• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen II. TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-49)

Penelitian Barreto dan Howland (1993) meregresikan output (GNP) terhadap tingkat pengangguran dengan menggunakan metode first difference menunjukan bahwa PDRB berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran. Schnabel (2002) mengestimasi trend tingkat pertumbuhan ekonomi pada sampel negara-negara industri (Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Jerman, Australia, Spanyol, Swedia, Kanada, Inggris Raya, dan Italia) dengan menggunakan metode first

difference dari hukum Okun menunjukan bahwa untuk hampir semua negara

statistik Durbin-Watson (DW) yang sangat rendah dan pertumbuhan output, pertumbuhan lag output berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran.

Penelitian Rachman (2005), dalam studinya tentang kesempatan kerja di DKI Jakarta dengan runtut waktu tahun 1982-2003 menunjukan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan angkatan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesempatan kerja di DKI Jakarta. Namun apabila dilihat secara parsial, variabel investasi tidak sesuai dengan hipotesis, dimana hasil analisisnya menunjukan pengaruh yang negatif terhadap kesempatan kerja. Ketidaksesuaian ini diantaranya disebabkan oleh adanya relokasi beberapa industri ke luar wilayah DKI Jakarta dan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sektor-sektor ekonomi yang ada di DKI Jakarta. Sedangkan hasil analisis dari variabel PDRB, Angkatan Kerja, dan UMP sesuai dengan hipotesis, dimana PDRB berpengaruh positif, Angkatan Kerja berpengaruh positif, dan UMP berpengaruh negatif terhadap Kesempatan Kerja di DKI Jakarta.

Penelitian Erisman (2003), dapat dijabarkan secara deskriptif bahwa dari hasil analisis spasial menunjukan pada sektor pertanian wilayah Jakarta Utara merupakan sektor basis baik dengan pendekatan tenaga kerja maupun output, diduga kondisi ini menggambarkan penekanan pada subsektor perikanan sesuai dengan kondisi wilayah Jakarta Utara yang berbatasan dengan laut. Pada sektor industri pengolahan menjadi sektor basis pada wilayah Jakarta Utara terutama pada pendekatan output. Untuk sektor bangunan atau konstruksi dengan pendekatan tenaga kerja dan output menjadi sektor basis pada wilayah Jakarta Selatan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran baik dengan pendekatan tenaga kerja maupun output, menjadi sektor basis pada wilayah Jakarta Pusat. Kemudian pada sektor pengangkutan, dan komunikasi dengan pendekatan tenaga kerja maupun output menjadi sektor basis di wilayah Jakarta Utara. Sedangkan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan dengan pendekatan tenaga kerja merupakan sektor basis pada wilayah Jakarta Selatan tetapi dengan pendekatan output lebih dominan pada wilayah Jakarta Pusat. Selanjutnya untuk sektor jasa-jasa baik dengan pendekatan tenaga kerja maupun output nampaknya memberikan hampir merata dominan pada setiap wilayah kecuali pada wilayah Jakarta Utara.

Berdasarkan analisis ekonometrik persamaan simultan dapat diperoleh gambaran bahwa pengendalian penduduk merupakan prioritas terhadap penurunan tingkat pengangguran. Kemudian dilanjutkan dengan penetapan upah yang seimbang antar keinginan pekerja dan pengusaha menjadi penelaahan lebih lanjut untuk menekan tingkat pengangguran. Selanjutnya investasi tetap harus ditingkatkan untuk menurunkan tingkat pengangguran. Inflasi yang terkendali juga dapat mempengaruhi tingkat pengangguran, walaupun kenaikan tingkat inflasi pada periode sebelumnya menurunkan pengangguran. Mungkin hal ini merupakan insentif untuk pengembangan usaha tetapi perlu dilihat purchasing

power dari masyarakat, sehingga tidak membuat kondisi memburuk. Kenaikan

suku bunga juga akan meningkatkan pengangguran walaupun secara relatif sangat kecil.

Penelitian Malau (2007), menunjukan bahwa penyerapan tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta masih didominasi sektor tersier. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap pasar kerja sektor tersier adalah angkatan kerja, penyerapan tenaga kerja, upah, investasi, dan pendapatan.

Penelitian Elnopembri (2007), untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecil di kabupaten Tanah Datar. Data yang digunakan adalah data sekunder runtut waktu (time series) dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004 berupa jumlah tenaga kerja industri kecil, Upah Minimum Regional (UMR), tingkat suku bunga investasi kredit Bank Pemerintah Daerah, tingkat suku bunga kredit investasi bank persero pemerintah di daerah, dan nilai produksi industri kecil di kabupaten Tanah Datar. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda yang ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS) dalam bentuk semi-log.

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa upah minimum regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pemerintah Daerah dan Bank Persero Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga

kredit hanya akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja baru.

Penelitian Situmorang dan Kalsum (2007), yang bertujuan untuk mengetahui: (1) gambaran struktur perekonomian dalam kaitannya dengan struktur ketenagakerjaan di provinsi Lampung, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja sektor pertanian dan nonpertanian di provinsi Lampung, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian di provinsi Lampung, (4) respon kesempatan kerja sektor pertanian dan nonpertanian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi, dan (5) respon transformasi tenaga kerja sektor pertanian ke sektor nonpertanian di provinsi Lampung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi.

Penelitian menggunakan data deret waktu (time series) tahun 1981-2006 yang dianalisis dengan pendekatan ekonometrika. Model kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian di Provinsi Lampung terdiri dari delapan persamaan struktural dan tujuh persamaan identitas, dan pendugaan parameter dilakukan dengan metode 2SLS.

Hasil pendugaan menunjukan bahwa: (1) pola struktur perekonomian provinsi Lampung adalah: Pertanian–Industri–Jasa, sedangkan pola penyerapan tenaga kerja adalah: Pertanian–Jasa–Industri. (2). (a) Kesempatan kerja subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh PDRB, kesempatan kerja nonpertanian dan lag kesempatan kerja. (b) Kesempatan kerja subsektor perikanan dipengaruhi oleh upah, produksi, PDRB, kesempatan kerja selain perikanan dan lag kesempatan kerja. (c) Kesempatan kerja subsektor peternakan dipengaruhi oleh upah, produksi, investasi dan kesempatan kerja nonpertanian. (d) Kesempatan kerja subsektor perkebunan dipengaruhi oleh upah, PDRB dan investasi subsektor perkebunan. (e) Kesempatan kerja subsektor kehutanan dipengaruhi oleh upah, PDRB, kesempatan kerja nonpertanian dan lag kesempatan kerja. (f) Kesempatan

kerja sektor industri dipengaruhi oleh PDRB, kesempatan kerja pertanian dan lag kesempatan kerja. (g) Kesempatan kerja sektor jasa dipengaruhi oleh kesempatan kerja sektor industri dan sektor pertanian. (3). Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian dipengaruhi kesempatan kerja sektor jasa. (4). (a) Kesempatan kerja subsektor tanaman pangan tidak responsif terhadap perubahan peubah penjelasnya. (b) Kesempatan kerja subsektor perikanan responsif terhadap perubahan produksi dan upah subsektor perikanan. Kesempatan kerja subsektor peternakan responsif terhadap perubahan upah dan PDRB subsektor peternakan. (d) Kesempatan kerja subsektor perkebunan tidak responsif terhadap perubahan peubah penjelasnya. (e) Kesempatan kerja subsektor kehutanan responsif terhadap perubahan kesempatan kerja selain subsektor kehutanan. (f) Kesempatan kerja sektor industri tidak responsif terhadap perubahan semua peubah penjelasnya. (g) Kesempatan kerja sektor jasa responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektor pertanian. (5) Transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian di provinsi Lampung responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektor jasa.

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan: (1) untuk meningkatkan kesempatan kerja sektor pertanian, maka upah dan produksi serta PDRB harus ditingkatkan, (2) untuk menjaga kelestarian hutan, maka upah subsektor kehutanan harus ditingkatkan sebagai insentif bagi tenaga kerjanya, serta kesempatan kerja selain subsektor kehutanan harus ditingkatkan, (3) karena kesempatan kerja sektor jasa berpengaruh nyata terhadap transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian, maka penanganan dan pembinaan sektor jasa perlu dan urgen dilakukan melalui tindakan nyata dan serius, (4) bagi penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penyempurnaan model dengan memasukkan variabel-variabel yang secara teori ekonomi dan laras ilmiah belum dimasukkan dalam penelitian ini, misalnya disagregasi kesempatan kerja sektor pertanian dan nonpertanian menurut wilayah desa dan kota.

Penelitian Suhartono (2009), yang bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial dan layak dikembangkan terhadap PDRB dan kesempatan kerja di masing-masing kabupaten/kota untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan dan untuk mengetahui hubungan antara

sektor-sektor ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor-sektor-sektor ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja di provinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan Location Quotient (LQ), Analisis

Shift Share, Indeks Williamson dan Analisis Korelasi.

Hasil penelitian dalam tahun 2006 menunjukan: (1) Sektor industri pengolahan; pertanian; perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor terbesar sumbangannya dalam PDRB provinsi Jawa Tengah. (2) Sektor ekonomi yang potensial dan layak dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah beragam. (3) Sektor bangunan/konstruksi mengalami pertumbuhan lebih cepat di 13 kabupaten/kota dibanding dengan tingkat pertumbuhan provinsi. (4) Ketimpangan pendapatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2002-2006 menunjukan tingkat ketimpangan sangat timpang. (5) Terjadi perubahan/pergeseran dalam hal penyerapan tenaga kerja dalam kurun waktu tahun 2002-2006 dari sektor primer ke sektor tersier di tahun 2005.

Penelitian Purwanti (2009), menunjukan bahwa kesempatan kerja nyata di kabupaten Bangli dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan kesempatan kerja di provinsi Bali dan keunggulan kompetitif. Berarti kedua komponen tersebut akan menambah kesempatan kerja yang terjadi di kabupaten Bangli, namun tidak dengan komponen bauran industri. Komponen bauran industri mempengaruhi kesempatan kerja di kabupaten Bangli secara negatif, yang berarti komponen ini menyebabkan laju kesempatan kerja mengalami kontraksi.

Sektor basis kesempatan kerja di kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sepuluh tahun kemudian sektor basis bertambah menjadi tiga sektor yaitu masuknya sektor pertambangan dan penggalian. Sektor-sektor ini adalah sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lebih dari cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal (kabupaten Bangli) dan juga untuk daerah lain. Sektor-sektor di luar sektor basis merupakan sektor nonbasis yakni sektor-sektor yang tidak mampu menciptakan kesempatan kerja yang cukup tinggi sehingga tidak dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Perubahan kesempatan kerja di sektor basis akan membawa perubahan terhadap kesempatan kerja total dan kesempatan kerja di sektor nonbasis. Namun perubahan yang terjadi di kabupaten Bangli dalam kurun waktu 10 tahun justru menurun. Jika dibandingkan dengan tahun 1998, tiap kenaikan kesempatan kerja di sektor basis pada tahun 2007 memberikan dampak yang lebih kecil terhadap peningkatan kesempatan kerja total dan kesempatan kerja di sektor nonbasis. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena jika sektor-sektor basis tidak diberikan perhatian yang lebih untuk dikembangkan maka tidak menutup kemungkinan sektor-sektor ini dikemudian hari justru berubah menjadi sektor nonbasis.

Penelitian Dimas dan Woyanti (2009) mengenai Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta membuktikan bahwa dalam kurun waktu tahun 1990-2004, PDRB, tingkat upah dan investasi riil secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Sedangkan secara parsial, PDRB berpengaruh positif dan siginfikan, tingkat upah dan investasi riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta dengan menggunakan metode analisis metode kuadrat terkecil (Ordinary

Least Square, OLS)

Penelitian Nainggolan (2009), tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara, menggunakan data panel dengan variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit, Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi (UMK) dan variabel terikat kesempatan kerja. Data dengan runtun waktu tahun 2002-2007. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM).

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38 persen dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatif sebesar 53,06 persen dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif sebesar 7,29 persen dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.

Penelitian Nugroho (2010), tentang sektor industri pengolahan dilihat dari keterkaitan antar industrinya baik backward linkage maupun forward linkage, diketahui industri-industri yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam rangka pembangunan ekonomi di DKI Jakarta, mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan output sektor industri pengolahan melalui pendekatan dekomposisi pertumbuhan output, serta menguraikan peranan peningkatan produktivitas tenaga kerja dan ekspansi output masing-masing industri terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Peranan ekspansi output akan diuraikan menjadi peranan permintaan domestik, promosi ekspor, substitusi impor, dan perubahan teknologi pada sektor industri pengolahan di DKI Jakarta periode tahun 1993-2000 dan tahun 2000-2006.

Dalam hal menentukan jenis industri pengolahan yang mempunyai keunggulan serta menentukan arah pengembangannya dalam perekonomian di provinsi DKI Jakarta, digunakan pendekatan input-output (I-O), yang meliputi: analisis keterkaitan antar-industri, serta analisis dekomposisi pertumbuhan output dan analisis dekomposisi pertumbuhan tenaga kerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data I-O DKI Jakarta tahun 1993, 2000, 2006, serta data penunjang lainnya.

Jika dilihat selama dua periode observasi, terdapat beberapa industri yang menunjukan kecenderungan terus meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meskipun telah terjadi peningkatan teknologi pada industri tersebut. Industri-industri tersebut adalah Industri-industri makanan dan minuman, Industri-industri kosmetik, industri barang dari gelas dan kaca, industri barang-barang dari logam, kecuali mesin dan peralatan. Hal ini menunjukan bahwa industri-industri tersebut telah memanfaatkan teknologi tepat guna dalam pertumbuhannya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Menurut Nugroho (2010), penyerapan tenaga kerja pada beberapa industri pengolahan karena adanya perubahan teknologi yang memberikan efek negatif menunjukan bahwa kemungkinan penurunan tersebut dilakukan pada tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan/keahlian yang dbutuhkan sehingga perlu adanya

pelatihan-pelatihan dan pendidikan khusus bagi calon tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berkualifikasi.

Tabel 7 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Model Metode Hasil

1 Barreto dan Howland

There are Two Okun’s Law Relationships Between Output and

Labor ) ( ) (U f GNP f =α +β Regresi OLS -PDRB berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran.

2 Schnabel Output Trends and

Okun’s Law U =α+β1yt2yt−1 Regresi OLS

-Secara bersama-sama, pertumbuhan output, pertumbuhan lag output berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran. -Secara parsial, pertumbuhan

output, pertumbuhan lag output berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran.

3

Dimas dan Nenik Woyanti

Penyerapan Tenaga Kerja

di DKI Jakarta β µ β β β + + + + = IR UR PDRB LnY 3 2 1 0 Regresi OLS

-Secara bersama-sama PDRB, upah riil dan investasi riil berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta.

-Secara parsial, PDRB berpengaruh positif, upah riil dan investasi riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

4 Edyan Rachman

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja di

DKI Jakarta aUMP a AK e

INV a PDRB a a KK + + + + + = 4 3 2 1 0 Regresi OLS -Secara bersama-sama PDRB, investasi, UMP, dan angkatan kerja berpengaruh terhadap kesempatan kerja di DKI Jakarta.

-Secara parsial, investasi berpengaruh negatif, PDRB dan angkatan kerja berpengaruh positif, dan UMP berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. 5 Erisman Analisis Ekonomi Pasar

Tenaga Kerja di Wilayah ---

Analisis LQ dan

-Sektor pertanian; industri pengolahan; dan pengangkutan,

DKI Jakarta Persamaan Simultan

dan komunikasi menjadi sektor basis di Jakarta Utara. Sektor bangunan menjadi sektor basis di Jakarta Selatan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menjadi sektor basis di Jakarta Pusat. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan menjadi sektor basis di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Sektor jasa-jasa hampir merata dominan pada setiap wilayah kecuali di Jakarta Utara .

-Penetapan upah untuk menekan pengangguran, investasi untuk menurunkan pengangguran, Inflasi mempengaruhi pengangguran, Kenaikan suku bunga menaikan pengangguran 6 Albert Galau Malau Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Pasar

Kerja, Investasi dan Pendapatan Sektor Tersier di Provinsi DKI

Jakarta E Y A INV A UMR A TK A AK A A PKtersier + + + + + + = 5 4 3 2 1 0 Regresi OLS

-Penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta di dominasi sektor tersier. -Faktor yang berpengaruh terhadap

pasar kerja sektor tersier adalah angkatan kerja, penyerapan tenaga kerja, upah, investasi, dan pendapatan.

7 Elnopembri

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat

Tahun 1990-2004 ε α α α α α + + + + + = LnPROD SBKBPP SBKBPD LnUMR LnPTK 4 3 2 1 0 Regresi OLS

-UMR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pemerintah Daerah dan Bank Persero Pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri

kecil. Nilai produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. 8 Suriaty Situmorang dan Umi Kalsum

Kesempatan Kerja dan Transformasi Tenaga

Kerja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Nonpertanian di Provinsi

Lampung

--- Metode

2SLS

-Hasil pendugaan menunjukan bahwa: (1) Pola penyerapan tenaga kerja: Pertanian–Jasa–Industri. (2). (a) Kesempatan kerja subsektor tanaman pangan dipengaruhi PDRB, kesempatan kerja nonpertanian dan lag kesempatan kerja. (b) Kesempatan kerja subsektor perikanan dipengaruhi upah, produksi, PDRB, kesempatan kerja selain perikanan dan lag kesempatan kerja. (c) Kesempatan kerja subsektor peternakan dipengaruhi upah, produksi, investasi dan kesempatan kerja nonpertanian. (d) Kesempatan kerja subsektor perkebunan dipengaruhi upah, PDRB dan investasi subsektor perkebunan. (e) Kesempatan kerja subsektor kehutanan dipengaruhi upah, PDRB, kesempatan kerja nonpertanian dan lag kesempatan kerja. (f). Kesempatan kerja sektor industri dipengaruhi PDRB, kesempatan kerja pertanian dan lag kesempatan kerja. (g). Kesempatan kerja sektor jasa dipengaruhi oleh kesempatan kerja sektor industri dan sektor pertanian.

9 Suhartono

Struktur Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Ketimpangan Pendapatan

di Provinsi Jawa Tengah

--- Analisis LQ, Shift Share, Indeks Williamson, dan Analisis Korelasi -Terjadi perubahan/pergeseran dalam hal penyerapan tenaga kerja dalam kurun waktu tahun 2002-2006 dari sektor primer ke sektor tersier di tahun 2005. 10 Putu Ayu Pramitha Purwanti Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor ij ij ij ij N M C D = + + dan ) ( ) ( n in j ij E E E E LQ= Shift Share dan Analisis LQ

-Kesempatan kerja nyata di kabupaten Bangli dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan kesempatan kerja di provinsi Bali dan keunggulan kompetitif. Komponen bauran industri mempengaruhi kesempatan kerja di kabupaten Bangli secara negatif. -Sektor basis kesempatan kerja di

kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sepuluh tahun kemudian sektor basis bertambah menjadi tiga sektor yaitu masuknya sektor pertambangan, dan penggalian.

11

Dimas dan Nenik Woyanti

Penyerapan Tenaga Kerja

di DKI Jakarta β µ β β β + + + + = IR UR PDRB LnY 3 2 1 0 Regresi OLS

-Secara bersama-sama PDRB, upah riil dan investasi riil berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta.

-Secara parsial, PDRB berpengaruh positif, upah riil dan investasi riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

12 Indra Oloan Nainggolan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja Pada

Kabupaten/Kota di it it it it it UMK Log b R Log b PDRB Log b b KK Log µ + + + + = ) ( ) ( ) ( ) ( 3 2 1 0 Metode GLS dengan Random Effek Model -PDRB Kabupaten/Kota berpengaruh positif 76,38% dan signifikan, UMK berpengaruh negatif 53,06% dan signifikan, dan

Provinsi Sumatera Utara (REM) Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif 7,29% dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara

13 Hari Nugroho

Analisis Sumber Pertumbuhan Output dan

Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Provinsi DKI Jakarta : Pendekatan Dekomposisi Input-Output --- Pendekatan Input-Output

-Jika dilihat selama dua periode observasi, terdapat beberapa industri yang menunjukan kecenderungan terus meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meskipun telah terjadi peningkatan teknologi pada industri tersebut.

Dalam dokumen II. TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-49)

Dokumen terkait