• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sari, Putri Marulia (2013) meneliti tentang Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Mataair di Kabupaten Sleman. Tujuan dari penelitian ini 1) Mengetahui lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman berdasarkan parameter fisik lahan menggunakan citra penginderaan jauh dan memetakan serta menganalisis sebaran mataair menggunakan sistem informasi geografis. 2)Mengkaji kemampuan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam mengidentifikasi lokasi pemunculan mataair berdasarkan parameter fisik lahan di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan ekstraksi data penginderaan jauh berupa pemanfaatan Citra Aster dan Aster GDEM dan cek lapangan untuk uji akurasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa :

1. Ditemukan empat tipe mataair di Kabupaten Sleman yang dianalisis melaluiparameter fisik lahan berupa kemiringan lereng, pola aliran, bentuklahan, penggunaan lahan dan pola kelurusan, yaitu mataair vulkanik, mataair depresi, mataair kontak, dan mataair rekahan.

2. Teknik penginderaan jauh menggunakan ASTER VNIR dan ASTER GDEM dapat digunakan untuk mengindentifikasi lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman dengan hasil interpretasi sesuai dengan hasil validasi mataair.

3. Sistem informasi geografis terbukti dapat digunakan untuk analisis spasial sehingga dapat dihasilkan Peta Lokasi Pemunculan Mataair Kabupaten Sleman dan Peta Sebaran Mataair Berdasarkan Debit di Kabupaten Sleman. Aslamia, Maulida (2012) melakukan pengumpulan data kebutuhan air bersih dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel penduduk dan sampel air menggunakan metode Random Sampling. Teknik analisis data yaitu dengan membandingkan antara besarnya debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan besarnya kebutuhan air bersih seluruh penduduk. Pengukuran debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan metode WEIR, apung dan volumetric bermaksud melakukan penelitian terkait Evaluasi Potensi Mataair Polaman dan Kalibaru untuk Suplai Air Bersih Pneduduk I Kecamatan Lawang Bagian Utara Kabupaten Malang. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian tersebut adalah untuk :

1. Menganalisis supply kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara.

2. Membandingkan kesesuaian kualitas mataair Polaman dan Kali Biru dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/2010.

3. Mengetahui model pendistibusian air dari sumber mataair Polaman dan Kali Biru supaya seluruh penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara terlayani.Penelitian ini merupakan penelitian survey.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan debit mataair rata- rata mataair Polaman dan Kali Biru yaitu sebesar 24.558,336 liter/hari. Kebutuhan air bersih suatu penduduk Kecamatan Lawang bagian utara sebesar 944.825,37 liter/hari. Secara kuantitas perbandingan debit mataair dan kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil uji laboratorim kualitas air yang disalurakan kepada penduduk

layak digunakan dengan pengelolahan terlebih dahulu. Perencanaan distribusi air mataair Polaman dan Kali Biru dengan menggunakan sistem pembagian pengaliran untuk penduduk, industri, dan irigasi serta waktu pengaliran air dari PDAM untuk penduduk dari pukul 05.30-23.00.

Ratnasari, Rian (2007) meneliti mengenai potensi yang ada di mataair Mungup II untuk kebutuhan irigasi dan konsumsi Air Minum. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk, Pertama, Mengetahui jumlah air yangtersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit. Kedua, Mengetahui jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran MataairMungup II di Kecamatan Sawit, Serta Ketiga, Mengetahui imbangan air dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit. Penelitian pemanfaatan mataair ini menggunakan metode penelitiandeskriptif. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan obyek penelitian saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak sebagaimana adanya dengan perhitungan. Berdasarkan hal tersebut bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Berdasarkan penelitian tersebut menghasilkan keluaran sebagai berikut :

1. Jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah sebesar 6.102.627 m3/musim kemarau.

2. Jumlah air yang tersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah sebesar 2.747.520 m3/musim kemarau.

3. Imbangan air dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit mengalami defisit air karena areal pertanian kebanyakan ditanami dengan tanaman yang membutuhkan banyak air selama masa pertumbuhannya. Dari 10 blok irigasi yang menjadi daerah oncoran Mataair Mungup II, terdapat 8 blok irigasi mengalami defisit air yaitu sebesar 3.355.107 m3/musim kemarau dan 2 blok irigasi mengalami surplus air yaitu sebesar 722.133,50 m3/musim kemarau. Surplus air yang terjadi pada kedua blok irigasi tersebut selain karena ditanami

dengan tanaman yang membutuhkan sedikit air juga mempunyai luas areal yang relatif sempit serta jumlah pasokan air yang besar.

Santosa, Langgeng Wahyu (2006) dalam kajian Hidrogeomorfologi Mataair di Sebagian Lereng Barat Gunungapi Lawu menemukan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di wilayah lereng Gunungapi Merapi bagian selatan terbagi menjadi 3 (tiga) satuan pemunculan mataair, yaitu satuan mataair pada volcanic slope, satuan mataair volcanic foot, dan satuan mataair volcanic foot plain.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan pola agihan mataair pada setiap morfologi di sebagian lereng Barat Gunungapi Lawu. Analisis spasial berupa peta yang menjelaskan pola sebaran mataair pada berbagai morfologi lereng; sedangkan analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan pola agihan mataair kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi debit dan persebaran mataair di daerah penelitian. Klasifikasi mataair didasarkan atas sifat aliran, debit aliran, dan temperature mengambil teori dalam Tolman, 1937; Meinzer, 1923 dalam Todd,1980.

Perbandingan penelitian yang diuraikan diatas berkaitan dengan tujuan, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian-penelitian kajian mataair, dapat dilihat dalam Table 1.4

No Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil 1. Putri Marulia Sari, UGM (2013) Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Mataair di Kabupaten Sleman 1. Mengetahui lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman berdasarkan parameter fisik lahan menggunakan citra penginderaan jauh dan memetakan serta menganalisis sebaran mataair menggunakan sistem informasi geografis. 2. Mengkaji kemampuan

citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam

mengidentifikasi lokasi pemunculan mataair berdasarkan parameter fisik lahan di Kabupaten Sleman.

Secara garis besar, perolehan data

dilakuan menggunakan ekstraksi data

penginderaan jauh dan cek lapangan. 4. Ditemukan empat tipe mataair di Kabupaten Sleman yang dianalisis melaluiparameter fisik lahan berupa kemiringan lereng, pola aliran,

bentuklahan, penggunaan lahan dan pola kelurusan, yaitu mataair vulkanik, mataair depresi, mataair kontak, dan mataair rekahan.

5. Teknik penginderaan jauh menggunakan ASTER VNIR dan ASTER GDEM dapat digunakan untuk mengindentifikasi lokasi pemunculan mataair di Kabupaten Sleman dengan hasil

dengan hasil validasi mataair.

6. Sistem informasi geografis terbukti dapat digunakan untuk analisis spasial sehingga dapat dihasilkan Peta Lokasi Pemunculan Mataair Kabupaten Sleman dan Peta Sebaran Mataair Berdasarkan Debit di Kabupaten Sleman. 2. Rian Ratnasari, UNS (2007) Potensi Mataair Mungup II untuk Kebutuhan Air Irigasi di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

1. Mengetahui jumlah air yangtersedia untuk irigasi dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit.

2. Mengetahui jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran MataairMungup II di Kecamatan Sawit.

3. Mengetahui imbangan air dari Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan obyek penelitian saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak sebagaimana adanya dengan perhitungan.

4. Jumlah air yang dibutuhkan untuk irigasi daerah oncoran Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah sebesar 6.102.627 m3/musim kemarau. 5. Jumlah air yang

tersebut

bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif.

dari Mataair Mungup II pada saat penelitian di Kecamatan Sawit selama musim kemarau adalah sebesar 2.747.520 m3/musim kemarau. 6. Imbangan air dari

Mataair Mungup II di Kecamatan Sawit mengalami defisit air karena areal

pertanian

kebanyakan ditanami dengan tanaman yang membutuhkan banyak air selama masa

pertumbuhannya. Dari 10 blok irigasi yang menjadi daerah oncoran Mataair Mungup II, terdapat 8 blok irigasi

3.355.107 m3/musim kemarau dan 2 blok irigasi mengalami surplus air yaitu sebesar 722.133,50 m3/musim kemarau. Surplus air yang terjadi pada kedua blok irigasi tersebut selain karena ditanami dengan tanaman yang

membutuhkan sedikit air juga mempunyai luas areal yang relatif sempit serta jumlah pasokan air yang besar. 3. Maulida Aslamia, UNM (2012) Evaluasi Potensi Mataair Polaman dan Kalibaru untuk Suplai Air Bersih Pneduduk I

Kecamatan Lawang Bagian Utara Kabupaten Malang

4. Menganalisis supply

kebutuhan air bersih penduduk Kecamatan Lawang bagian Utara. 5. Membandingkan

kesesuaian kualitas mataair Polaman dan Kali Biru dengan peraturan

Pengumpulan data kebutuhan air bersih dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel penduduk dan sampel

1. Debit mataair rata- rata mataair Polaman dan Kali Biru yaitu sebesar 24.558,336 liter/hari. Kebutuhan air bersih suatu penduduk Kecamatan

492/MENKES/PER/2010. 6. Mengetahui model

pendistibusian air dari sumber mataair Polaman dan Kali Biru supaya seluruh penduduk

Kecamatan Lawang bagian Utara terlayani.Penelitian ini merupakan penelitian survey.

metode Random Sampling. Teknik analisis data yaitu dengan

membandingkan antara besarnya debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan besarnya kebutuhan air bersih seluruh penduduk. Pengukuran debit mataair Polaman dan Kali Biru dengan metode WEIR, apung dan volumetric sebesar 944.825,37 liter/hari. Secara kuantitas perbandingan debit mataair dan

kebutuhan air bersih yaitu 7:1.Hasil uji laboratorim kualitas air yang disalurakan kepada penduduk layak digunakan dengan pengelolahan terlebih dahulu. Perencanaan

distribusi air mataair Polaman dan Kali Biru dengan

menggunakan sistem pembagian pengaliran untuk penduduk, industri, dan irigasi serta waktu

pengaliran air dari PDAM untuk

penduduk dari pukul 05.30-23.00.

Wahyu Santosa, UGM (2006) Hidrogeomorfologi Mataair di Sebagian Lereng Barat Gunungapi Lawu

dan pola agihan mataair pada setiap morfologi di sebagian lereng Barat Gunungapi Lawu

peta yang menjelaskan pola sebaran mataair pada berbagai morfologi lereng; sedangkan analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan pola agihan mataair kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi debit dan persebaran mataair di daerah penelitian. Klasifikasi mataair didasarkan atas sifat aliran, debit aliran, dan temperature

mengambil teori dalam Tolman, 1937; Meinzer, 1923 dalam Todd,1980.

Merapi bagian selatan terbagi menjadi 3 (tiga) satuan pemunculan mataair, yaitu satuan mataair pada

volcanic slope, satuan mataair volcanic foot, dan satuan mataair volcanic foot plain

Dokumen terkait