• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Saran

2.3. Penelitian selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti kurangnya jumlah responden, terkendalanya proses pengukuran tinggi fundus uteri dan lingkar perut serta kurangnya tambahan data mengenai pertambahan berat janin sesuai dengan usia kehamilan. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dan lingkar perut sesuai 50

dengan prosedur, mengidentifikasi pertambahan berat badan ibu hamil dan berat janin pada usia kehamilan trimester III setiap minggunya serta mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada masa kehamilan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Taksiran berat janin

Taksiran berat janin (TBJ) adalah suatu metode pengukuran untuk menaksir berat badan janin dalam kandungan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Mengukur tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan mengikuti lengkungan uterus menggunakan pita pengukur. Taksiran berat janin intra uterin berperan penting dan berpengaruh dalam penatalaksanaan persalinan dan hasilnya untuk mengurangi kematian dan kesakitan pada persalinan (Isyaroh, 2014).

1.1.Berat janin

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan maturasi jaringan sel yang ditentukan oleh kemampuan substrak oleh ibu (Cunningham et al., 2013). Lin dan Forgas (1998 dalam Cunningham et al. 2013) mengatakan bahwa taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan janin apakah janin tersebut normal atau tidak. Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berurutan. Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua yang berlangsung sampai minggu ke 32 meliputi hiperplasia dan hipertropisel. Setelah usia gestasi 32 minggu pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi, laju pertumbuhan janin yang setara

selama 3 fase pertumbuhan sel ini adalah 5 gr/hari pada usia 15 minggu, 15–20 gr/hari pada minggu ke 24 dan 30–35 gr/hari pada gestasi 34 minggu.

Penambahan berat pada janin terjadi pada usia kehamilan 6 minggu yaitu hanya 1 gram. Pada usia kehamilan 12 minggu berat janin 15 gram dan panjang janin 8 cm. Pada usia kehamilan 16 minggu berat janin 110 gram dan panjang janin 16 cm. Pada usia kehamilan 20 minggu berat janin 300 gram dan panjang janin 22 cm. Pada usia kehamilan 24 minggu berat janin 600 gram dan panjang janin 30 cm. Pada usia kehamilan 28 minggu berat janin 1000 gram dan panjang janin 35 cm. Pada usia kehamilan 32 minggu berat janin 1700 gram dan panjang janin 42 cm. Pada usia kehamilan 36 minggu berat janin 2500 gram dan panjang janin 46 cm. Pada usia kehamilan 40 minggu berat janin 3400 gram dan panjang janin 50 cm (Farrer, 2001).

1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan janin

Berat badan janin merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat janin adalah faktor maternal, paternal, lingkungan, keadaan patologi, dan komplikasi kehamilan seperti hipertensi, pre-eklamsia, dan diabetes mellitus gestasional (Nahum et al., 2002).Perry (1995) menambahkan, etnis dan ras pada ibu hamil juga berpengaruh pada berat badan janin dikaitkan dengan faktor genetik dan faktor metabolisme yang berbeda-beda pada setiap etnis

dan ras. Sebagai contoh, bayi yang dilahirkan dari etnis Asia dan Afrika lebih kecil dibandingkan dengan etnis Kaukasia pada usia kehamilan yang sama.

Leveno (2009) menambahkan faktor lain yang meningkatkan kemungkinan bayi besar yaitu ukuran orang tua besar, terutama obesitas pada ibu, multiparitas, gestasi lama, usia ibu, janin laki-laki, bayi sebelumnya memiliki berat lebih dari 4000 gram dan ras dan etnik. Jika wanita hamil memiliki berat lebih dari 150 kg, makan janin nya memiliki risiko 30% mengalami makrosomia.

Steer (2005) mengatakan orang tua yang memiliki ukuran tubuh besar akan mempunyai bayi yang besar begitu juga sebaliknya orang tua yang memilki ukuran tubuh kecil akan mempunyai bayi yang kecil. Tingkat obesitas (penambahan berat badan) ibu selama kehamilan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan berat badan janin. Semakin besar penambahan berat ibu, semakin besar janin yang dilahirkan (Sahu et al., 2007).

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu, simple obesity (kegemukan ringan) adalah kegemukan akibat kelebihan berat badan sebanyak 20% dari berat badan ideal tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia. Mild obesity adalah kegemukan akibat kelebihan berat badan antara 20-30% dari berat badan ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi perlu diwaspadai. Moderat obesity adalah kegemukan akibat kelebihan berat badan antara

30-60% dari berat badan ideal. Tingkatan ini sangat rawan terhadap penyakit yang berhubungan dengan obesitas. Morbid obesity adalah kegemukan akibat kelebihan berat badan sebesar 60% dari berat badan ideal ini amat beresiko tinggi terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit pernapasan, gagal jantung maupun resiko kematian mendadak (Ramayulis, 2008).

Nahum et al. (2007) menambahkan jumlah paritas memiliki hubungan dengan berat janin. Semakin banyak jumlah paritas, semakin besar janin yang dilahirkan. Pada kehamilan aterm akan bertambah berat 0,2-0,5 gram/hari untuk setiap penambahan jumlah satu persalinan. Jenis kelamin janin juga memiliki hubungan dengan berat janin dan memiliki variasi berkisar 2% dimana janin perempuan lebih kecil dibanding laki-laki pada usia kehamilan yang sama. Perbedaan rata-rata janin laki-laki-laki-laki dibandingkan janin perempuan berkisar 136 gram.

Penyakit diabetes mellitus gestasional yang tidak terkontrol pada ibu hamil merupakan penyebab paling sering bayi makrosomia. Ketika kadar glukosa ibu meningkat berlebihan, pertumbuhan janin yang abnormal akan terjadi. Jika pada populasi umum angka kejadian janin makrosomia hanya 2-15%, maka angka kejadian pada ibu dengan diabetes mellitus gestasional yang tidak terkontrol meningkat sekitar 20-33% (Cunningham et al., 2013).

1.3.Identifikasi berat badan janin

Identifikasi berat janin dapat digunakan dengan berbagai pengukuran. Salah satu pengukuran yang digunakan adalah menggunakan rumus Dare. Pengukuran dengan rumus Dare menggunakan hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri dan lingkar perut. Tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pemeriksaan palpasi Leopold I. Palpasi Leopold I bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan, dan menentukan usia janin yang terdapat pada area fundus (Sinclair, 2010).

Pengkajian dimulai selama trimester kedua, ketika fundus dapat dipalpasi setinggi umbilikus pada usia kehamilan 20 minggu dan terus sampai mencapai prosesus xifoideus pada usia kehamilan 36 minggu. Pengukuran memerlukan pita pengukur yang tidak elastis dan fleksibel, dengan menempatkan angka nol pada tepi atas simfisis pubis, dan merentangkan pita pengukur tersebut melewati garis tengah abdomen sampai ke ujung fundus. Setelah 20 sampai 22 minggu gestasi, tinggi fundus dalam sentimeter secara normal memperkirakan usia kehamilan dalam mimggu sampai kehamilan 36 minggu. Setelah itu, janin bertambah berat daripada tinggi dan mendekati awitan persalinan. Oleh karena alasan inilah, fundus yang benar-benar pada 40 minggu gestasi dapat memiliki tinggi fundus yang sama dengan 36 minggu gestasi. Kemungkinan penyebab tinggi fundus yang lebih besar dari yang diharapkan karena kehamilan multipel, polihidramnion, dan makrosomia janin sedangkan

kemungkinan penyebab tinggi fundus kurang dari yang diharapkan meliputi presentasi janin yang abnormal, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, dan oligohidramnion (Stright, 2005). Tahapan dalam pemeriksaan Leopold yaitu, ibu hamil tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi, kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau membujur disamping badan, kaki ditekuk sedikit sehingga dinding perut lemas, bagian perut ibu hamil dibuka seperlunya, dan pemeriksa menghadap ke muka ibu hamil saat melakukan pemeriksaan (manuaba, 2007).

Sedangkan pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Tahapan dalam melakukan pengukuran lingkar perut yaitu dengan menetapkan titik tengah di antara tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul kemudian lakukan pengukuran dengan menggunakan pita pengukur dimulai dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran (Hartono, 2006). Setelah melakukan pengukuran tinggi fundus dan lingkar perut maka taksiran berat janin dapat diketahui dengan menggunakan rumus Dare (Pal & Modak, 2013).

2. Obesitas kehamilan 2.1. Kehamilan

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang dimulai dari konsepsi sampai sebelum janin lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2005).

2.2. Perubahan fisik pada masa kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Rahim atau uterus yang pada awalnya memiliki berat 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim akan menjadi lebih besar, lunak, dan mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2007).

Selama kehamilan, volume sirkulasi darah ke vagina mengalami peningkatan. Selaput lendir pada vagina bertambah tebal, jaringan pengikat menjadi longgar, dan sel-sel otot polos mengalami pembesaran. Kondisi ini akan menyebabkan dinding vagina bertambah panjang. Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk persiapan pemberian ASI pada saat laktasi (menyusui). Pembesaran payudara pada ibu hamil dipengaruhi oleh hormon human placental lactogen (HPL) dan menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri pada payudara. Kelenjar (glandula montgomery) pada daerah sekitar 14

semakin menonjol. Cairan tubuh wanita bertambah sekitar 40% dan disebabkan oleh meningkatnya hormon estrogen yang mempunyai efek retensi (menahan) air dan garam (Huliana, 2007).

Pada kehamilan aterm, jumlah minimal air tambahan yang rata-rata disimpan oleh wanita hamil normal adalah sekitar 6,5 liter. Kandungan air pada janin, plasenta, dan cairan amnion berjumlah sekitar 3,5 liter dan 3 liter menumpuk sebagai akibat dari peningkatan volume darah ibu, ukuran uterus, dan payudara (Levenoet al., 2009).

2.3.Penambahan berat badan pada kehamilan

Sebagai respon terhadap janin dan kehamilan, wanita hamil mengalami perubahan metabolisme yang signifikan. Salah satu perubahan metabolisme yang terjadi pada ibu hamil adalah bertambahnya berat badan antara 12 sampai 14 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,3-0,5 kg/minggu (Manuaba, 2007). Cunningham et al. (2013) menambahkan sebagian besar dari penambahan berat badan selama kehamilan disebabkan oleh pembesaran uterus dan isinya yang meliputi plasenta, cairan yang mengelilingi bayi (cairan ketuban), dan berat badan dari bayi, pembesaran payudara, peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular dan sebagian kecil dihasilkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan air sel, pengendapan lemak, dan protein baru yang disebut sebagai cadangan ibu (maternal reserves).

Hytten (1991 dalam Cunningham et al., 2013) menyatakan penambahan berat badan ibu hamil berdasarkan proses fisiologis selama kehamilan.

Tabel 1. Penambahan berat badan ibu hamil berdasarkan proses fisiologis selama kehamilan.

Peningkatan berat kumulatif (g)

Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu Janin Plasenta Cairan amnion Uterus Payudara Darah Cairan ekstravaskular Simpanan ibu (lemak)

5 20 30 140 45 100 0 310 300 170 350 320 180 600 30 2050 1500 430 750 600 350 1300 80 3480 3400 650 800 970 405 1450 1480 3345 Total 650 4000 8500 12.500

Sumber: Cunningham et al. Obstetri Williams, 2013: 117.

Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi dan berat badan sebelum kehamilan, status gizi atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil, ukuran bayi dan plasenta, dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan. Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT =

BB (kg) TB2 (m)

World Health Organization (2000 dalam Conway, 2011) telah menetapkan standar penambahan berat badan selama kehamilan sesuai dengan IMT sebelum hamil:

Tabel 2. Standar penambahan berat badan selama kehamilan sesuai IMT sebelum hamil.

IMT sebelum hamil Total pertambahan berat badan (kg)

Kurang (<18,5 kg/m2) 12,5-18

Normal (18,5-24,9 kg/m2) 11,5-16

Overweight (25-29,9 kg/m2) 7-11,5

Obesitas (>30 kg/m2) 5-9

Sumber: Conway. Pregnancy in the Obese Woman, 2011: 3.

Sedangkan standar penambahan berat badan tiap trimester sesuai dengan kategori IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Standar penambahan berat badan tiap trimester sesuai IMT sebelum hamil.

IMT sebelum hamil Total penambahan berat badan pada trimester I

Penambahan berat badan pada trimester

ke II dan III per minggu Kurang (<18,5 kg/m2) 1-3 kg 0,44-0,58 kg Normal (18,5-24,9 kg/m2) 1-3 kg 0,35-0,5 kg Overweight (25-29,9 kg/m2) 1-3 kg 0,23-0,33 kg Obesitas (>30 kg/m2) 0,2-2 kg 0,17-0,27 kg

Sumber: IOM and National Research Council, Implementing guidelines on weight gain pregnancy, 2009.

Serci (2008 dalam Bothamley, 2012) mengatakan obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Obesitas terjadi akibat asupan energi (makanan) melebihi pemakaian energi (metabolisme dan aktivitas fisik). Wheeler (2004) menambahkan obesitas atau peningkatan berat badan berlebih pada masa kehamilan didefinisikan sebagai peningkatan berat badan total lebih dari 50 pon (25 kg) atau penambahan berat badan mingguan lebih dari 2 pon (1 kg) pada trimester terakhir.

2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada kehamilan Foresight (2007 dalam Heslehurst et al., 2013) mengatakan obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis, kebiasaan makan, tingkat aktifitas, pengaruh psikososial, dan memiliki kaitan yang erat dengan kesenjangan sosial.

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi semakin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan dalam pemberian air susu ibu (ASI) (Manuaba, 2005). Pada masa kehamilan simpanan lemak meningkat dan dijumpai kadar lipid serta kolesterol yang tinggi dengan lebih sedikit lemak dikonversikan menjadi glikogen untuk disimpan (Farrer, 2001).

Wanita hamil cenderung mengalami peningkatan nafsu makan selama masa kehamilan disebabkan oleh hormon progesteron yang merangsang otak dalam mengatur penyimpanan lemak untuk keseimbangan energi dan bertujuan sebagai pengganti dari plasma glukosa dan asam amino yang menurun pada awal kehamilan (Cunningham et al., 2013).

Obesitas atau peningkatan berat badan berlebih selama kehamilan sering terjadi pada kehamilan trimester dua dan tiga.Pada trimester kedua dan ketiga, nafsu makan pada ibu hamil sudah pulih kembali dan semakin meningkat, setelah mengalami penurunan pada trimester pertama yang disebabkan oleh rasa mual dan ingin muntah (Huliana, 2007).

Kenaikan berat badan pada setiap ibu hamil berbeda, tergantung dari tinggi badan dan berat badan sebelum hamil, ukuran bayi dan plasenta, dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan (Suririnah, 2008). Variabel lain yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan pada masa kehamilan meliputi usia, paritas, pekerjaan dan pendidikan ibu, ras, dan latar belakang etnik (Sinclair, 2010).

Status gizi ibu pada saat hamil mempengaruhi berat badan janin dalam kandungan. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 12-14 kg. Kenaikan berat badan pada kehamilan terjadi karena kebutuhan asupan nutrisi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya (60%) digunakan untuk pertumbuhan ibu. Pada masa kehamilan, jumlah asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil bukan berarti sebanyak dua porsi, melainkan hanya ditambah sebagian kecil dari jumlah makanan yang biasa dikonsumsi untuk menghindari bertambahnya berat badan yang berlebihan. Berat badan yang berlebihan akan menimbulkan risiko yang cukup berat selama kehamilan, bahkan pada proses persalinan (Huliana, 2007).

2.5.Pengaruh obesitas dalam kehamilan

Obesitas pada masa kehamilan memiliki efek negatif terhadap kesehatan fisik ibu dan bayi serta masalah kesehatan jangka panjang bagi anak dan remaja. Wanita hamil dengan obesitas atau kelebihan berat badan selama masa kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi seperti hipertensi, diabetes gestasional, kehamilan lewat bulan, kehamilan kembar, pre-eklamsia, kebutuhan untuk melakukan induksi lebih tinggi, augmentasi oksitosin, dan seksio sesaria serta memiliki risiko dua kali lipat mengalami defek tuba neural, defek jantung, dan lebih sering mengalami infeksi post-partum dibanding wanita dengan berat badan normal (Sinclair, 2010). Benson dan Pernoll (2009) menambahkan,ibu hamil dengan obesitas lebih mungkin mengalami masalah ortopedik atau perdarahan paska persalinan.

Manuaba (2007) menyatakan obesitas pada kehamilan juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat yang ditimbulkan yaitu makrosomia atau janin dengan berat 4.000 gram atau lebih. Di Indonesia, berat bayi diatas 4.000 gram sudah dapat dianggap bayi makrosomia. Bahaya paling besar yang dihadapi oleh janin makrosomia adalah distosia bahu yang menimbulkan komplikasi gangguan permanen pada pleksus brakhialis dengan segala dampak motoriknya, gangguan pada medulla oblongata dengan pusat vitalnya sehingga menimbulkan asfiksia ringan, berat sampai kematian serta gangguan persendian leher bayi dengan segala manifestasi klinisnya.

2.6.Penatalaksanaan obesitas pada kehamilan

Rizzo et al. (1991 dalam Cunningham et al. 2013) mengatakan bahwa program pengurangan berat badan selama masa kehamilan tidak dianjurkan. Ibu hamil dengan obesitas yang memilih program pengurangan berat badan harus memantau kualitas diet secara ketat dan menghindari ketosis. Ibu hamil dengan obesitas sebaiknya tidak berusaha mengurangi berat badan selama kehamilan atau menyusui karena akan menyebabkan defisiensi zat gizi, penggunaan protein yang buruk, dan katabolisme lemak secara berlebihan yang menyebabkan ketosis dan asetonuria. Penambahan total berat badan selama kehamilan yang dianjurkan bagi ibu dengan kelebihan berat badan adalah 7-11,5 kg. Penambahan tersebut telah disesuaikan bagi ibu hamil dengan obesitas karena telah mencukupi kebutuhan janin dan tidak menambah simpanan lemak dalam tubuh ibu. Hal lain yang harus diperhatikan pada ibu hamil obesitas adalah mempertahankan berat badan sesuai anjuran dan memperbaiki pola makan dengan makan sesuai jadwal dan kebutuhan serta menghindari makanan tinggi kalori. Konsultasi dengan dokter kandungan dan ahli gizi untuk memonitor perkembangan kehamilan, mendeteksi komplikasi, dan untuk mengetahui jenis diet yang sesuai bagi ibu yang mengalami kelebihan berat badan (Emilia & Freitag, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang dimulai dari konsepsi sampai sebelum janin lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2005). Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan dengan menimbulkan perubahan fisiologis yang terjadi di seluruh sistem organ (Farrer, 2001).

Perubahan fisiologis dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan yang ditimbulkan oleh janin. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi selama masa kehamilan adalah penambahan berat badan pada ibu hamil. Sebagian besar dari penambahan berat badan selama kehamilan disebabkan oleh pembesaran uterus dan isinya yang meliputi plasenta, cairan yang mengelilingi bayi (cairan ketuban), dan berat badan dari bayi, pembesaran payudara, peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular dan sebagian kecil dihasilkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan air sel, pengendapan lemak, dan protein baru yang disebut sebagai cadangan ibu (maternal reserves) (Cunningham et al., 2013).

Penambahan berat badan secara berlebihan pada masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Obesitas terjadi karena terdapat ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi (Gibney, 2008). Butland

et al. (2007 dalam Heslehurst & Brown, 2013) menyatakan bahwa sumber energi yang dikonsumsi oleh ibu hamil melalui makanan dan minuman lebih besar dari energi yang dikeluarkan melalui metabolisme tubuh dan aktivitas yang dilakukan setiap hari. Obesitas pada kehamilan dapat terjadi karena adanya anggapan bahwa ibu hamil makan untuk dua orang sehingga melipatgandakan porsi makan selama masa kehamilan. Obesitas pada kehamilan juga dapat disebabkan oleh suatu kondisi dimana ibu hamil telah mengalami obesitas sebelum kehamilan (obesitas pra-kehamilan) (Huliana, 2007).

Misra dan Khurana (2008 dalam Conway, 2011) mengatakan obesitas telah menjadi epidemi secara global. Walaupun prevalensi tertinggi terdapat pada negara maju, saat ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang penting di negara berkembang. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas di masyarakat, obesitas pada masa kehamilan juga mengalami peningkatan dan menjadi suatu kondisi yang berisiko tinggi terhadap kehamilan.

Menurut penelitian Yeh dan Shelton (2005) tentang peningkatan Indeks Massa Tubuh pra-kehamilan pada 79.022 ibu yang melakukan persalinan dari tahun 1993 sampai 2003 di 17 Rumah Sakit pada delapan daerah yang berbatasan dengan New York, Amerika Serikat, terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari 23,9% pada tahun 1999 menjadi 25,9% pada tahun 2003. Ehrenberg et al. (2002) dalam studinya tentang prevalensi ibu obesitas di daerah perkotaan Ohio, Amerika Serikat pada 31.542 kehamilan dari Januari 1986 sampai Desember 1996 dan 15.600 kehamilan dari Januari 1997 sampai Juni 2001, mengatakan terjadi

peningkatan prevalensi obesitas dari 21% pada tahun 1986 sampai 1996 menjadi 28% pada tahun 1997 sampai 2001.

Department of Health (2003 dalam Heslehurstet al., 2006) melaporkan peningkatan prevalensi obesitas pada ibu hamil telah menjadi masalah kesehatan yang serius di Inggris. Kiran et al. (2005) dalam studinya tentang dampak peningkatan indeks massa tubuh pada 60.167 kehamilan di wilayah Glamorgan Selatan, Cardiff, Inggris tahun 1990 sampai 1999, melaporkan terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari 3,2% pada tahun 1990 menjadi 8,9% pada tahun 1999. Kanagalingam et al. (2005) dalam studinya tentang perubahan indeks massa tubuh ibu hamil di Glasgow, Inggris pada 203 kehamilan tahun 1990 dan 312 kehamilan tahun 2002 sampai 2004, mengatakan terjadi peningkatan prevalensi obesitas kehamilan dari 9,4% pada tahun 1990 menjadi 18,9% pada tahun 2002 sampai 2004.

Peningkatan prevalensi obesitas pada kehamilan juga terjadi di negara berkembang. Santos et al. (2008) dalam studinya tentang perbandingan karakteristik ibu dan kehamilan di Pelotas, Brasil Selatan, melaporkan terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari 4,4% pada tahun 1.982 menjadi 4,9% pada tahun 1993 dan 10,7% pada tahun 2004. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada wanita juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, prevalensi wanita obesitas di Indonesia mengalami peningkatan dari 15,6% pada tahun tahun 2010 menjadi 32,9% pada tahun 2013 (Riset Kesehatan Dasar, 2010; 2013).

Lieshout, Taylor dan Boyle (2011 dalam Black et al., 2013) mengatakan obesitas kehamilan dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi pada ibu dan janin selama masa kehamilan, saat persalinan, dan pascapersalinan. Heslehurst et al. (2008 dalam Heslehurst & Brown, 2013) mengatakan komplikasi yang dapat terjadi pada obesitas kehamilan yaitu kecenderungan terhadap persalinan sesar dan penggunaan instrumen persalinan seperti forseps, terjadi

Dokumen terkait