BAB I PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem demokrasi dengan segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. Bukan hanya angka-angka fisik kemiskinan yang bergerak lamban, kemiskinan mental yang disebabkan pembiaran pelanggaran hukum oleh pemerintah dan terabaikannya perhatian terhadap ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat, terus berjalan menuju titik terendah. Kekerasan selalu datang silih berganti, dengan beragam motif dan kecenderungannya, mulai dari kekerasan bermotif agama, budaya, sosial, ekonomi hingga politik. Salah satu bentuk kekerasan yang sangat merugikan ketentraman dan ketertiban masyarakat adalah kekerasan yang dilakukan oleh kelompok pemuda terpelajar yang menjadi harapan bangsa dan negara, yaitu perkelahian pelajar.
Perkelahian atau yang sering disebut tawuran pelajar, paling sering terjadi di antara pelajar SMU, di berbagai tempat di Indonesia.
Perkelahian pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, karena tidak sejalan dengan norma-norma yang berlaku dalam sistem sosial kemasyarakatan serta menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem pemerintahan untuk memperbaiki perilaku tersebut (Setiadi Elly M dan Usman Kolip, 2011 : 188). Selanjutnya dikatakan, bahwa perilaku perkelahian antar pelajar telah merugikan banyak orang dan menimbulkan kerugian masyarakat, karena seringkali dilakukan di tempat umum yang menggangu masyarakat dan merusak fasilitas umum, dengan membawa senjata tajam untuk melukai atau untuk membunuh lawan bahkan seringkali menimbulkan salah sasaran.
Perkelahian ini dapat menimbulkan kegelisahan sosial. Menurut Novri Susan (2010 : 191), kegelisahan sosial adalah kondisi psikologis di tingkat kolektif masyarakat akibat tekanan-tekanan eksternal yang mengancam eksistensi hidup, termasuk tekanan akibat kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar.
Dalam hal ini dapat dilihat untuk wilayah Jabodetabek, beberapa kasus perkelahian pelajar selama tahun 2011 dan 2012, seperti dilansir oleh media Media Indonesia dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), adalah seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Kasus Perkelahian Pelajar di Jabodetabek Tahun 2011 dan 2012
Waktu Kejadian Korban
Thn 2011*
5 Februari Seorang siswa SMK Mercu Suar dikeroyok sekelompok pelajar di jln A.Yani Bekasi
1 tewas
5 Mei Tawuran antar pelajar di Jln I.Gusti Ngurah Rai Klender Jakarta Timur
1 tewas
7 Mei SMK Tri Darma dan SMK YKTB terlibat tawuran di Jln Dramaga Bogor
1 tewas
12 September SMK Satya Bhakti dan SMA 66 Kampung Melayu bentrok di Jln. Sahardjo
1 tewas
19 September Ratusan siswa SMA 6 tawuran dengan puluhan wartawan media massa di Jln Mahakam , Jakarta Selatan
luka-luka.
22 September Dua kelompok SMK dan SMA bentrok di Jln Proklamasi Depok
11 luka Kerusakan terminal Thn 2012**
19 April Jalan Mahakam, Kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
2 luka
3 Mei Jalan Ampera RT 03 05 Bekasi Timur, Kota Bekasi 1 tewas 29 Mei Bundaran Bulungan, Kramat pela, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan
7 luka
26 Juli Jalan Kramat Raya Senen, Jakarta Pusat 2 luka 29 Agustus Stasiun Panjang, Buaran, Duren Sawit, Jakarta
Timur
1 tewas
24 September Jalan Mahakam, Kawasan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
1 tewas 2 luka Data diolah dari : * Media Indonesia edisi Jumat, 30 September 2011, hal.32
** Polda Metro Jaya.
Tabel di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 2011-2012 terjadi 13 kasus perkelahian pelajar. Pada tahun 2011 terdapat 6 kasus perkelahian pelajar yang menelan korban jiwa 4 orang meninggal dunia, puluhan menderita luka dan rusaknya fasilitas umum, sedangkan pada tahun 2012 hingga bulan September tercatat terjadi 7 kasus perkelahian pelajar, dengan korban 3 orang meninggal dunia dan puluhan luka-luka.
Data tersebut dapat menunjukkan pula bahwa selama periode tahun 2011- 2012 perkelahian pelajar paling banyak terjadi di kawasan Jakarta Selatan (31 %), diikuti wilayah Jakarta Timur (23 %), Bekasi dan Depok ( masing-masing 15 %), serta wilayah Jakarta Pusat dan Bogor (masing-masing 8 %). Hal ini sesuai pendapat dari Priliawito dari Metro News pada tanggal 28 september 2012 yang menyatakan bahwa jumlah korban akibat tawuran di kawasan Jakarta Selatan, khususnya daerah Bulungan menempati urutan teratas dan seluruh tawuran yang terjadi di wilayah Jabodetabek.
Maraknya perkelahian pelajar dengan berbagai dampak negatifnya telah menimbulkan rasa tidak aman, kekhawatiran dan kecemasan warga Jakarta pada umumnya, dan warga sekitar wilayah Bulungan pada khususnya, termasuk juga para orang tua murid. Selain itu, perkelahian pelajar telah menyebabkan munculnya kerusuhan dan kekacauan sehingga orang-orang dilingkungan tersebut tidak dapat bekerja dengan tenang dan teratur sesuai irama hidup masing-masing, sehingga memunculkan gangguan bagi warga dalam melakukan aktifitas. Kondisi ini menyebabkan ketahanan pribadi dan keluarga menjadi rendah, karena aktivitas warga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan keamanan terganggu.
Menurut (Sunardi, 2004) ketahanan nasional ditopang oleh ketahanan wilayah, ketahanan wilayah harus ditopang oleh ketahanan masyarakat, ketahanan masyarakat harus ditopang oleh ketahanan keluarga sedangkan ketahanan keluarga ditopang oleh ketahanan individu. Ketahanan wilayah sebagai suatu sistem terdiri atas subsistem-subsistem yang saling mempengaruhi, jika salah satu subsistem buruk maka akan mempengaruhi subsistem yang lain. Oleh karena itu, untuk menjaga ketahanan wilayah sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan masing-masing individu,
keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan ketahanannya pada semua gatra sebagai suatu sistem.
1.2 Rumusan Masalah
Perkelahian antar pelajar yang terjadi di kawasan Bulungan sering terjadi dan telah terjadi bertahun-tahun, namun hingga saat ini belum terlihat upaya nyata dalam menangani konflik tersebut. Peristiwa ini secara langsung merugikan semua pihak, baik siswa, orang tua, masyarakat sekitar bahkan aparat keamanan, yang dengan sendirinya mempengaruhi ketahan wilayah kawasan Bulungan, sehingga timbul beberapa permasalahan:
1. Apa motivasi pelajar untuk ikut terlibat dalam perkelahian di kawasan Bulungan ?
2. Mengapa perkelahian antar pelajar di kawasan Bulungan Jakarta Selatan sering terjadi ?
3. Bagaimana hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam rangka ketahanan wilayah ?
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perkelahian pelajar SMU, ketentraman dan ketertiban, serta ketahanan wilayah telah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun ditinjau dari latar belakang, permasalahan, dan tujuan dari penelitiannya, penelitian-penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini, yang meneliti tentang dampak perkelahian antara pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban dalam rangka ketahanan wilayah. Secara garis besar beberapa penelitian sebelumnya diuraikan dalam tabel berikut, sehingga dapat memperlihatkan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini.
Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Konflik
No Judul Penelitian Pengarang Masalah Kesimpulan
1 Perencanaan Sosial
Penanganan Masalah
Tawuran Pelajar di DKI Jakarta
Rahmania (2007) Faktor penyebab dan
pemicu tawuran pelajar, interaksi faktor dan keterkaitan satu sama lain
Tawuran terjadi
karena ketegangan
struktural dan
lingkungan fisik yang
tidak kondusif,
mendorong sikap
2 Perbedaan Prasangka
Terhadap Kelompok
Siswa Sekolah Lain dan Konformitas pada
Kelompok Teman
Sebaya antara Siswa yang Terlibat dengan yang Tidak Terlibat Tawuran di SMK ”X” Kota Semarang
Kurniawan (2010) Efek Tekanan dari teman sebaya terhadap dorongan
untuk terlibat dalam
tawuran.
Perbedaan prasangka
terhadap kelompok
siswa sekolah lain
antara siswa yang
terlibat dengan yang tidak terlibat tawuran.
3 Persepsi Warga Jakarta terhadap Upaya Penciptaan Ketentraman dan Ketertiban di Prov. DKI.
Rowa dan Bakri
(2012)
Lemahnya penegakkan
hukum, menimbulkan
ketidak percayaan
masyarakat.
Perlu sanksi tegas
bagi pelaku pelanggar hukum, perlu partisipasi warga, sebelum diambil tindakan keras harus didahului dialog. 4 Optimalisasi Tokoh dan Pembina Kamtibmas Dalam Hernawansyah (2008)
Konflik yang terjadi dari skala kecil hingga besar
yang timbul sebagai
upaya mencegah
konflik sosial perlu
Manajemen Konflik akibat dari perbedaan
kultur atau dan
kecemburuan sosial.
mungkin dan terus menerus baik oleh
pemerintah dan masyarakat. 5 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Dalam Membina Ketahanan Wilayah.
Sudiarti (2011) Strategi pemberdayaan
masyarakat dalam bidang pendidikan terhadap ketahanan wilayah. Kegiatan gotong royong dan pemberian bantuan biaya pendidikan sangat berpengaruh terhadap ketahanan wilayah.
Sumber : Hasil analisis.
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dalam penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, ada beberapa temuan yang terkait dengan penelitian ini. Pertama, penelitian ataupun kajian tentang perkelahian pelajar yang pernah dilakukan lebih fokus pada penyebabnya saja. Kedua, perkelahian pelajar sering terjadi tanpa pencegahan awal dengan dampak yang dapat merugikan pelajar itu sendiri maupun warga sekitarnya namun penanggulangan oleh aparat keamanan maupun pihak sekolah sering terlambat sehingga mengganggu ketentraman dan ketertiban lingkungan, mencermati dan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya maka perlu dilakukan penelitian tentang dampak perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam konteks ketahanan wilayah.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk menjawab pokok permasalahan sebagaimana dipermasalahan penelitian, yaitu:
a. Mengetahui motivasi pelajar untuk ikut dalam perkelahian antar sekolah di kawasan Bulungan Jakarta Sealatan
b. Mengetahui penyebab perkelahian antar pelajar dikawasan Bulungan Jakarta Selatan sering terjadi.
c. Mengetahui hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban warga Bulungan dalam konteks ketahanan wilayah.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) manfaat yaitu dari sudut manfaat bidang teoritis dan manfaat secara praktis, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis yang diharapkan agar dapat memberikan wawasan dan kajian tentang ilmu sosial khususnya
perkelahian pelajar. Di sisi lain diharapkan bahwa dengan penelitian ini dapat memperkaya terutama keterkaitan ilmu sosial dengan ketahanan wilayah, sehingga dapat digunakan dalam kajian ilmu sosial dan dunia psikologi sosial serta sebagai bahan lanjutan penelitian sejenis di masa yang akan datang sehingga lebih terarah dan terfokus dalam melaksanakan penelitian.
b. Manfaat praktis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menyempurnakan strategi menyelesaikan permasalahan perkelahian pelajar khususnya di wilayah Bulungan atau ditempat lain, serta dapat diaplikasikan didaerah lain yang sering terjadi perkelahian pelajar.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam 7 bab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang jumlahnya tergantung pada besar dan pentingnya persoalan yang dibahas.
Sebagai pengantar adalah bab satu yang memuat latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab dua adalah tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian. Tinjauan pustaka berisi landasan teori dan pembahasan yang dilakukan penulis terdahulu dalam menganalisis masalah yang sejenis. Pada bagian awal landasan teori, disajikan teori-teori yang berkaitan dengan perkelahian pelajar meliputi: teori konflik, teori agresi, teori motivasi. Landasan teori kedua berkaitan dengan teori Ketentraman dan Ketertiban, serta bagian terakhir adalah teori Ketahanan Wilayah.
Bab ketiga cara penelitian yang berisi lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Dalam teknik analisis data, diuraikan definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrument dan teknik penyajian data.
Bab keempat deskripsi lokasi Bulungan Kecamatan Kebayoran Baru Kota Administrasi Jakarta Selatan, berisi kondisi demografi, ekonomi, dan lokasi rawan konflik dan kondisi Perkelahian Pelajar, SMU di kawasan Jakarta Selatan.
Bab kelima mengenai motivasi pelajar untuk ikut perkelahian antar smu di kawasan bulungan jakarta selatan meliputi Perilaku Agresi Dalam Diri Pelajar Yang Terlibat Tawuran, Aktualitas Diri
Pelajar Pelaku Tawuran, dan Pelajar Terlibat Tawuran Akibat Pengaruh Teman
Bab keenam mengenai perkelahian antar pelajar smu di kawasan bulungan jakarta selatan yang terdiri atas Reaksi Sosial Pelajar Dalam Pergaulan, Gangguan Pengamatan, Tanggapan, Cara Berpikir dan Emosional serta Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Sekitar/Milieu.
Bab ketujuh tentang hubungan perkelahian pelajar terhadap ketentraman dan ketertiban dalam rangka ketahanan wilayah kawasan bulungan jakarta selatan berisi mengenai keamanan warga yang meliputi keamanan dalam bekerja, keamanan dalam mengikuti kegiatan sekolah, kemudian mengenai pelanggaran peraturan yakni kriminalitas dan ketahanan wilayah.
Bab kedelapan Penutup mengenai kesimpulan dan rekomendasi.