• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Ekonomi Basis

Dalam dokumen II. TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 31-35)

Dalam teori ekonomi basis, perekonomian di suatu daerah dibagi menjadi 2 sektor utama, yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Disamping barang, jasa dan tenaga kerja, ekspor sektor basis dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di daerah tersebut terhadap barang-barang yang tidak bergerak, seperti tempat-tempat wisata, peninggalan sejarah, museum dan sebagainya. Adapun sektor nonbasis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor ini tidak mengekspor barang, jasa maupun tenaga kerja sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasar sektor nonbasis hanya bersifat lokal (Glasson 1977).

Menurut Priyarsono et al. (2007) secara teoritis, sektor mana saja yang merupakan sektor basis dan nonbasis di suatu daerah tidaklah bersifat statis melainkan dinamis. Artinya, pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis atau nonbasis bisa dapat mengalami kemajuan ataupun kemunduran. Sehingga definisi dari sektor basis dan nonbasis dapat saja bergeser setiap tahunnya. Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah:

1. Perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah

3. Perkembangan teknologi

4. Adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial

Di satu sisi, penyebab kemunduran sektor basis atau nonbasis adalah: 1. Adanya penurunan permintaan di luar daerah

2. Kehabisan cadangan sumber daya

Menurut Glasson (1977) semakin banyak sektor basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor nonbasis. Dengan kata lain, sektor basis berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor nonbasis berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor basis terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor basis merupakan penggerak utama dalam perekonomian suatu daerah.

Menurut Tiebout (1962) pendekatan pendapatan lebih baik digunakan dibandingkan dengan pendekatan tenaga kerja karena beberapa alasan berikut ini: 1. Pada pendekatan tenaga kerja sangat sulit untuk mengonversi tenaga kerja

paruh waktu (part time) dan pekerja musiman menjadi tenaga kerja penuh tahunan.

2. Masalah kedua terjadi pada tenaga kerja ”penglaju” (commuter), yaitu mereka yang bekerja pada daerah yang diteliti, tetapi rumahnya berada di daerah lain.

3. Masalah terakhir adalah adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja antar sektor juga masih menimbulkan perdebatan diantara para ahli ekonomi. Berbagai masalah tersebut telah menyebabkan pendekatan tenaga kerja relatif kurang peka untuk mengukur perubahan tenaga kerja total di suatu daerah dibanding pendekatan pendapatan. Namun demikian, ketiga permasalahan tersebut dapat diatasi sehingga pendekatan tenaga kerja sangat cocok digunakan terutama di negara atau daerah yang jumlah penduduknya besar. Melalui pendekatan tenaga kerja, pemerintah (pusat maupun daerah) dapat mengembangkan sektor yang penyerapan tenaga kerjanya paling tinggi.

Menurut Priyarsono et al. (2007), untuk mengetahui sektor basis atau nonbasis dapat digunakan metode pengukuran langsung atau metode pengukuran tidak langsung. Pada metode pengukuran langsung, penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan melalui survei langsung di daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, pada metode pengukuran tidak langsung penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan dengan menggunakan data sekunder beberapa indikator ekonomi di suatu daerah, terutama data PDB/PDRB dan tenaga kerja per sektor.

Secara umum terdapat 3 metode yang digunakan untuk menentukan sektor basis dan nonbasis di suatu daerah berdasarkan pengukuran tidak langsung, yaitu: 1. Metode Asumsi

Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam penentuan sektor basis dan nonbasis di suatu daerah. Berdasarkan pendekatan ini sektor primer dan sekunder diasumsikan sektor basis, sedangkan sektor tersier dianggap sebagai sektor nonbasis. Metode ini cukup baik diterapkan pada daerah yang luasnya relatif kecil dan tertutup serta jumlah sektornya sedikit. Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, penentuan sektor basis dan nonbasis tersebut mungkin saja menjadi tidak akurat. Hal ini dikarenakan suatu sektor seharusnya termasuk ke dalam sektor basis, akan tetapi pada pendekatan asumsi sektor tersebut termasuk ke dalam sektor nonbasis. 2. Metode Location Quotient (LQ)

Pada metode ini, penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah level bawah terhadap pendapatan (tenaga kerja) total semua sektor di daerah level bawah dengan pendapatan (tenaga kerja) di sektor i pada daerah level atas terhadap pendapatan (tenaga kerja) semua sektor di daerah level atasnya. Secara matematis nilai LQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a ia b ib S S S S LQ = dimana: LQ = Location Quotient

ib

S = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada daerah level bawah

b

S = Pendapatan (tenaga kerja) total semua sektor pada daerah level bawah

ia

S = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada daerah level atas

a

S = Pendapatan (tenaga kerja) total semua sektor pada daerah level atas

Daerah bawah dan daerah atas dalam pengertian ini merupakan daerah administratif. Misalnya, analisis sektor basis dan nonbasis dilakukan di level kecamatan maka daerah bawahnya adalah kecamatan, sedangkan daerah atasnya adalah kabupaten/kota dimana kecamatan tersebut berada. Jika hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menghasilkan nilai LQ>1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Sebaliknya, apabila nilai LQ<1 maka sektor i diklasifikasikan sebagai sektor nonbasis. Keunggulan LQ yaitu selama data pendapatan dan tenaga kerja di suatu daerah tersedia secara lengkap dan akurat merode ini cukup akurat untuk diterapkan. Selain itu, perhitungan yang digunakan juga relatif sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama dalam mengklasifikasikan sektor basis dan nonbasis di suatu daerah.

3. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum (MPKM)

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ullman dan Dacey pada tahun 1960 (McCann 2001). Dalam MPKM daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu. Pada awalnya daerah-daerah yang berukuran relatif sama dengan daerah yang diteliti tersebut dipilih terlebih dahulu. Untuk setiap daerah, kemudian dihitung persentase angkatan kerja yang dipekerjakan pada setiap sektor. Kemudian, angka-angka persentase tersebut diperbandingkan antar satu daerah dengan daerah lainnya. Persentase angkatan kerja terkecil (yang paling minimum) dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi

sektor tertentu dan sekaligus sebagai batas untuk menentukan sektor basis dan nonbasis. Rumus yang digunakan adalah:

m r im ir E E E E MPKM = dimana:

MPKM = Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum ir

E = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i di daerah yang diteliti r

E = Pendapatan (tenaga kerja) total semua sektor di daerah yang diteliti

im

E = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i di daerah yang memiliki batas minimum pendapatan (tenaga kerja)

m

E = Pendapatan (tenaga kerja) total semua sektor di daerah yang memiliki batas minimum pendapatan (tenaga kerja)

Kelemahan metode ini lebih sulit untuk diterapkan terutama di negara-negara yang memiliki banyak daerah administratif. Selain itu, menurut Budiharsono (2001) apabila masing-masing sektor tersebut dipecah lagi menjadi sektor-sektor yang lebih terperinci maka akan mengakibatkan hampir semua sektor merupakan sektor basis.

Dalam dokumen II. TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 31-35)

Dokumen terkait