• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 PENELITIAN SEBELUMNYA

Waters (1976) melakukan penelitian mengenai energi yang dibutuhkan para amputee untuk berjalan berkaitan dengan tingkat amputasi bagian kaki. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok amputee dengan level amputasi

commit to user

II - 24

yang berbeda, yaitu vascular dan traumatic. Kelompok vascular terdiri dari 13

above-knee amputee, 13 below-knee amputee, dan 15 Syme amputee. Kelompok

traumatic terdiri dari 15 above-knee amputee dan 14 below-knee amputee.

Responden berjalan pada lintasan sejauh 60.5 meter. Pernafasan diukur dengan Douglas Bag untuk menganalisis oksigen dan karbon dioksida. Denyut nadi, tingkat pernafasan, serta polanya diamati dengan alat transduser. Setiap percobaan berjalan rata-rata selama lima menit dengan dua kecepatan berbeda, lambat dan cepat. Nilai oksigen yang dikonsumsi dan bilangan denyut nadi digunakan untuk memperkirakan nilai maksimum kapasitas kerja secara aerobik. Hasil dari penelitian ini adalah nilai maksimum kapasitas kerja secara aerobik pada responden above-knee amputee kedua kelompok lebih rendah dibandingkan pada responden below-knee amputee maupun orang normal.

Kuo-Feng Huang (2001) melakukan penelitian mengenai kajian kinematik dan energi yang dibutuhkan oleh below-knee amputees. Tujuannya mengukur karakteristik berjalan secara dinamis dan energi yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 below-knee amputees dengan usia 41,83 ± 6,27 tahun terdiri dari 3 vascular amputees dan 3 traumatic amputees menggunakan foot tipe SACH, single axis, dan multiple axis. Selain itu juga dibandingkan dengan kondisi normal yaitu 5 orang laki-laki yang berusia 33,83 ± 5,15 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan cara responden berjalan pada treadmill dengan kecepatan 1 km/jam; 1,5 km/jam; dan 2 km/jam. Hal tersebut dinilai sebagai fase pemanasan

dan trial setelah beristirahat selama 20 menit. Setelah denyut nadi mencapai 60%

denyut nadi maksimal, energi yang dibutuhkan diukur selama minimal 2 menit. Metode tersebut dilakukan pada dua kelompok amputees menggunakan tiga jenis

foot berbeda. Hasil penelitian ini adalah kelompok vascular amputees

membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan kelompok traumatic

amputees. Perbedaan energi yang dibutuhkan cukup besar antara ketiga jenis foot

prosthetic.

Keytel (2005) melakukan penelitian untuk memperkirakan nilai energi ekspenditur dari pengamatan denyut nadi. Tujuan penelitian ini yaitu mengukur faktor komposisi tubuh, jenis latihan, hubungan denyut nadi dengan energi ekspenditur, dan mengembangkan persamaan ramalan energi ekspenditur.

commit to user

II - 25

Responden berjumlah 115 orang dengan umur 18-45 tahun. Penelitian dilakukan dengan cara responden beraktivitas menggunakan treadmill dan cycle ergometer

pada tiga kondisi berbeda. Denyut nadi dan rasio pernafasan diukur. Analisis

mixed-model mengidentifikasi jenis kelamin, denyut nadi, berat badan, konsumsi

oksigen, dan umur sebagai faktor untuk memperkirakan nilai energi ekspenditur. Kesimpulan yang diambil yaitu adanya kemungkinan mengetahui nilai energi ekspenditur dari denyut nadi suatu kelompok dengan terlebih dulu menyesuaikan faktor umur, jenis kelamin, massa tubuh, dan kebugaran.

Mike Laymon (2008) melakukan penelitian mengenai energi ekspenditur secara aerob dalam latihan selama 60 menit. Penelitian ini dilakukan pada 6 orang wanita dan 7 orang laki-laki dengan umur rata-rata 18-48 tahun. Responden melakukan aktivitas selama 60 menit. Pengukuran dilakukan terhadap konsumsi oksigen sesaat sebelum beraktivitas, setiap lima menit saat beraktivitas, dan selama 4 jam setelah beraktivitas. Hasil penelitian ini yaitu rata-rata nilai energi ekspenditur yaitu 517,4 ± 231,7 kalori. Rata-rata energi ekspenditur pada laki-laki yaitu 654,1 kalori dan pada wanita yaitu 358 kalori.

Herdiman (2009) melakukan penelitian mengenai kajian fisiologi pada karakteristik prosthetic kaki endoskeletal jenis Above-Knee Prosthetic (AKP). Tujuannya adalah mengukur tingkat fisiologi pengguna prosthetic endoskeletal hasil perancangan dibandingkan dengan prosthetic eksoskeletal. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur tingkat kelelahan, energi ekspenditur, dan getaran mekanik saat berjalan. Amputee berjalan pada treadmill sejauh 100 meter menggunakan kedua prosthetic bergantian dengan tiga kecepatan berbeda (1,2 km/jam; 1,6 km/jam; dan 2 km/jam). Denyut nadi diukur saat sebelum berjalan, saat berjalan pada jarak 50 meter, 60 meter, dan 100 meter. Selain itu diukur denyut nadi setelah berjalan pada menit ke-2, ke-4, dan ke-6. Hasil penelitian ini adalah prosthetic endoskeletal menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkankan prosthetic eksoskeletal dilihat dari peningkatan %CVL lebih kecil. Peningkatan pengeluaran energi ekspenditur menunjukkan lebih stabil, getaran mekanik yang ditimbulkan untuk berjalan normal lebih stabil, dan frekuensi tekanan pada stump yang dilakukan berulang untuk berjalan normal pada frekuensi 100 Hz masih memberikan rasa nyaman bagi pengguna.

commit to user

II - 26

Primawati (2010) melakukan penelitian mengenai kajian fisiologi pada pengguna prosthetic kaki bagian bawah lutut (bkp) ditinjau dari metabolisme basal. Tujuannya adalah mengukur tingkat fisiologi pengguna prosthetic

eksoskeletal, endoskeletal merek Regal, endoskeletal pengembangan

dibandingkan dengan orang normal sehingga dapat diketahui desain prosthetic

terbaik dengan memperhatikan hasil pengukuran fisiologi yang mendekati kondisi responden normal. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur %CVL, energi ekspenditur, kebutuhan kalori, dan VO2 max. Amputee berjalan normal sejauh 12

meter dan berjalan pada treadmill sejauh 100 meter menggunakan 3 desain

prosthetic bergantian dengan tiga kecepatan berbeda (1,2 km/jam; 1,6 km/jam;

dan 2 km/jam). Eksperimen ini dilakukan enam kali perulangan. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan metode 10 denyut. Denyut nadi diukur saat sebelum dan sesudah berjalan. Hasil penelitian ini adalah desain prosthetic

endoskeletal tipe pengembangan memberikan hasil %CVL yang lebih rendah dibanding dua desain prosthetic lainnya. Hasil pengukuran energi ekspenditur, kebutuhan kalori, dan konsumsi oksigen menunjukkan peningkatan yang lebih stabil dan memiliki kemiripan pada kemiringan garis dengan responden normal. Desain prosthetic kaki bagian bawah lutut terbaik dalam mengakomodasi aktivitas berjalan yaitu desain prosthetic endoskeletal tipe pengembangan karena memberikan nilai pengukuran fisiologi yang memiliki kedekatan dengan responden normal.

commit to user

III-1

BAB III

Dokumen terkait