• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum PT Chevron Pacific Indonesia

PT. CPI ( Chevron Pacific Indonesia) yang dulunya dikenal sebagai PT. Caltex Pacific Indonesia merupakan kontraktor BP Migas yang bergerak dalam bidang perminyakan dan merupakan perusahaan minyak asing yang terbesar di Indonesia. CPI pertama kali didirikan di Indonesia pada awal tahun 1924. Area operasi PT. CPI saat ini terdiri dari lapangan Duri yang merupakan satu-satunya wilayah yang memproduksi minyak berat (heavy oil) sebanyak kurang lebih 200000 BOPD, dan area operasi minyak ringan yang tediri dari Sumatra bagian Utara yang meliputi Bangko, Balam, Bekasap, Petani, dan Sumatra bagian selatan yang meliputi Minas, Libo, dan Petapahan yang secara keseluruhan memproduksi minyak ringan sebanyak kurang lebih 250000 BOPD.

PT. CPI untuk pertama kali memiliki area seluas 9030 km2 terletak di Kabupaten Bengkalis, yang disebut Kangaroo Block. Pada September 1963 PT. CPI menandatangani perjanjian C&T ( Chevron dan Texaco) yang pertama untuk jangka waktu 30 tahun. Perjanjian itu meliputi empat daerah seluas 12328 km2,dikenal dengan sebutan Block A, B, C dan D. Setelah mendapat tambahan daerah seluas 4300 km2, pada tahun 1968, 1973 dan 1978 dilakukan pengembalian beberapa daerah sehingga saat ini luas yang tersisa sebesar 8314 km2 ( kira-kira 67,4% luas asal). PT. CPI membagi daerah operasi menjadi enam distrik yaitu :

1. Distrik Jakarta sebagai pusat administrasi seluruhnya.

2. Distrik Coastal Plains Pekanbaru (CPP) merupakan pusat kerja administrasi daerah operasi PT. CPI.

3. Distrik Minas merupakan daerah operasi produksi minyak ( sekitar 30 km dari distrik CPP.

4. Distrik Duri merupakan daerah operasi produksi minyak ( sekitar 112 km dari distrik CPP).

5. Distrik Support Operation, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/ pengapalan minyak (sekitar 184 km dari distrik CPP).

6. Distrik Bekasap Operation, merupakan daerah operasi minyak.

Perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam tiga belas area yang dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun 1981. Saat ini, PT. CPI telah berhasil mengoperasikan area 1 sampai area 10 sedangkan untuk area 11, 12, dan 13 masih dalam tahap pengembangan. Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun pengumpul minyak dan stasiun pembangkit uap, sampai saat ini telah ada lima stasiun pengumpul (CGS) yaitu CGS 1, 3, 4, 5 dan 10. Injeksi uap dikelilingi oleh enam buah sumur produksi dan juga sistem pola lima titik dan sembilan titik.

Visi dari Chevron adalah : “To be the global energy company most admired for its people partnership and performance”.

1. Menyediakan produk energi yang vital untuk kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan sumber daya manusia di seluruh dunia.

2. Memiliki orang-orang dan organisasi dengan kemampuan dan komiten yang tinggi.

3. Merupakan pilihan dalam bekerja sama. 4. Memberikan performa kelas dunia.

5. Menghasilkan kekaguman dari seluruh stakeholder-investor, pelanggan, pemerintah pusat, komunitas lokal, dan para pegawai- bukan hanya pada tujuan yang telah kita capai, namun bagaimana cara mencapainya.

Sejak tanggal 11 Maret 1995, PT. CPI memberlakukan struktur organisasi baru yakni dari bentuk departemen menjadi Strategic Business Unit (SBU) yang bersifat tim kerja sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada perusahaan- perusahaan kecil. Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orang-orang dengan disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini,setiap anggota diarahkan pada kerjasama tim sebagai suatu kelompok kerja.Dengan demikian dalam setiap unit terdapat sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri. Dengan manajemen sistem SBU ini,otonomi tiap unit menjadi makin besar (desentralisasi) sehingga diharapkan tercipta sistem kerja yang efektif.

Pada awal 2002, unit pendukung produksi teknis dan unit pengelolaan lingkungan kerja yang tadinya SBU diganti menjadi Operating Unit (OU) sebagai akibat mergernya Chevron dan Texaco yang lebih dikenal dengan Indonesian Business Unit (IBU). Kepemimpinan PT. CPI dipegang oleh seorang President

Director. yang berkedudukan di Jakarta.Sedangkan kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh seorang Managing Director.

Kegiatan operasi yang berlangsung di PT. CPI secara garis besar meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi sampai akhirnya menjadi minyak mentah dengan standar yang telah ditentukan (kadar air dan pasir kurang dari 1%) untuk disalurkan ke Dumai untuk dijual. Produk yang dihasilkan oleh PT. CPI adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut.

Limbah yang dihasilkan PT. CPI adalah sebagai berikut: 1. Lumpur sisa pengeboran

Lumpur ini dikirim ke CMTF (Central Mud Treating Facility) untuk diproses menjadi batako untuk dimanfaatkan kembali di area PT. CPI.

2. Cuttings hasil pengeboran

Cuttings yang terbawa oleh lumpur pengeboran ke permukaan, dipisahkan dari lumpur dan dibuang ke disposal pit.

3. Pasir

Pasir yang telah dikumpulkan kemudian dipindahkan ke SIF (Slurry Fracture Injection). Di SIF, pasir diolah dan hasilnya disimpan di stock pile.

4. Gas tak terpakai

Sisa gas alam dari kompresor, yang sangat berbahaya karena mudah terbakar apalagi jika terakumulasi, sehingga dilakukan pencegahan dengan cara dibakar pada flare stack. Gas sisa pembakaran yang timbul akibat pembakaran antara lain adalah: Karbondioksida, hidrogen sufida, sulfur oksida dan gas lain.Gas ini timbul akibat pebakaran bahan bakar, dan langsung dilepas ke

udara. Gas yang tidak terpakai mengalami proses dehidrasi kemudian dibuang ke lingkungan dengan cara dibakar.

5. Air

Air sisa proses (drilling, production,etc) masuk ke water treatment plant untuk diolah sehingga dapat digunakan kembali atau dibuang ke lingkungan tanpa merusak lingkungan.

6. Kebisingan

Kebisingan timbul akibat beroperasinya alat-alat transportasi, unit pengeboran, unit engine, turbine, pump dan compressor di GS. Penanggulangan yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelindung pendengaran bagi semua karyawan di lokasi-lokasi tertentu (ear plug).

4.2 Proses Pengolahan Limbah Lumpur Bor di PT Chevron Pacific Indonesia Proses pengolahan limbah lumpur bor (ex-mud drilling) yang berasal dari kegiatan pengeboran minyak bumi dilakukan dengan sistem pengolahan lumpur terpadu yang dikenal dengan Centralized Mud Treating Facility (CMTF) . CMTF milik PT Chevron Pacific Indonesia tersebar di lima titik di Riau, yaitu Arak, Bangko, Minas, Kota Batak dan Duri Field area 6. Namun, dari kelima CMTF tersebut, CMTF Arak yang memiliki tantangan yang lebih besar karena berbatasan langsung dengan masyarakat Sakai yang bermukim di sekitar lokasi pengolahan limbah lumpur bor sehingga sering kali isu pencemaran dialamatkan pada CMTF Arak.

CMTF Arak terletak di Arak Bekasap kelurahan Pematang Pudu Duri. Pengelolaannya dipegang oleh kontraktor PT Green Planet Indonesia (GPI) sejak

tahun Oktober 2008 dan telah beroperasi sekitar 2.5 tahun Dalam operasinya rata-rata limbah lumpur yang mampu diolah per harinya adalah 1500 bbls dan maksimal 2300 bbls. Kemampuan untuk pengolahan limbah lumpur tergantung dari kekentalan lumpur yang dibawa vaccum truck yang diukur menggunakan alat Spesifik Gravitasi (SpGr). Kekentalan yang efektif adalah 1,015. Namun, apabila lumpur yang masuk memiliki kekentalan jauh melebihi nilai maksimal tersebut lumpur tidak diterima diproses di CMTF Arak melainkan dibawa ke CMTF Duri Field Area 6 sebagai pengolahan limbah lumpur alternatif yang memiliki kapasitas pengolahan lebih besar sekitar 4000 bbls per hari dan metode yang mampu mengolah limbah lumpur dengan kekentalan tinggi.

CMTF Arak yang dikelola oleh PT Green Planet Indonesia berjumlah 56 orang pekerja yang dibagi menjadi dua shift, shift siang dan shift malam selama 10 jam per shift. Adapun rincian jumlah pekerja dan pekerjaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Pekerja dan Jenis Pekerjaan di PT Green Planet Indonesia Tahun 2011

Jumlah Pekerja

Pekerjaan

2 orang Laboran

2 orang Administrasi

2 orang Supervisor

2 orang Security

48 orang Operator

Proses pengolahan limbah lumpur bor yang dilakukan PT. GPI adalah sebagai berikut:

1. Pre-Treatment

Lumpur bor dari lokasi pengeboran yang masuk ke CMTF Arak dibawa oleh vaccum truck berkapasitas 60 bbls. Vaccum Truck adalah sebuah truk yang dilengkapi tangki dibagian badannya untuk menampung limbah lumpur bor yang disedot dari pit di lokasi pengeboran minyak bumi. Limbah lumpur bor yang akan diolah di CMTF Arak pertama kali ditampung di Pit penampungan awal yang dinamakan Pit A berkapasitas 5777 bbls. Setelah dari Pit A lumpur mengalir secara gravitasi ke Pit kedua yaitu Pit B berkapasitas 6457 bbls melalui pipa bawah tanah yang disebut syphon. Fungsi dari kedua Pit ini adalah tempat terjadinya pengendapan awal (pre separation) sehingga adanya penurunan jumlah padatan pada lumpur. Pengendapan yang terjadi berdasarkan perbedaan densitas, dimana densitas lumpur lebih berat sehingga lumpur terpisah dan berada didasar pit, sedangkan air berada di antara lapisan lumpur dan minyak. Pada kedua pit ini lumpur yang masuk masih mengandung oil dan grease (minyak dan lemak). Sehingga lumpur berwarna hitam pekat dan berbau.

Pada Pit B dilakukan pemisahan minyak yang ikut terbawa bersama limbah lumpur menggunakan pelampung minyak (floating boom). Floating boom terbuat dari karet fiber membentuk rangkaian antara pelampung yang satu dengan yang lainnya sepanjang 10 meter. Cara kerja dari pelampung ini adalah menangkap minyak

yang berada di permukaan air limbah karena berat jenis minyak lebih ringan daripada air. Minyak akan tertangkap di floating boom sedangkan air yang berada dibawah lapisan minyak memasuki proses pengolahan.

2. Primary Treatment

Dari Pit B lumpur dipompakan ke Pit selanjutnya yaitu Pit C berkapasitas 6457 bbls. Pit C ini berfungsi sebagai tempat penampung air olahan yang telah mengalami pengendapan awal. Di Pit C juga dilengkapi pelampung minyak untuk menangkap minyak yang masih ikut terbawa dari Pit B, selain itu di Pit C ini lumpur di aerasi untuk menurunkan kadar COD, BOD, NH3 dan H2S. Aerasi menggunakan turbo jet aerator merupakan suatu mesin aerator yang dipasang pada Pit C berfungsi menyuplai oksigen. Pripsip kerja dari aerator ini adalah poros baling-baling berputar dengan gerakan turbulensi menghasilkan gelembung-gelembung halus untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut di semua bagian kolam aerasi. , kandungan oksigen terlarut minimal 2 ppm (kebutuhan minimal agar bakteri/mikroorganisme bisa hidup). Aerator ini digerakkan menggunakan tenaga listrik sebesar 1.5 Kw per unit.

Menurunnya kadar BOD dikarenakan pada proses aerasi terjadi penambahan kadar oksigen terlarut dalam air limbah yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biologi. Bakteri aerob dalam air limbah membutuhkan oksigen untuk menguraikan zat organik terlarut dalam air limbah. Sedangkan menurunnya kadar COD karena dengan aerasi terjadi penambahan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik pada air limbah secara reaksi kimia. Jadi dengan aerasi

dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air limbah sehingga kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dan kadar BOD dan COD menurun. Dengan aerasi dapat juga menurunkan kadar NH3 dan H2S yang berwujud gas. Kedua gas ini akan terlepas ke udara ketika aerasi dilakukan menggunakan turbo jet aerator air limbah dalam pit berombak sehingga kadar gas yang terkandung di dalamnya akan terurai ke udara. Setelah diaerasi di Pit C, lumpur dipompakan ke fasilitas pengolahan dimana dilakukan penginjeksian bahan kimia ke dalam limbah lumpur untuk proses koagulasi dan flokulasi. Proses koagulasi dan flokulasi ini merupakan proses pengolahan secara kimia, dimana dilakukan penambahan bahan kimia untuk destabilisasi koloid. Koloid adalah partikel padatan tersuspensi yang bersifat stabil, sehingga sangat sulit untuk mengendap. Adanya penambahan zat kimia untuk tujuan destabilisasi menyebabkan partikel tersebut akan dapat mengendap, sehingga air yang dihasilkan menjadi lebih jernih. Efisiensi yang dapat dicapai dari proses ini adalah sekitar 60% untuk pengurangan COD dan 95% untuk pengurangan Suspended Solid (TSS).

Proses pengolahan secara kimia ini berjalan secara bertahap dimana proses koagulasi adalah proses pertamanya. Pada proses ini dilakukan penambahan koagulan dan oksidator, koagulan yang digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2SO4). Al2SO4 diaduk dengan pengadukan cepat oleh mixer di mixing tank dengan rotasi sekitar 130 rpm. Kotoran berupa suspended solids ataupun partikel tersuspensi dalam air buangan akan diikat oleh bahan kimia koagulan sehingga terbentuk flok-flok halus.

Dosis yang diperlukan sesuai dengan hasil Jar-test agar terbentuk flok yang baik. Namun menurut Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku larutan

koagulan dibuat dengan melarutkan 50 kg koagulan dalam 500 liter air bersih dan diaduk hingga homogen. pH diatur pada rentang 6-9. Dari unit koagulasi, aliran mengalir secara gravitasi ke unit Pre Flokulasi. Sebelum ke unit ini, aliran terlebih dahulu ditambahkan polymer dengan dosis 2 ppm. Flok halus yang telah ditambahkan polymer akan bertambah besar. Proses flokulasi dilakukan dengan pengadukan lambat oleh mixer dengan rotasi sekitar 30-60 rpm. Dari unit flokulasi air akan mengalir secara gravitasi ke DAF(Dissolved Air Floatation) Unit. DAF (Dissolved Air Floatation) merupakan unit yang berfungsi memisahkan fasa padat dan fasa cair dengan kata lain memisahkan flok-flok hasil koagulasi dan flokulasi dengan air limbah. Prinsip DAF adalah menjenuhkan air dengan udara terlarut pada tekanan di atas tekanan atmosfer. Udara dihembuskan atau disuplai dari unit yang bernama Hidrofor dengan tekanan 4 bar. Adapun keuntungan dari DAF ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik pengapungan dengan penginjeksian O2 efektif dalam menangkap minyak dalam air. Kontak antara O2 dengan koloid akan melepas ikatan antara padatan dengan minyak sehingga minyak dan padatan mengapung secara terpisah.

2. Penginjeksian O2 dapat menurunkan kadar BOD dan COD karena kadar oksigen terlarut meningkat.

3. Debit air yang bisa diproses dalam pemisahan padatan dan cairan lebih besar daripada sedimentasi.

4. Tidak membutuhkan ruangan yang besar dibandingkan dengan tangki sedimentasi. Kapasitas tangki DAF hanya 2000 bbls sedangkan kapasitas tangki sedimentasi lebih besar minimal 2500 bbls.

Setelah padatan dan air terpisah, padatan mengapung dibagian atas sedangkan air dibawahnya. Padatan akan di skimmer dan di tempatkan di slurry box, selanjutnya air dialirkan ke Pit 1 untuk di aerasi.

3. Secondary Treatment

Pada Pit 1 yang berkapasitas 1690 m3 air limbah diaerasi menggunakan turbo jet aerator. Fungsi utama dari aerasi ini adalah pengolahan secara biologi untuk menurunkan kadar BOD dan COD. Sedangkan fungsi lainnya adalah menurunkan kadar NH3 dan H2S, diharapkan dengan aerasi NH3 dan H2S yang terkandung dalam limbah akan lepas ke udara. Dari Pit 1 air olahan dipompakan memasuki unit post coagulation untuk proses koagulasai tahap kedua dengan penambahan koagulan Al2SO4. Kemudian dilanjutkan dengan post flocculation dengan penambahan flokulan polymer. Proses pencampuran dilakukan dengan pengadukan cepat oleh mixer dengan rotasi sekitar 130 rpm. Pada proses ini timbul flok-flok kecil, proses ini kemudian dilanjutkan dengan proses flokulasi dengan pengadukan lambat oleh mixer dengan rotasi 30-60 rpm, dengan penambahan flokulan.

Flokulan menyebabkan flok-flok kecil saling menyatu membentuk flok-flok yang lebih besar sehingga lebih cepat untuk mengendap. Setelah proses flokulasi, air mengalir secara gravitasi ke Post Sedimentation Tank berkapasitas 2500 bbls. Pada

tangki ini terjadi proses sedimentasi atau pengendapan dimana padatan yang berat jenisnya lebih berat dari air akan mengendap secara gravitasi.

4. Tertiery Treatment

Setelah dari tangki sedimentasi, air limbah memasuki tahap filtrasi. Filtrasi dilakukan menggunakan saringan pasir (sand filter) dan saringan karbon (carbon filter). Saringan pasir merupakan unit yang berfungsi untuk menyisihkan TDS (Total Dissolved Solids) yang tidak bisa disisihkan melalui proses penambahan koagulan dan flokulan, dengan melewatkan air limbah yang diolah melalui suatu media penyaring pasir cepat, maka dissolved solids yang terkandung dalam air limbah tersebut tersisihkan dalam tangki sand filter. Sedangkan saringan karbon bekerja dengan menangkap bahan terlarut, seperti gas dan bahan organik terlarut. Mekanisme ini dilakukan dengan bantuan media filter berupa arang aktif, resin, ion dan zeolite.

Berikutnya air dialirkan ke Ultra Filtrasi (UF) yang memiliki kerapatan membran 1 µm. Prinsip UF adalah memisahkan partikel dari komponen yang larut dalam air limbah dengan menggunakan membran. UF juga digunakan dalam industri untuk memisahkan endapan dari larutan dengan penyaringan yang sifatnya lebih ekstra. Air yang keluar dari UF ada dua jenis, yaitu Product Water dan Reject Water. Product Water dialirkan ke Reverse Osmosis (RO) sedangkan Reject Water dikembalikan ke Pit 1 dan akan diolah kembali. Selanjutnya air olahan yang dialirkan ke Reverse Osmosis mengalami pemurnian air menggunakan membran < 1 nm.

Pemurnian air menggunakan membran reverse osmosis sering digunakan karena membran ini mampu memisahkan berbagai ion, partikel, garam terlarut, substansi organik, substansi koloid, dan bakteri dari molekul air sehingga diperoleh air berkualitas tinggi. Osmosis merupakan proses dua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeable, dimana air akan bergerak melalui membran dari larutan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi dalam usaha menyamakan konsentrasi di kedua sisi membran.

Dengan menggunakan tekanan, proses osmosis akan berbalik, air melalui membran akan bergerak meninggalkan larutan pekat. Pada saat air merembes melalui membran, kotoran harus dibuang secara terus menerus untuk mencegah pengotoran membran. Membran yang digunakan untuk reverse osmosis biasanya merupakan polymer komplek. Air hasil dari RO terbagi dua, yaitu Product Water dan Reject Water. Product Water dialirkan ke Pit 2, sedangkan Reject Water dikembalikan ke Pit 1 yang akan diolah kembali. Product water pada Pit 2 akan dikontrol kualitasnya dengan pemeriksaan laboratorium yang berada di lokasi pengolahan. Laporan ini merupakan laporan internal harian PT Green Planet Indonesia. Dari Pit 2 air olahan dialirkan ke pit penampungan akhir yaitu Pit 3. Setelah volume Pit 3 penuh, air olahan akan dilepas ke sungai Batang Pudu.

5. Ultimate Treatment

Pada pengolahan lanjutan ini merupakan pengolahan padatan yang dihasilkan dari pemisahan padatan dan air yang dilakukan sepanjang rangkaian pengolahan limbah lumpur bor yang dikumpulkan di di slurry box. Dari Slurry Box, padatan

dipompakan ke tangki penginjeksian bahan kimia, yaitu polimer yang berfungsi mengikat antar padatan sehingga teksturnya memadat seperti tahu. Berikutnya, akan dialirkan ke Belt Preess. Belt Press adalah unit yang berfungsi mengurangi kadar air di solid / padatan dengan cara melewatkan padatan melewati kain press sehingga menghasilkan mud cake. Mud cake yang dihasilkan akan ditampung sementara di bak penampungan. Dimana mud cake ini adalah bahan baku utama dari proses pencetakan batako yang ditambahkan pasir dan semen melalui komposisi tertentu. Batako merupakan produk akhir dari proses solid.

Tabel 4.2 Laporan Harian Limbah Lumpur Bor Masuk dan Diolah Selama Bulan Februari 2011

Sumber : PT Green Planet Indonesia, Februari 2011

NO Tanggal SLN HO Total Vaccum

Truck Total Limbah Lumpur Masuk Total Limbah Lumpur Diproses 1 01-Feb-11 0 0 0 0 0 2 02-Feb-11 0 0 0 0 0 3 03-Feb-11 0 0 0 0 0 4 04-Feb-11 0 0 0 0 529 5 05-Feb-11 0 0 0 0 568 6 06-Feb-11 0 0 0 0 440 7 07-Feb-11 0 0 0 0 572 8 08-Feb-11 0 0 0 0 660 9 09-Feb-11 0 0 0 0 571 10 10-Feb-11 0 0 0 0 535 11 11-Feb-11 0 0 0 0 748 12 12-Feb-11 0 0 0 0 627 13 13-Feb-11 0 0 0 0 708 14 14-Feb-11 0 0 0 0 581 15 15-Feb-11 0 0 0 0 661 16 16-Feb-11 0 0 0 0 637 17 17-Feb-11 0 0 0 0 473 18 18-Feb-11 0 0 0 0 489 19 19-Feb-11 0 0 0 0 311 20 20-Feb-11 0 0 0 0 320 21 21-Feb-11 0 0 0 0 601 22 22-Feb-11 0 0 0 0 0 23 23-Feb-11 0 0 0 0 0 24 24-Feb-11 14 0 14 840 604 25 25-Feb-11 31 0 31 1860 692 26 26-Feb-11 28 0 28 1680 785 27 27-Feb-11 30 0 30 1800 764 28 28-Feb-11 1 0 1 60 941 104 0 104 6240 13817

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa selama bulan Februari 2011 total vaccum truck yang masuk ke CMTF Arak sebanyak 104 unit. Untuk total limbah lumpur bor yang masuk dalam satuan barrel kedalam Pit 1 sebesar 6240 bbls. Sedangkan limbah lumpur bor yang diproses adalah sebesar 13817 bbls. Selama bulan Februari 2011 hanya pada 5 hari terakhir saja limbah lumpur bor masuk ke CMTF Arak. Namun, proses pengolahan limbah lumpur tetap berjalan hampir tiap harinya. Limbah lumpur yang diolah adalah limbah lumpur yang tertampung di Pit 1 pada bulan sebelumnya

Tabel 4.3 Laporan Harian Limbah Lumpur Bor Masuk dan Diolah Selama Bulan Maret 2011 NO Tanggal SLN HO Total Vaccum Truck Total Limbah Lumpur Masuk Total Limbah Lumpur Diproses 1 01-Mar-11 25 0 25 1500 1078 2 02-Mar-11 21 0 21 1260 962 3 03-Mar-11 19 0 19 1140 1042 4 04-Mar-11 0 0 0 0 956 5 05-Mar-11 32 0 32 1920 1141 6 06-Mar-11 33 0 33 1980 1047 7 07-Mar-11 1 0 1 60 1297 8 08-Mar-11 47 0 47 2820 1451 9 09-Mar-11 31 0 31 1860 1297 10 10-Mar-11 20 0 20 1200 1142 11 11-Mar-11 19 0 19 1140 1555 12 12-Mar-11 37 0 37 2220 1170 13 13-Mar-11 29 0 29 1740 1235 14 14-Mar-11 0 0 0 0 1537 15 15-Mar-11 14 0 14 840 1083 16 16-Mar-11 0 0 0 0 1410 17 17-Mar-11 0 0 0 0 665 18 18-Mar-11 0 0 0 0 571 19 19-Mar-11 0 0 0 0 529 20 20-Mar-11 0 0 0 0 465 21 21-Mar-11 0 0 0 0 457 22 22-Mar-11 0 0 0 0 0 23 23-Mar-11 0 0 0 0 0 24 24-Mar-11 0 0 0 0 0 25 25-Mar-11 0 0 0 0 0 26 26-Mar-11 0 0 0 0 0 27 27-Mar-11 0 0 0 0 0 28 28-Mar-11 0 0 0 0 0 29 29-Mar-11 0 0 0 0 0 30 30-Mar-11 0 0 0 0 0 31 31-Mar-11 0 0 0 0 0 328 0 328 19680 22090

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa selama bulan Maret 2011 jumlah vaccum truck yang masuk ke CMTF Arak membawa limbah lumpur bor adalah sebanyak 328 unit. Untuk total limbah lumpur bor yang masuk ke dalam Pit 1 adalah sebesar 19680 bbls sedangkan total limbah lumpur bor yang diproses adalah sebesar 22090 bbls.

Berdasarkan kedua data sekunder diatas dapat dikatakan bahwa banyaknya limbah lumpur bor yang masuk dan yang diproses tidak sama tiap bulannya. Hal ini tergantung dari jumlah aktivitas pengeboran minyak bumi yang dilakukan PT Chevron. Pada bulan Maret kegiatan pengeboran lebih banyak dari pada bulan Februari sehingga menghasilkan limbah lumpur bor yang lebih banyak.

4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Technology Support Laboratory PT Chevron Pacific Indonesia Duri dari tanggal 11-17 Maret 2011. Sampel air olahan lumpur bor setelah pengolahan diambil di Pit 3 yang merupakan pit penampungan akhir sebelum air olahan lumpur bor dibuang ke lingkungan. Sampel diambil pada tanggal 11 Maret 2011 jam 09.30 WIB.

Hasil pemeriksaan laboratorium di PT Chevron Pacific Indonesia sesudah pengolahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kualitas Air Olahan Lumpur Bor PT Chevron Pacific Sesudah Pengolahan No Parameter BakuMutu (PerMen LH No.04 Tahun 2007) Units Pit 3

(outlet) Metode Analisis

1 NH3 5 mg/l 0.31 SNI 06-6989:30-2005

2 H2S 0.5 mg/l 0.02 SNI 06-6989:22-2005

3 COD 200 mg/l 35 SNI 06-6989:15-2004

4 Minyak

dan Lemak 25 mg/l 0.50 SNI 06-6989:10-2004

Dokumen terkait