• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukakn pengamatan terhadap pembentukan portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal pada sekuritas-sekuritas yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) diantaranya:

Wardani (2012) yang mengamati 15 saham teraktif di JII pada periode pengamatan Oktober 2008 sampai Maret 2009, menggunakan horison waktu pembentukan portofolio per 3 bulan, menyatakan bahwa tidak ada portofolio optimal yang terbentuk pada periode tersebut berdasarkan perhitungan model indeks tunggal.

Taufik (2010) yang melakukan periode pengamatan Januari-Desember 2009, dengan horison waktu pembentukan portofolio per 2 bulan, menyatakan bahwa kinerja portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal tumbuh 91% untuk LQ45, 126% untuk JII, dan 110% untuk B27, yang ketiganya lebih tinggi diatas imbal hasil pasar sebesar 78%.

Suprapto (2009) menggunakan model indeks tunggal untuk mengamati kinerja pembentukkan portofolio optimal pada sekuritas kelompok indeks LQ45 dan JII periode 2005-2009. Horizon waktu yang digunakan adalah per 3 bulan. Menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara uji statistik untuk kedua jenis kelompok indeks tersebut.

Indrawati (2005) meneliti instrumen investasi berupa saham yang terdapat di 20 saham top frekuensi di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periode pengamatan per 3 bulan yaitu Oktober – Desember 2004 dan bulan Januari – Maret 2005. Penelitian yang menggunakan Model Indeks Tunggal dengan program excel, menyatakan bahwa pada periode pertama portofoio efisien adalah saham PGAS dan BBCA. Saham PGAS mendominasi saham BBCA, dimana saham PGAS mempunyai posisi return tinggi adalah 1,29% dengan tingkat risiko 12,12% dan proposi dana 86,41%. Sedangkan untuk periode kedua portofolio efisien adalah saham ENRG, UNSP, dan BLTA, dengan didominasi oleh saham ENRG, dimana return tinggi sebesar 1,20% dengan tingkat risiko 12,12% dan posisi dana 77,07%.

Astuti dan Sugiharto (2005) melakukan penelitian tentang pembentukan portofolio optimal pada Perusahaan Industri Plastics dan Packaging di BEJ, dengan periode pengamatan selama 5 tahun (1999 - 2003), hasil penelitiannya diperoleh kombinasi portofolio dari 5 saham ada 4, dari keempat kombinasi tersebut yang paling optimal adalah dari kombinasi portofolio 2 saham, yaitu saham PT. Argha Karya Prima Industri Tbk dan saham PT. Berlina Tbk dengan proporsi dana masing-masing 28% dan 72%, kombinasi kedua saham tersebut menghasilkan ekspektasi imbal hasil sebesar 0,27% dengan standar deviasi sebesar 0,23%.

Dari kelima penelitian terdahulu yang menggunakan model indeks tunggal dalam pembentukan portofolio optimal, secara umum dapat disimpulkan bahwa pada periode waktu pengamatan yang berbeda akan menghasilkan komposisi dan ekspektasi imbal hasil portofolio optimal yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika pasar yang terkait dengan faktor sistemik serta faktor unik masing-masing sekuritas akan mengalami perubahan dari periode ke periode.

Demikian pula halnya dengan lamanya horison waktu yang digunakan, bila horison waktu yang berbeda sebagaimana pegamatan yang dilakukan oleh Taufik (2010) yang menggunakan horison waktu pengamatan per 2 bulan dan Wardani (2009) yang menggunakan horison waktu pengamatan per 3 bulan, akan menghasilkan kesimpulan portofolio optimal yang berbeda walaupun menggunakan periode pengamatan yang sama yaitu Januari-Maret 2009 terhadap object pengamatan yang sama yaitu pengamatan pada kelompok JII BEI.

Penelitian terdahulu yang lain yang tidak berhubungan langsung dengan objek penelitin ini, namun dapat dijadikan referensi pendukung adalah Kramer dan Lensink (2009) dalam penelitiannya mencoba mengestimasikan pengaruh advisor pada imbal hasil portofolio investor individual. Data yang digunakan yaitu imbal hasil bulanan adalah 233,693 pada 6,758 investor Belanda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa advisor mempunyai pengaruh positif pada tingkat diversifikasi portofolio investor individual.

Costa dan Nabholz (2007) menyelidiki beragam masalah optimization mean-variance pada pemilihan portofolio, dengan mempertimbangkan pada nilai

intermedit yang diharapkan atau bermacam-macam portofolio. Keuntungan dari penggunaan teknik optimization mean-variance ini dimungkinkan untuk mengendalikan prilaku intermedit dari suatu imbal hasil atau beragam portofolio.

Bilbao et al. (2006) yang memperkenalkan “expert beta” untuk memperbaiki keakuratan estimasi beta portofolio dengan memasukkan tiga konsep dasar value, ambiguity dan fuzziness yang didasari oleh Teori Fuzzy, sehingga pemilihan portofolio akan lebih mengahasilkan imbal hasil yang sesuai dengan harapan.

Berdasarkan penelaahan terhadap penelitian terdahulu mengenai pembentukan portofolio optimal seperti yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini dikembangkan lagi dengan menggunakan periode waktu pengamatan yang relatif lebih panjang dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan periode pengamatan selama 5 tahun (Feb 2010 ~ Jan 2015). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil uji yang memadai terhadap konsistensi kinerja portofolio optimal berdasarkan model indek tunggal yang terbentuk. Disamping itu, penelitian ini akan menguji tiga variasi horison waktu pembentukan portofolio optimal yang berbeda secara simultan yaitu 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. Sedangkan objek pengamatan pembentukan portofolio optimal tetap difokuskan pada sekuritas-sekuritas yang tergabung dalam indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 3.1 berikut ini menjelaskan ringkasan penelitian terdahulu yang berhubungan langsung dengan penelitian ini.

Tabel 3.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Berhubungan Langsung

No. Peneliti Kelompok Saham

Periode Pengamatan

Horison

Waktu Hasil Penelitian

1 Wardani

(2012) JII

Okt

2008-Mar 2009 3 Bulan

Tidak ada portofolio optimal JII yang terbentuk pada periode tersebut dengan perhitungan model indeks tunggal.

2 Taufik (2010)

LQ45, JII, dan

B27 Jan-Des 2009 2 Bulan

Kinerja portofolio optimal berdasarkan model indeks tunggal tumbuh 91% untuk LQ45, 126% untuk JII, dan 110% untuk B27, yang ketiganya lebih tinggi diatas imbal hasil pasar sebesar 78%.

3 Suprapto

(2009) LQ45 dan JII 2005-2009 3 Bulan

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara uji statistik untuk kedua jenis kelompok indeks LQ45 dan JII.

4 Indrawati (2005) 20 Saham Top Frekuensi BEJ Okt 2004-Mar 2005 3 Bulan

Periode pertama, didominasi saham PGAS dengan return tertinggi sebesar 1,29%, tingkat risiko 12,12% dan proposi dana 86,41%. Periode kedua, didominasi saham ENRG dengan return tertinggi sebesar 1,20%, tingkat risiko 12,12% dan posisi dana 77,07%. 5 Astuti dan Sugiharto (2005) Perusahaan Industri Plastics dan Packaging di BEJ 1999 - 2003 N/A Portofolio kombinasi 2 saham, yaitu saham PT. Argha Karya Prima Industri Tbk dan saham PT. Berlina Tbk dengan proporsi dana masing-masing 28% dan 72%, menghasilkan ekspektasi imbal hasil sebesar 0,27% dengan standar deviasi sebesar 0,23%.

Dokumen terkait