• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH DALAM PEMENUHAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH DALAM PEMENUHAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH DALAM PEMENUHAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA

UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dan Informasi (S.S.I)

dalam Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

NURUL AFRILLA 130709059

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL SKRIPSI : Penulisan KaryaTulis Ilmiah Dalam Pemenuhan Angka Kredit Pustakawan Pada Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Sumatera Utara

Oleh : Nurul Afrilla

NIM : 130709059

Dosen Pembimbing : Drs. Belling Siregar, S.S., M.Lib.

Tanda Tangan :

Tanggal : 15 Oktober 2019

(3)

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH DALAM PEMENUHAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh : Nurul Afrilla

NIM : 130709059

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI Ketua : Dra. Eva Rabita, M.Hum.

NIP : 19560331 198603 2 001

Tanda Tangan :

____________________

Tanggal : 15 Oktober 2019

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Budi Agustono, M.S.

NIP : 19600805 198703 1 001

Tanda Tangan :

____________________

Tanggal : 15 Oktober 2019

Universitas Sumatera Utara

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 15 Oktober 2019 Penulis,

Nurul Afrilla NIM: 130709059

(5)

Universitas Sumatera Utara Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha mendengar lagi Maha melihat dan atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam Pemenuhan Angka Kredit Pustakawan Pada Dinas Perpustkaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara” yang diajukan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Tentu saja peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini sendirian tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Belling Siregar, SS. M.Lib, selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktunya dengan kesabaran dan ketekunan untuk membimbing penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom., selaku dosen penguji I yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Dirmansyah M.A., selaku Dosen Penguji IIyang telah memberikan koreksi dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

4. Dr. Budi Agustono M.S., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Dra. Eva Rabita M.Hum., selaku ketua program studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

(6)

6. Dr. Drs. A. Ridwan Siregar S.H. M.Lib., selaku Penasehat Akademik Prodi Ilmu Perpustakaan yang telah membimbing selalu proses perkuliahan.

7. Orang tua tersayang yang telah memberikan dukungan moral dan material sehingga skripsi ini terselesaikan.

8. Sahabatku tersayang Dilla dan Yulidar yang selalu memberikan dukungan.

9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung, peneliti ucapkan terimakasih.

Akhirnya, peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk pengembangan diri penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan, instansi terkait dan peneliti sendiri.

Medan, 2019 Penulis

(7)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.5 Ruang Lingkup ...7

BAB II KAJIAN TEORITIS...8

2.1 Pustakawan ...8

2.2 Jabatan Fungsional Pustakawan ...9

2.2.1 Jenjang Jabatan Fungsional Pustakawan ...11

2.3 Unsur Kegiatan Pustakawan ...14

2.4 Tugas Pokok Pustakawan ...15

2.5 Pengembangan Profesi Pustakawan ...17

2.6 Karya Tulis Ilmiah ...20

2.6.1 Karakteristik Karya Tulis Ilmiah ...21

2.6.2 Jenis-jenis Karya Tulis Ilmiah ...25

2.6.3 Fungsi dan Manfaat Karya Tulis Ilmiah ...27

2.6.4 Kendala Penulisan Karya Tulis Ilmiah ...28

2.7 Menulis Bagi Pustakawan ...31

2.8 Angka Kredit ...33

2.9 Penelitian Sebelumnya ...34

Universitas Sumatera Utara

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ...37

3.1 Jenis Penelitian ...37

3.2 Lokasi Penelitian ...38

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...38

3.4 Jenis dan Sumber Data ...39

3.5 Pemilihan Informan ...40

3.6 Instrumen Penelitian ...40

3.7 Teknik Pengolahan Data ...41

BAB IV Hasil dan Pembahasan ...42

4.1 Pemilihan Informan ...42

4.2 Hasil Penelitian ...42

BAB V Kesimpulan dan Saran ...53

5.1 Kesimpulan ...53

5.2 Saran ...55

DAFTAR PUSTAKA ...56

(9)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Afrilla, Nurul. 2019. Penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam Pemenuhan Angka Kredit Pustakawan Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Skripsi ini membahas tentang “Penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam Pemenuhan Angka Kredit Pustakawan Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran obyektif tentang kegiatan penulisan karya tulis ilmiah pustakawan di bidang perpusdokinfo sesuai dengan yang diamanatkan pada Permenpan-RB Nomor 9 Tahun 2014. Metode penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Terdapat 33 orang yang menyandang status jabatan fungsional pustakawan.

Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah pustakawan ahli yang berada pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 orang pustakawan yang telah melaksanakan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah dari 11 pustakawan yang dijadikan informan. Motivasi yang melatarbelakangi penulisan karya tulis ilmiah pustakawan adalah ketertartikan untuk berbagi pengalaman sebagai pustakawan dan untuk menaikkan perolehan butir-butir angka kredit yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat jabatan pustakawan.

Universitas Sumatera Utara

(10)

Penulis juga menemukan bahwa pustakawan kekurangan sumber informasi di bidang kepustakawanan karena perpustakaan tidak menyediakan sumber daya informasi lengkap di bidang kepustakawanan untuk mendukung kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Pustakawan mempublikasikan hasil karya tulis yang telah dikerjakan di majalah Literal yang terbit satu tahun sekali di Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

(11)

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan tulisan melahirkan peradaban keberaksaraan (literacy) yang ditandai dengan tradisi menulis dan membaca. Di dalam buku “Menulis… Siapa Takut? yang ditulis oleh Imron Rosidi dinyatakan bahwa “sejarah suatu bangsa, sejarah manusia, sejarah ilmu pengetahuan dapat diketahui karena adanya tulisan, meskipun pada saat itu bentuk dan media tulisan tidak secanggih saat ini”.

Pada hakikatnya setiap karya tulis merupakan bagian dari khasanah budaya dan karya umat manusia yang kemudian disimpan, dipelihara, dan dilestarikan di perpustakaan dan lembaga-lembaga sejenis lainnya, serta digunakan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan (Sutarno, 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Jacob (2013) yang menyatakan bahwa penelitian dan publikasi ilmiah merupakan tulang punggung setiap negara, khususnya untuk negara berkembang. Dengan demikian, kegiatan dan kemampuan menulis penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemampuan dalam menciptakan ide dalam bentuk sebuah tulisan ilmiah (scientific writing ability) merupakan salah satu kemampuan fundamental yang harus dimiliki oleh setiap intelektual. Menurut Dimyati yang dikutip oleh Prayitno (2000) dinyatakan bahwa, “kemampuan tersebut menjadi nilai lebih (entry point) untuk mengembangkan wawasan intelektual seseorang sebagai akademisi dengan menggunakan metode berpikir ilmiah”. Untuk menghasilkan produk ilmiah

Universitas Sumatera Utara

(12)

tersebut, seorang peneliti harus menggali gagasan dan menemukan masalah agar dapat dianalisis serta dipublikasikan untuk kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pustakawan adalah sebuah profesi yang telah diakui keberadaannya sejak tahun 1988 dengan diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18 tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan. Sejak saat itu kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan telah diatur sesuai dengan tatacara dan peraturan yang berlaku sesuai dengan petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan.

Dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan karier dan peningkatan profesionalisme pustakawan, keputusan tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014. Peraturan tersebut dilengkapi dengan lampiran rincian kegiatan jabatan fungsional dan angka kreditnya, serta keputusan lain yang berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi serta fungsional pustakawan, antara lain: Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2015, Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2014 dan Nomor 32 Tahun 2011 yang mengatur regulasi dan ketentuan pelaksanaannya.

Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) di instansi pemerintah dan/atau unit

(13)

Universitas Sumatera Utara tertentu lainnya (Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 2 Tahun 2008). Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa pustakawan merupakan tenaga profesional yang berkedudukan sebagai pelaksana tugas utama pada unit- unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pusakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 dinyatakan bahwa “jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan pustakawan”.

Melalui jabatan fungsional, pustakawan dituntut untuk lebih produktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta memiliki kemampuan agar dapat meningkatkan karier sesuai dengan pretasi yang dimilikinya di perpustakaan.

Prestasi tersebut dapat diperhitungkan dengan adanya angka kredit yang merupakan indikator penilaian dari butir-butir kegiatan pustakawan.

Dalam BAB VI pasal 13 pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014, dinyatakan bahwa butir kegiatan pustakawan yang dinilai dalam pemberian angka kredit terdiri atas 5 (lima) unsur utama dan 1 (satu) unsur penunjang, meliputi:

(1) Pendidikan

(2) Pengelolaan perpustakaan (3) Pelayanan perpustakaan

(4) Pengembangan sistem kepustakawanan (5) Pengembangan profesi

Universitas Sumatera Utara

(14)

(6) Penunjang tugas pustakawan (Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014).

Selain peningkatan karier, pustakawan juga memiliki tugas mengangkat profesinya agar masyarakat menyadari kehadiran dan perannya dalam ikut mencerdaskan bangsa melalui penyediaan informasi. Kegiatan tersebut dapat ditempuh melalui unsur utama butir ke 5 (lima) dari kegiatan pustakawan yakni pengembangan profesi yang meliputi 3 (tiga) sub unsur, antara lain: (1) pembuatan karya tulis/karya ilmiah; (2) penerjamahan/penyaduran buku dan/atau bahan-bahan lain di bidang kepustakawanan; (3) penyusunan buku-buku pedoman/ketentuan pelaksanaan teknis di bidang kepustakawanan.

Salah satu sub unsur pengembangan profesi yang dapat meningkatkan prestasi pustakawan adalah penulisan karya tulis/karya ilmiah di bidang kepustakawanan. Dalam Pasal 15 butir 1 dinyatakan bahwa Pustakawan pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b yang akan naik jabatan dan pangkat menjadi Pustakawan Muda pangkat Penata, golongan ruang III/c, angka kredit yang disyaratkan paling kurang 2 (dua) berasal dari sub unsur pengembangan profesi. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal tersebut, jumlah yang ditetapkan adalah sebesar 2 angka kredit dan kelipatannya untuk tiap jenjang jabatan pustakawan setingkat diatasnya. Sedangkan, Pustakawan Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d yang akan naik pangkat menjadi Pembina Utama, golongan ruang IV/e, Angka Kredit yang disyaratkan paling rendah 14 (empat belas) berasal dari sub unsur pengembangan profesi (Permenpan-RB Nomor 9 Tahun 2014).

(15)

Universitas Sumatera Utara Menurut Susilowati (2007), “karya tulis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi setiap jabatan fungsional pustakawan sekaligus sebagai media pengembangan profesi pustakawan”. Karya tulis/karya ilmiah juga dapat dilakukan oleh semua jenjang jabatan fungsional pustakawan. Aktivitas penulisan karya tulis ilmiah bagi setiap jabatan fungsional pustakawan memberi keuntungan untuk kenaikan pangkat/jabatan pustakawan.

Peraturan tersebut tentu dapat menjadi motivasi bagi para pemangku jabatan fungsional Pustakawan untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya tulis/karya ilmiah di bidang perpusdokinfo. Kegiatan karya tulis ilmiah merupakan salah satu peluang yang dapat ditempuh pustakawan dalam meningkatkan kualitas kinerja, profesionalitas serta mengangkat derajat profesi pustakawan. Dalam konteks yang lebih luas, pustakawan adalah profesi yang dekat dan mudah dalam menemukan sumber informasi berkaitan dengan kegiatan pustakawan di bidang penelusuran informasi. Hal ini juga dapat memperkaya khasanah pengetahuan di bidang perpusdokinfo karena karya ilmiah memiliki sifat akademis dan menunjang nilai-nilai keilmuan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal dengan pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara, penulis menemukan bahwa pustakawan cenderung melakukan penulisan untuk kegiatan presentasi atau karena diminta menyampaikan materi kegiatan bintek pustakawan. Beberapa pustakawan juga mengaku bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk menulis dan belum berminat untuk mengerjakannya.

Universitas Sumatera Utara

(16)

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Penulisan Karya Tulis Ilmiah dalam Pemenuhan Angka Kredit Pustakawan Pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara”.

Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui dan membahas secara mendalam bagaimana implementasi penulisan karya ilmiah pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam penulisan karya ilmiah pustakawan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penulisan karya tulis ilmiah dalam pemenuhan angka kredit pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara. Dengan mengetahui hal tersebut dapat diperoleh gambaran obyektif mengenai kegiatan penulisan karya ilmiah pustakawan di bidang perpusdokinfo sesuai dengan yang diamanatkan pada Permenpan-RB Nomor 9 tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian ilmiah dan dapat menyumbangkan pemikiran dibidang perpusdokinfo. Adapun hasil penelitian ini dapat diharapkan bermanfaat antara lain :

(17)

Universitas Sumatera Utara a. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi penulis untuk memperkaya ilmu pengetahuan di bidang perpustakaan dan sebagai bahan evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari di bangku perkuliahan.

b. Agar penelitian ini dapat berguna untuk penelitian selanjutnya atau sebagai bahan referensi mengenai kajian pengembangan profesi pustakawan

c. Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada pustakawan tentang pentingnya penulisan karya ilmiah.

d. Memberikan manfaat bagi Pimpinan Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara untuk dapat meningkatkan kinerja pustakawan khususnya pada sub unsur pengembangan profesi yaitu penulisan karya ilmiah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membatasi ruang lingkup penelitian untuk memudahkan proses pelaksanaannya. Penelitian ini akan dibatasi pada kegiatan penulisan karya tulis ilmiah periode tahun 2018 yang merupakan salah satu sub unsur pengembangan profesi pustakawan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 di kalangan pemangku jabatan fungsional pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

(18)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pustakawan

Pustakawan merupakan orang yang bertanggungjawab terhadap gerak maju kegiatan perpustakaan tetapi tidak semua orang yang bekerja di perpustakaan dapat disebut pustakawan. Menurut Sudarsono yang dikutip oleh Wiji Suwarno (2009, 62) dinyatakan bahwa, “pada wilayah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pustakawan termasuk ke dalam karya atau profesi di bidang dokumentasi, informasi dan perpustakaan”.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Poerwadarminta yang dikutip oleh Testiani (2015, 4) menyatakan bahwa, “pustakawan adalah ahli-ahli perpustakaan dan merupakan tenaga yang berkompetensi dalam bidang perpustakaan, informasi dan dokumentasi”.

Dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, terdapat 2 (dua) kelompok pustakawan, yaitu (1) Pustakawan dan (2) Tenaga Teknis Perpustakaan.

Selanjutnya dijelaskan:

Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan, sedangkan tenaga teknis perpustakaan adalah tenaga nonpustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan” (UU No. 43 Tahun 2007).

(19)

Universitas Sumatera Utara Hal ini juga diperkuat oleh pendapat yang disampaikan oleh Blasius Sudarsono (2009, 109) yang menyatakan bahwa dua hal yang menjadi kriteria dasar seorang pustakawan adalah “1) yang bersangkutan telah menempuh pendidikan kepustakawanan; 2) dan memiliki tugas dan tanggungjawab dalam bidang perpustakaan”.

Dari pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa pustakawan adalah profesi yang memiliki kompetensi di bidang kepustakawanan yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta memiliki tugas yang telah diatur dalam peraturan yang ditetapkan untuk melakukan kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

2.2 Jabatan Fungsional Pustakawan

Jabatan Fungsional Pustakawan (JFP) merupakan salah satu jabatan karir dalam sistem Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut Harmaini (1995, 2), “jabatan fungsional sebagai suatu jabatan yang memberikan kesempatan bagi pegawai negeri sipil untuk mencapai karirnya dengan memilih pekerjaan yang akan ditempuh/dipilihnya tersebut bagi instansi maupun dirinya sendiri”.

Sedangkan pengertian jabatan fungsional pustakawan menurut Lasa (2009, 122) adalah “jabatan karier pada unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang minimal pendidikan di bidang pusdokinfo

Universitas Sumatera Utara

(20)

dan diangkat sebagai pegawai negeri sipil atau pegawai tetap perpustakaan lembaga tertentu”.

Pendapat yang serupa dinyatakan oleh Purwono (2013, 65):

Jabatan fungsional pustakawan memiliki kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 Tahun 2014 BAB I Pasal 1, dinyatakan bahwa “jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan”.

Dari uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa jabatan fungsional adalah jabatan karir pustakawan yang hanya diduduki oleh seseorang yang berpendidikan di bidang perpusdokinfo untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah atau unit lainnya yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan keterampilan serta bersifat mandiri dengan angka kredit sebagai syarat untuk kenaikan pangkatnya. Dengan adanya jabatan fungsional, pustakawan harus menunjukkan hasil kerja yang memenuhi setiap butir-butir kegiatan.

(21)

Universitas Sumatera Utara 2.2.1 Jenjang Jabatan Fungsional Pustakawan

Pustakawan memiliki tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankan sesuai dengan jenjangnya. Supriyanto (2006, 323), membagi jabatan fungsional pustakawan menjadi 2 (dua) jenjang jabatan yaitu, jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa, “jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya” (Supriyanto, 2006: 323).

Adapun pembagian jenjang jabatan fungsional keahlian menurut Supriyanto (2006, 323) adalah sebagai berikut:

a. Jenjang Utama yaitu, jenjang jabatan fungsional keahlian dan fungsi utamanya bersifat strategis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi, dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya (IV/d) s/d Pembina Utama (IV/e).

b. Jenjang Madya yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yag tugas dan fungsi utamanya bersifat strategie sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional tangkat tinggi, dengan kepangkatan mulai dari Pembins (IV/a) s/d Pembina Utama (IV/c).

c. Jenjang Muda yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan, dengan kepangkatan mulai dari Penata (III/c) s/d Penata Tingkat I (III/d).

d. Jenjang Pertama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda (III/a) s/d Penata Muda Tingkat I (III/b).

Sedangkan jabatan fungsional ketrampilan menurut Supriyanto (2006, 323) adalah “jabatan fungsional kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di

Universitas Sumatera Utara

(22)

satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih”. Tugas jabatan fungsional ketrampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metoda operasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di bidang tertentu.

Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka Supriyanto (2006, 323) membagi jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 3 (tiga) jenjang jabatan, antara lain:

a. Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembingbing, pengawas, dan penilaian pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan penglaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata (III/c) s/d Penata Tingkat I (III/d).

b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknisi operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda (III/a) s/d Penata Muda Tingkat I (III/b).

c. Jenjang Pelaksana adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, (II/b) s/d Pengatur Muda Tingkat I (II/d).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa jenjang jabatan fungsional pustakawan terdiri atas dua jenjang yang dari yang paling tinggi hingga paling rendah, antara lain:

1. Pustakawan Terampil

Pustakawan Pelaksana, terdiri dari:

a) Pengatur muda tingkat I : golongan ruang II/b

(23)

Universitas Sumatera Utara b) Pengatur : golongan ruang II/c

c) Pengatur tingkat I : golongan ruang II/d Pustakawan Pelaksana Lanjutan, terdiri dari:

a) Penata muda : golongan ruang III/a b) Penata tingkat I : golongan ruang III/b Pustakawan Penyelia, terdiri dari:

a) Penata : golongan ruang III/c

b) Penata tingkat I : golongan ruang III/d 2. Pustakawan Ahli

Pustakawan Pertama, terdiri dari:

a) Penata muda : golongan ruang III/a

b) Penata muda tingkat I : golongan ruang : III/b Pustakawan Muda, terdiri dari:

a) Penata : golongan ruang III/c

b) Penata tingkat I : golongan ruang III/d Pustakawan Madya, terdiri dari:

a) Pembina : golongan ruang IV/a

b) Pembina tingkat I : golongan ruang IV/b c) Pembina utama muda : golongan ruang IV/c Pustakawan Utama, terdiri dari:

a) Pembina utama madya : golongan ruang IV/d b) Pembina utama : golongan ruang IV/e

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, jabatan fungsional terdiri atas 7 jenjang. Secara rinci kegiatan untuk setiap tingkatan pustakawan tersebut telah diatur pada BAB III Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 dan diberlakukan bagi setiap jenjang jabatan fungsional baik pustawan ahli dan pustakawan terampil. Hal ini juga didukung dengan adanya Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya

Universitas Sumatera Utara

(24)

sehingga pustakawan dapat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

2.3 Unsur Kegiatan Pustakawan

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 Tahun 2014 telah dijelaskan butir kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawab pustakawan. Unsur kegiatan pustakawan yang dinilai dalam pemberian angka kredit, terdiri dari unsur utama dan unsur penunjang. Angka kredit yang diperoleh dari unsur utama sekurang-kurangnya adalah delapan puluh persen (80%), antara lain:

a) Pendidikan, meliputi:

1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;

2. Diklat fungsional/ teknis di bidang Kepustakawanan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat; dan 3. Diklat Prajabatan.

b) Pengelolaan perpustakaan, meliputi:

1. Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan; dan

2. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.

c) Pelayanan Perpustakaan, meliputi:

1. Pelayanan teknis; dan 2. Pelayanan pemustaka.

d) Pengembangan sistem kepustakawanan, meliputi:

1. Pengkajian kepustakawanan;

2. Pengembangan kepustakawanan;

3. Penganalisisan/ pengkritisian karya kepustakawanan; dan 4. Penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan e) Pengembangan profesi, meliputi:

1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang Kepustakawanan;

2. Penerjemahan/penyaduran buku dan bahan bahan lain bidang Kepustakawanan

(25)

Universitas Sumatera Utara Sedangkan angka kredit yang diperoleh dari unsur penunjang sekurang- kurangnya adalah dua puluh persen (20%). Kegiatan yang termasuk di dalam unsur penunjang terdiri dari:

a) Pengajar/pelatih pada diklat fungsional/teknis bidang Kepustakawanan b) Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang

Kepustakawanan

c) Keanggotaan dalam Organisasi profesi d) Keanggotaan dalam tim penilai

e) Perolehaan penghargaan/Tanda jasa f) Perolehan gelar/ijazah kesarjanaan lainnya

2.4 Tugas Pokok Pustakawan

Pustakawan memiliki tugas kepustakawanan yang harus dilaksanakan berdasarkan setiap jenjang jabatannya. Hermawan (2006, 50), menyatakan tugas pokok pustakawan adalah sebagai berikut:

1. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Terampil

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Kegiatannya:

1. Pengembangan koleksi, ditujukan untuk menjaga agar koleksi tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai.

2. Pengolahan bahan pustaka/koleksi, untuk mendeskripsikan bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu balik kembali informasi.

3. Menyimpan dan melestarikan bahan pustaka, penjagaan penempatan koleksi perpustakaan yang ditujukan untuk memperkecil kerusakan bahan pustaka.

4. Pelayanan informasi, memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan.

b. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Kegiatannya:

1. Penyuluhan pemenfaatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

2. Publisitas, menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti artikel, brosur, film, slide, situs web dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

(26)

3. Pameran, kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat mengenaiaktivitas, hasil, kegiatan, dan kemampuan sumber informasi perpustakaan, dokumentasi dan informasi disertai pemberian keterangan/penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga.

2. Pokok Pustakawan Tingkat Ahli

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Kegiatannya:

1. Pengembangan koleksi, ditujukan untuk menjaga agar koleksi tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai.

2. Pengolahan bahan pustaka/koleksi, untuk mendeskripsikan bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu balik kembali informasi.

3. Penyimpanan dan melestarikan bahan pustaka, penempatan koleksi perpustakaan yang ditujukan untuk memperkecil kerusakan bahan pustaka.

4. Pelayanan informasi, memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan.

b. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Kegiatannya:

1. Penyuluhan pemanfaatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

2. Publisitas, menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti artikel, brosur, film, slide, situs web dan lain-lain.

3. Pameran, kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat mengenai aktivitas, hasil, kegiatan, dan kemampuan sumber informasi perpustakaan, dokumentasi dan informasi disertai pemberian keterangan/penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga.

c. Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Kegiatannya:

1. Melakukan pengkajian perpustakaan, dokumentasi dan informasi, yang dilaksanakan melalui lima kegiatan, yaitu penyusunan instrument, pengumpulan , pengolahan dan analisis data, serta perumusan, evaluasi dari penyempurnaan hasil kajian.

2. Melakukan pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi untuk memperoleh nilai tambah dari berbagai aspek, sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal, efektif dan efisien.

3. Menganalisis/kritik karya kepustakawanan, berupa ulasan/kritik saran secara sistematis dan bersifat menyempurnakan karya tersebut.

(27)

Universitas Sumatera Utara 4. Mengevaluasi pengembangan di bidang perpustakaan dan

informasi.

Sedangkan pada BAB II pasal 4 dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 tugas pokok pustakawan adalah melaksanakan kegiatan di bidang kepustakawanan, yang meliputi:

1) Pengelolaan Perpustakan

Kegiatan ini meliputi perencanaan, monitoring, dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan.

2) Pelayanan Perpustakaan

Kegiatan memberikan bimbaingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka yang meliputi pelayanan teknis dan pelaanan pemustaka.

3) Pengembangan Sistem Kepustakawanan

Pengembangan sistem kepustakawanan tingkat ahli meliputi kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan, pengembangan sustem kepustakawanan, penganalisisan/pengkritisian karya kepustakawanan, dan penelahaan pengembangan sistem kepustakawanan.

Pengembangan sistem kepustakawanan tingkat terampil meliputi kegiatan menyempurnakan sistem kepustakawanan yang meliputi sosialisasi dan promosi perpustakaan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tugas pustakawan tiap tingkatan adalah berbeda-beda, yakni sesuai dengan jenjang jabatan yang dimilikinya.

Tugas pokok pustakawan tingkat terampil dan ahli meliputi: pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan permasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

2.5 Pengembangan Profesi Pustakawan

Dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Menurut Yatiningsih (2013, 153), “Pustakawan merupakan seorang tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah

Universitas Sumatera Utara

(28)

memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatihan, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan sekolah formal, pustakawan ini orang yang bertanggung jawab terhadap majunya perpustakaan”. Defenisi tersebut menjelaskan bahwa, profesi merujuk pada pekerjaan yang menuntut keahlian dan keterampilan khusus yang berlandaskan pendidikan formal.

Berdasarkan Standar Kompetensi Kinerja Indonesia bidang perpustakaan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja pustakawan diwujudkan dalam tiga kelompok unit kompetensi, meliputi: kelompok kompetensi umum, kelompok kompetensi inti dan kelompok kompetensi khusus.

1. Kompetensi Umum

Kompetensi Umum adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan, yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas perpustakaan, sebagai berikut:

a. Mengoperasikan komputer tingkat dasar b. Menyusun rencana kerja perpustakaan c. Membuat laporan kerja perpustakaan 2. Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah kompetensi fungsional yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan dalam menjalankan tugas-tugas perpustakaan. Kompetensi inti mencakup unit-unit kompetensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti dan wajib dikuasai oleh pustakawan, antara lain:

a. Melakukan seleksi bahan perpustakaan.

b. Melakukan pengadaan bahan perpustakaan.

c. Melakukan pengatalogan deskriptif.

d. Melakukan pengatalogan subjek.

e. Melakukan perawatan bahan perpustakaan.

f. Melakukan layanan sirkulasi.

g. Melakukan layanan referensi.

h. Melakukan penelusuran informasi sederhana.

i. Melakukan promosi perpustakaan.

j. Melakukan kegiatan literasi informasi.

(29)

Universitas Sumatera Utara k. Memanfaatkan jaringan internet untuk

l. layanan perpustakaan.

3. Kompetensi Khusus

Kompetensi khusus merupakan kompetensi tingkat lanjut yang bersifat spesifik, meliputi:

a. Merancang tata ruang dan perabot perpustakaan.

b. Melakukan perbaikan bahan perpustakaan.

c. Membuat literatur sekunder.

d. Melakukan penelusuran informasi kompleks.

e. Melakukan kajian perpustakaan.

f. Membuat karya tulis ilmiah.

Tjitropranoto (1995) yang dikutip oleh Firdaus (2001) mengemukakan, disamping latar belakang pendidikan pustakawan perlu memiliki kemampuan lain, yaitu :

1. Kemampuan berkomunikasi sehingga dapat dengan mudah mengidentifikasi keperluan pengguna informasi.

2. Kemampuan berbahasa asing, terutama berbahasa Inggris sehingga mempermudah hubungan internasional.

3. Kemampuan mengembangkan teknik dan prosedur kerja dalam bidangnya.

4. Kemampuan melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan untuk menerbitkan inovasi baru sebagai alternative pemecahan masalah berdasarkan kajian analisis atau penelitian ilmiah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Pustakawan merupakan profesi yang telah diakui pemerintah Indonesia sejak tahun 1988 dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18 Tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan. Pengembangan profesi dirinci dalam 3 unsur kegiatan, antara lain: pembuatan karya tulis ilmiah, penerjamahan/penyaduran buku dan/atau bahan-bahan lain di bidang kepustakawanan, penyusunan buku-buku pedoman/ketentuan pelaksanaan teknis di bidang kepustakawanan.

Universitas Sumatera Utara

(30)

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, pengembangan profesi pustakawan berkaitan dengan kompetensi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi agar dapat menjalankan fungsinya untuk pengembangan kepustakawanan.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa seorang pustakawan tidak sekadar melakukan tugas rutin tetapi dituntut untuk bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalisme sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2.6 Karya Tulis Ilmiah

Penulisan karya tulis ilmiah oleh pustakawan merupakan salah satu kegiatan pengembangan profesi dalam perpusdokinfo. Karya tulis ilmiah dapat disingkat karya ilmiah atau dalam bahasa Inggrisnya scientific paper. Pada dasarnya, konsep karya tulis ilmiah adalah menjelaskan fenomena nyata yang didukung oleh teori serta hipotesis (jawaban sementara). Menurut Kosasih (2009) yang dikutip oleh Zuhrufi (2012, 9), “Karya ilmiah adalah karangan atau tulisan yang disusun dengan metode ilmiah yakni metode yang didasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis”.

Secara umum Suyono (2015, 9) menyatakan bahwa, “penulisan karya tulis ilmiah adalah kegiatan menulis yang bertujuan untuk menyampaikan ide atau pemikiran yang didasari oleh penasaran logis serta dapat diverifikasi kebenaran isinya”.

(31)

Universitas Sumatera Utara Penjelasan di atas menyatakan bahwa, gagasan penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah hipotesis sehingga dapat ditemukan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, peneliti dapat melakukan penelitian dengan masalah serupa serta membandingkan hasil temuannya dengan penelitian terdahulu.

Sedangkan menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional nomor 11 tahun 2015, “karya tulis/karya ilmiah adalah tulisan hasil pikiran, pengembangan, dan hasil kajian/penelitian bidang kepustakawanan yang disusun oleh Pustakawan baik perorangan atau kelompok”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karya tulis merupakan tulisan hasil pemikiran berdasarkan pengalaman, penelitian, pengkajian, survei, dan evaluasi yang disusun oleh perorangan atau kelompok dengan menggunakan metodologi ilmiah serta menyajikan fakta dan jawaban terhadap permasalahan penelitian untuk dipikirkan dan diuji kembali kebenarannya guna perkembangan suatu ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2.6.1 Karakteristik Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah dalam pandangan Rahmiati (2012), merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Kegiatan penulisan karya tulis ilmiah dilakukan secara sistematis serta didukung oleh teori, fakta, atau data.

Universitas Sumatera Utara

(32)

Menurut Eddi Wibowo, dkk (2006, 1-2) yang dikutip oleh Barnawi (2015), karya tulis ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Nontechnical Concrete Explanation: di dalam karya jenis ini tidak terdapat motif yang tersembunyi dan nonteknis. Karya ini diawali dengan generalisasi yang tidak meliputi judgement apa pun dan tidak terikat pada format tertentu.

2. Semitechnical Generalized Explanation: karya jenis ini tidak mengandung motif tertentu, bersifat formal, dan tidak memuat judgement tertentu.

3. Generalized Technical Writing, informative and formal: sebelum membaca karya jenis ini pembaca diperkirakan sudah mengetahui teknik yang digunakan, yaitu pada awal digunakan pertanyaan retoris dan generalisasi.

4. Generalized Abstract Exposition: karya jenis ini menggunakan batasan yang jelas dan merupakan abstraksi keilmuan sebagai hasil analisis fakta tertentu, tetapi kurang informatif karena sering kali terlalu rinci dan abstrak sehingga acap tidak menarik.

Sedangkan Menurut Jonathan Sarwono (2010, 1) karakteristik karya tulis ilmiah antara lain :

a. Tulisan menggunakan metode ilmiah. Ciri-cirinya:

1. Tulisan didukung dengan menggunakan data hasil observasi 2. Terdapat hipotesis atau setidak-tidaknya pertanyaan penelitian.

3. Adanya kemungkinan dapat direproduksi oleh penulis lain dalam konteks yang berbeda dengan menggunakan metode yang sama.

4. Tulisan dapat diverifikasi. Artinya, kebenarannya dapat dicek secara empiris (tersedia data pendukung di lapangan).

5. Laporan hasil dipaparkan secara tertulis untuk mejaga kosistensi dan kemudahan pengecekan.

b. Tulisan didukung dengan menggunakan data empiris. Artinya, ada data yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian atau jawaban pertanyaan- pertanyaan yang disampaikan dalam tulisan tersebut.

c. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi.

d. Terdapat pengukuran hasil yang ditemukan, biasanya menggunakan perhitungan statistik.

e. Umumnya menggunakan terminologi khusus yang hanya diketahui oleh sesama kelompok keahlian (peer group).

(33)

Universitas Sumatera Utara f. Tidak jarang hasil temuan juga dipaparkan dengan menggunakan grafik,

tabel, atau gambar.

g. Tulisan disusun dengan menggunakan gaya penulisan ilmiah tertentu, yang memiliki ciri-ciri:

1. Memberikan fakta.

2. Bersifat objektif.

3. Tidak mengandung unsur nilai moral dan emosi.

4. Menggunakan bahasa baku.

5. Bersifat akurat.

6. Tidak memberikan opini pribadi.

7. Gagasan dibangun secara sistematis dan logis.

8. Tidak bersifat argumentatif, tetapi menghadirkan kesimpulan umum.

9. Tidak bersifat persuasif.

10. Tulisan tidak membesar-besarkan masalah.

11. Tulisan tidak dipergunakan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu di luar objek yang dikaji.

h. Hasilnya merupakan dokumentasi teknis.

Jika karakteristik di atas terpenuhi, maka sebuah tulisan layak disebut sebagai karya tulis ilmiah (KTI). Akan tetapi, tidak semua karya tulis imiah dapat menghasilkan angka kredit bagi pustakawan. Karya tulis ilmiah yang bernilai angka kredit adalah tulisan yang menggunakan metode ilmiah di bidang kepustakawanan.

Pada BAB III tentang Kegiatan Pustakawan di dalam ketentuan umum Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional No. 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Pustakawan, tercantum penulisan karya ilmiah di bidang kepustakawanan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Subjek kajian di bidang kepustakawanan.

2) Langkah penulisan menggunakan metode ilmiah, yang ditandai dengan:

a. argumentasi teoritik yang benar, valid dan relevan;

b. dukungan fakta empiris;

c. analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empiris terhadap permasalahan yang dikaji.

Universitas Sumatera Utara

(34)

3) Penyajiannya sesuai dan memenuhi persyaratan sebagai suatu tulisan ilmiah, yang

ditandai dengan:

a. isi sajian berada pada lingkup keilmuan;

b. penulisan dilakukan secara cermat, akurat, logis dan menggunakan sistematika yang umum dan jelas;

c. tidak bersifat subjektif, emosional, atau memuat fakta tidak rasional.

4) Standar kerangka penulisan sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah.

5) Yang termasuk penulis adalah penyusun dan editor/penyunting.

6) Penghitungan angka kredit.

Pustakawan yang secara bersama-sama membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang kepustakawanan, diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Apabila terdiri atas 2 (dua) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh persen) bagi penulis pembantu;

b) Apabila terdiri atas 3 (tiga) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 50% (lima puluh persen) bagi penulis utama dan 25% (dua puluh lima persen) bagi masing-masing penulis pembantu.

c) Apabila terdiri atas 4 (empat) orang penulis maka pembagian angka kreditnya adalah 40% (empat puluh persen) bagi penulis utama dan 20%

(dua puluh persen) bagi masing-masing penulis pembantu.

d) Apabila penulis lebih dari 4 (empat) orang maka pembagian angka kreditnya 40% (empat puluh persen) bagi penulis utama dan 60% (enam puluh persen) dibagi untuk sejumlah penulis pembantu.

e) Hasil karya tulis/karya ilmiah yang ditulis lebih dari 1 (satu) penulis, jika pencantuman nama penulis tidak berdasarkan urutan sesuai peranannya, maka perlu dilampirkan surat pernyataan tentang peran masing-masing penulis yang ditandatangani oleh semua anggota tim.

Berdasarkan karakteristik yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa karya tulis ilmiah adalah hasil tulisan yang memaparkan gagasan yang dibangun secara sistematis, logis, dan objektif disertai dengan dokumentasi teknis serta mempunyai karakteristik, menggunakan kaidah tertentu; metode ilmiah;

(35)

Universitas Sumatera Utara didasarkan pada fakta/data hasil observasi; dan merupakan tulisan berdasarkan bidang ilmu tertentu.

2.6.2 Jenis-jenis Karya Tulis Ilmiah

Terdapat beberapa jenis karya tulis ilmiah yang sering kita gunakan untuk merujuk suatu tulisan ilmiah. Pada perkembangannya, tidak semua karya tulis dapat dikatakan sebgai karya ilmiah. Perbedaan istilah untuk merujuk karya tulis ilmiah tersebut didasarkan pada isi dan kaidah penulisan yang digunakan. Menurut Wahyu Wibowo (2013, 21) dalam bukunya yang berjudul “Menulis Artikel Ilmiah yang Komunikatif”, berdasarkan kedalaman kajian permasalahannya karya tulis ilmiah dibagi menjadi beberapa bentuk, yakni:

a. Laporan penelitian, yaitu tulisan yang melaporkan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara.

b. Karya tulis akademik, berupa skripsi, tesis, dan disertasi

c. Buku teks, yakni buku ajar atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang perkuliahan

d. Artikel ilmiah yang berupa tulisan khusus yang dihasilkan dari penulisan kembali laporan penelitian atau karya tulis kademik.

Adapun jenis-jenis karya tulis ilmiah yang dimuat dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 2 Tahun 2008, antara lain:

1. Karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo adalah karya tulis berupa laporan hasil kegiatan ilmiah atau tinjauan atau ulasan ilmiah bidang perpusdokinfo yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan dan format tertentu yang membahas suatu pokok bahasan dengan menuangkan gagasan-gagasan tertentu melalui identifikasi dan deskripsi permasalahan, analisis permasalahan dan saran-saran pemecahannya.

2. Laporan hasil kegiatan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang berisi sajian hasil pengkajian, pengembangan atau evaluasi yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan atau format penulisan ilmiah. Laporan

Universitas Sumatera Utara

(36)

umumnya dipresentasikan dalam suatu pertemuan dan dipublikasiakan secara terbatas dalam bentuk artikel di majalah atau dalam bentuk buku.

3. Makalah ilmiah adalah karya tulis ilmiah di bidang perpusdokinfo yang ditulis berdasarkan analisis dan sintesis data hasil kajian atau pemikiran yang belum pernah ditulis dan dipublikasikan orang lain minimal 3.000 kata dalam format baku yang meliputi: judul, abstrak, pendahuluan, isi pokok, penutup dan daftar pustaka yang disampaikan pada seminar dan pertemuan sejenisnya.

4. Makalah prasaran adalah karya tulis bersifat deskriptif informatif di bidang perpusdokinfo yang ditulis dalam format tertentu dan disampaikan pada pertemuan/diklat, dll.

5. Buku yang diterbitkan adalah karya tulis di bidang perpusdokinfo yang berisi minimal 15.000 kata dan diterbitkan oleh instansi pemerintah atau swasta.

6. Bila buku yang dihasilkan tidak diterbitkan untuk dapat diperhitungkn angka kreditnya buku tersebut harus didokumentasikan di perpustakaan dimana pustakawan bekerja.

7. Artikel majalah adalah karya tulis minimal 1.000 kata dan dimuat dalam majalah di bidang perpusdokinfo yang diterbitkan oleh organisasi profesi, instansi pemerintah atau swasta di bidang perpusdokinfo baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik.

Sedangkan di dalam Peraturan Kepala Perpustakaan No. 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya juga dijelaskan jenis karya ilmiah di bidang kepustakawanan yang dapat dinilai angka kreditnya di dalam BAB III tentang Kegiatan Pustakawan, antara lain:

(1) Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan evaluasi di bidang kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk:

(a) Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional (b) Majalah ilmiah

(2) Membuat karya tulis/karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan evaluasi di bidang kepustakawanan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk:

(a) Buku (b) Makalah

(37)

Universitas Sumatera Utara (3) Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah

dengan gagasan sendiri di bidang kepustakawanan yang dipublikasikan dalam bentuk:

(a) Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional (b) Majalah ilmiah yang diakui secara nasional

(4) Membuat karya tulis/karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan gagasan sendiri dalam bidang kepustakawanan yang tidak dipublikasikan, dalam bentuk:

(a) Buku (b) Makalah

(5) Membuat tulisan ilmiah popular di bidang kepustakawanan yang disebarluaskan melalui media massa

(6) Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan/atau ulasan ilmiah di bidang kepustakawanan pada pertemuan ilmiah.

Dari pernyataan yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa karya tulis ilmiah yang menjadi kegiatan pengembangan profesi pustakawan dapat dikategorikan berdasarkan beberapa jenis yang isinya mengandung gagasan dan kajian ilmiah serta dapat dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Dengan kata lain, karya tulis ilmiah dapat disebarluaskan melalui media massa atau hanya didokumentasikan di perpustakaan dimana pustakawan bekerja.

2.6.3 Fungsi dan Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah menghasilkan pengetahuan dan dikomunikasikan kepada orang lain. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah harus mengandung informasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan agar pembaca dapat memahami isi tulisan tersebut.

Menurut Bambang Dwiloka (2005, 2) di dalam bukunya yang berjudul “Teknik Menulis Karya Ilmiah”, fungsi karya tulis ilmiah antara lain:

1. Penjelasan (Explanation)

Universitas Sumatera Utara

(38)

Karya ilmiah dapat menjelaskan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti, menjadi sebelumnya.

2. Ramalan (Prediction)

Karya ilmiah dapat membantu mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang.

3. Kontrol (Control)

Karya ilmiah dapat berfungsi untuk mengontrol, mengawasi dan atau mengoreksi benar-tidaknya suatu pernyataan.

Sedangkan manfaat menulis karya tulis ilmiah menurut Sihombing (yang dikutip oleh Arifin, 1993, 4), antara lain:

1. Penulis terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.

Sebelum menyusun karya ilmiah, penulis pasti harus membaca dahulu berbagai kepustakaan yang relevan dengan topik yang akan dibahas.

2. Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis akan berkenalan dengan kegiatan kepustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis akan memperoleh kepuasan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa karya tulis ilmiah berfungsi untuk menjelaskan suatu tulisan yang didasari oleh peninjauan terhadap kejadian atau masalah sesuai dengan kaidah keilmuan, selain itu kegiatan membuat karya tulis ilmiah juga dapat memperluas pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca melalui kegiatan membaca dan memahami permasalahan yang dikaji.

2.6.4 Kendala Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Untuk menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah diperlukan sebuah proses atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan dengan spontanitas. Penulisan karya tulis

(39)

Universitas Sumatera Utara ilmiah harus dilakukan sesuai pedoman yang berlaku agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka dari itu, kendala dalam penulisan sering tidak terhindarkan dan membuat penulis dapat berhenti dari kegiatannya.

Zainurrahman, (2011:206) mengemukakan dua faktor yang menjadi bagian dari kendala dalam penulisan karya tulis ilmiah yakni (1) kendala umum dan (2) kendala khusus.

Kendala umum meliputi:

1) Kesulitan karena Kekurangan Materi

Jenis tulisan (genre) sangat menentukan materi-materi yang harus dimiliki, semakin kompleks tulisan semakin banyak dan besar pula materi yang harus dimiliki, entah darimana asalnya, yang terpenting materi tersebut valid, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Seringkali, meskipun sudah mengumpulkan berbagai materi, pada saat proses menulis dapat mengalami kekurangan materi karena ide dalam tulisan mengembang sehingga mengalami perluasan topik. Jika hal tersebut terjadi, penulis disarankan agar tidak berlama-lama menunda pencarian informasi.

2) Kesulitan Menemukan Titik Mulai (Starting Point) dan Titik Akhir (Ending Point)

Menulis sebaiknya tidak dimulai dari yang khusus ke yang umum, tulisan harus mendalam agar ide yang disampaikan benar-benar tersentuh titik sentralnya. Mendefinisikan objek yang dibahas merupakan cara paling sederhana dan yang paling umum digunakan oleh penulis. Berdasarkan definisi (gambaran umum yang dibatasi) inilah kemudian dikembangkan menjadi detil-detil yang mendalam dan terfokus, bukan meluas tapi dangkal.

Mengetahui bagaimana mengawali tulisan lebih mudah daripada mengakhirinya. Ini disebabkan karena ide kita berkembang dan terus meluas jika tidak dibatasi dengan kerangka ide. Kebanyakan penulis, bahkan penulis profesional mengakhiri tulisannya secara intuitif, merasa sudah cukup, letih, kehabisan bahan, atau merasa bahwa tujuannya sudah tercapai dalam tulisan tersebut. Tulisan sudah dapat diakhiri jika menurut penulis tulisan tersebut telah mencapai tujuan penulisannya.

3) Kesulitan Strukturisasi dan Penyelarasan Isi

Universitas Sumatera Utara

(40)

Pada intinya, struktur tulisan harus sesuai dengan isi (makna yang ingin disampaikan). Keselarasan antara isi dan struktur ini menuntut kompetensi bahasa, dan sebenarnya tidak dapat dibuktikan dengan teori semata, tetapi justru melalui pembiasaan diri dan revisi yang berulang-ulang. Jika ingin isi dan struktur tulisan (mulai dari kalimat hinga divisi pembahasan) selaras, maka harus dilakukan strukturasi.

4) Kesulitan Pemilihan Topik

Topik harus sudah ada meskipun belum dituangkan secara konkrit.

Kesulitan ini tidak hanya terjadi pada saat mengawali tulisan, namun justru sering terjadi pada saat mengakhiri tulisan ketika tulisan kita bergeser dari topik yang telah direncanakan.

Kendala khusus meliputi:

1) Kehilangan Mood Menulis

Penyebab kehilangan mood untuk menulis diantaranya adalah sebagai berikut. Yang pertama adalah kekurangan atau kehabisan ide sehingga menyebabkan kita malas untuk melanjutkan proses menulis karena kita tidak tahu apa yang harus ditulis. Yang kedua adalah kesibukan, kesibukan sehari-hari baik di kampus maupun di kantor begitu menyita waktu, apalagi jika menulis atau penulis bukanlah profesi utama. Yang ketiga adalah fluktuasi psikologis, menghindari stress dan depresi memang penting, tetapi masalah dalam kehidupan selalu datang silih berganti. Perasaan yang ada di hati jika berkaitan dengan topik yang ditulis dapat sangat membantu dalam menuangkan ide. Namun jika apa yang dirasakan tidak berhubungan dengan apa yang ditulis, jalan terbaik adalah beristirahat.

2) Writers Block

Istilah ini meliputi keseluruhan masalah dalam menulis, baik itu yang umum mapun khusus, terutama yang menyebabkan kita tidak dapat melanjutkan tulisan kita karena alasan apapun. Mayoritas penyebab Writers Block adalah stagnasi ide dan labilitas psikologis. Stagnasi ide merupakan keadaan di mana penulis mengalami jalan buntu penulisan karena kehabisan ide, kehabisan bahan bahkan kekosongan ide sama sekali. Labilitas psikologis merupakan fenomena di mana mental penulis mengalami kelabilan atau tidak stabil karena kejadian-kejadian tertentu yang menyebabkan penulis kesulitan atau tidak bisa mengakses ide dalam pikirannya sama sekali.

(41)

Universitas Sumatera Utara Pendapat yang serupa juga dijelaskan oleh Dodi Mawardi, (2019, 31). Dia menguraikan 4 faktor yang menjadi hambatan menulis karya tulis ilmiah, antara lain:

1. Tidak Punya Waktu

Aktivitas yang dimiliki seseorang seringkali menjadi alasan yang menyebabkan kesulitan dalam mengatur waktu sehingga mempunyai alasan untuk tidak menulis.

2. Kesulitan Memulai

Hal ini dikarenakan kurang memahami dan menguasai pola penulisan karya ilmiah, maka banyak orang yang beralasan bahwa mereka sangat kesulitan dalam memulai tulisan. Hal ini juga dapat terjadi karena terdapat banyak ide yang bersarang di dalam benak seseorang sehingga tidak mampu untuk mengeluarkannya.

3. Tidak Punya Ide

Memilih topik yang tepat harus berdasar pada ide-ide yang ditemukan baik dari pengalaman maupun eksplorasi. Sayangnya, tidak mempunyai ide juga menjadi alasan yang kuat seseorang untuk tidak menulis.

4. Kurang Percaya Diri

Takut dihujat, takut salah, dan tidak percaya diri serta kurangnya intensitas latihan atau beum terbiasa menulis menjadikan seseorang kurang percaya diri.

Ketakutan dan kecemasan untuk melakukan hal-hal yang salah menyebabkam banyak sekali orang tidak percaya diri untuk menulis.

2.7 Menulis Bagi Pustakawan

Dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia tahun 2006 pasal 5 yang dikitup oleh Suwarno (2010, 254) dijelaskan bahwa, “seorang pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Susilowati (2007, 32) yang menyatakan bahwa, “karya tulis adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi setiap jabatan fungsional pustakawan sekaligus sebagai media pengembangan profesi pustakawan”. Zulaikha (2010, 4) berpendapat,

Universitas Sumatera Utara

(42)

“menulis dalam arti bebas adalah melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan, dia menambahkan bahwa budaya menulis harusnya menjadi trends bagi para pustakawan dalam mengekspresikan ide-idenya”.

Pernyataan-pernyataan di atas telah menjelaskan bahwa, pustakawan dituntut untuk dapat terus meningkatkan kemampuan sebagai wujud dari profesionalisme, salah satunya dengan memiliki keterampilan menulis karya tulis ilmiah.

Menurut Imron Rosidi (2009, 2) “menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung”.

Dalam pandangan Imron Rosidi di dalam buku Be A Writer Librarian,

“seorang pustakawan dapat menjadi pelopor aksi gerakan visible librarian (pustakawan yang nampak di mata masyarakat) untuk mempengaruhi pikiran orang lain atau yang sering disebut opini publik dengan cara menulis, maka dari itu menulis merupakan cara yang tepat bagi pustakawan untuk menggerakkan opini masyarakat”.

Membuat karya ilmiah di bidang perpusdokinfo merupakan salah satu butir rincian kegiatan pustakawan yang memiliki nilai kredit lebih tinggi dibanding unsur kegiatan lainnya, baik yang diterbitkan dalam jurnal, prosiding maupun yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan (Sutardji dan Maulidiyah, 2011 : 11).

(43)

Universitas Sumatera Utara Sesuai yang dinyatakan di dalam Peraturan Pemerintah Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 bahwa menulis karya tulis/karya ilmiah di bidang kepustakawanan merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi pustakawan dan memungkinkan semua jenjang jabatan pustakawan untuk dapat melakukannya. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan angka kredit bagi kenaikan jabatannya.

Dari pernyataan yang telah diuraikan di atas, dapat dinyatakan bahwa pustakawan harus memiliki kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah karena semakin tinggi jabatan seorang pustakawan maka persyaratan untuk mendapatkan angka kredit yang berasal dari unsur pengembangan profesi akan semakin tinggi.

Penulisan karya tulis ilmiah juga berfungsi dalam meningkatkan mutu profesi serta tanggung jawab pustakawan yang pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kepustakawanan.

2.8 Angka Kredit

Angka kredit digunakan sebagai syarat kenaikan jenjang pangkat jabatan dan golongan pustakawan fungsional. Pustakawan akan dinaikkan pangkatnya jika telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Hal ini tergantung pada kemampuan masing-masing pustakawan dalam memenuhi persyaratannya agar bisa naik pangkat setelah dua tahun dari pangkat sebelumnya.

Menurut Usul Wiyanto (2012, 9), “angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan yang besarnya sudah ditentukan”. Sedangkan angka kredit menurut Lasa

Universitas Sumatera Utara

(44)

(2009, 25) “suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atau prestasi yang telah dicapai oleh seorang pejabat fungsional dalam mengerjakan butir rincian kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan/atau kenaikan jabatan/pangkat dalam jabatan fungsional tertentu.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2014 pada Bab I Pasal I, “angka kredit adalah satuan nilai dari setiap butir kegiatan dan/atau akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pustakawan dalam rangka pembinaan karir yang bersangkutan”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa angka kredit adalah nilai dari setiap butir pekerjaan yang telah dilakukan oleh pejabat fungsional pustakawan yang sudah ditentukan besarannya berdasarkan peraturan yang berlaku dan digunakan untuk kenaikan pangkat atau jabatan pustakawan serta pembinaan karir yang bersangkutan. Setiap pejabat fungsional pustakawan harus melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaannya yang dinilai berdasarkan angka kredit. Pustakawan yang telah berhasil mengumpulkan angka kredit dalam jumlah yang ditentukan, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi.

2.9 Penelitian Sebelumnya

Di Indonesia, penelitian mengenai penulisan karya tulis ilmiah pustakawan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang berjudul “Motivasi Pustakawan dalam Menulis Karya Ilmiah Pada Terbitan Berkala di Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah” yang ditulis oleh Tri Wulandari dan

Referensi

Dokumen terkait

kedua shot itu sebagai satu kesatuan yang utuh dan juga langsung terlihat keberlanjutan aksi bisa tetap terjaga dari 2 sambungan tersebut.. cutaway dapat digunakan untuk:

Meski dalam kegiatan proses belajar mengajar masih monoton dengan banyak menggunakan metode yang masih konvensional dan pemanfaatan media yang secara cukup sederhana,

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014c. KESATU :

• Sumber-sumber energi akan dikelola negara (tambang minyak, gas, mineral dan industri yang terkait dengannya) • Penghematan energi lebih

Kiesta comel (cookies talas yang lucu/imut) adalah kue kering yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar tepung talas yang baik untuk kesehatan.. Bahan-bahan lainnya juga terbuat

25 April Perjanjian Patungan (Joint Venture Agreement) Perusahaan Patungan (Joint Venture

In addition, the availability of health care facilities, attitudes, behavior of health workers on the provision of health information will also support and strengthen

Pengaruh perbedaan rasio larutan pencuci yang tersarang dalam bagian daging ayam (dada dan paha) berpengaruh nyata terhadap kadar air, WHC, dan gel quality (