• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini. Untuk mengetahui perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini, maka peneliti akan menyajikan beberapa penelitian terdahulu dengan maksud untuk membandingkannya.

a. Firdaus Agung, 2008, Maqa>s}id asy-syari>’ah Menurut Imam

Asy-Syatibi dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam di

Indonesia.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana konsep maqa>s}id asy-syari>’ah menurut Asy-Sya>t}ibi dan bagaimana relevansinya dengan pembaharuan hukum di Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pemaparan data yang bersifat deskriptif.

10

Hasil dari penelitian ini, pertama, bahwa Asy-Sya>t}ibi menggunakan metode al-istiqra>’ dalam memahami maqa>s}id asy-syari>’ah. Kedua, bahwa maqa>s}id asy-syari>’ah dan pembaharuan hukum di Indonesia memiliki hubungan yang tampak pada penetapan UU No. 1 Tahun 1974. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.13

b. Roudhlotul Jannah, 2012, Naz}riatu maqa>s}id asy-syari>’ah ‘inda Abi> Isha>q asy-Sya>tibi wa Taqiyyuddi>n An-Nabha>ni (dira>sah muqa>ranah), diterjemahkan Konsep maqa>s}id asy-syari>’ah menurut Abu Ishaq Asy-Sya>t}ibi dan Taqiy ad-Di>n An-Nabha>ni (studi komparatif).

Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah, pertama, bagaimana konsep maqa>s}id asy-syari>’ah menurut Abu Ishaq Asy-Sya>t}ibi dan Taqiy ad-Di>n An-Nabha>ni, kedua, apakah perbedaan konsep maqa>s}id asy-syari>’ah menurut Abu Ishaq Asy-Sya>t}ibi dan Taqiy ad-Di>n An-Nabha>ni. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah tersebut.

Penelitan ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan secara mendasar dan perbedaan cabang diantara konsep maqa>s}id asy-syari>’ah menurut kedua ulama tersebut. Adapun perbedaan mendasar terletak pada konsep maslahat terhadap pentasyri’an hukum. Asy-Sya>t}ibi berpendapat bahwa maslahat adalah ‘illat dalam pentasyrian hukum, sedangkan Taqiy ad-Di>n

13 Firdaus Agung, Maqa>s}id asy-syari>’ah Menurut Imam Asy-Syatibi dan Relevansinya dengan Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Skripsi, Tidak diterbitkan. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang: 2008.

11

Nabha>ni berpendapat bahwa maslahat adalah hasil dari penerapan hukum secara keseluruhan. Terdapat juga perbedaan tentang kedudukan maslahat dalam keseluruhan hukum atau secara parsial.

Perbedaan konsep ini menyebabkan munculnya perbedaan dalam memosisikan maqa>s}id asy-syari>’ah dalam proses ijtihad atau mengistinba>t} hukum. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu.14

c. M. Romli Muar, 2012, Studi Pandangan Para Pakar Hukum Islam

Kota Malang tentang Pencatatan Pernikahan.

Adapun rumusan masalahnya pertama, bagaimana pandangan para pakar hukum Islam kota Malang tentang pencatatan pernikahan?, kedua, bagaimana varian pandangan para pakar hukum Islam kota Malang tentang pencatatan pernikahan?

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggabungkan pendekatan rasional dan pendekatan empirisme. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa hukum pencatatan pernikahan adalah wajib. Varian pendapat para pakar muncul ketika mereka membahas tentang dasar hukum yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa hukum pencatatan pernikahan adalah wajib.

Varian pendapat juga muncul ketika para informan membahas tentang keberadaan uji materi Mahkamah Konstitusi.

14 Roudhlotul Jannah, Naz}riatu maqa>s}id asy-syari>’ah ‘inda Abi> Isha>q asy-Sya>tibi wa Taqiyyuddi>n An-Nabha>ni (dira>satun muqa>ranatun), diterjemahkan Konsep maqashid syariah menurut Abu Ishaq Asy-Syatibi dan Taqiy ad-Din An-Nabhani (Studi Komparatif), Skripsi, tidak diterbitkan. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012.

12

Selanjutnya, jika hukum pencatatan pernikahan adalah wajib, maka harus diiringi dengan pembenahan teknis dan oknum pelaku di lapangan agar tidak terjadi pembebanan kepada calon pengantin. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti.15

d. Musdalifah, 2013, Batasan Usia Perkawinan Dalam

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan KHI.

Penelitian ini merupakan studi analisis tentang penerapan pernikahan di bawah umur masyararakat kampung nelayan di desa Seletreng, kabupaten Situbondo. Rumusan masalah dalam penelitian ini pertama, Bagaimana pandangan masyarakat kampung nelayan di desa seletreng kabupaten situbondo terhadap undang-undang no.1 tahun 1974 dan KHI tentang batasan usia perkawinan? Kedua, Bagaimana penerapan batasan usia perkawinan masyarakat kampung nelayan di desa Seletreng kabupaten Situbondo terhadap undang-undang no.1 tahun 1974 dan KHI?.

Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti adalah

field research (penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan

oleh peneliti secara langsung dimana subjek penelitian dari praktik pernikahan di bawah umur masyarakat kampung nelayan di desa Seletreng kabupaten Situbondo terhadap batasan usia perkawinan dalam undang-undang no.1 tahun 1974 dan KHI. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data deskriptif kualitatif.

15 M. Romli Muar, Studi Pandangan Para Pakar Hukum Islam Kota Malang tentang Pencatatan

Pernikahan. Tesis, tidak diterbitkan. Batu: Sekolah pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim,

13

Dari penelitian ini, terdapat dua indikator penting dalam pandangan dan penerapan batasan usia perkawinan di masyarakat. Pertama, praktik pernikahan pada usia dini merupakan tradisi masyarakat nelayan. Mereka menikahkan anak perempuan mereka di bawah umur karena mereka membutuhkan penunjang (yaitu suami dari anak perempuan mereka) dalam membantu mereka bekerja di laut. Sedangkan para perempuan bekerja untuk pengasinan ikan, membuat terasi, dan berjualan. Sehingga pilihan yang mereka lakukan adalah menikahkan anak perempuan mereka di usia dini. Kedua, karena adanya tindak memanipulasi data oleh penegak hukum. Dengan demikian penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti.16

Dokumen terkait