• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.9 Penelitian Sebelumnya

Di Indonesia, penelitian mengenai penulisan karya tulis ilmiah pustakawan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang berjudul “Motivasi Pustakawan dalam Menulis Karya Ilmiah Pada Terbitan Berkala di Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah” yang ditulis oleh Tri Wulandari dan

Universitas Sumatera Utara Agus Setyo Utomo pada tahun 2013 di Jurnal Ilmu Perpustakaan volume 2 nomor 4, membahas tentang bagaimana motivasi pustakawan dalam menulis pada terbitan berkala di Badan dan Arsip Perpustakaan, mengetahui peran terbitan bagi pustakawan serta kendala-kendala yang dihadapi. Di dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa motivasi pustakawan menulis karya ilmiah pada terbitan berkala karena kebutuhan aktualisasi berupa kepuasan yang timbul dari dalam diri pustakawan. Terbitan berkala di Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah berfungsi sebagai media komunikasi antar pustakawan serta sebagai sarana promosi lembaga ke luar daerah. Selain itu, pustakawan juga mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan dan mengembangkan kalimat ke dalam sebuah tulisan.

Penelitian berjudul “Penulisan Karya Ilmiah Pustakawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Syarif Hidayatullah) Jakarta” yang dilakukan oleh Tari Eka Miyanti pada tahun 2014. Penelitian ini mengungkapkan bahwa minat penulisan karya tulis ilmiah oleh pustakawan masih rendah, hal ini dibuktikan dapat dibuktikan dari jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan berjumlah 2 tulisan.

Penelitian yang serupa juga dilakukam oleh Achmad Qorni Novianto pada tahun 2016 dengan judul “Kinerja Pustakawan dalam Melaksanakan Pengembangan Profesi Pustakawan Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 9 Tahun 2014: Studi Kasus pada UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang”. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa kegiatan pengembangan profesi yang dihasilkan pustakawan dalam kurun waktu 2006 sampai 2015 antara lain, 1) makalah yang di sampaikan pada pertemuan ilmiah sebanyak 151 judul (54%), 2) makalah yang tidak dipublikasikan

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 87 judul (31%), 3) majalah ilmiah sebanyak 21 judul (7%), 4) buku yang tidak dipublikasikan sebanyak 8 judul (3%), 5) buku laporan penelitian sebanyak 8 judul (3%), 6) buku yang diterbitkan secara nasional sebanyak 6 judul (2%) dan 7) buku pedoman bidang kepustakawanan sebanyak 1 judul (0,3%).

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor (1993, 30) yang dikutip oleh Andi Prastowo (2016) “metode kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati”. Pendekatan kualitatif memiliki beberapa ciri, antara lain: “peneliti sebagai instrumen inti pokok bersifat deskriptif analitis, analisis data secara induktif dan interpretasi bersifat idiografik, serta mengutamakan makna dibalik data”.

Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan kegiatan karya tulis ilmiah oleh pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014.

Dengan pendekatan ini dapat diperoleh gambaran serta uraian yang mendalam sesuai dengan topik penelitian. Di dalam penelitian ini peneliti akan menggali data deskriptif secara mendalam melalui hasil wawancara serta dari data tertulis lainnya termasuk DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit) yang merupakan daftar dari butir-butir kegiatan yang telah dilakukan oleh pustakawan.

Universitas Sumatera Utara

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara, yang beralamat di jalan Brigjend Katamso No. 45 K, Medan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Ngalim Purwanto (1985) dalam Sujarwon dan Basrawi (2009, 161)). Berdasarkan observasi ini digunakan untuk melengkapi data untuk analisis hasil penelitian.

2. Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara mendalam berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah disusun lalu kemudian dikembangkan ketika wawancara sedang berlangsung. Metode ini dipilih karena penulis ingin menggali lebih dalam hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi di dalam penelitian ini dilakukan untuk melakukan pemeriksaan kebenaran dan ketepatan informasi yang diperoleh saat

Universitas Sumatera Utara melakukan wawancara. Dalam melakukan dokumentasi penulis menggunakan dokumen pokok antara lain, arsip tentang struktur organisasi, profil pustakawan, data majalah dan buletin yang dihasilkan perpustakaan.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan atau objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara kepada informan yang terkait dengan bahasan peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah dokumen pokok, yaitu: arsip tentang struktur organisasi, profil pustakawan, data majalah dan buletin yang dihasilkan perpustakaan.

2. Data sekunder

Penulis melakukan pengumpulan data dengan studi pustaka dengan mencari data atau informasi melalui literatur atau kepustakaan. Bentuk literature yang dimaksud berupa buku-buku ilmu pengetahuan, jurnal, prosiding konferensi, dan publikasi pemerintah untuk mendapatkan gambaran tentang topik penelitian.

Universitas Sumatera Utara

3.5 Pemilihan Informan

Berdasarkan data yang diperoleh pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara terdapat 33 orang yang menyandang status jabatan fungsional pustakawan. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yakni informan dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 9 Tahun 2014 Pasal 15 diwajibkan pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi kepada pustakawan tingkat ahli. Oleh karena itu, kriteria informan dalam penelitian ini adalah pustakawan ahli yang berada pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara. Jumlah informan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah 11 pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat-alat seperti kamera, alat tulis, dan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori yang berkaitan masalah penelitian dan dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas sehingga diperoleh data yang luas dan mendalam. Walaupun dalam wawancara ini diperlukan pedoman wawancara akan tetapi dalam pelaksanaannya, wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada sehingga kelihatan luwes.

Universitas Sumatera Utara 3.7 Teknik Pengolahan Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2013, 337).

Pengolahan data pada penelitian ini terdiri dari :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992, 16)). Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (Miles dan

Universitas Sumatera Utara

Huberman, 1992, 17). Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur. Dalam melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses penarikan kesimpulan,

3. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan dan menganalisa hasil penelitian. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, untuk menganalisis data yang terkumpul harus dilakukan analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menjelaskan data tersebut secara rinci sehingga dapat dijadikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

4.1 Pemilihan Informan

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berasal dari data primer dengan metode wawancara dan peneliti menetapkan 11 key informan. Jumlah butir pertanyaan yang dilakukan dalam wawancara sebanyak 10 pertanyaan. Selain wawancara penulis juga melakukan observasi terhadap Penetapan Angka Kredit (PAK) yang terkait dengan angka kredit pustakawan.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh akan di uraikan ke dalam bentuk narasi, hasilnya sebagai berikut:

1. Tanggapan informan terhadap Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

Berikut adalah jawaban yang disampaikan oleh informan sesuai dengan pertanyaan berdasarkan pedoman wawancara:

Pendapat Informan 1, sebagai berikut:

Sebuah pedoman yang mengatur pekerjaan pustakawan, mulai dari butir- butir sampai penetapan angka kreditnya. Sangat membantu sekali dan saya rasa peraturan tersebut sudah tepat untuk keseluruhan isinya.

Informan 8 mengemukakan pendapat yang serupa, sebagai berikut:

Menurut saya, peraturan tersebut sudah sesuai dengan butir-butir kegiatan yang seharusnya dikerjakan oleh pustakawan fungsional.

Jawaban informan 10, sebagai berikut:

Menurut saya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 sudah sesuai dan lengkap dengan butir-butir kegiatan yang harus dikerjakan setiap jenjang pustakawan.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh jawaban informan 7, 9, dan 11:

Menurut saya, peraturan tersebut semakin baik dari peraturan sebelumnya.

Hal tersebut dapat kita lihat dari perolehan angka kredit yang semakin tinggi di setiap butir-butir kegiatan kepustakawanan.

Menurut saya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 sudah lebih lengkap dan terinci dibanding peraturan yang sebelumnya.

Menurut saya sudah sesuai, baik dari segi butir-butir kegiatannya dan penilaiannya, semua sudah dijelaskan dengan sangat rinci.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 merupakan pedoman dari butir-butir kegiatan pustakawan yang disusun dengan

Universitas Sumatera Utara sangat rinci untuk memenuhi tujuan perpustakaan dan tuntutan perkembangan karier pustakawan.

2. Pelaksanaan butir kegiatan pustakawan

Pada dasarnya pustakawan dalam melaksanakan kegiatan pusrakawan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 serta fokus pada butir-butir kegiatan yang telah ditetapkan. Hasil wawancara yang dilakukan pada informan 3 dan 10, menyatakan bahwa:

Pastinya saya sudah mengerjakan kegiatan-kegiatan di layanan ini sesuai dengan petunjuk teknisnya ya dan tidak ada kesulitan juga sejauh ini.

Saya mengerjakan butir-butir kegiatan berdasarkan pedoman yang dirumuskan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014, tentu sesuai dengan jenjang dan tidak ada kelebihan pekerjaan atau pengurangan pekerjaan.

Jawaban tersebut juga dinyatakan oleh informan 5,6 dan 8:

Kita harus mengerjakan semua kegiatan sesuai dengan apa yang ada pada peraturan tersebut, saya juga bekerja sesuai dengan apa yang ada butir-butir juknis.

Saya mengerjakan kegiatan sesuai dengan jenjang dan berpedoman pada Kemenpan tersebut.

Seluruh kegiatan yang saya kerjakan sesuai dengan jenjang jabatan dan semua butir kegiatan juga berpedoman pada Kemenpan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara sudah melaksanakan

butir-Universitas Sumatera Utara

butir kegiatan sesuai dengan pedoman yang dirumuskan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014.

3. Pelaksanakan kegiatan pengembangan profesi

Di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 terdapat tiga (3) sub unsur kegiatan pengembangan profesi, diantaranya adalah pembuatan karya tulis ilmiah, penerjemahan/penyaduran buku dan/ atau bahan-bahan lain di bidang kepustakawanan, dan penyusunan buku-buku pedoman/ketentuan pelaksanaan teknis di bidang kepustakawanan.

Uraian hasil wawancara berikut berdasarkan informan 1, 4, dan 6:

Saya sudah melaksanakan bentuk pengembangan profesi diantaranya adalah penulisan karya tulis ilmiah dan konsultasi kepustakawanan.

Untuk kegiatan pengembangan profesi, saya mengerjakannya di bidang karya tulis.

Kegiatan pengembangan profesi yang telah saya lakukan adalah penulisan karya tulis ilmiah dan bimbingan atau mengajar guru seperti memberikan bimbingan pelatihan.

Informan 7 dan 10 juga memaparkan pendapat yang serupa:

Saya melakukan kegiatan di bidang karya tulis ilmiah.

Kegiatan pengembangan profesi seperti mengisi bimbingan dan pelatihan sudah sering dilakukan, serta menjadi narasumber untuk penelitian juga.

Adapun hasil wawancara terhadap informan 2 dan 3 adalah sebagai barikut:

Untuk kegiatan pengembangan profesi masih belum saya kerjakan dan masih fokus dengan kegiatan layanan saja.

Universitas Sumatera Utara Untuk kegiatan tersebut, saya masih belum melaksanakannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan di atas dapat diketahui bahwa pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara telah melaksanakan kegiatan pengembangan profesi diantaranya pada bidang karya tulis ilmiah dan penyusunan ketentuan pelaksanaan teknis di bidang kepustakawanan.

4. Penulisan karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo

Dalam melaksanakan butir-butir kegiatan di perpustakaan, pustakawan tidak hanya berfokus pada kegiatan pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi tetapi juga melaksanakan kegiatan pengembangan profesi. Kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan antara lain penulisan karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo. Berikut adalah jawaban yang disampaikan oleh informan 1,5, dan 6:

Setiap pustakawan yang ingin menaiki pangkat wajib melakukan penulisan karya tulis ilmiah baik bagi pustakawan ahli maupun pustakawan terampil.

Untuk saya pribadi, saya sudah menulis sebanyak 5 kali dalam bentuk artikel ilmiah dan artikel ulasan, tentu hal ini dapat mendongkrak angka kredit yang saya ajukan untuk kenaikan pangkat.

Saya sudah membuat 3 artikel ilmiah di bidang deposit, dan semua itu bernilai. Jika tidak diterbitkan maka akan lebih kecil nilai angka kreditnya.

Saya sudah membuat 1 artikel tentang minat baca dan berpengaruh terhadap penambahan butir-butir angka kredit.

Informan 7, 8, dan 11 juga menyampaikan jawaban yang serupa, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Saya menulis mulai dari tahun 2013 – 2017 sebanyak 6 artikel di bidang layanan, kesiapan pustakawan menghadapi AFTA, ISBN, dan sertifikasi pustakawan. Kegiatan tersebut menghasilkan angka kredit yang tinggi bagi saya dan menunjang untuk kenaikan pangkat.

Saya sudah membuat 2 artikel di bidang layanan dan juga makalah, hal ini tentu meningkatkan perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat.

Sampai saat ini, saya masih menulis 2 judul artikel di bidang layanan dan koleksi. Kegiatan ini tentu mendapat apresiasi, dari segi penambahan angka kredit yang berguna untuk kenaikan pangkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat disimpulkan bahwa pustakawan telah melakukan penulisan karya tulis ilmiah sesuai bidang masing-masing baik dalam artikel ilmiah dan artikel ulasan serta meningkatkan perolehan angka kredit dari kegiatan tersebut.

Berikut ini pemaparan informan mengenai motivasi yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ilmiah:

Untuk saya pribadi, agar lebih bakat dalam menulis serta bisa mengembangkan potensi yang ada dalam diri saya.

Tentu motivasinya adalah angka kredit, karena sangat membantu unutk kenaikan pangkat maka harus dibiasakan untuk menulis.

Angka kredit dan berbagi pengalaman, dua hal yang menjadi motivasi saya untuk menulis.

Jawaban tersebut juga disampaikan oleh informan lainnya, antara lain:

Untuk prestasi diri, sebagai seseorang yang berprofesi pustakawan tentu ingin berbagi tentang pemikiran di bidang kepustakawanan dan hal tersebut dapat kita wujudkan melalui kegiatan penulisan karya tulis. Selain itu, untuk menambah nilai rupiah karena setiap artikel yang diterbitkan akan diberikan honor, jumlahnya tidak banyak, tetapi kerja keras kita selama penulisan layak untuk diapresiasi, termasuk dari segi materi.

Universitas Sumatera Utara Sejujurnya karena saya tertarik, dan ini memang bidang yang saya tekuni.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa motivasi yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ilmiah pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara adalah karena memiliki ketertartikan untuk berbagi pengalaman sebagai pustakawan dan untuk menaikkan perolehan butir-butir angka kredit yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat jabatan pustakawan.

Penulis juga menanyakan mengenai cara yang dilakukan para pustakawan untuk memperkaya pengetahuan dalam menyampaikan tema yang ditulis. Berikut ini pemaparannya:

Pendapat informan 1, 4, dan 6:

Banyak membaca buku-buku di bidang kepustakawanan dan pengalaman saya sebagai pustakawan juga bisa mendorong ide-ide untuk menulis.

Sederhana saja, dengan banyak membaca buku di bidang kepustakawanan.

Sumber informasinya juga dekat, jadi ya tidak terlalu sulit untuk dijangkau.

Biasanya dengan berbagi cerita dengan sesama teman-teman pustakawan.

Saling berbagi pikiran dan pengalaman, serta banyak membaca sumber informasi.

Informan 8 dan 11 juga berpendapat tentang cara mendalami tema yang akan ditulis, sebagai berikut:

Saya terbiasa untuk terus membaca dan mendalami tema yang ingin saya tulis.

Saya terbiasa dengan cara mendalami apa yang saya ingin tulis, banyak membaca dan terus mencari sumber informasi yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Dari pemaparan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa para pustakawan saling berbagi cerita berdasarkan pengalaman dan mendalami tema yang akan ditulis dengan terus menelusuri informasi di bidang kepustakawanan untuk memperkaya pengetahuan akan tema yang akan ditulis.

Adapun hal yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah, salah satunya adalah waktu yang tepat bagi pustakawan untuk menulis. Berikut adalah jawaban informan 4, 8, dan 11:

Saat sedang senggang, saat saya tidak punya kesibukan. Biasanya, setelah pekerjaan selesai dan saya punya ide, pasti saya sempatkan.

Saat saya sedang senggang, bisa saat sedang bekerja dan saat berada dirumah.

Waktu yang tepat bagi saya untuk menulis adalah pada saat senggang, biasanya saat sabtu dan minggu.

Dari pemaparan informan di atas dapat diketahui bahwa waktu yang tepat bagi pustakawan untuk menulis adalah saat merasa senggang dan terbebas dari tugas-tugas kepustakawanan baik di kantor ataupun di rumah.

Selain mencari waktu yang tepat untuk menulis, pustakawan juga harus menerbitkan hasil karya tulis ilmiah yang telah dikerjakan. Berikut pemaparan mengenai penerbitan hasil karya tulis ilmiah oleh pustakwan Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumatera Utara oleh informan 1, 5, dan 8:

Untuk pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera, biasanya kami menerbitkannya di majalah literal dan itu terbit satu tahun sekali. Nah, jika tidak ditebitkan maka akan dijadikan koleksi dan dipublikasikan di

Universitas Sumatera Utara perpustakaan saja. Biasanya, akan diperiksa terlebih dahulu apakah layak untuk di terbitkan pada majalah lliteral.

Di majalah literal yang terbit setahun sekali dan diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Sudah diterbitkan, di majalah literal yang terbit satu tahun sekali di pepustakaan kita ini.

Dari pemaparan informan di atas dapat disimpulkan bahwa karya tulis yang telah dikerjakan oleh pustakawan diterbitkan pada majalah Literal yang terbit satu tahun sekali oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Berikut adalah jawaban yang disampaikan oleh pustakawan tentang hambatan dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah.

Jawaban informan 1:

Kendalanya biasa kurangnya sumber informasi walaupun perpustakaan dekat dengan sumber informasi tapi tidak semua buku yang dibutuhkan untuk mengisi karya tulis dapat ditemukan di perpustakaan ini.

Jawaban informan 9:

Biasanya hambatannya di sumber informasi, tidak semua buku yang saya butuhkan ada di perpustakaan ini. Maka dari itu, saya juga melakukan penjelajahan informasi di internet.

Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh informan di atas, dapat diketahui bahwa dalam hal hambatan penulisan karya tulis ilmiah oleh pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara ternyata merasa kekurangan sumber informasi di bidang kepustakawanan karena perpustakaan tidak menyediakan sumber informasi lengkap di bidang kepustakawanan untuk

Universitas Sumatera Utara

mendukung kegiatan penulisan karya tulis ilmiah bagi pustakawan, pustakawan berusaha mencari alternatif lain dengan cara menelusur informasi yang dibutuhkan melalui internet.

5. Penyusunan DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit)

Dalam menjalankan pekerjaannya setiap pustakawan harus bertanggungjawab dan diberi penghargaan atas hasil kerjanya. Oleh karena itu, kesempatan untuk berkembang dan penghargaan merupakan hal yang penting bagi pustakawan untuk meningkatkan semangat kerjanya. Berikut ini adalah pemaparan tentang penyusunan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit bagi pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Jawaban informan 1 sebagai berikut:

Saya memahami dengan benar cara megumpulkan angka kredit sesuai butir-butir kegiatan yang sudah saya kerjakan. Karena hal ini memang sudah seharusnya dipahami oleh seorang pustakawan fungsional.

Informan 5 dan 7 juga menyampaikan jawaban yang serupa, sebagai berikut:

Saya sudah membaca dan memahami dengan benar bagaimana cara mengumpulkan angka kredit berdasarkan kemenpan yang memang dijadikan

Saya sudah membaca dan memahami dengan benar bagaimana cara mengumpulkan angka kredit berdasarkan kemenpan yang memang dijadikan

Dokumen terkait