• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen Microsoft Word BAB 1 3 25Okt 2010 (Halaman 27-33)

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti tentang KUK dan UKM.

1 Erwin (1998)

Penelitian Tentang Penyaluran KUK di Indonesia (1990-1995) tersebut ditulis dengan tema KUK dan UKM, tentang penyaluran KUK di Indonesia yang dilakukan dengan sampel yang diambil tahun 1990-1995. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah alokasi KUK di Indonesia, sedangkan variabel independen penelitian tersebut yaitu jumlah dana yang dihimpun bank, volume PDB. Menggunakan OLS dengan mencari tahu hubugan variabel independen tersebut terhadap variabel

dependennya. Dalam penelitian tersebut juga menganalisis hubungan antara inflasi dengan tingkat suku bunga deposito.

Penelitian tersebut kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Variabel independen jumlah dana yang dihimpun bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

2) Variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.

3) Variabel independen PDB riil berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

Penelitian Erwin (1998) menggunakan data tahun 1990 sampai dengan tahun 1995, seperti yang telah kita ketahui penelitian diatas dilakukan sebelum terjadinya krisis ekonomi 1998. Dengan mengadakan penelitian yang serupa pada area yang sama paska krisis ekonomi 1998 diharapkan dapat memperbaharui informasi tentang KUK dan UKM, karena pada saat krisis ekonomi 1998 dikhawatirkan sektor riil termasuk didalamnya adalah KUK menjadi terhambat perkembangannya. Krisis ekonomi 1998 yang berpangkal pada krisis moneter sangat menghambat UKM dan alokasi KUK karena inflasi yang tinggi menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi sehingga UKM diperkirakan akan terganggu. 2 Ngatiman (1998)

Penelitian Ngatiman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KUK oleh bank BPD di Yogyakarta tahun 1985-2002.

Variabel dependen dari penelitian tersebut adalah alokasi KUK di bank BPD Yogyakarta, sedangkan variabel independennya adalah jumlah dana jumlah dana yang terhimpun pada bank BPD Yogyakarta, tingkat suku bunga kredit dan PDRB.

Penelitian tersebut menganalisis hubungan antara variabel dependen dengan independennya menggunakan analisis regresi model OLS. Dengan memperoleh beberapa kesimpulan penting didalamnya sebagaiberikut ini:

1) Variabel independen jumlah dana yang terhimpun di bank BPD Yogyakarta ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta 2) Variabel independen Tingkat suku bunga ternyata tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

3) Variabel independen PDRB ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

C. Kerangka Pemikiran

Kedua penelitian diatas tidak semua variabel yang dipakai menggunakan variabel dari sektor perbankan karena kedua penelitian diatas memasukkan variabel PDRB, data yang diambil dari sektor regional untuk penelitian yang kedua. Perbedaan dengan kedua penelitian diatas antara laian periode waktu yang berbeda dan wilayah operasional perbankan yang berbeda

pula. Penelitian ini tentang kredit yang pada area yang sama dengan analisis terfokus kepada sisi kebijakan perbankan. Sisi kebijakan perbankan seperti jumlah penghimpunan dana, laju tingkat inflasi dan suku bunga kredit sebenarnya sangat mungkin berpengaruh terhadap kelancaran pengucuran dana kredit usaha kecil lebih daripada sisi intern pengusaha kecil itu sendiri.

Manajemen yang merupakan salah satu sisi intern pengusaha kecil, kelebihan dan kekurangannya serta kondisi eksternal seperti halnya PDRB memang juga memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi alokasi KUK, namun karena KUK merupakan kewajiban moral bagi sektor perbankan terhadap sektor riil maka layak untuk medapatkan perhatian yang serius.

Sejalan dengan perubahan tatanan perekonomian dunia, khususnya trend globalisasi, Pemerintah Orba sejak awal tahun 1980-an, pada saat Soemarlin menjabat sebagai menteri keuangan, pemerintah menyatakan deregulasi perbankan dan melepas kontrol suku bunga meskipun otoritas moneter masih di bawah presiden. Deregulasi perbankan berdampak sangat luas terhadap perekonomian yang terlihat dari kehadiran lembaga bank swasta yang banyak. Pasar perbankan pada satu sisi sangat bebas dengan suku bunga mengambang. Krisis ekonomi yang dialami oleh Indonesia sejak 1997 bermula dari krisis perbankan dan keuangan yang pada akhirnya mengubah segalagalanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kontrol perbankan sepenuhnya di bawah Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter tanpa bisa dicampuri oleh pemerintah sebagai bagian dari reformasi moneter dan politik Indonesia yang menjatuhkan sistem pemerintahan dan politik

sentralistik presiden. Ketika itu, pasar uang menjadi sangat liberal. Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat menentukan tingkat suku bunga, kecuali permintaan dan penawaran uang. Bank Sentral hanya dapat mengeluarkan kebijakan sisi moneter, khususnya penawaran uang, untuk mempengaruhi tingkat suku bunga.

Akibatnya, dunia usaha harus mampu mengakses kredit perbankan melalui mekanisme pasar. Perkembangan suku bunga Indonesia sangat menarik dianalisis, terutama sejak Indonesia mengalami krisis pada tahun 1997. Untuk menahan laju inflasi yang melambung sangat tinggi pada tahun 1998-1999, otoritas moneter menggunakan instrumen suku bunga sebagai pengendali inflasi. Dengan kebijakan moneter yang sangat konstruktif, suku bunga pada waktu itu melebihi 50% per tahun. Kebijakan konstruksi moneter tersebut sangat berhasil dan juga sekaligus dapat mengembalikan pamor pemerintah dan otoritas bank sentral dalam pengelolaan ekonomi makro. Bank sentral menggunakan instrumen suku bunga untuk mendukung stabilitas ekonomi makro, khususnya pengendalian inflasi dan kurs. Sejak 2001, sektor perbankan telah mulai pulih dari krisis, sebagai akibat dari program penyehatan perbankan, walaupun suku bunga masih cukup tinggi, mencapai 15% per tahun (Nasution, 2004).

Bank adalah sebagai organisasi (Lembaga Keuangan) yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat. Jumlah dana yang dihimpun bank dari masyarakat sudah tentu berupa simpanan tabungan, deposito dan giro. Semakin tinggi (besar) dana

yang dihimpun bank dari masyarakat maka jumlah penghimpunan dana bank pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu bank harus menyalurkan dananya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan demikian semakin tinggi penghimpunan dana bank maka jumlah alokasi kredit, khususnya kredit modal kerja akan mengalami peningkatan. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pemerintah (BI) menaikkan suku bunga simpanan sebagai pengendali laju inflasi. Seiring dengan meningkatnya suku bunga simpanan maka bank-bank harus menaikkan suku bunga kredit agar tidak mengalami negatif spread. Negatif spread adalah suatu kondisi dimana bank-bank mengalami margin keuntungan yang disebabkan suku bunga kredit lebih rendah dari suku bunga tabungan (seperti yang dialami indonesia disaat krisis).

Meningkatnya suku bunga kredit (kredit modal kerja) maka menyebabkan bank mengalami kesulitan dalam mengalokasikan (menyalurkan) kredit modal kerja, karena masyaraka mempunyai anggapan bahwa mereka mendapatkan beban yang berat dalam melunasi pinjaman kreditnya ditambah suku bunga yang besar. Dengan demikian jumlah alokasi kredit modal kerja akan menurun.

Suku bunga kredit mempunyai andil yang besar terhadap jumlah alokasi kredit. Semakin tinggi suku bunga kredit maka akan menyebabkan beban masyarakat dalam melunasi pinjaman kreditnya semakin berat, dan cendrung untuk mengurangi pinjaman kredit sehingga jumlah alokasi kredit menurun

Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar tersebut memperlihatkan pengaruh dana

yang dihimpun, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap alokasi penyaluran kredit.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen Microsoft Word BAB 1 3 25Okt 2010 (Halaman 27-33)

Dokumen terkait