• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini, diantaranya Hadiguna (2010) dalam disertasinya mengkolaborasikan manajemen risiko dengan manajemen rantai pasok sehingga menghasilkan suatu sistem penunjang keputusan yang dapat menganalisis risiko mutu dan optimasi sistem rantai pasok di setiap unit operasional. Dalam penelitian yang dilakukan ini juga dirumuskan model matematik untuk manajemen panen-angkut-olah secara kuantitatif dan membangun cara penilaian risiko operasional rantai pasok secara kuantitatif.

Kemudian, Jayaprawira (2010) merancang sebuah model portofolio risiko yang memperhatikan beberapa aspek risiko yang relevan yang mampu mencapai tujuan perusahaan dan mempertahankan kinerja perusahaan. Korporasi agroindustri kelapa sawit di Indonesia disarankan untuk menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen risiko yang bersifat menyeluruh (terintegrasi) melalui Enterprise Risk Management (ERM) dengan membentuk unit kerja tersendiri yang secara khusus menangani pengelolaan risiko, disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat kepentingan korporasi terhadap eksposur risiko yang sedang dan akan dihadapi.

17

Simchi-Levi et.al dalam Hadiguna (2010) merumuskan obyektif dari manajemen rantai pasok dan manajemen logistik. Objektif dari manajemen rantai pasok adalah minimisasi biaya sepanjang keseluruhan sistem dari transportasi dan distrribusi ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan produk jadi. Penekanan dari obyektif manajemen rantai pasok adalah pendekatan sistem karena mencakup prinsip-prinsip holistik. Objektif dari manajemen logistik adalah minimisasi biaya sistem secara luas meliputi biaya produksi dan pembelian, biaya simpan persediaan, biaya fasilitas dan biaya transportasi dengan pembatas keragaman kebutuhan tingkat pelayanan. Manajemen logistik sangat menekankan transportasi, lokasi dan persediaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan dan pemangku kepentingan, sedangkan manajemen rantai pasok sangat menekankan siklus dari keseluruhan rantai untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan pemangku kepentingan.

Dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko, telah banyak pendekatan dan metode yang dikembangkan. Menurut Klimov dan Merkuryev dalam Suharjito et.al (2011) terdapat dua metode utama untuk menilai dan mengevaluasi risiko rantai pasok. Pertama adalah berdasar pendapat pakar (kualitatif) dan kedua penilaian secara statistik (kuantitatif). Jayaprawira (2010) dalam disertasinya terkait identifikasi sumber-sumber dan faktor risiko yang signifikan menggunakan metode AHP untuk mengidentifikasi risiko dalam jaringan rantai pasok. Hadiguna (2010) menggunakan metode

Non-Numeric Multi Expert Criteria Decision Making dalam penilaian risiko mutu dikombinasikan dengan

teknik Ordered Weighting Average (OWA) sebagai agregasi penilaiannya.Sedangkan beberapa model kuantitatif manajemen risiko rantai pasok juga telah dikembangkan oleh Kuhon (2007) dengan menghitung nilai dampak krisis (Crisis Impact Value) berdasarkan faktor peluang krisis (Probability

Factor), tingkat pengaruh (Degree of Influence) dan biaya intervensi (Cost of Intervention).

Studi mengenai kedinamisan rantai pasok juga telah dilakukan oleh Perdana (2009) dan Low & Chen (2009). Perdana (2009) mengungkapkan lima komponen pembentuk model dinamik manajemen rantai pasokan agroindustri teh hijau yang efisien dan berkeadilan, yaitu struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kerja yang berimbang. Terkait dengan studi kedinamisan penilaian kinerja, Rohmatulloh (2007) mengkaji serta merancang model dinamik sistem penilaian kinerja sebagai alat bantu untuk mengenal pola perilaku permasalahan manajerial kinerja PG. Studi mengenai kedinamisan lainnya tampak dalam hasil tulisan Mariana (2005) yang berupaya untuk menganalisis dan meyusun sistem pengambilan keputusan dalam investasi produk energi biomas berdasar minyak kelapa sawit atau disebut Biodiesel Kelapa Sawit (BDS).

Terkait dengan penentuan armada transportasi yang akan dijelaskan dalam isi tulisan ini pada bab-bab berikutnya, Oktavia (2000) dan Hadiguna (2010) menjadi acuan pemodel dalam pemetaan konsep model penentuan truk. Oktavia (2000) menentukan jumlah armada dengan memperhitungkan adanya sistem antrian dalam cakupan pabrik, sedangkan Hadiguna (2010) menggunakan formulasi matematik binary integer programming dalam menjadwalkan dan menentukan jumlah armada pengangkut tandan buah segar. Dalam hal penentuan pola hubungan korelasi antara predictors dengan responses yang banyak digunakan dalam penelitian ini, mengacu kepada kajian Aulia (2010) terkait pengelolaan panen terhadap hubungannya dengan kriteria kualitas minyak kelapa sawit.

Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian risiko mutu di sepanjang unit organisasi rantai pasokan minyak sawit kasar dengan pendekatan sistem dinamis, karena menganggap semua aktivitas di sistem rantai pasokan selalu berubah terhadap waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjaga mutu dari minyak sawit kasar yang dihasilkan oleh perusahan sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing kompetitif minyak sawit dan nama perusahaan di pasaran.

18

Skema posisi penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian ini seperti diuraikan kedalam Gambar 10.

Gambar 10. Posisi penelitian terdahulu

19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Kualitas CPO yang dihasilkan pabrik merupakan integrasi dan keterkaitan antara seluruh bagian yang terlibat di kebun, pengangkutan, pabrik maupun kegiatan penimbunan. Keempat elemen tersebut merupakan mata rantai dari elemen rantai pasokan CPO. Dalam penelitian yang dilakukan, manajemen risiko diterapkan dalam setiap aliran kegiatan operasional dalam rangka produksi CPO.

Risiko terhadap kualitas CPO berkembang sepanjang waktu. Kompleksitas terhadap tingkat produksi CPO dan fluktuasinya nilai ALB terhadap CPO yang dihasilkan menyebabkan sistem rantai pasokan CPO tidak bisa dilihat hanya dalam satu sudut pandang (parsial) melainkan harus dilihat dalam pandangan holistik. Masing-masing mata rantai (faktor) elemen rantai pasok saling mempengaruhi terhadap hasil akhir kualitas CPO yang dihasilkan (Gambar 11).

Gambar11. Keterkaitan antar entitas rantai pasokan CPO terhadap kualitas CPO yang dihasilkan

Identifikasi variabel kunci kualitas CPO dalam rantai pasokan dilakukan dengan mengembangkan model ERM – IFAT yang dikembangkan COSO of United States (2004). Dalam metode ini risiko didefinisikan sebagai segala kejadian (events) yang memiliki peluang kemungkinan terjadi (likelihood) dan memiliki dampak negatif (impact) terhadap pencapaian tujuan atau sasaran (objectives). Sasaran dalam penelitian direpresentasikan melalui RKAP yang ditetapkan oleh perusahaan. RKAP (Rencana Kerja Anggaran Produksi) merupakan suatu target pencapaian yang ditetapkan perusahaan terhadap unit usaha tertentu berdasarkan data pencapaian historis dan sumberdaya yang ada. Sehingga, jika realisasi produksi dibawah standar RKAP, dapat ditarik benang merah bahwa terdapat risiko yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan tersebut.

Pendekatan SD dikembangkan Forrester (1961) dalam Sterman (2000) merupakan metodologi yang berangkat dari paradigma berpikir sistemik untuk melihat keterkaitan antar elemen rantai pasok terhadap kualitas CPO yang dihasilkan. Pengembangan sistem dinamik penilaian risiko mutu CPO dalam pabrik dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen melihat perilaku dinamik yang mempengaruhi keragaman mutu CPO dalam pasokan di masa mendatang dengan

Kualitas CPO

Pasca-panen

Trans-

portasi

Pengo-

lahan

Penim-

bunan

20

bantuan simulasi komputer. Simulasi membantu melihat efektifitas rumusan kebijakan sebelum rumusan tersebut diujicobakan dalam kondisi yang sesungguhnya. Skema kerangka pemikiran digambarkan seperti pada Gambar 12.

Gambar 12. Kerangka pemikiran penelitian

Dokumen terkait