• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Penelitian ini dilakukan oleh Boon (2007), penelitian ini menemukan bahwa baik pengguaan produk CAM dan kunjungan ke Praktisi CAM oleh wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara meningkat secara signifikan dari 1998 hingga 2005. Pada tahun 2005 , 81,9% responden melaporkan menggunakan CAM ( 41% untuk membantu mengobati kanker payudara) dibandingkan menjadi 66,7%

pada tahun 1998, menunjukkan bahwa pada tahun 2005 penggunaan CAM telah menjadi “norma” dalam populasi pasien.

Penelitian ini membandingkan secara keseluruhan penggunaan CAM, serta penggunaan produk dan terapi khusus pada dua waktu yang berbeda (1998 vs

2005) oleh wanita yang didiagnosis kanker payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita dengan kanker payudara menggunakan CAM berkombinasi dengan perawatan pengobatan konvensional kanker payudara dan ini menyoroti penelitian tambahan tentang keamanan, kemanjuran dan interaksi dari produk dan terapi. Wanita pada tahun 2005 melaporkan bahwa 41%

(n = 220) menggunakan CAM sebagai bagian dari manajemen kanker payudara mereka. Produk dan praktisi yang paling sering digunakan untuk mengelola kanker payudara termasuk teh hijau, vitamin E, biji rami dan vitamin C, terapis pijat dan ahli diet/ahli gizi. Peningkatan signifikan terlihat dalam penggunaan praktisi kerja tubuh (termasuk praktisi Reiki, terapis pijat, praktisi sentuhan terapi dan praktisi shiatsu), ahli akupunktu/pengobatan tradisional Cina (TCM). Secara keseluruhan dalam penelitian ditemukan bahwa penggunaan produk CAM yaitu tanaman obat dan kunjungan ke praktisi CAM oleh wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara meningkat secara signifikan dari 1998 hingga 2005, hal ini disebabkan oleh keberhasilan CAM dalam pengobatan kanker payudara melalui bodywork atau kunjungan pasien kepada praktisi pengobat dan penggunaan tanaman obat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2015), Penelitian Fenomenologi ini memperoleh hasil yang luas dan mendalam. Penelitian ini menemukan 5 tema pengalaman pasien kanker payudara pada yang menjalani kemoterapi. Kelima tema tema tersebut adalah mengalami ketidakstabilan emosi kanker payudara sebagai respon terhadap kemoterapi, mengupayakan penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan pasien kanker payudara pada suku Batak dalam mengatasi dampak

kemoterapi dalam proses penyembuhan dan pencegahan pasien penderita kanker payudara mengurangi efek samping dari radiasi dan kemoterapi dapat juga menurunkan tingkat stress. Pengobatan ini membuat penderita merasa lebih kuat dan bersemangat, karena dengan cara ini mereka bisa memberi penanganan sendiri yang positif dari pada hanya sekedar bergantung kepada dokter. Selain pengobatan alternatif partisipan juga mengkonsumsi obat tradisional suku batak yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan/ketahanan tubuh sehingga dapat melawan sel-sel kanker. Pengobatan kanker dengan ramuan herbal adalah pengobatan dengan berbagai macam ekstrak dari tumbuh-tumbuhan dikombinasikan dengan bahan alami lainnya yang diolah secara modern, yang dapat membantu detoxifikasi jaringan darah dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh untuk bersama-sama memberantas sel kanker.

Dalam penelitian ini juga ditemukan tradisi suku Batak dalam proses penyembuhan penyakit. Dalam Jurnal Sitor Situmorang (2009) yang dikutip oleh peneliti memaparkan bahwa jika sakit orang Batak dilarang minum obat dari dokter. Dalam pengobatan tradisional suku Batak sering disertai ritual-ritual.

Untuk setiap masalah yang hendak diselesaikan berbeda upcara ritualnya dan untuk mengetahui bagaimana cara penyembuhkan yang sakit agar mendekatkan diri kepada Debata Mula Jadi Na Bolon (Tuhan Yang Maha Esa). Pada umumnya informan mengatakan bahwa mereka lebih nyaman dengan pengobatan ritual karena mereka mendapatkan informasi dari penyembuh tentang penyebab sakit

dan jenis penyakit, pengobatan, dan beberapa larangan atau pantangan yang harus dilakukan.

Menggunakan daun sirih yang dikunyah dan disemburkan (puih-puih) ke payudara. Sembur adalah suatu obat tradisional dalam masyarakat Karo yang terdiri dari beras, daun-daunan hutan, jah, lada, pala dan akar-akaran dan dari tanaman obat lainnya yang semuanya dicincang tidak terlalu halus. Cara penggunaanya yaitu disembur kebagian tubuh yang dianggap perlu. Sangat dipercayai penyembuhan penyakit yang diderita seseorang yang berkaitan dengan penyakit dalam seperti sakit perut, masuk angin, sakit maag, panas dalam, sakit kepala, dan berguna bagi wanita yang sedang mengalami mensturasi agar mengurangi rasa nyeri diperut. Mengurangi ketidakstabilan emosi yang dilakukan oleh pasien kanker payudara pada suku Batak selama menjalani kemoterapi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Efendi Masitah, 2013) menemukan pemanfaatan pengobatan tradisional (Battra) di puskesmas, yaitu Pertama dari karakteristik demografi dan sosial ekonomi yaitu pengguna pengobatan ini rata-rata berumur 20-40 tahun. Responden masih memperdulikan pendidikan, terbukti dengan responden pendidikannya masuk dalam kategori sedang yaitu tamat SLTP dan tamat SMA. Rata-rata pendapatan responden masuk dalam ketegori pendapatan rendah yaitu pendapatan sebesar Rp 150.000,00 – Rp 3.620.000,00. Kedua, pengetahuan responden tentang pengobatan tradisional yaitu, semua responden mengetahui tentang pengobatan tradisional, mereka rata-rata mengetahui pengobatan tradisional yaitu dari saudara dan teman, tetapi ada juga yang

mengetahui dari media massa. Responden juga mengetahui tentang jenis – jenis pengobatan tradisional, paling popular jenis pengobatan tradisional yang diketahui oleh responden adalah pengobatan tradisional (akupuntur, pijat, jamu) dan terapi energi, dan pendapat terbanyak menurut responden tentang pengertian pengobatan tradisional adalah pengobatan yang obatnya berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan mineral.

Ketiga, pemanfaatan pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat yaitu :responden biasanya di pengobatan tradisional yaitu untuk berobat, tak sedikit juga yang untuk terapi, untuk memulihkan kesehatannya. Jenis pengobatan yang sering dilakukan oleh masyarakat yaitu herbal teknik pengobatan dengan cara meminum jamu sesuai dengan jenis penyakit yang di deitanya. Jenis penyakit yang di periksakan mulai dari jenis penyakit ringan sampai penyakit yang berat, yaitu jenis penyakitnya flu, rematik, diabetes, kanker, gagal ginjal, down syndrome, gizi buruk, obesitas, kolesterol, penyempitan syaraf, anyang-anyangan, lambat berbicara, gagal prostrate, usus mepet, dan tumbuh kembang otak lambat.

Selanjutnya pijat, akupressure dan akupuntur adalah jenis pengobatan yang sering dilakukan oleh responden untuk menyembuhkan penyakit yang sedang di deritanya.

Keempat, yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi responden menggunakan pelayanan pengobatan tradisional yang di sediakan oleh puskesmas, adalah mayoritas responden memilih menggunakan pengobatan tradisional yang disediakan oleh puskesmas yaitu mayoritas pendapat responden dikarenakan

pengobatannya menggunakan bahan herbal, sudah percaya karena pengobatannya sudah dilakukan secara turun temurun, selain itu biaya lebih murah dari pengobatan tradisional yang lain, ataupun lebih murah dari pengobatan yang dilakukan di pengobatan umum, puskesmas ataupun rumah sakit pada umumnya.

Kelima, yaitu efektifitas dari pengobatan tradisional (Battra) yang dirasakan oleh responden yaitu : penyakit yang di derita oleh responden sembuh, dan responden cocok dengan teknik pengobatan yang dilakukan di pengobatan tradsional dan juga cocok mengkonsumsi obat yang di berikan, misalkan saja cocok dengan jamunya atau cocok dengan kapsul herbalnya. Keefektifan yang dirasakan responden ini dibuktikan dengan rata-rata responden menggunakan pengobatan tradisoonal ini sudah hampir lebih dari satu tahun. Hal ini di akui responden, karena responden cocok menggunakan pengobatan tradisional, dan juga penyakitnya sembuh dengan berobat ke pengobatan tradisional yang disediakan oleh puskesmas ini.

4. Penelitian yang dilakukan oleh (M.Waston & H. Junedi, 2015), menemukan pengobatan tradisinonal Batak Toba memiliki berbagai jenis obat-obatan yang dapat kita jumpai dengan mudah. Dampol tongosan nerupakan pengobatan tradisional yang sistem dan cara pengobatannya dilakukan dari jarak yang berjauhan yang bisa saja tanpa ada pertemuan antara pasien dengan pendampol.

artinya hanya melihat Gambar yang dikirimkan oleh pasien. Hal tersebut biasa terjadi karena jarak yang sangat jauh tetapi untuk jarak yang lumayan dekat bisa saja langsung datang ke tempat pengobatan tetapi hanya beberapa kali saja, adapun penyakit yang dapat di sembuhkan dengan menggunakan pengobatan

tradisional dampol tongosan adalah jenis penyakit patah tulang, baik patah tebu, tulak retak, tulang yang hancur sar-sar), keseleo, terselip, (tarhapit ) dan gejala struk.

Bahan ramuan yang digunakan untuk pengobatan tersebut adalah bahan yang berasal dari alam tanpa ada unsure kimiawi seperti, sarang burung siburuk, burung siburuk , daun sirih, andulpak, santan kelapa, kamput . Adapun peralatan yang digunakan dalam pengobatan tersebut adalah pinggan, cawan, perban pelepah pisang, adapun cara pembuatan minyak urutnya adalah sarang burung siburuk dan satu ekor burung siburuk dimasak hingga mendidih hinga berubah menjadi minyak. Cara pemakaian obat yang dikirimkan yaitu dengan cara dioleskan dengan menggunakan daun sirih dan andulpak. Penggunaan obat tersebut dilakukan secara rutin untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit karena semakin rajin mengoleskan minyak semakin cepat penyembuhannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu metode yang menggunakan cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk mengekplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau kelompok orang. Penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa dan autentisitas. Nilai penelitian bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas dan melibatkan subjek dengan jumlah yang relatif sedikit. Peneliti memilih metode deskriptif karena penelitian memiliki tujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu di lokasi penelitian.

Peneliti berusaha menggali, mengidentifikasi, memetakan dan menjelaskan berbagai kondisi pengobatan tradisional kanker payudara, selain itu alasan peneliti menggunakan metode deskriptif peneliti ingin mendeskripsikan tentang penyebab masyarakat memilih melakukan pengobatan tradisional.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Dairi dengan fokus pada 2 kecamatan yaitu Kecamatan Doloksanggul dan Kecamatan Parbuluan. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena 2 kecamatan tersebut masih ditemukan masyarakat yang memilih pengobatan

tradisional dan masih ditemukan pengobat tradisional (Namalo) yang bisa mengobati kanker payudara. Sesuai data tentatif yang ditemukan oleh peneliti ialah bahwa data PUSKESMAS mencatat bahwa ada masyarakat Doloksanggul yang memiliki riwayat penyakit kanker payudara.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek dari keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analsis adalah masyarakat yang memiliki riwayat penyakit kanker payudara dan melakukan pengobatan alternatif.

3.3.2. Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling.

Purposive sampling adalah menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin, 2011:107). Jadi informan ditetapkan sengaja oleh peneliti berdasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengobat tradisional Batak Toba (Namalo)

2. Penderita kanker payudara (Dalam pengobatan Namalo)

Alasan pemilihan informan pada wanita Batak Toba karena fenomena yang di dapatkan dari pasien yang dirawat dengan kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan terdapat peningkatan jumlah penderita

kanker payudara sepanjang tahun 2014 ada 9.189 orang dan penderita kanker payudara yang tertinggi di Sumatera Utara adalah wanita suku batak sebanyak 215 orang (68.9%) (Sianipar, Nurmaini, & Darti, 2015).

Berikut life histori informan penderita kanker payudara dan informan pengobat (Namalo).

1. Pengobat (Namalo) B. Manalu (94)

Namalo adalah sebutan yang digunakan masyarakat Batak Toba untuk seseorang yang memiliki kemampuan mengobati dan meramu tanaman-tanaman obat sebagai sarana pengobatan yang dipercayai dapat menyembuhkan. Namalo B.Manalu berusia 94 tahun ini tinggal bersama isterinya di Desa Pakkat Toruan Dusun Aek Mardugu, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Namalo memiliki sembilan (9) orang anak, delapan (8) orang anaknya memutuskan setelah menikah tinggal dan menetap diluar kota. Beberapa alasan anaknya karena pekerjaan, ada juga alasan anak perempuannya karena ikut suami. Namun ada juga satu (1) orang anak perempuannya yang tinggal di desa tepatnya di Desa Pasaribu yang tidak jauh dari Desa Pakkat Toruan alasanya yaitu karena pernikahan.

Saat B.Manalu masih produktif ia menanam padi, berkebun kopi, dan juga berternak babi, ayam, dan bebek. Bertani dan bertenak merupakan penghasilan utama beliau dan keluarganya. Namun setelah sudah berusia 94 tahun ia tidak bisa lagi bertani yaitu menanam padi begitu juga dengan istrinya. Pekerjaan yang masih bisa dikerjakan oleh B.Manalu dan isterinya adalah berkebun kopi, dan beternak ayam dan

bebek. Berhubung letak kebun kopinya tepat disamping rumahnya dan kandang ayam dan bebeknya dipekarangan rumahnya sehingga mereka tidak kesulitan untuk . Mereka masih berkebun kopi dan bertenak bukan karena kekurangan dalam hal ekonomi melainkan sebagi ulaon lalap.

Namun, walaupun usia B.Manalu sudah 94 tahun ia masih mampu dan mau untuk melakukan pengobatan kepada setiap pasien yang sakit. Ia masih melakukan pengobatan karena selain sudah dianggap sebagai tanggungjawabnnya, pengobatan yang ia lakukan sudah mendarah daging baginya. Sehingga jika ada yang datang untuk melakukan pengobatan ia masih mau menerima walaupun terkadang ada yang ia tolak karena kondisi pasien yang sudah tergolong parah dan tidak dapat ditangani lagi.

Awal pengobatan B.Manalu ini saat ia pergi merantau ke Sidikalang untuk mengupas nilam. Disana ia bergaul dengan banyak orang. Suatu waktu ia pergi kerumah temannya. Pada saat mereka tidur B.Manalu bermimpi dilempar batu, saat dia mau menghalau batu itu tiba-tiba batu itu berubah menjadi kucing kemudian B.Manalu dalam mimpinya melempar kucing itu dan tercampak ke tiang penyanggah rumah. Dalam mimpinya memiliki punya tongkat dan tidak tahu darimana tokkat itu datang lalu mengambil tongkat itu dan memukul kucing itu dan setelah jatuh B.Manalu menendangnya hingga mati. Kemudian setelah terbangun dia menceritakan kepada teman nya yang kemudian disimpulkan bahwa mimpi itu merupakan pencobaan guna-guna dari Bapa Udanya yang dalam mimpi itu tidak mempan.

Kemudian suatu hari ketika B.Manalu bekerja anak dari bapak Uda teman B.Manalu

datang dan mencobai lewat guna-guna yaitu gatal-gatal disekujur tubuh nya. Saat mulai gatal dia menggaruk dan dilihat anak itu, kemudian B.Manalu dijumpai anak itu dan katanya “ bapa saya bisa mengobatinya” katanya. Tetapi B.Manalu tidak mau lalu B.Manalu berdoa dan kemudian meludahi bagian tubuh yang gatal itu, setelah itu B.Manalu mengatakan pada anak itu “10 kali lebih kuat dan berat darisini saya masih sanggup”. Pada keesokan hari nya saat B.Manalu akan menjual nilam nya ke pajak lalu berjumpa dengan bapa anak itu dan B.Manalu minta rokok nya, sejak itu dia merasa minder dan selalu menyapa B.Manalu dengan panggilan akrab “appara”

(saudara sederajat) “karena mungkin dia sudah sadar bahwa ilmunya (gadamnya) tidak mempan” kata B.Manalu. Dan semejak itulah dijelaskan oleh B.Manalu melalui mimpi-mimpinya diberi tahu, “jika penyakit begini penyakitnya maka obat nya begini” semua obat-obatan dikasih tahu lewat mimpi B.Manalu.

Awal pengobatan Namalo B.Manalu pada penyakit andorabion (kanker payudara) saat isterinya terkena penyakit andorabion pada saat usia 30 tahun setelah melahirkan anak pertama. Keluarga B.Manalu menawarkan untuk melakukan pengobatan tradisional (Namalo) tetapi B.Manalu tidak mau karena pada saat itu ia tidak berniat melakukan pengobatan ke natua-tua najolo (orang tua), sehingga ia meramu sendiri obat untuk isterinya dan pengobatan itupun berhasil. Ramuan yang diramunya dalam pengobatan penyakit andorabion yang dialami isterinya yaitu minyak salam, pinang, tembakau Karo, kapur sirih, dan jarum yang belum pernah digunakan. Ini adalah pengobatan yang dilakukan pertama sekali oleh B.Manalu.

Mengetahui B.Manalu bisa mengobati andorabion keluarga nya pun mengatakan

bahwa ia bisa jadi parubat huta. Saat itu banyak yang mengetahui keberhasilan pengobatan yang dilakukan oleh B.Manalu, semenjak saat itulah banyak yang melakukan pengobatan kepada B.Manalu.

B.Manalu menjelaskan bahwa bukan hanya penyakit andorabion saja yang bisa ia obati, namun ia juga bisa mengobati penyakit lain seperti, bisul, gatal-gatal, dan benjolan pada tubuh yang tergolong parah. Pasien yang mengetahui tentang pengobatannya datang silih berganti. B.Manalu semakin banyak dikenal oleh masyarakat sekitar dan pasien yang datang dari luar kota karena keberhasilan pengobatannya. Mulai dari pasien yang menderita gatal-gatal, penyakit sejenis bisul yang tergolong sudah parah ia sudah obati. Begitu juga dengan penyakit andorabion, ia mengatakan selama ia mengobati penyakit tersebut belum pernah gagal atau semua pasiennya sembuh. Sehingga banyak pasien B.Manalu yang menderita penyakit andorabion datang dari luar kota. Keberhasilan pengobatannya juga diakui oleh Mantari (dibawah posisi dokter) setelah ia berhasil diobati oleh B.Manalu. Mantari marga Silaban memiliki klinik pengobatan yang tidak jauh dari rumah B.Manalu, klinik yang ia miliki juga ramai dikunjungi oleh masyarakat. Namun, Mantari Silaban juga melakukan pengobatan kepada B.Manalu. Pada saat itu Mantari Silaban memiliki bisul yang tidak kunjung sembuh, namun mendengar keberhasilan pengobatan B.Manalu maka Mantari tersebut mencoba pengobatannya. Setelah kurang lebih dua hari Mantari tersebut sembuh.

Metode pengobatan B.Manalu biasanya sebelum melakukan pengobatan kepada pasienya biasanya selain menanyakan keluhan pasien B.Manalu terkadang

memeriksa bagian tubuh pasien yang sakit terlebih dahulu namun jika ia sudah mengeketahui jenis penyakit pasien andorabion maka ia tidak melakukan pemeriksaan lagi. Hal ini dikarenakan penyakit andorabion merupakan jenis penyakit yang masih tabu karena berada di bagian tubuh sensitif wanita. Dalam budaya Batak Toba masih kental dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat salah satu nya adalah norma norma kesopanan. Hal itu juga berlaku dalam pengobatan B.Manalu yang masih sangat menjaga norma-norma tersebut. Selama B.Manalu melakukan pengobatannya terhadap penyakit andorabion belum pernah melakukan pemeriksaan tubuh pasien. Berikut penjelasan Namalo B.Manalu:

“Pertama, saya mendengarkan dulu apa yang menjadi keluhan pasien,dimana yang menjadi letak sakitnya, setelah saya sudah mengetahui penyakit pasien melalui ciri-ciri yang sudah dijelaskan maka saya dapat memastikan bahwa itu adalah penyakit andorabion (kanker payudara). Langkah selanjutnya barulah saya bisa meramu obat yang akan digunakan oleh pasien”.

Cara B.Manalu melakukan pengobatan penyakit biasanya ia melakukan pengobatan tergantung jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam pengobatan andorabion B.Manalu pertama mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien dengan menanyakan bagaimana keluhan pasien. Selanjutnya ia akan meramu obat-obatan yang ia gunakan. Ramuan-ramuan yang akan ia gunakan dalam proses pengobatannya ia dapat melalui mimpi-mimpinya. Pengobatan andorabion yang dilakukan oleh B.Manalu pertama sekali melakukan pengobatan pada isterinya.

Namun sebelum isterinya terkena penyakit andorabion, ia memperoleh ramuan-ramuan lewat mimpinya yang diyakini sebagai petunjuk dalam proses pengobatannya

termasuklah didalamnya ramuan penyakit andorabion. Sehingga pada saat isteri B.Manalu menderita penyakit andorabion ia mencoba ramuan yang diberitahukan dalam mimpinya. Karena pengobatan yang dilakukannya berhasil maka sejak saat itu B.Manalu melanjutkan ramuan untuk penyakit andorabion. Obat-obatan yang digunakan diantaranya kapur sirih (digiling), pinang (diparut), timbaho Karo (tembakau Karo), minyak salam, dan Jarum (jarum yang belum pernah digunakan), dalam penjelasannya, jarum digunakan untuk menghindari terjadinya tetanus.

Kemudian obat-obatan tersebut dicampur dalam satu wadah, setelah Namalo mencampurkan obat-obatan tersebut lalu Namalo mendoakan ramuan tersebut dengan doa khusus penyakit andorabion. Ramuan yang sudah didoakan sudah dapat digunakan oleh pasien. Cara penggunaan ramuan dengan mengoleskan ramuan kebagian payudara yang sakit dengan menggunakan bulu ayam.

Selain ramuan yang digunakan dalam proses pengobatan ia juga menggunakan doa yang diyakini atau dipercayai menjadi salah satu yang mempengaruhi proses pengobatan pasien. Doa yang ia panjatkan tergantung penyakit dan jenis ramuan yang digunakan. Doa dalam pengobatannya merupakan Hahomion (spritualitas seseorang dengan Tuhan dalam keyakinannya) Seperti dalam kutipan wawancara berikut:

“Tidak ada mantra atau doa khusus seperti dukun. Tapi setiap penyakit berbeda doa nya, dan itu hanya saya yang tahu, bahkan isteri saya tidak tahu doa itu. Itu merupakan hahomion sendiri. (spritualitas seseorang dengan Tuhan dalam keyakinannya)”.

Doa-doa yang dipanjatkan oleh Namalo tergantung penyakit dan ramuan yang ia gunakan dalam proses pengobatan. Ia mengaku dalam pengobatan yang ia lakukan melibatkan Tuhan, sehingga setelah meramu obat-obatan, B.Manalu selalu mendoakan ramuan. Ia mempercayai obat-obat yang diramu akan berkhasiat bila didoakan.

Dalam pengobatanya, ia memberikan pantangan kepada pasien mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien atau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama penerima pengobatan. Memberikan pantangan kepada pasiennya merupakan salah satu proses pengobatan yang membantu proses yang diyakininya dapat mendukung proses penyembuhan atas penyakit pasien. Selain mengkonsumsi ramuan, mematuhi pantangan yang diberikan oleh B.Manalu merupakan salah satu cara untuk membantu penyempurnaan pengobatannya. Dalam pengobatan B.Manalu tidak memberikan pantangan berupa larangan untuk tidak memakan makanan tertentu tetapi pantangan yang ia berikan kepada pasienya hanya tidak boleh melangkahi ramuan obat yang sudah diberikan oleh Namalo kepada pasiennya.

“....semua makanan boleh dimakan hanya saja obat nya jangan dilangkahi”.

Pengobatan yang diberikan oleh Namalo pada umumnya berkaitan dengan upah pengobatan. Dalam pemberian upah pengobatan, B.Manalu tidak pernah membuat patokan harga kepada pasien yang ia tangani. Ia menjelaskan bahwa upah dalam pengobatan yang ia lakukan tidak menentukan besar biaya pengobatan. Namun

biasanya setiap pasien yang datang memiliki biaya yang berbeda dalam pengobatan.

biasanya setiap pasien yang datang memiliki biaya yang berbeda dalam pengobatan.

Dokumen terkait