• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 28-33)

Selama beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan antara emotional intelligence, komitmen organisasi, dan organizational citizenship behavior yang ternyata mempunyai hubungan yang positif diantara variabel nya. Pada subab ini penulis akan membahas hubungan antar variabel yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu, hubungan tersebut antara lain hubungan antara emotional intelligence dengan komitmen organisasi, hubungan antara komitmen organisasi dengan organizational citizenship behavior, kemudian antara emotional intelligence dengan organizational citizenship behavior, dan yang terakhir hubungan antara ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu emotional intelligence, komitmen organisasi, dan organizational citizenship behavior. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa benar telah ada penelitian yang telah menjelaskan hubungan antara ketiga variabel tersebut.

2.2.1 Hubungan Antara Emotional Intelligence dengan Komitmen Organisasi Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hassan Rangriz dan Javad Mehrabi dalam jurnal pada bulan Juli tahun 2011, menjelaskan bahwa terdapat empat aspek penting dalam penelitian ini. Hubungan tersebut antara lain untuk menguji emotional intelligence dan organisational commitment pada karyawan, untuk menguji hubungan antara Emotional Intelligence dengan kinerja karyawan, untuk menguji apakah Emotional Intelligence pada manajer mempengaruhi organisational commitment karyawan, dan terakhir menguji apa emotional intelligence pada manajer mempengaruhi kinerja karyawan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara emotional intelligence karyawan dengan organisational commitment dan kinerja karyawan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa emotional intelligence yang dimiliki oleh manajer tidak mempengaruhi organisational commitment dan kinerja karyawan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara emotional Intelligence, organizational commitment serta kinerja karyawan pada karyawan pria

dan wanita. Ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farzin Samia Kalantari, Kiamars Fathi Hafshejani, Sadigh Raissi dalam jurnal internasional pada tahun 2015 yang meniliti mengenai hubungan antara emotional intelligence , kepuasan kerja, dan komitmen organisasi. Hasil penelian ini mengatakan bahwa komitmen organisasi adalah perantara untuk mempengaruhi emotional intelligence dan kepuasan kerja pada karyawan. Ketika seseorang karyawan mempunyai emotional intelligence yang tinggi, hal ini akan mendukung terciptanya komitmen organisasi, dan komitmen tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kepuasa kerja karyawan tersebut. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Afzaal H. Seyal dan Taha Afzaal pada bulan Februari tahun 2013, yang meneliti mengenai hubungan antara emotional intelligence, komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Hasli dari penelitian menemukan hubungan antara ketiga variabel tersebut, penelitian ini mengemukakan bahwa hanya dua dimensi pada emotional intelligence yaitu self awareness dan self management yang terkait dengan kepuasan kerja, dengan kata lain bahwa banyak responden dalam penelitian yang memiliki nilai rendah dalam dua dimensi tersebut. Mereka tidak hanya menyadari emosi mereka, tetapi juga mengetahui bagaimana mengeksprisikanya dan mengelolanya. Kemudian penelitian juga dilakukan oleh Choi Sang Long dan Tan Owee Kowang pada bulan Januari tahun 2015, yang melakukan analisis korelasi pada 2 perusahaan mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dimensi emotional intelligence dan tingkat komitmen organisasi. Hasilnya menunjukan bahwa 4 dimensi dalam emotional intelligence yang dimiliki para pemimipin memiliki hubungan yg signifikan dengan komitmen organisasi.

2.2.2 Hubungan Antara Emotional Intelligence dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Salarzehi et al pada bulan Agustus tahun 2011, mengatakan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara emotional intelligence dengan organizational citizenship behavior, dan penelitian ini menemukan bahwa emotional intelligence berhubungan positif dengan seluruh dimensi dalam OCB. Seorang karyawan yang memiliki kecerdasan dalam emosional cenderung akan selalu membantu karyawan lain yang memiliki masalah dalam pekerjaanya dan sebagian besar dari mereka bersedia untuk melakukan itu semua dengan sepenuh hati. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Modassir

dan Singh pada tahun 2008 meneliti hubungan emotional intelligence dengan kepemimpinan transformasional (TL) dan OCB. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa emotional intelligence yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat meningkatkan OCB karyawan mereka. Karyawan percaya bahwa dalam menciptakan sebuah team work, diperlukan kesadaran akan misi perusahaan yang akan memberikan manfaat bagi semua karyawan, dan agar mereka termotivasi untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi bersama-sama sebagai sebuah tim dan saling membantu satu sama lain untuk berprestasi. Karena hal terebut emotional intelligence yang dimiliki seorang pemimpin memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan OCB para karyawan mereka. Emotional intelligence yang dimiliki seorang pemimpin juga dapat mengontrol perilaku diri mereka sendiri dan dapat memahami para karyawan nya, sehingga dapat meningkatkan peran OCB dari para karyawan. Korkmaz dan Arpaci pada tahun 2009 meneliti hubungan OCB dengan emotional intelligence dari para karyawan. Mereka menemukan bahwa emotional intelligence seorang pemimpin dapat mendorong dua faktor OCB pada diri karyawan yaitu conscientiousness dan altruisme. Emotional intelligence yang dimiliki seorang pemimpin dapat mempengaruhi prilaku organisasi karyawan dan hasilnya menunjukan bahwa emotional intelligence merupakan suatu komponen penting untuk menjadi seorang pemimpin yang afektif. Hal ini terjadi karena pemimpin yang cerdas dapat memonitor perilaku nya dan mereka juga dapat memahami emotional intelligence yang dimiliki oleh karyawanya. Karyawan akan memberikan yang terbaik bagi organisasi jika mereka merasa bahwa pemimpin mereka memahami apa yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan memahami karyawan, para pemimpin dapat memotivasi dan mengarahkan karyawan meka dalam menujukan OCB yang mereka miliki.

2.2.3 Hubungan antara Komitmen Organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Muh. Akmal Ibrahim dan Andi Aslinda, dalam jurnal International Business and Management pada bulan Agustus 2013, mengatakan bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap organizational citizenship behavior. Perubahan yang terjadi dalam setiap variabel yang dimiliki oleh komitmen organisasi baik peningkatan maupun penurunan akan diikuti bersamaan dengan variabel yang

dimiliki oleh OCB. Dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa tingkat keberhasilan organisasi juga ditentukan oleh bagaimana organisasi merangsang komitmen pada organisasi itu sendiri. Dengan merangsang komitmen organisasi secara efektif, ikatan psikologis yang dimiliki karyawan terhadap organisasi menjadi lebih kuat dan akan menimbulkan dorongan yang kuat untuk menunjukan perilaku OCB yang lebih. Hal ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Organ et al. (dalam Titisari, 2014:15) yang menyebutkan bahwa peningkatan OCB dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor e. Komitmen organisasi adalah salah satu faktor yang masuk didalam faktor internal yang dapat meningkatkan OCB pada seorang karyawan. Dari peneltian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi dan OCB adalah hal yang saling bertergantungan antara satu sama lain, karena jika seorang karyawan mempunyai komitmen organisasi pada dirinya, secara tidak langsung ia juga mempunyai OCB didalam dirinya. Jika salah satu dari kedua hal tersebut menurun, ini akan berhimbas pada penurunan pada variabel lainya, maka dari itu diperlukan selalu dukungan dan program-program yang diberikan oleh organisasi agar hal ini dapat terus berkembang dan dapat membantu organsasi dalam pencapaian tujuan dari organisasi. Kemudian S. Saxena dan R. Saxena , pada tahun 2015 meneliti dampak hubungan dari job involvement dan komitmen organisasi terhadap OCB. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ketiga variabel tersebut, penelitian ini mengatakan bahwa job involvement yang dimiliki oleh seorang karyawan tergantung dari komitmen organisasi yang dimiliki nya, dan komitmen organisasi juga tergantung pada job involvement seseorang. Jika seseorang karyawan memiliki kedua hal tersebut, ia pasti memiliki OCB didalam dirinya. Semakin seseorang karywan mengidentifikasi dirinya dengan pekerjaanya, dan berkomitmen penuh untuk organisasi, semakin ia efisien terhadap pekerjaanya dan lebih merasa memiliki perusahaan tersebut.

2.2.4 Hubungan Antara Emotional Intelligence, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Penelitian yang dilakukan oleh Janis Maria Anthony dalam International Journal of Social Science & Interdisciplinary pada bulan Maret tahun 2013, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara emotional intelligence, komitmen organisasi dan organizational citizenship behavior, karyawan yang

mengelola emosi dalam diri mereka, dapat menjaga hubungan baik antar individu, mereka juga mempunya komitmen untuk organisasi tempat mereka bekerja dan dapat melakukan pekerjaan ekstra untuk kepentingan organisasi mereka. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional dalam individu, semakin besar juga komitmen yang mereka miliki terhadap organisasi dan OCB. Emotional Intelligence sangat diperlukan dalam organisasi dalam setiap lini yang dimiliki untuk menimbulkan komitmen seseorang terhadap organisasi dan juga untuk mempunyai OCB dalam diri mereka. hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Saman Chehrazi, Mehrdad Hoseini Shakib dan Mohammad Hosein Askari Azad pada tahun 2014, mereka meneliti hubungan antara emotional intelligence dan OCB dengan menggunakan komitmen organisasi sebaga variabel mediator. Penelitian ini melibatkan 324 karyawan perusahaan bus di Iran, dan menggunakan SEM sebagai metodelogi peneltianya. Hasil dari penelitian ini mengkonfirmasi bahwa emotional intelligence memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasi, emotional intelligence memiliki hubungan yang positif dengan OCB, dan komitmen organisasi memiliki hubungan yang positif dengan OCB. Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa emotional Iitelligence, komitmen organisasi dan organizational citizenship behavior adalah tigal hal yang memiliki hubungan yang positif antara satu sama lain.

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 28-33)

Dokumen terkait