• Tidak ada hasil yang ditemukan

Microsoft Word BAB 1 3 25Okt 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Microsoft Word BAB 1 3 25Okt 2010"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perbankan Indonesia terlihat dari perjalanan sistem politik dan ekonomi Indonesia. Ketika era pemerintahan Orde Baru (Orba), otoritas moneter dibawah kendali langsung presiden, sehingga kebijakan moneter dapat menjadi instrumen presiden untuk kepentingan pembiayaan dunia usaha sesuai dengan keinginannnya. Sampai akhir tahun 1970-an, sistem moneter Indonesia adalah fully under-controlled dengan rezim fixed interest rate.

Pembiayaan dunia usaha, usaha skala besar (milik pemerintah dan swasta) dan Usaha Kecil dengan mudah dapat diterapkan melalui perbankan dengan berbagai fasilitas moneter. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan Kredit Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM), seperti Bimas dan Kredit Usaha Tani (KUT), berjalan dengan suku bunga yang rendah adalah bentuk implementasi kebijakan moneter pemerintah pada waktu itu yang pada umumnya disambut baik oleh berbagai kalangan.

Pemerintah Indonesia dengan sangat antusias bergerak untuk mengembangkan usaha kecil, karena sebenarnya usaha kecillah yang dahulu ketika krisis moneter 1998 terjadi tidak begitu parah terkena dampak dari krisis tersebut. Usaha besar banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis sehingga kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi Indonesia, tetapi usaha

(2)

kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut. Inilah yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil, terbukti dengan ditetapkannya regulasi dan kebijakan dari sektor perbankan yang berbeda dan lebih ekspansif dari sebelumnya, khususnya pada alokasi Kredit Usaha Kecil (KUK).

Bank Indonesia telah menyempurnakan ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil yang pokok-pokonya meliputi (i) bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK, (ii) bank wajib mencantumkan rencana pemberian KUK dalam rencana kerja anggaran tahunan (RKAT), (iii) bank wajib mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi, (iv) plafon KUK disesuaikan menjadi Rp 500.000.000, per nasabah, (v) bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia, dan (vi) pengenaan sangsi dan insentif dalam rangka pencapaian kewajiban KUK dihapuskan (Kasmir, 2004).

(3)

berbagai sumber keuangan yang ada baik lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank menjadi masalah utamanya.

Berlakunya UU No.23/1999, BI tidak lagi dimungkinkan untuk memberikan kredit, sehingga tugas pengelolaan kredit program dialihkan kepada tiga BUMN yang ditunjuk pemerintah, yaitu BRI, BTN dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dalam hal ini, tersedia alternatif pendanaan berupa Surat Utang Pemerintah (SUP). SUP yang penerbitannya dimaksudkan untuk mengganti dana KLBI yang jatuh tempo tahun 2000 dan 2001, akan dicairkan secara bertahap sejalan dengan pengembalian KLBI pada saat jatuh tempo, dengan tetap memperhatikan program moneter.

BI memiliki strategi guna kelancaran proses pengucuran dana tersebut kepada UMKM dengan berbagai point penting yaitu (1) meningkatkan hubungan bank dengan lembaga keuangan (linkage program) dan (2) dalam rangka meningkatkan kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit kepada usaha mikro dan membantu bank dan lembaga keuangan dalam meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM, maka BI mendorong linkage program antara BPR dan bank umum/lembaga keuangan. Sinergi bank umum dan BPR dalam bentuk linkage program merupakan salah satu strategi dalam memperkuat kapasitasnya. Berdasarkan data sampai Juni 2003, kerjasama tersebut telah :

(4)

2) Membentuk Unit Layanan Mikro (ULM). Beberapa bank umum seperti BRI dan Bank BNI telah membentuk unit layanan mikro (ULM) untuk melayani KUK.

3) Pembentukan UKM Centre. Beberapa bank umum seperti Bank Niaga dan Bank Danamon telah membentuk UKM Centre yang berlokasi di daerah-daerah tertentu yang

Pengusaha yang menggunakan dana tersebut diatas diharapkan mampu untuk menghasilkan pertambahan barang-barang dan jasa, sehingga akan mempengaruhi kenaikan permintaan agregat atas konsumsi rumah tangga dan selanjutnya akan berpengaruh kepada kenaikan output total sehingga menyebabkan PDB ikut naik. Jika kondisi demikian berjalan terus sampai beberapa tahun kedepan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sehingga pendapatan perkapitapun akan semakin tinggi, serta memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengangguran juga akan mengalami penurunan. Efek multiplayer seperti inilah yang berasal dari suntikan atau investasi diharapkan akan membantu mengatasi permasalahan pokok ekonomi Indonesia.

(5)

bisa terlepas. Perkembangan, porsi serta penentu dari alokasi KUK oleh bank-bank umum di Indonesia harus selalu diperhatikan. Perhatian kepadanya membutuhkan cara-cara khusus dan intensif sehingga selalu terpantau yaitu faktor-faktor dimana situasi dan kondisi yang menciptakan pengaruh hubungan antara alokasi KUK yang teralokasikan dengan sektor riil ekonomi UKM.

Bagaimana perkembangan suku bunga, inflasi dan penghimpuna dana masyarakat serta kredit terhadap UMKM selama ini, terutama sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, sangat menarik untuk diketahui. Independensi Bank Sentral Indonesia menjadikan lembaga itu sebagai satu-satunya pengendali pasar uang.

Berdasarkan hasil pengamatan lembaga perbankan, permintaan kredit selalu berubah. Perubahan ini diakibatkan oleh perubahan suku bunga dari tahun ke tahun sebagai indikasi perubahan konnsumtif, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Perubahan pola konsumtif ini akan berdampak pada perubahan harga.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian ini antara lain:

(6)

2. Apakah tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap jumlah dana yang dihimpun bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010? 3. Apakah tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh

bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010?

4. Apakah jumlah dana yang dihimpun berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010 ? 5. Apakah tingkat suku bunga kredit (pinjaman) berpengaruh terhadap

alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010?

6. Apakah produk domistik regional bruto (PDRB) berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010?

7. Apakah jumlah dana yang dihimpun, tingkat suku bunga, tingkat laju inflasi dan PDRB secara simultan berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui pengaruh :

1. Tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap tingkat suku bunga kredit (pinjaman) bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010? 2. Tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap jumlah dana yang dihimpun

(7)

3. Tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum periode di Surakarta Tahun 2002 – 2010.

4. Jumlah dana yang dihimpun berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010.

5. Tingkat suku bunga kredit (pinjaman) berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010. 6. Produk domistik regional bruto (PDRB) berpengaruh terhadap alokasi

dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode Tahun 2002 – 2010?

7. Jumlah dana yang dihimpun, tingkat suku bunga, tingkat laju inflasi dan PDRB secara simultan berpengaruh terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum periode di Surakarta Tahun 2002 – 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kepada bank – bank umum di Kabupaten Surakarta dalam membuat kebijakan pemberian kredit kepada usaha kecil dan menengah.

2. Bagi Penelitian kedepan

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1 Kredit Untuk KUK

a. Pengertian Kredit

Menurut yang diungkapkan Kasmir (2004), kata kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 bab 1 pasal 1,2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut : “ Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan” .

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah :

“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga” .

(9)

b. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: (Kasmir, 2004)

1) Segi Kegunaan a) Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas.

b) Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2) Segi Tujuan Kredit

a) Kredit Produktif

(10)

b) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang ataubadan usaha.

c) Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 3) Segi Jangka Waktu

a) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b) Kredit Jangka Menengah

(11)

c) Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang.

4) Segi Jaminan

a) Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang diberikan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur.

b) Kredit Tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain. 5) Dilihat Dari Segi Sektor

(12)

b) Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang peternakan kambing.

c) Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

d) Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak.

e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f) Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, pengacara, dokter.

g) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka

waktu panjang.

c. Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Kecil ( KUK )

Menurut Kasmir, (2004) pengertian jenis – jenis – jenis kredit usaha kecil adalah:

(13)

asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif.

2) KUK-Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.

3) KUK-Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.

4) KUK-Kredit Modal Kerja Kontraktor Adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang habis dalam satu siklus usaha.

5) KUK-Channeling Adalah Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi yang diberikan melalui kerjasama dengan Lembaga pembiayaan atau Bank Umum lainnya.

2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank

(14)

dikenal sebagai tempat untuk meukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan yang lain.

Tiap bank berbeda dalam penetapan saldo minimal simpanan tabungannya (termasuk juga giro dan deposito), ada yang dalam jumlah yang kecil, dan ada juga yang dalam jumlah besar. Ini dikarenakan regulasi perbankan yang bersangkutan, yang sudah tentu berbeda dengan bank-bank yang lain. Namun demikian secara administratif berkas-berkas yang diperlukan dalam praktek simpan-menyimpan dana pada bank adalah sama.

(15)

pada bank (menabung), baik dalam bentuk tabungan, depsito dan giro maka akan semakin banyak jumlah dana yang dihimpun oleh bank (Kasmir, 2004).

Semakin banyak jumlah dana yang dihimpun bank, sudah tentu bank akan semakin gencar dalam menyalurkan dananya (kredit) pada masyarakat baik itu kredit properti, ritel, menengah, besar, khususnya KUK (Kredit Usaha Kecil). Ini dikarenakan regulasi pemerintah (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-bank diseluruh Indonesia agar menyalurkan minimal 20 % dari total pangsa pasar kreditnya khusus untuk kredit usaha kecil (KUK).

Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan untuk membayar bunga simpanan masayarakat yang menanamkan dananya pada bank tersebut, disamping juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga terkait dengan regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah sebagai lembaga yang bertugas utnuk menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali pada masyarakat (Kasmir, 2004).

3 Suku Bunga Kredit (Pinjaman)

(16)

tabungan, deposito dan giro akan dikenai suku bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan , maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan berkurang.sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah kecil.

(17)

usaha kecil selama ini dikenal sebagai penopang jumlah tenaga kerja di Indonesia yang semakin melimpah, dan agar tidak menganggur. Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1

Gambar Grafik Hubungan Suku Bunga Kredit Dan Jumlah Alokasi Redit

(18)

Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis kreditnya (Kasmir, 2004). Pembebanan disini maksudnya metode perhitungan yang akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayar. Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya. Dimana jumlah angsuran terdiri dari hutang pokok pinjaman ditambah bunga.

Metode pembebanan suku bunga kredit yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Sliding Rate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama. Cicilan nasabah (pokok pinjaman ditambah bunga) otomatis dari bulan ke bulan semakin menurun. Jenis Sliding Rate ini biasanya diberikan kepada sektor-sektor produktif seperti pengusaha, tidak terkecuali pengusaha kecil. Ini dilakukan dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani terhadap pinjamannya.

2) Flate Rate

(19)

pembelian rumah tinggal, pembelian mobil pribadi, atau kredit konsumtif lainnya.

3) Floating Rate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada dipasar uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan. Pada akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap cicilannya setiap bulan.

4 Inflasi

a. Pengertian Inflasi

(20)

Laju pertumbuhan inflasi harus selalu diwaspadai, dan dikendalikan karena:

1) Inflasi berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan, sehingga perlu dicermati terutama oleh praktisi ekonomi, dan bisnis.

2) Inflasi yang tinggi mempunyai pengaruh agregatif terhadap perekonomian makro sebagai faktor eksternal dunia industri serta bedampak luas pula terhadap sektor perekonomian mikro yang merupakan faktor internal dunia bisnis.

3) Industri yang berorientasi ekspor akan semakin kurang kompetitif dipasaran global, dan bahkan dipasaran nasional jika terjadi inflasi yang tinggi. Biaya faktor-faktor produksi semakin mahal hingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Hal ini semakin memberatkan negara-negara yang menganut sistem ekonomi terbuka.

4) Kemerosotan produksi baik yang berorientasi pada ekspor maupun untuk pasaran domestik akan meningkatkan laju pertumbuhan anggka pengangguran yang sangat berbahaya bagi stabilitas perekonomian negara.

(21)

6) Inflasi yang tinggi akan semakin menumbuh-suburkan korupsi, manipulasi dan kolusi dikalangan elit pemerintahan dengan kalangan konglomerat yang membuat kepercayaan terhadap kewibawaan pemerintah semakin merosot.

7) Inflasi yang tinggi akan mendorong para pemodal nasional untuk menanamkan modalnya keluar negri, dan bahkan para pengusaha akan merealokasikan industrinya ke luar negri yang perekonomiannya lebih stabil. Jika hal ini terjadi, perekonomian nasional akan terus memanas, dan hancur. Industri semakin tidak kompetitif, dan tidak mampu menarik investor asing untuk menanamkan modalnya.

b. Pengaruh Inflasi

Inflasi yang terus belanjut apalagi sampai melampaui angka dua digit dapat berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, dan alokasi faktor produksi nasional. Dampak terhadap distribusi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan dampak terhadap alokasi faktor produksi, dan produksi nasional disebut Efficiency Effect .

(22)

Demikian juga terhadap orang-orang yang gemar menumpuk kekayaan dalam bentuk uang tunai akan sangat menderita, dan mengalami kerugian besar dengan adanya inflasi. Pemilik modal yang meminjamkan modalnya dengan bunga lebih rendah daripada tingkat inflasi juga akan mengalami kerugian. Sebaliknya, dengan terjadinya inflasi, kelompok-kelompok yang mendapatkan keuntungan adalah mereka yang memperoleh kenaikan atau peningkatan pendapatan dengan tingkat presentase yang lebih besar daripada tingkat inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai. Nilai kekayaan tersebut akan naik, karena harganya semakin mahal dengan presentase lebih besar dari tingkat inflasi. Selain itu inflasi juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan, dan atau kekayaan masyarakat.

(23)

Output Effect, anilisis terhadap equity effect, dan efficiency effect berdasarkan asumsi bahwa output dalam keadaan tetap (cateris paribus). Berbeda halnya dengan analisis output effect. Analisis output effect adalah analisis tentang inflasi terhadap keluaran (output), dimana output di asumsikan sebagai variabel terikat (dependen).

(24)

Didalam teori kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah karena kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000). Teori kuantitas membedakan sumber inflasi menjadi dua, yakni “ Demand Pull Inflation” , dan “ Cost Push Inflation” .

Demand Pull Inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregatif (bersifat menyeluruh) dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). Kenaikan kesempatan agregatif selain dapat menaikan harga-harga juga dapat meningkatkan produksi. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan out put, tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang biasa disebut inflasi murni (Pure Inflation). Secara grafis dapat dilihat berikut ini:

Gambar 2

(25)

Dari grafik diatas terlihat bahwa kesempatan kerja penuh (full employment) berada pada posisi QFE. Namun kenaikan permintaan (aggregate demand) selalu meningkat, dari AD 1 ke AD berikutnya. Kondisi ini tidak mendorong kenaikan output melainkan hanya akan menyebabkan kenaikan harga-harga hingga melambung tinggi.

Pada kondisi cost push inflation, tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan tingkat permintaan. Ini dikarenakan adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut berlangsung cukup lama, maka terjadilah inflasi yang disertai dengan resesi. Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut ini:

Gambar 3.

(26)

Grafik diatas menunjukan proses kenaikan biaya produksi, dan harga produksi serta penurunan jumlah produksi total secara terus menerus, akibatnya terjadilah cost push inflation. Kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. dampaknya harga produksi juga mengalami kenaikan dari P1 menjai P2 dan produksi total turun dari QFE menjadi Q2. Kenaikan harga yang terus berlanjut tersebut akan menggeser kurva AS2 menjadi AS3, sedang harga mengalami kenaikan dari P2 menjadi P3 ,dan produksi akan turun dari Q1 dan menjadi Q2. Kondisi demikian disebut dengan cost push inflation.

Tingkat laju inflasi sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian, khususnya kegiatan perbankan. Kondisi laju inflasi yang tinggi menyebabkan pemerintah (Bank Indonesia) mengeluarkan regulasi untuk menaikan suku bunga simpanan bank-bank di Indonesia. Ini dalam rangka agar inflasi dapat terkendali.

(27)

juga menurun. Sebab pada saat itu suku bunga kredit sudah dinaikan sedemikian tingginya, dan sangat memeberatkan, dan merugikan masyarakat. Khususnya perekonomian Indonesia.

Berdasarkan pengalaman tersebut, maka bank-bank tidak mau mengalami negative spread, sehigga pada saat suku bunga simpanan dinaikan oleh pemerintah dalam hal ini adalah BI sebagai pengendali inflasi, maka bank-bank akan dengan sendirinya menaikan suku buga kreditnya (pinjaman). Apabila suku bunga kredit naik maka sudah otomatis minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, berarti jumlah alokasi kreditpun menurun, termasuk kredit untuk usaha kecil (KUK).

B. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti tentang KUK dan UKM.

1 Erwin (1998)

(28)

dependennya. Dalam penelitian tersebut juga menganalisis hubungan antara inflasi dengan tingkat suku bunga deposito.

Penelitian tersebut kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Variabel independen jumlah dana yang dihimpun bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

2) Variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito.

3) Variabel independen PDB riil berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

Penelitian Erwin (1998) menggunakan data tahun 1990 sampai dengan tahun 1995, seperti yang telah kita ketahui penelitian diatas dilakukan sebelum terjadinya krisis ekonomi 1998. Dengan mengadakan penelitian yang serupa pada area yang sama paska krisis ekonomi 1998 diharapkan dapat memperbaharui informasi tentang KUK dan UKM, karena pada saat krisis ekonomi 1998 dikhawatirkan sektor riil termasuk didalamnya adalah KUK menjadi terhambat perkembangannya. Krisis ekonomi 1998 yang berpangkal pada krisis moneter sangat menghambat UKM dan alokasi KUK karena inflasi yang tinggi menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi sehingga UKM diperkirakan akan terganggu. 2 Ngatiman (1998)

(29)

Variabel dependen dari penelitian tersebut adalah alokasi KUK di bank BPD Yogyakarta, sedangkan variabel independennya adalah jumlah dana jumlah dana yang terhimpun pada bank BPD Yogyakarta, tingkat suku bunga kredit dan PDRB.

Penelitian tersebut menganalisis hubungan antara variabel dependen dengan independennya menggunakan analisis regresi model OLS. Dengan memperoleh beberapa kesimpulan penting didalamnya sebagaiberikut ini:

1) Variabel independen jumlah dana yang terhimpun di bank BPD Yogyakarta ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta 2) Variabel independen Tingkat suku bunga ternyata tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

3) Variabel independen PDRB ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

C. Kerangka Pemikiran

(30)

pula. Penelitian ini tentang kredit yang pada area yang sama dengan analisis terfokus kepada sisi kebijakan perbankan. Sisi kebijakan perbankan seperti jumlah penghimpunan dana, laju tingkat inflasi dan suku bunga kredit sebenarnya sangat mungkin berpengaruh terhadap kelancaran pengucuran dana kredit usaha kecil lebih daripada sisi intern pengusaha kecil itu sendiri.

Manajemen yang merupakan salah satu sisi intern pengusaha kecil, kelebihan dan kekurangannya serta kondisi eksternal seperti halnya PDRB memang juga memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi alokasi KUK, namun karena KUK merupakan kewajiban moral bagi sektor perbankan terhadap sektor riil maka layak untuk medapatkan perhatian yang serius.

(31)

sentralistik presiden. Ketika itu, pasar uang menjadi sangat liberal. Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat menentukan tingkat suku bunga, kecuali permintaan dan penawaran uang. Bank Sentral hanya dapat mengeluarkan kebijakan sisi moneter, khususnya penawaran uang, untuk mempengaruhi tingkat suku bunga.

Akibatnya, dunia usaha harus mampu mengakses kredit perbankan melalui mekanisme pasar. Perkembangan suku bunga Indonesia sangat menarik dianalisis, terutama sejak Indonesia mengalami krisis pada tahun 1997. Untuk menahan laju inflasi yang melambung sangat tinggi pada tahun 1998-1999, otoritas moneter menggunakan instrumen suku bunga sebagai pengendali inflasi. Dengan kebijakan moneter yang sangat konstruktif, suku bunga pada waktu itu melebihi 50% per tahun. Kebijakan konstruksi moneter tersebut sangat berhasil dan juga sekaligus dapat mengembalikan pamor pemerintah dan otoritas bank sentral dalam pengelolaan ekonomi makro. Bank sentral menggunakan instrumen suku bunga untuk mendukung stabilitas ekonomi makro, khususnya pengendalian inflasi dan kurs. Sejak 2001, sektor perbankan telah mulai pulih dari krisis, sebagai akibat dari program penyehatan perbankan, walaupun suku bunga masih cukup tinggi, mencapai 15% per tahun (Nasution, 2004).

(32)

yang dihimpun bank dari masyarakat maka jumlah penghimpunan dana bank pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu bank harus menyalurkan dananya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan demikian semakin tinggi penghimpunan dana bank maka jumlah alokasi kredit, khususnya kredit modal kerja akan mengalami peningkatan. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pemerintah (BI) menaikkan suku bunga simpanan sebagai pengendali laju inflasi. Seiring dengan meningkatnya suku bunga simpanan maka bank-bank harus menaikkan suku bunga kredit agar tidak mengalami negatif spread. Negatif spread adalah suatu kondisi dimana bank-bank mengalami margin keuntungan yang disebabkan suku bunga kredit lebih rendah dari suku bunga tabungan (seperti yang dialami indonesia disaat krisis).

Meningkatnya suku bunga kredit (kredit modal kerja) maka menyebabkan bank mengalami kesulitan dalam mengalokasikan (menyalurkan) kredit modal kerja, karena masyaraka mempunyai anggapan bahwa mereka mendapatkan beban yang berat dalam melunasi pinjaman kreditnya ditambah suku bunga yang besar. Dengan demikian jumlah alokasi kredit modal kerja akan menurun.

(33)

Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar tersebut memperlihatkan pengaruh dana

yang dihimpun, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap alokasi

[image:33.595.140.493.222.432.2]

penyaluran kredit.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Inflasi yang tinggi akan menyebabkan pemerintah (BI) menaikkan suku

bunga simpanan sebagai pengendali laju inflasi. Seiring dengan

meningkatnya suku bunga simpanan maka bank-bank harus menaikkan suku

bunga kredit agar tidak mengalami negatif spread. Negatif spread adalah

suatu kondisi dimana bank-bank mengalami margin keuntungan yang

disebabkan suku bunga kredit lebih rendah dari suku bunga tabungan (seperti

yang dialami indonesia disaat krisis).

Alokasi Penyaluran Kredit [Y3] H4

H3

H5

H6

Tingkat Inflasi [X1]

H7 H1

H2

Tingkat Suku Bunga [Y1]

Dana yang Dihimpun [Y2]

(34)

Penelitian Erwin (1998) yang menggunakan data tahun 1990 sampai

dengan tahun 1995 mengungkapkan bahwa krisis ekonomi 1998 yang

berpangkal pada krisis moneter sangat menghambat UKM dan alokasi KUK

karena inflasi yang tinggi menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi

sehingga UKM diperkirakan akan terganggu. Berdasarkan hal tersebut

hipotesis yang diusulkan dlam penelitian ini adalah:

Hipotesis 1 : Tingkat laju inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat suku bunga kredit (pinjaman) oleh bank – bank umum di Surakarta periode 2002 - 2010.

Suku bunga merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau

menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan ,

maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank,

dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu

sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat

dalam menabung akan berkurang.sebab masyarakat berpandangan tingkat

keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga

adalah kecil Erwin (1998). Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diusulkan

dlam penelitian ini adalah:

Hipotesis 2 : Tingkat laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Jumlah dana yang dihimpun oleh bank – bank umum di Surakarta periode 2002 - 2010.

(35)

Berbeda halnya dengan suku bunga pinjaman (kredit). Suku bunga ini

dikenakan pada masyarakat yang ingin meminjam dana pada bank. Suku

bunga kredit ini sangat tergantung dari jenis kredit yang diinginkan. Semakin

tinggi bank mengenakan suku bunga kredit, minat masyarakat untuk

meminjam kredit semakin berkurang, sebab mereka dihadapkan dengan

jumlah pembayaran kredit ditambah bunga yang tinggi. Dan ini memberatkan

masyarakat yang bersangkutan dalam meminjam kredit, dan melunasi

kreditnya dimasa yang akan datang. Namun sebaliknya, apabila bank

mengenakan suku bunga kredit (pinjaman) yang rendah maka minat

masyarakat dalam meminjam kredit bertambah besar, khususnya kredit usaha

kecil (KUK). Dengan semakin rendahnya suku bunga kredit, khususnya kredit

untuk usaha kecil, maka akan memicu pertumbuhan, dan perkembangan

jumlah usaha kecil, yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran

(Ngatiman,1998). Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diusulkan dlam penelitian ini adalah:

Hipotesis 4 : Tingkat suku bunga kredit (pinjaman) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode 2002 - 2010.

Jumlah dana yang dihimpun bank dari masyarakat sudah tentu

berupa simpanan tabungan, deposito dan giro. Semakin tinggi (besar) dana

yang dihimpun bank dari masyarakat maka jumlah penghimpunan dana bank

pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu bank harus menyalurkan dananya

(36)

penghimpunan dana bank maka jumlah alokasi kredit, khususnya kredit

modal kerja akan mengalami peningkatan (Ngatman, 1998). Berdasarkan hal

tersebut hipotesis yang diusulkan dlam penelitian ini adalah:

Hipotesis 5 : Jumlah dana yang dihimpun berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode 2002 - 2010.

Produk Domestik Regioanl Bruto merupakan jumlah nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari

masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan sub-sektor atau sektor

dalam jangka waktu tertentu. Salah satu kompoenen dari PDRB adalah

pendapatan perkapita masyarakat. Bila tingkat pendapatan rendah, rumah

tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit menabung, karena harus

membelanjakan semua atau sebagian besar pedapatannya untuk memelihara

tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk konsumsi. Pada tingkat pendapatan

lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan lebih besar. Semakin besar

pendapatan, semakin besar pula simpanan yang dilakukan masyarakat. Begitu

juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB berpengaruh terhadap jumlah dada

yang dialokasikan untuk kredit.

(37)

Berdasarakan uraian diatas hipotesis secara simultan pengaruh jumlah dana yang dihimpun, tingkat suku bunga kredit (pinjaman), tingkat laju inflasi dan PDRB j terhadap alokasi dana KUK adalah :

Hipotesis 7 : Jumlah dana yang dihimpun, tingkat suku bunga kredit (pinjaman), tingkat laju inflasi dan PDRB berpengaruh berpengaruh secara signifikan terhadap alokasi dana KUK oleh bank – bank umum di Surakarta periode 2002 - 2010.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal berdasarkan data tahun 2002 – 2010 di Surakarta.

B. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dugunakan dalam penelitian ini adalah data time series (kuartal/3 bulanan) suku bunga, jumlah dana yang dihimpun dan alokasi dana untuk KUK di Surakarta periode Juni 2002 – Maret 2010. Data diambil dari Statistik Ekonomi Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Data PDRB diperoleh dari Laporan BPS Jawa Tengah dengan data kuartal.

C. Analisis Data 1. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesa ini digunakan analisis regresi double log linier berganda (Multiple Double Log -Linier Regression). Model regresi yang digunakan adalah :

Y1 = a0 + a1Ln X1 + e2 Ln Y2 = b0 + b1X1 + e3

Ln Y3 = c0 + c1 Y1 + c2LnY2 + c3 X1 + c4LnX2 + e1

(39)

Keterangan:

a0,b0,c0 = konstanta untuk persamaan regresi a1,b1,c1 - c4 = koefisien regresi

X1

= Inflasi X2

= PDRB Y1 = Suku bunga

Y2 = Dana yang dihimpun Y3 = Alokasi penyaluran kredit e = error variansi

X1 (inflasi) dan Y1 (suku bunga) tidak menggunakan logaritma karena inflasi dan suku bunga sudah menggunakan nilai prosentase.

Uji menguji hipotesis didasarkan pada nilai t untukmengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai t hitung > t tabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen secara individu (Gunawan, 2005). Sedangkan jika t hitung < t tabel maka tidak terdapat hubungan pengaruh yang signifikan.

2. Uji Kebaikan Model a. Uji statistik F

(40)

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen. Jika R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen sehinga model yang digunakan dapat dikatakan baik.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk dapat memenuhi beberapa unsur akurasi daya penduga parameter yang tidak bias, untuk melihat tingkat ketelitian yang akan mencerminkan tingkat efisien hasil analisis dan keajegan (konsisten) hasil yang diperoleh sehingga persamaan regresi yang dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi (Gunawan, 2005).

a. Pengujian Normalitas

(41)

b. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat hubungan dengan variabel independen lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai ( r )2 X1, X2, X3… Xn.

Apabila nilai R2 > ( r )2 berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai R2 < ( r )2 berarti ada gejala multikolinearitas (Gunawan, 2005).

c. Pengujian Autocorrelation

Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan penggangu (error disturbance) suatu periode berkorelasi dengan kesalahan penganggu periode sebelumnya. Alat penguji terdapat tidaknya autokorelasi adalah Durbin Watson Test (DW-Test). Untuk menguji penyakit asumsi klasik yang satu ini, maka terlebih dahulu tentukanlah nilai kritis du dan dL berdasarkan jumlah observasi dan variabel independen. Jika hipotesa menyatakan tidak adanya autokorelasi maka (Gunawan, 2005).

(1) Jika DW < dL yang berarti Ho ditolak dan berarti pula adanya autokorelasi

(42)

(3) Jika du < DW < 4-du maka Ho diterima dan berarti pula tidak terdapatnya autokorelasi positif atau negative.

d. Pengujian Heterocedastisitas

Pada penelitian ini digunakan metode Glejser. Disini dilakukan dengan dengan meregresikan nilai residual yang diperoleh dengan variabel-variabel independennya. Jika hasil uji menunjukkan nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika hasil uji ini menunjukkan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel maka dapat disimpulkan terdapat masalah heteroskedastisitas (Gunawan, 2005).

D. Definisi Operasional

1 Alokasi Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Alokasi penyaluran kredit adalah permintaan uang dalam bentuk kredit usaha kecil (KUK) dihitung dalam satuan rupiah.

2 Inflasi

(43)

3 Produk Domestik Regional Bruto

Data Produk Domestik Regional Bruto untuk wilayah surakarta. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan kuartal kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta rupiah.

4 Suku bunga

Suku bunga riil merupakan sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah mempergunakan dana sebagai balas jasa. Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang (kredit). Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan permintaan agregat/pengeluaran investasi. Sebaliknya, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan peningkatan permintaan agregat.

5 Dana yang dihimpun

(44)
[image:44.842.111.766.127.409.2]

Tabel 1

Deskripsi operasional dan pengukuran variabel

NO Variabel Notasi Status

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Skala Data 1 Alokasi Kredit Y3 Dependen Permintaan uang riil dalam bentuk

kredit usaha kecil (KUK) Rupiah Interval

2 Inflasi X1 Independen

suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara

Prosentase Rasio

3 PDRB X2 Independen

balas jasa yang diterima oleh faktor faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu

wilayah/region pada jangka waktu tertentu berdasarkan harga yang berlaku

Rupiah Interval

4 Dana yg

Dihimpun Y2

Mediasi (Dependen dan

Independen)

Dana riil masyarakat yang dihimpun oleh Bank dalam jangka waktu tertentu

Rupiah Interval

5 Suku Bunga Y1

Mediasi (Dependen dan

Independen)

sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah mempergunakan dana sebagai balas jasa secara riil

Gambar

Gambar Grafik Hubungan Suku Bunga Kredit   Gambar 1 Dan Jumlah Alokasi Redit
Gambar Grafik Gambar 2 Demand Pulll Inflation
Gambar 3.  Gambar Grafik Cost Push Inflation
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Fluktuasi harga ini sudah pernah di teliti sebelumnya tetapi disini peneliti mengambil variabel yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda,

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan variabel dependen dan beberapa variabel independen yang sama dengan peneliti terdahulu yaitu cash

Berdasarkan uraian penelitian-penelitian sebelumnya bahwa prevalensi maloklusi yang terjadi di beberapa negara tinggi dan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk menguji kembali beberapa variabel yang pernah diteliti sebelumnya dengan melakukan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel bebas yang juga pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya seperti pemanfaatan Teknologi

penelitian sebelumnya menggunakan onset laktasi sebagai variabel independen, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan onset laktasi pada variabel dependen, tujuan

Namun ada beberapa poin yang menurut peneliti belum tuntas dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan masih membutuhkan penelitian yang mendalam yaitu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu ada beberapa peneliti menyatakan bahwa variabel moral pajak dan kualitas pelayanan fiskus tidak berpengaruh terhadap tingkat