Penulis merunut bedasarkan beberapa referensi mengenai analisis semioka pada sebuah film. Referensi yang menjadi acuan berupa jurnal dan skripsi. Berikut spenelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis :
SKRIPSI DAN JURNAL
1 Judul ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI BODY SHAMING PADA FILM IMPERFECT: KARIR, CINTA & TIMBANGAN
Peneliti Umi Nurul Fadilah
Tahun 2021
Sumber (Fadilah, 2021, pp. 1-141)
Hasil Terdapat beberapa hal yang peneliti temukan dalam skripsi berjudul Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan dengan”tiga level sosial John Fiske. Mengenai representasi body shaming, sebagai berikut : 1. dalam segi realitas kode yang diperlihatkan seperti kode dalam berpenampilan dan menggunakan make upyang ditunjjukan dalam film tersebut yakninya: penampilan dari seorang Rara dimana Rara menjadi korban dari aksi body shaming ditunjukkan dengan perawakannya yang gemuk juga hitam, selain itu penampilan dari orang yang merupakan pelaku bodyshaming ini di perlihatkan dengan perawakan ramping dan putih serta cantik. Kode ekspresi di perlihatkan pada film ini seperti berikut ekspresi korban”body shaming diperlihatkan murung, sedih, kesal dan marah, ekspresi dari pelaku body shaming terlihat cuek dan menganggap meremehkan. Dan kode bahasa tubuh yang di perlihatkan pada pelaku body shaming layaknya membuang muka atau cuek dan mengalihkan pandangan dari si korban body shaming.
2. Pada level representasi, kode yang diperlihatkan layaknya kode dalam pengambilan gambar yang dipakai pada film sebagai berikut : medium close up, Medium long shot, extreme long shot pada tiga teknik pengambilan gambar ini bisa menunjukkan bagaimana
interaksi antar pemeran selama melakukan tindakan body shaming dan memperlihatkan bagaimana ekspresi yang dikeluarkan karakter pelaku dan korban body shaming.
3. Pada level ideologi yakninya adalah body shaming direpresentasi dalam dialog”yang memperlihatkan body shaming bentuk nonverbal dan verbal.
Perbedaan Fokus penelitian berbeda dimana penelitian diatas mencoba menganalisis mengenai body shaming sedang kan penelitian yang dilakukan menganalisis egois di dalam sebuah film. Film yang menjadi objek penelitian pun berbeda.
2 Judul REPRESENTASI ISLAMPHOBIA DALAM FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (Analisis Semiotika John Fiske)
Peneliti Khori Thesa Khomsani Tahun 2020
Sumber (KHOMSANI, 2020, pp. 1-153)
Hasil Pada penelitian serta pembahasan”tentang representasi Islamphobia pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika,”peneliti memfokuskan kepada visual dan audio serta”dianalisis lewat semiotika John Fiske. Film ini menunjukan representasi
Islamphobia yang ada dalam film”dilihat bedasarkan level”yang dikatakan oleh John Fiske yaitu:
1. Pada level Realitas, Islamphobia dapat di lihat dari aspek cara bicara, penampilan, ekspresi, perilaku dan lingkungan. Ketika masyarakat non muslim bertemu atau melihat dengan orang Islam mereka akan menghujat, menghindar dan”mencaci maki, serta juga memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan mereka terhadap”Islam.
2. Pada level representasi kode teknis”dan konvensional”yang terdapat pada film ini yang memperlihatkan Islamphobia tercermin lewat aspek pencahayaan, kamera, suara, dan musik. Bedasarkan Asepek kamera dan pencahayaan penikmat film dapat memahami dan melihat cerita bagaimana Islam ditakuti”oleh masyarakat non muslim Amerika dan memperoleh pesan”,yang ada pada film agar bisa menyimpulkan bagaimana kondisi Islam yang terdapat dalam film. Suara dan musik sangat mendukung suasana yang memperlihatkan Islamphobia pada scane atau adegan yang”ditampilkan.
3. Level ideologi yang dapat”disimpulkan penggambaran Islamphobia dan”perilaku Islamphobia yang dilakukan”oleh
masyarakat non muslim Amerika sehingga”ideologi yang peneliti simpulkan”adalah kepercayaan.
Perbedaan Memiliki objek dan focus penelitian yang berbeda terkait dengan film yang digunakan dan dengan isu yang diangkat menjadi focus penelitian
3 Judul FEMINISME DALAM FILM PENDEK “TILIK” (Analisis Semiotika John Fiske)
Peneliti Ela Indah Dwi Syayekti Tahun 2021
Sumber (SYAYEKTI, 2021, pp. 1-80)
Hasil Pembahasan yang telah dikaji mengenai bagaimana feminisme dalam film Tilik yaitu:
1. Level realitas feminisme pada film ini diperlihatkan oleh gaya bahasa tubuh dan berpakaian Dian, Bu Tejo dan yang lainya pada pemain film Tilik. Ibu-ibu menggunakan pakaian sederhana yang dapat digunakan dalam hidup kesehari-harian yaitu dengan pakaian yang panjang serta jilbab biasa, make upnya diperlihatkan tanpa make up dan tipis. Dian memakai kemeja dengan rok span selutut serta make up sedang. Lalu bu tejo mengenakan jilbab, pakaian dan rok panjang tidak lupa aksesoris berupa bross dan perhiasan seperti
cincin dan gelang, dia menggunakan make up sedang dengan bahasa tubuh yang terkesan patriarki.
2. Level representasi feminisme tergambar pada dialog dan shot pada beberapa scene, diantaranya:
a. Scene 15, dimana Yu Ning terlihat khawatir melihat kondisi Bu Lurah.
b. Scene 17, dimana Dian mengatakan kepada Mas Minto mengenai niatnya untuk jujur dalam menjalin hubungan.
c. Scene 6, dimana Bu Tejo memberikan beberapa uang pada Gotrek untuk kampanyenya dalam pencalonan Lurah suaminya.
d. Scene 3, ketika Yu Sam sedang mabuk, scene 12 ketika Bu Tejo menjelek-jelekan Dian dan Yu Ning melakukan pembelaan Dian, scene 14, ketika Yu Ning memberikan uang untuk membayar pengobatan Bu Lurah.
e. Scene 1, dimana ibu-ibu berdiri di atas truk dan scene 11, ketika ibu-ibu mendorong truk.
3. Level ideologi feminisme pada film tilik dapat dttemui melalui kepemimpinan seorang perempuan yang disukai oleh masyarakat, perempuan yang sangat mandiri pada setiap pengambilan keputusanya, dukungan terhadap sesame perempuan, partisipasi politik perempuan dan kekuatan perempuan. Hal ini
memperlihatkan bagaimana gambaran tentang ideologi feminisme yang ada pada masyarakat.
Perbedaan Pokok bahasan pada penelitian tersebut berbeda dengan focus yang akan peneliti teliti, scane yang digunakan sebagai unit analisis pun berbeda dalam segi jumlah dimana peneliti hanya menggunakan 4 scane yang akan di teliti.
4 Judul ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE MENGENAI REALITAS BIAS GENDER PADA IKLAN KISAH RAMADHAN LINE VERSI ADZAN AYAH
Peneliti Della Fauziah Ratna Puspita Tahun 2018
Sumber (Puspita, Della Fauziah Ratna, 2018, pp. 1-15)
Hasil Pada analisis melalui level realitas, dalam kode pakaian, tampilan, ekspresi, gesture, suara, teks dan percakapan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa digambarkan dengan memperlihatkan perempuan dan laki-laki secara bersamaan. Pada aspek tempat digambarkan dari sebuah pekerjaan yang dikerjakan oleh Ida sebagai perempuan di wilayah domestik dan Ari sebagai laki – laki yang ada pada wilayah publik. Dalam kode tampilan, perempuan diperlihatkamn mengenakan tata rias walau tata rias ini nampak natural. Sedangkan laki-laki diperlihatkan tanpa riasan wajah akan
tetapi tampilan dari fisiknya yang memperlihatkan kekuatan. Dalam kode gesture, bias gender digambarkan dengan sosok Ida yang begitu lemah lembut, kasih saying dan tidak cekatan seorang ibu.
Sedangkan laki-laki, digambarkan dengan gesture yang lebih kuat, bersemangat, serta cekatan. Setelah itu pada kode ekspresi, digambarkan pada kedua iklan ini sosok perempuan ditampilkan sosok yang lebih ekspresif terhadap kesedihan, kegelisahan, dan juga kebahagiaan. Pada kedua iklan ini beberapa kali memperlihatkan, bahwa perempuan lebih emosional tidak bisa menahan ekspresi kesedihannya, walau dalam adegan nampak kesedihan itu ditutupi dibalik senyuman. Akan tetapi, laki-laki ditampilkan nampak kurang ekspresif, pada beberapa adegan yang sedih, ekspresi dari sang ayah masih dapat dikendalikan. Kode percakapan pada kedua iklan ini memperlihatkan bahwa pasangan suami istri memiliki hubungan komunikasi yang baik. Kode suara yang muncul memperlihatkan identitas dari kedua pemeran pada iklan Ramadhan Line versi Adzan Ayah, dan yang terakhir kode teks, pada iklan tanda- tanda bias gender yang ada pada isi percakapan Ida dan Ari melalui aplikasi Line sangat kuat.
Perbedaan Penelitian tersebut menjadikan iklan sebagai objek penelitianya sedangkan peneliti meneliti 10 scane dari film layangan putus
sebagai objek penelitian yang akan memfokuskan penelitian terhadap isu egoism yang ada pada 10 scane tersebut.
5 Judul IDEOLOGI PATRIARKI DALAM FILM (SEMIOTIKA JOHN FISKE PADA INTERAKSI AYAH DAN ANAK DALAM FILM CHEF)
Peneliti Harry Setiawan Tahun 2020
Sumber (Setiawan, 2020, pp. 1-12)
Hasil Pada penelitian ini Film dengan judul diatas dapat dijadikan acuan membangun interaksi anak dan ayah karena capaian dari temuan data film yang dianlisis dengan pendekatan semiotika John Fiske level realitas, representasi, dan ideologi yang dimunculka n memperlihatkan realitas keluarga interaksi anak dan ayah.
Penuturan atau adegan pada film ini dibentuk sebisa mungkin fokus dalam interkasi ayah dan anak dalam membentuk hubunga nnya pasca bercerai. Dalam aspek pendekatan semiotika John Fiske pada level realitas dimunculkan dengan setting lingkungan lokasi food truck dan lokasi lain mampu memberikan sensasi visual yang fokus dan padat ditambah dengan narasi melalui dialog antar karakter tersebut
ditunjukan ruang-ruang sempit di dalam area food truck maupun area lain membentuk interaksi karakter Carl dan Percy semakin dalam terjadi. Level representasi pada film ini diperlihatkan dengan baik pada pemilihan sudut pangambilan gambar dan komposisi gambar merepresentasikan interaksi ayah dan anak. Level Ideologi yang dimunculkan pada film adalah patriarki yang menyajikan gambaran tentang membangun interaksi anak dan ayah tidaklah mudah tetapi bukan tidak mungkin terjadi. Interaksi antara anak dan ayah perlu terus dilakukan agar anak tidak kehilangan seorang ayah dan film ini memunculkam realitas yang baik untuk ideologi patriarki tersebut.
Perbedaan Perbedaan terletak pada isu yang diangkat sebagai subjek penelitian dimana penelitan tersebut mengangkat dan membqahas isu terkait dengan isu patriarki sedangkan peneliti mengangkat isu egoism sebagai subjek dari penelitian.
1 Judul REPRESENTASI INDIVIDUALISME (Analisis Semiotika John Fiske Dalam Drama School 2017)
Peneliti Azhari Bevarlia Tahun 2018
Sumber (Bevarlia, Azhari, 2018, pp. 1-10)
Hasil Hasil analisis data tentang representasi perilaku individualis pelajar pada drama School 2017 yang memakai Analisa semiotika John Fiske, oleh karna itu terdapat kesimpulan yang dapat dipetik dari sequence dari hasil penelitian yakninya:
1. Level Realitas Dari enam sequence yang peneliti amati, pada level realitas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat kode-kode sosial pada drama yang mana tingkah laku dan lingkungan adalah rupa dari konteks social dan budaya yang saling berkaitan dan berpengaruh dengan kemajuan dari teknologi dan kemajuan pada suatu negara. Jika kemajuan suatu negara sangat cepat maka masyarakat didalamnya pun akan ikut mengalami pergantian dengan cepat untuk menyesuaikan. Oleh karna itu kehadiran karakteristik individualisme dapat diperhatikan pada masyarakat terutama pelajar.
2. Level Representasi Pada level ini peneliti dapat berkesimpulan bagaimana kode-kode konvensional dan teknis yang memperlihatkan tindakan individualisme yang terdapat pada kalangan pelajar Korea yang terlihat lewat konteks kamera, karakter dan konflik. Penyampaian cerita yang baik lewat kamera dapat menjadikan penonton ikut merasakan serta melihat dengan jelas realita yang ada dipertunjukkan dengan sesuai pada level ini.
Selain itu, konfliknya mengenai perundungan, individualis yang juga sebagai persamaan dari realita yang ada di pelajar Korea.
Perubahan yang cepat telah memunculkan dampak pada perubahan karakteristik pelajar Korea saat ini dengan sebelumnya.
3. Level Ideologi Individualisme adalah ideologi yang tercipta dan banyak tumbuh di negara. Perubahan yang terjadi di semua aspek kehidupan, tidak terkecuali pada aspek teknologi dan pekerjaan telah menjadikan banyak pelajar terpengaruh, ini menjadikan persaingan dalam dunia pendidikan di Korea pun ketat yang memunculkan individualisme. Kesimpulan yang dapat peneliti tarik pada drama ini adalah memiliki ideologi individualisme yang terlihat melalui tokoh pendukung yaitu Yoo Bitna, Kim Heechan, dan Ahn Jungil. Dapat digambarkan dari bagaimana mereka mengambil kepentingan diri sendiri terlebih dulu, tidak memiliki toleransi dalam menggapai target yang di inginkan serta mengandalkan segala cara.
Perbedaan Penelitian mengkaji makna individualisme yang ada di film tersebut dengan beberapa shot yang diambil. Sedangkan peneliti fokus kepada isu egois dengan representasi masalah konflik pasangan
2 Judul ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE DALAM TAYANGAN LENTERA INDONESIA EPISODE MEMBINA POTENSI PARA PENERUS BANGSA DI KEPULAUAN SULA
Peneliti Trivosa Pah
Tahun 2019
Sumber (Pah, 2019, pp. 1-22)
Hasil Berdasarkan analisis pembahasan, maka pesan yang ingin diberikan kepada Penonton melalui Film Lentera Indonesia episode Membina Potensi Para Penerus Bangsa di Kepulauan Sula, Maluku Utara”
yang tayang pada 6 Mei 2018, adalah:
(1) Pada segmen 1, Perjuangan pemeran anak muda yang bernama Yosa dalam memperjuangkan pendidikan di pelosok yang terdapat di Indonesia, dengan kepribadian yang kreatif, tegas dan sederhana serta.memiliki sifat pemimpin mudah berbaur dengan lingkunga n sekitar.
(2) Pada segmen 2, memperlihatkan pelajaran hidup yang memberikan semangat juang, menginspirasi, kerelaan memberi, kebaikan hati dan kehangatan yang dimunculkan dari pemeran lain selain pemeran utama.
(3) Pada segmen 3, penonton digiring agar melihat potensi daerah Maluku yang memiliki gelar sebagai city of music in Indonesia. Di
sisi yang lain, film ini juga ingin mengkritik tmengenai keadaan pendidikan di Indonesia yang belum merata, terutama di Desa Lekokadai. Kesadaran pemeran Yosa yang ambil bagian dalam pendidikan di daerah tersebut, ingin menyadarkan kepada masyarakat dan pemerintah mengenai pentingnya sentuhan pemerintah serta masyarakat untuk ikut andil dalam membangun pendidikan di daerah tersebut.
Perbedaan Penelitian tersebut berfokus kepada persoalan keluarga dan juga penelitian tersebut membagi focus penelitian kepada beberapa segmen yang akan diteliiti
3 Judul ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE MENGENAI REALITAS BIAS GENDER PADA IKLAN KISAH RAMADHAN LINE VERSI ADZAN AYAH
Peneliti Della Fauziah Ratna Puspita Tahun 2018
Sumber (Puspita, 2018, pp. 1-15)
Hasil Berdasarkan level realitas, dalam kode tampilan, pakaian, gesture, ekspresi, percakapan, suara dan teks. Dapat disimpulkan bahwasannya”iklan Ramadhan Line versi Adzan Ayah mengandung”realitas”bias”gender. Dengan”menampilkan laki-laki dan perempuan secara”bersamaan. Dalam aspek tempat
diperlihatkan dari pekerjaan”yang dilakukan oleh Ida sebagai perempuan”di wilayah domestic”dan Ari sebagai laki – laki berada pada wilayah publik. Pada kode tampilan, perempuan”ditampilka n menggunakan tata rias walaupun”tata rias tersebut nampak natural.
Sedangkan”laki-laki ditampilkan tidak dengan”riasan wajah akan tetapi tampilan”dari fisiknya sendiri yang”menampilkan sebuah kekuatan. Pada kode gesture, bias gender”digambarkan pada sosok Ida yang begitu”lemah lembut, tidak cekatan, dan menampilkan gesture kasih saying”seorang ibu. Sedangkan laki-laki, ditampilkan dengan gesture yang lebih”bersemangat, kuat, cekatan. Selanjutnya pada kode ekspresi, Nampak”jelas pada kedua iklan ini sosok perempuan”ditampilkan sebagai sosok yang”lebih ekspresif terhadap kegelisahan, kesedihan, dan juga”kebahagiaan. Pada kedua iklan ini beberapa kali”menampilkan, bahwa perempuan lebih emosional”tidak bisa menahan ekspresi kesedihannya, walaupun dibeberapa"adegan nampak kesedihan itu disembunyika n dibalik senyuman. Sedangkan, laki-laki ditampilkan nampak kurang ekspresif, dalam beberapa adegan”yang haru, ekspresi dari sang ayah masih dalam kendali. Kode”percakapan pada kedua iklan ini menunjukan”bahwa pasangan suami istri ini memiliki hubunga n komunikasi yang baik. Kode suara yang muncul menunjuka n
identitas dari”kedua tokoh pada”iklan Ramadhan Line versi Adzan Ayah, dan yang”terakhir kode teks, pada”iklan ini memperkuat tanda- tanda bias”gender yang ada pada”isi percakapan Ida dan Ari melalui aplikasi”Line.
Perbedaan Focus penelitian tersebut terdapat pada genre yang dilihat dari bagaimana ekspresi, make up dan lain sebagainya mendukung perbedaan genre, sedangkan penelitian penulis berfokus pada isu egois yang lebih dilihat dari gestur, mimik wajah dan bagaimana para aktris berkomunikasi.
4 Judul REPRESENTASI TERORISME DALAM DUA ADEGAN FILM DILAN 1990 DENGAN ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE Peneliti Rizca Haqqu
Tahun 2022
Sumber (Haqqu, 2022, pp. 1-14)
Hasil Bedasarkan pada asumsi”awal penelitian ini hanya berfokus kepada dua scane yang merepresentasikan teroisme sebagai keterbatasan penelitian bukan dalam keseluruhan adegan. Berdasarakan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan teori Semiotika John Fiske dalam membedah dan menganalisis, diketahui dua scane yang digunakan sebagai unit analisis menunjukkan Tindakan terorisme. Pada level realitas kode yang dimunculkan dalam bentuk
kostum yang dipakai, dialog dengan kalimat memprovokasi, ekspresi yang diberikan pemeran pada scane penyerangan, dan penampilan preman mempertegas aksi teror pada scane sebuah.film.
Kemudian di level representasi, kodd pengambilan instrument music, sudut gambar, dan penokohan bertujuan untuk memunculkan kesan kondisi menakutkan dan mencekam yang dapat memperkuat makna terorisme dalam visualisasi film. Di level ideologi, makna terorisme dijelaskan pada alur film dalam bagian kedua. Konflik yang dihadirkan pada cerita film menunjukan aksi kelompok anak remaja yang ada dalam sebuah geng motor berniat melakukan penyerangan, mempersenjatai.diri dengan senjata tajam, menggunakan kekerasan, mengancam, menimbulkan.ketakuta n kepada orang banyak secara luas, merusak.fasilitas umum atau lingkungan, melakukan aksi konvoi di sepanjang jalan, dan..melakukan..semua..secara..terorganisasi..dengan.tujuan.untuk melakukan suatu aksi teror.
Perbedaan Perbedaanya terletak pada jumlah scane yang diteliti oleh peneliti dimana jurnal ini meneliti 2 adegan sedangkan peneliti meneliti 10 scane. Focus penelitian juga berbeda dimana jurnal ini membahas
mengenai isu terorisme sedangkan peneliti membahas isu tentang egoism.
5 Judul REPRESENTASI POLIGAMI DALAM FILM ATHIRAH ( STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE)
Peneliti Erik Pandapotan Simanullang Tahun 2018
Sumber (Simanullang, 2018, pp. 1-15)
Hasil Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tentang representasi poligami pada film Athirah, penelitian yang berfokus dalam visual dan audio serta”dianalisis dengan semiotika John Fiske, maka bisa disimpulkan”beberapa kesimpulan tentang poligami pada film Athirah ini.
Film Athirah memperlihatkan bahwa representasi poligami yang ada pada film dilihat dari tiga”level.yang”dikemukakan.oleh Jhon Fiske, sebagai berikut: Pada level”realitas, dampak”poligami”bagi isteri dan”anak dapat dilihat pada aspek”cara bicara, penampilan, gerak”tubuh, perilaku, ekspresi dan”lingkungan pada film Athirah.
Pada level representasi, kode”konvensional dan teknis dan yang terdapat dalam film Athirah memberlihatkan dampak poligami bagi isteri dan anak dilihat melalui aspek music, pencahayaan, kamera, dan suara. Level ideologi yang diperoleh, nilai poligami dan usaha
isteri yang dipoligami sehingga ideologi yang peneliti simpulkan sebagai ideologi dari patriarki dan feminism
Perbedaan Focus penelitian berbeda dimana penelitian pada jurnal ini membahas mengenai isu poligami sedangan penelitian yang dilakukan membahas mengenai isu egosime