• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Ropingi dan Agustono, Jurnal SEPA, Vol. 4 No. 1, September 2007.

“PEMBANGUNAN WILAYAH KECAMATAN BERBASIS

KOMODITI PERTANIAN DI KABUPATEN BOYOLALI

(PENDEKATAN SHIFF-SHARE ANALISIS)”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komoditi pertanian yang menjadi basis pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Boyolali, mengetahui komponen pertumbuhan komoditi pertanian di masing-masing kecamatan dan mengetahui jenis komoditi pertanian dan wilayah pengembangannya di tiap-tiap kecamatan wilayah Kabupaten Boyolali. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series tahun 2004-2005. Data yang dimaksud adalah data nilai produksi komoditi pertanian dan harga komoditi pertanian. Penentuan komoditi pertanian basis di tiap-tiap kecamatan menggunakan analisis Location Quotien (LQ). Dari hasil analisis diketahui bahwa komoditi pertanian basis yang paling banyak adalah komoditi padi, kelapa, ayam buras, dan ikan lele. Berdasarkan hasil analisis shiff – share dari berbagai komoditi pertanian basis diketahui bahwa pertumbuhan selama tahun 2004-2005 sebesar 8,09%. Pertumbuhan komoditi pertanian di setiap kecamatan berbeda-beda, ada yang pertumbuhan dibawah pertumbuhan tingkat kabupaten ada yang dibawah tingkat kabupaten. Kondisi ini terjadi karena adanya perbedaan beberapa faktor diantaranya daya dukung sumberdaya, kondisi topografi, kondisi kesuburan lahan, sarana dan prasarana irigasi.

2. Catur Sugiyanto, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 22 No.4, Oktober 2007.

”STRATEGI PENYUSUNAN KOMODITAS UNGGULAN DAERAH” Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui perbedaan metode penentuan komoditas unggulan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan perbankan. Data yang digunakan oleh pemerintah daerah adalah komoditi unggulan masing-masing sektor sedangkan dari perbankan adalah melakukan survei potensi dasar terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah. Alat analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA). Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa tidak semua produk unggulan termasuk dalam kelompok industri primadona yang menggabungkan keunggulan relatif dalam hal: jumlah usaha, nilai tambah, dan jumlah tenaga kerja dapat mendeteksi kriteria jenis usaha atau sektor yang primadona maupun sektor yang dapat menopang menyelesaikan masalah ekonomi daerah (kesempatan kerja dan pendapatan).

3. Mei Tri Sundari dan Nuning Setyowati, Jurnal SEPA, Vol. 2 No. 2,

Februari 2005.

” ANALISIS BASIS EKONOMI SEKTOR PERTANIAN DI

KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN PENDEKATAN

ANALISIS LOCATION QUOTIENT”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sektor perekonomian yang menjadi basis di Kabupaten Karanganyar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 1993 Kabupaten Karanganyar dan Propinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003. Alat analisis yang digunakan adalah LQ. Dari hasil analisis diketahui bahwa selama tahun 1999-2003 sektor pertanian yang menjadi basis di Kabupaten Karanganyar adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, dan sektor jasa-jasa. Secara umum sektor pertanian belum mampu menjadi sektor basis, namun ada subsektor yang menjadi basis yaitu sektor perkebunan dan peternakan.

4. Rachmat Hendayana, Jurnal Informatika Pertanian, Vol 12, Desember

2003.

”APLIKASI METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN NASIONAL”.

Tujuan penelitian tersebut adalah membahas penerapan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas pertanian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series tahun 1997- 2001. Data yang dimaksud meliputi data areal panen tanaman pangan, holtikultura (sayuran dan buah-buahan), perkebunan dan populasi ternak. Dari hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan.

5. Lilis Siti Badriah, Jurnal JEBA, Vol. 5 No. 2, September 2003.

“IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI PROPINSI JAWA TENGAH”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 1993 Propinsi Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah Location Qoutient (LQ), Model Ratio Pertumbuhan (MRP), dan Overlay. Dari hasil analisis diketahui bahwa sektor – sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Jawa Tengah secara keseluruhan terdiri dari sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang potensial terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang unggul tetapi cenderung menurun adalah sektor jasa-jasa.

6. Ropingi dan Dyah Listiarini, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 3 No.2,

Desember 2003.

” PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI BERDASAR ANALISIS LQ DAN SHIFF SHARE”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Pati, posisi sektor pertanian, dan posisi sektor tanaman bahan makanan, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Pati. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series tahun 1998-2001 yang meliputi data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 1993. Alat analis yang digunakan adalah Location Qoutient (LQ), Shiff share, dan Gabungan LQ dan Shiff Share. Dari hasil analisis LQ diketahui bahwa yang menjadi sektor basis adalah sektor Pertanian, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan sektor Keuangan. Berdasarkan dari gabungan analisis LQ dan Shiff Share diketahui bahwa sektor-sektor unggulan dibagi menjadi enam klasifikasi yaitu prioritas pertama adalah sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Prioritas ketiga adalah sektor Industri dan Jasa, Prioritas keempat adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, Bangunan, Perdagangan, dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan prioritas alternatif meliputi sektor Pertanian dan Keuangan. Sedangkan prioritas kedua dan kelima tidak ada.

Dokumen terkait