaran. Murid akan menjadi faktor penentu dalam mencapai cita-cita dan keinginannya, sehingga dapat memepengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Dalam pandangan modern, siswa tidak hanya sianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengorganisasikan setiap kegiatan pembelajaran dan menghargai anak didiknya sebagai subjek yang memiliki potensi.

3. Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru dan siswa. Menurut Abdul Majid (2012:109) secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Kegiatan pembelajaran harus ada hubungan yang saling berkesinambungan antar peserta didik, pemberi materi atau pendidik serta materi yang akan disampaikan. Tanpa ada ketiga aspek tersebut, maka pembelajaran tidak dapat berjalan. Disini peran guru menjadi sangat penting. Guru dalam pembelajaran salah satunya berperan sebagai motivator, dimana seorang guru harus dapat membangakitkan semangat belajar siswa.

Guru dalam proses pembelajaran menjadi pusat perhatian siswanya. Oleh karena itu, kebiasaan guru dalam mengajar akan

(25)

memberikan dampak pada siswa. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya yang positif tapi juga negatif. Guru yang menyadari peranannya sebagai motivator akan selalu berusaha mengembangkan kemampuan dalam mengelola pembelajaran, membuat inovasi-inovasi baru dalam mengajar serta berusaha menemukan kebiasaan baik dalam mengajar yang menjadikan cirinya dalam mengajar dan membuat perhatian siswa meningkat dan menumbuhkan minat belajar. Siswa dalam proses pembelajaran sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Guru dan murid atau siswa memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik atau siswa adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan brsama dengan individu-individu yang lain.

Fungsi murid dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subjek dan objek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah yang menerima pelajaran dari guru. Guru mengajar dan murid belajar. Jika tugas pokok guru adalah “mengajar”, maka tugas pokok murid adalah “belajar”. Keduanya amat berkaitan dan saling bergantungan, satu sama lain tidak terpisahkan dan berjalan serempak dalam proses belajar mengajar.

Sebagai objek, murid menerima pelajaran, bimbingan dan berbagai tugas serta perintah dari guru atau sekolah dan sebagai subjek, ia menentukan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai hasil belajar. Tugas- tugas murid sebagai subjek senantiasa berkaitan dengan kedudukannya sebagai objek.

Dengan dasar pandangan tersebut di atas, maka tugas murid dapat dilihat dari berbagai aspek, sejalan dengan aspek tugas guru, yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi. Selain dari itu muridpun bertugas pula untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan

(26)

untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentinganya sendiri (Zakiah Daradjat, 2014:268-269).

4. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran pada dasarnya dari kata Belajar sedangkan “Pem” dan “an” hanya kata imbuhan awal dan akhir kata (Asad m. Alkalali, 1987: ix). Penjelasan diatas bahwa belajar adalah suatu proses yang telah diusahakan individu atau suatu interaksi individu guna memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan yang baru dari keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.

Sejarah secara bahasa diambil dari bahasa arab syajarah yang berarti pohon. Secara istilah menurut ibnu chaldun, definisi sejarah adalah sebagai berikut :“sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu; seperti kelahiran, keramahan dan solidaritas golongan, tentang revolusi-revolusi dan pemberontakan-pemberontakan oleh golongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan Negara-negara dengan tingkat yang bermacam-macam; tentang macam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupannya, maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan dan pertukangan, dan pada umumnya, tentang segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu” (Maman A Malik, dkk.2005: 5-6) .

Jadi Sejarah kebudayaan islam merupakan kumpulan-kumpulan peristiwa masa lampau akan tetapi peristiwa tersebut sangat realistis, baik itu dinamisme waktu dan tempatnya sehingga bernilai sebagai suri tauladan untuk masa sekarang maupun yang akan datang.

Sedangkan pengertian kebudayaan adalah dilihat dari beberapa pengertian yaitu kebudayaan artinya culture yang berasal dari bahasa latin yaitu cultur. Arti kultur adalah memelihara, mengerjakan dan mengolah. Menurut ibnu chaldun kebudayaan adalah kondisi dimana kehidupan biasa yang melebihi yang diperlukan.Dasar kebudayaan islam meliputi orang arab kemudian kawasalan lain ditaklukkan oleh

(27)

kaum muslimin. Hal ini senada dengan yang diungkapkan ibnu chaldun bahwa bangsa arab tidak mungkin mendirikan kerajaan, melainkan atas dasar agama, seperti wahyu seorang nabi atau ajaran seorang wali (Maman A Malik. 2005 : 9-10).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan islam merupakan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan. Pada saat itu islam merupakan pokok kekuatan dan sebab yang ditimbulkan dari suatu peradaban yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang kompleks dan maju. Maka dapat dirumuskan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu upaya membelanjarkan siswa untuk dapat memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, keterbaruan dalam penelitian ini adalah pembentukan semikonduktor lapis tipis dari serbuk Cu 2 O di atas kaca Fluorine Tin Oxide (FTO) yang

Yesus bertanya, ”Menurutmu siapakah dia?” Saya berkata, “Tuhan itu adalah isteriku\.” Saya berkata, “Tuhan tidakkah Kau dengar, saya punya dua anak laki-laki yang harus

Dengan demikian dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peranan aparat kepolisian adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh

permainan yang ada pada Concertino for Trombone Op.4 karya Ferdinand David ini, penulis mengharuskan untuk melakukan latihan rutin setiap hari seperti nada

-Teleologi, mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam raya berproses menuju suatu tujuan,

Faktor berikut yang tidak mempengaruhi terjadinya interaksi adalah ..... adanya suatu

Terdapat penambahan dua aplikasi, yaitu: Aplikasi MACAN (Manajemen Listrik Cadangan) yang berfungsi untuk pengelolaan listrik cadangan untuk pelanggan apabila terjadinya

UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa untuk menetukan, visualisasi, kontruksi, dan mendokumentasikan artifact (bagian dari informasi yang digunakan atau