• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian

2.3 PENELITIAN TERDAHULU

lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.

2.3 PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini. Table 2.1

Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun

Publikasi

Tujuan Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Luh Gede

Meydianawathi (2007

Menganalisis faktor penawaran Kredit pada Bank Umum di Indonesia Jumah Penyaluran Kredit, Dana Pihak Ketiga, ROA, CAR, NPL

Dana Pihak Ketiga, ROA, dan CAR

berpengaruh positif dan signifikan, NPL

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit 2 Hapsari (2008) Meneliti pengaruh

LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian kredit

LDR, NPL, ROA, dan ROE

Cash Ratio terhadap volume kredit

berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan

28 KPR (studi kasus pada PD. BPR di Jawa Tengah) ROA berpengaruh positif terhadap volume kredit. 3 Fransisca dan Hasan

Sakti Siregar (2009)

Meneliti Pengaruh Faktor Internal Bank

Terhadap Volume Kredit. Dana Pihak Ketiga, CAR, NPL, ROA DPK berpengaruh positif & tidak signifikan, NPL berpengaruh negative &

tidak signifikan, ROA berpengaruh positif&signifikan,

secara simultan berpengaruh signifikan 4 Dias Satria dan

Rangga Bagus Subegti (2010) Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia Periode 2006-2009 ROA, NPL, BOPO, CAR, Dana Pihak Ketiga, Penem patan Dana pada SBI, market share

CAR, ROA, dan SBI berpengaruh signifikan, sedangakan NPL, BOPO, Dana pihak Ketiga, dan market share tidak signifikan berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit 5 Yulhasnita (2013) Pengaruh Risiko Kredit, DPK, Likuiditas dan Tingkat Tefiiensi pada Volume Kredit

CAR, ROA, ROE, BOPO, LDR

CAR, ROA, dan LDR berpengaruh negatif tidak signifikan, ROE positif tidak signifikan, dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit

29 2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003). Menurut Defi Maulidina (2006), Desi Arisandi (2008) dan Billy Arma P. (2010) DPK berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan

2.4.2Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya seperti penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang harus diberikan kepada para nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh karena itu hal tersebut memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu bank karena jika nilai LDR ini semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin tinggi guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan sebaliknya, semakin rendah

30

nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih (2011) dan Yuwono (2012) LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio (LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.3Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan (Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti (2010) dan Oktaviani (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.4Pengaruh Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Non Performing Loan(NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya peminjaman kredit yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannnya. Rasio NPL ini menggambarkan risiko kredit, semakin tinggi nilai NPL maka risiko kredit yang ditanggung oleh bank juga semakin besar (Ali, dalam Pratama, 2010). Menurut Francisca (2008), kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan pihak bank untuk menyalurkan kredit

31

karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus menyediakan pencadangan yang lebih besar (Pratama, 2010). Dengan demikian semakin besar tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), dan Pratama (2010) NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan (NPL) terhadap jumlah penyaluran kredit 2.4.5Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin baik pula posisi dana tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut semakin optimal dalam penggunaan aktivanya untuk memperoleh pendapatan, maka kegiatan kredit yang dilakukan oleh bank telah dioptimalkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank, sehingga penyaluran kredit menjadi kegiatan yang cukup dominan dalam menghasilkan profitabilitas perbankan. Laba yang diperoleh bank akan sangat diperlukan untuk memperkokoh strukur modal bank guna meningkatkan ekpansi kreditnya. Oleh karena itu, kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya akan semakin meningkat jika nilai ROA yang dimiliki perbankan menunjukkan nilai yang tinggi. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), Satria dan Subegti (2010), dan Galih (2011) ROA berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.

32

H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Kegiatan dalam manajemen perbankan dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. (2010) SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan.

H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit

Dokumen terkait