BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga untuk para siswa di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah (Wikipedia). Sekolah mempunyai kebijakan masing-masing dalam upaya meningkatkan kualitas belajar siswa, sekolah akan berusaha membuat pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan mampu memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan ide pribadi yang akan meningkatkan minat belajar.
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (Gulo, 2002:23). Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 BAB I Pasal I Butir 1 menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut pendidikan idealnya harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Dalam memperoleh hasil yang maksimal siswa dituntut untuk belajar lebih efektif. Seorang siswa akan berhasil dalam pelajarannya apabila dalam diri siswa ada keinginan untuk belajar. Minat akan terbentuk jika ada usaha dari dalam dirinya dan juga ada dorongan dari luar baik dari guru, keluarga maupun lingkungan.
Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Dampak dari adanya minat belajar dapat menumbuhkan metode baru dalam belajar siswa. Belajar dikatakan berhasil jika dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku dan cara berfikir dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hasanah (2016:130) mendefiniskan minat belajar adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh.
Dukungan minat belajar sangat dibutuhkan untuk terciptanya pembelajaran efektif. siswa yang pada awalnya malas dalam belajar akan berusaha mengejar ketertinggalannya jika dalam diri siswa terbentuk minat yang tinggi untuk turut aktif dalam setiap proses pembelajaran. Minat belajar dapat diukur melalui tiga indikator menurut Slameto dalam Hasanah (2016:131) yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, serta keterlibatan siswa dalam belajar.
Hal ini didukung oleh Hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa minat belajar siswa SMP Negeri 15 Kota Jambi pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berada pada kategori rendah. Kelompok eksperimen terletak pada interval 45-52 dengan persentase frekuensi 35%. sedangkan kelompok kontrol terletak pada interval 49-55 dengan persentase frekuensi 42%.
Tabel 1.1 Kategori Minat Belajar Siswa
NO KATEGORI INTERVAL KELAS INTERVAL FREKUENSI %
1 SANGAT TINGGI 8 69-76 1 4% 2 TINGGI 8 61-68 6 23% 3 SEDANG 8 53-60 8 31% 4 RENDAH 8 45-52 9 35% 5 SANGAT RENDAH 8 < 44 2 7% JUMLAH 26 100%
Untuk itu melalui wadah bimbingan dan konseling, minat belajar siswa dapat ditingkatkan dengan salah satu layanan yang ada di dalam bimbingan dan konseling yakni layanan informasi. “layanan informasi merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling disekolah yang amat penting membantu peserta didik dalam pencapaian perkembangannya, baik yang berhubungan dengan diri pribadi, sosial, belajar ataupun karirnya (Hidayati, 2015:2)”.
Pada prinsipnya layanan informasi sering dilakukan oleh guru BK di lapangan. Akan tetapi, layanan informasi yang diberikan oleh guru BK terkait materinya sangat bagus namun membuat siswa kurang berminat dalam mengikutinya. Hal ini disebabkan oleh guru BK jarang menggunakan metode tertentu atau teknik tertentu dalam memberikan layanan.
Tabel 1.2 Hasil Wawancara Layanan Informasi Layanan
Informasi
Bidang Pelaksanaan Metode/Teknik
Pendidikan Sering Jarang
Sosial Sering Jarang
Karir Sering Jarang
Hal ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru BK di sekolah yakni, SMP Negeri 17 Kota Jambi, SMP Negeri 15 Kota Jambi dan MTs Negeri 2 kota Jambi. Didapatkan data bahwa guru BK di sekolah jarang sekali menggunakan metode atau teknik tertentu dalam memberikan layanan. Hal ini disebabkan terbatasnya fasilitas dan waktu untuk memberi layanan secara menyeluruh kepada siswa.
Dalam layanan informasi terdapat beberapa metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran, salah satunya metode blended learning. Blended
learning pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang memadukan antara
belajar secara face to face (bertemu muka/klasikal) dengan belajar secara
manfaat metode pembelajaran ini sebagai berikut: a) memperluas jangkauan dalam belajar, b) kemudahan implementasi, c) efisiensi biaya, d) hasil optimal, e) mampu menyesuaikan berbagai kebutuhan belajar dan meningkatkan daya tarik pembelajaran (Munir dalam Jackman, 2018:2).
Hal ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2016:91) dalam jurnalnya meningkatkan motivasi belajar siswa, bahwa layanan informasi dengan menggunakan metode blended learning lebih efektif diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Keefektifan ini terlihat dari jumlah keseluruhan analisis yang dilakukan dimana skor hasil motivasi belajar siswa kelompok eksperimen mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Dengan demikian penggunaaan suatu pendekatan dalam layanan informasi membuat pelaksanaannya menjadi mudah, kreatif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Maka dari itu peneliti tertarik menerapkan metode blended learning berbasis e-learning offline dimana dilakukan secara face to face dengan mengunakan fasilitas teknologi media komputer dalam penerapannya melalui layanan informasi, yakni dengan tayangan video untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan judul penelitian “Pengaruh metode blended learning untuk meningkatkan minat belajar melalui layanan informasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 15 Kota Jambi”
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan dilaksanakan penelitian, sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, peneliti menerapkan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Blended learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sistem belajar yang mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis komputer secara offline (Dwiyogo, 2018:59).
2. Minat belajar yang dimaksud didalam penelitian ini adalah ketertarikan siswa untuk belajar, perhatian dalam belajar, serta keterlibatan siswa dalam belajar (Slameto dalam Hasanah, 2006:131). 3. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 15 Kota Jambi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan:
1. Bagaimanakah kondisi minat belajar siswa SMP Negeri 15 Kota Jambi sebelum diberikan perlakuan?
2. Bagaimana kondisi minat belajar siswa SMP Negeri 15 Kota Jambi setelah diberikan perlakuan?
3. Bagaimanakah pengaruh metode blended learning untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui layanan informasi kelas VII SMP Negeri 15 Kota Jambi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah:
1. Mendeskripsikan kondisi minat belajar siswa SMP Negeri 15 Kota Jambi sebelum diberikan perlakuan.
2. Mendeskripsikan kondisi minat belajar siswa SMP Negeri 15 Kota Jambi setelah diberikan perlakuan.
3. Melihat pengaruh metode blended learning untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui layanan informasi kelas VII SMP Negeri 15 Kota Jambi.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan penelitian di atas penelitian diharapkan bermanfaat bagi:
1. Teoritis:
a. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan bimbingan dan konseling, yaitu membuat inovasi penggunaan metode teknik blended
learning untuk meningkatkan minat belajar siswa.
b. Sumbangan dan pijakan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengunaan metode blended learning untuk meningkatkan minat belajar pada siswa.
2. Praktis: a. Siswa
Agar siswa dapat lebih mantap dalam belajar setelah ditingkatkan minat belajar siswa.
b. Guru BK
Agar guru BK dapat menguasai penuh metode blended
learning yang digunakan dalam layanan informasi tidak hanya untuk
meningkatkan minat belajar namun juga dalam hasil belajar atau prestasi belajar dan sebagainya.
c. Guru mata pelajaran
Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam mempelajari metode blended learning untuk meningkatkan atau menunjang kebutuhan siswa yang harus dilakukan oleh guru.
F. Anggapan Dasar
Sutja, dkk (2017:68) Anggapan dasar atau asumsi adalah prinsip atau kepercayaan, yang digunakan peneliti untuk membangun hipotesis. Maka yang menjadi anggapan dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minat belajar begitu penting untuk siswa.
2. Metode blended learning mempunyai pengaruh untuk meningkatkan minat belajar siswa
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Ha: Terdapat pengaruh antara metode blended learning untuk
meningkatkan minat belajar siswa melalui layanan informasi
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara metode blended learning untuk
meningkatkan minat belajar siswa melalui layanan informasi
H. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional didalam penelitian ini adalah:
1. minat belajar adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh yang ditandai dengan ketertarikan siswa untuk belajar, perhatian dalam belajar, serta keterlibatan siswa dalam belajar (Slameto dalam Hasanah, 2006:131). 2. Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan
atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis komputer, yakni online dan offline (Dwiyogo, 2018:59).
3. Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (Aqib, 2014:84). Maka layanan informasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah layanan informasi yang menggunakan metode blended
learning berbasis e-learning offline dimana diterapkan secara face to face dengan memanfaatkan media eletronik (laptop dan in-focus).
I. Kerangka Konseptual
Hasil
Ketertarikan belejar SISWA
Kelompok Kontrol
Perhatian dalam belajar
Post-Test P E R L A K U A N Pre-test Kelompok Eksperiemen Ketertarikan belajar Perhatian dalam belajar