TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Stabilisasi Tanah
2.3.2 Penelitian terdahulu
a. Misnawati (2018) melakukan penelitian campuran serat tandan kosong kelapa sawit. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan serat tandan kosong kelapa sawit dengan tanah lempung lunak dengan kadar serat masing-masing 5%, 6%, 7%, dan 8%. Pada kadar serat 5% sampai dengan 6,22%
(kadar serat optimum) nilai CBR tanah semakin meningkat, kemudian setelah melebihi kadar serat optimum nilai CBR tanah akan terus menurun. Hal yang terjadi seperti itu dipengaruhi oleh fisik benda uji yang berubah secara signifikan setelah penambahan serat tandan kosong kelapa sawit. Pada kadar serat 5%, 6% dan 6,22% kondisi sampel benda uji terlihat semakin padat dengan adanya penambahan serat , Sedangkan pada kadar serat 7% dan 8%
kondisi benda uji sudah didominasi oleh serat, bahkan pada kadar serat 8%
kondisi sampel benda uji sebagian berongga karena terlalu banyak serat yang digunakan, sehingga serat dan tanah sulit untuk bersatu dan volume serat yang digunakan terlalu besar. Secara kuantitatif volume mold yang digunakan untuk pengujian CBR adalah 749,82 cm3, berat volume serat
48 adalah 0,04489 gr/cm3, berarti secara teoritis berat serat yang digunakan untuk memenuhi mold benda uji adalah sebanyak (749,82 cm3) (0,04489 gr/cm3) = 33,66 gram, sedangkan pada kadar serat 7%, jumlah kadar serat yang digunakan adalah 140 gram, berarti setara dengan (140 gr)/(33,66 gr)
= 4,16 volume mold benda uji, hal ini menunjukkan bahwa setelah kadar serat optimum, volume serat yang digunakan lebih mendominasi dari pada tanah yang digunakan.
b. Nasution (2018) melakukan penelitian campuran abu tandan sawit dan kapur tohor (cao), peneliti menggunakan 4 variasi campuran yaitu 2% sampai 12%
abu tandan sawit, 4% dan 6% untuk kapur. Dari penelitian ini diperoleh bahwa sampel tanah asli memiliki kadar air 34,43%; berat jenis 2,65; batas cair 47,33%; dan indeks plastisitas 29,88%. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk jenis (CL) yaitu lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6. Hasil nilai CBR tidak terendam untuk tanah asli sebesar 6,29%. Sedangkan nilai CBR tidak terendam untuk semua variasi campuran yang paling optimum diperoleh pada variasi campuran 4% kapur dan 12% abu tandan sawit yaitu sebesar 9,48% dan nilai kuat tekan bebas yang paling optimum diperoleh dari variasi campuran yang sama yaitu sebesar 3,908 kg/cm².
c. Yudhistira (2014) melakukam penelitian campuran abu tandan sawit dan gipsum, Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penambahan abu tandan sawit dan gipsum dengan variasi masing-masing 5%, 7,5% dan 10%
terhadap nilai CBR pada tanah lempung lunak. Dari hasil analisis didapatkan penambahan abu tandan sawit dan gipsum dapat meningkatkan nilai CBR pada tanah lempung lunak. Persentase campuran yang dapat meningkatkan nilai CBR paling maksimal ada pada persentase 7,5% abu tandan sawit dan 10%
gypsum dengan peningkatan sebesar 126,88% pada masa perawatan 7 hari.
Pada masa perawatan 3 hari penambahan abu tandan sawit dan gipsum cenderung meningkatkan nilai CBR untuk masing-masing persentase
49 campuran. Namun peningkatan yang paling besar pada perawatan 3 hari terjadi pada campuran abu tandan sawit 7,5% dan gipsum 10% sebesar 115,63% dengan nilai CBR 3,45%, dan pada masa perawatan ini terdapat penurunan nilai CBR yaitu pada campuran abu tandan 5% gipsum 5% dan pada campuran abu tandan sawit 5% gipsum 10%. Penurunan paling rendah terjadi pada campuran abu tandan sawit 5% gipsum 10% sebesar 8,13%
dengan nilai CBR 1,47%. Pada masa perawatan 7 hari, nilai CBR mengalami peningkatan yang signifikan hampir pada setiap variasi campuran, dan peningkatan nilai CBR tertinggi ada pada persentase abu tandan sawit 7,5%
dan gipsum 10% sebesar 126,88% dengan nilai CBR 3,63%. Pada masa perawatan 7 hari ini, terlihat semua nilai CBR pada setiap persentase campuran mengalami peningkatan. Pada masa perawatan 14 hari, nilai CBR cenderung menurun jika dibandingkan dengan masa perawatan 7 hari.
Namun pada persentase campuran abu tandan sawit 5% gipsum 5%dan pada persentase campuran abu tandan sawit 5% gipsum 10% terjadi penurunan nilai CBR dari tanah aslinya. Penurunan paling rendah terjadi pada campuran abu tandan sawit 5% gipsum 10% sebesar 20% dengan nilai CBR 1,28%. Sementara peningkatan nilai CBR yang tertinggi pada masa perawatan ini tetap ditunjukkan pada persentase penambahan abu tandan sawit 7,5% dan gipsum 10% yaitu sebesar 90,63% dengan nilai CBR 3,05%.
Untuk masa perawatan 14 hari ini, menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi nilaiCBR. Untuk perubahan persentase, nilai perubahan paling besar terjadi pada penambahan abu tandan sawit 7,5% dan gipsum 10% pada masa perawatan 7 hari sebesar 126,88% dengan nilai CBR3,63%.
d. Panggabean (2020) melalakukan penelitian campuran abu tandan kelapa sawit dan semen. Peneliti menggunakan 4 variasi abu tandan kelapa sawit 5%
10% 15% 20% dan semen 10%. Dari hasil pengujian atterberg yang dilakukan semakin tinggi variasi abu tandan kelapa sawit dan semen pada tanah lempung maka nilai atterberg cenderung menurun. Nilai batas cair (PL) 57,93%-43,16%–24,94% dan batas plastis (LL) 27,35%-24,94%, sehingga menyebabkan nilai indeks plastis menurun sebesar 16,73%. Semakin tinggi
50 persentase abu tandan kelapa sawit dan semen yang dicampur dengan tanah lempung, maka tanah campuran tersebut semakin baik karena berkurangnya sifat plastisitas pada tanah asli. Pengujian nilai CBR maksimum dilaboratorium dengan variasi abu tandan kelapa sawit 15% dan semen 10% sebesar 70,5%, nilai CBR yang didapat memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga CBR 6%. Penambahan Abu Tandan Kelapa Sawit dan semen dapat meningkatkan nilai CBR pada tanah lempung. Semakin banyak variasi kadar Abu Tandan Sawit dan semen maka nilai CBR tanah lempung akan semakin meningkat. Kesimpulannya variasi abu tandan kelapa sawit 15%dan semen 10% menghasilkan nilai CBR maksimum sebesar 70,5%.
e. Anggraini (2020) melakuka penelitian campuran abu tandan sawit dan semen. Untuk mengetahui pengaruh penambahan 7,5% Abu Tandan Sawit dan 5%, 7,5%, dan 10% semen pada tanah lempung terhadap nilai CBR.
Metode yang dilakukan yaitu pengujian laboratorium untuk mencari nilai CBR yang mengacu pada pengujian California Bearing Ratio (CBR) menggunakan SNI 03-1744-2008. Hasil yang didapat terjadi peningkatan nilai CBR, dimana nilai CBR terbesar pada variasi 7,5% Abu Tandan Sawit dan 10% semen sebesar 8,73% dengan selisih sebesar 5,02% dengan CBR tanah asli. Kesimpulannya pengaruh penambahan 7,5% Abu Tandan Sawit dan 5%, 7,5%, dan10% semen pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai CBR. Nilai CBR terbesar pada 7,5% Abu Tandan Sawit dan 10%
Semen sebesar 8,73%. Nilai yang didapat memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi3) dimana nilai CBR >6% pada perendaman 4 hari.
Berdasarkan pengujian nilai CBR di laboratorium disimpulkan 7,5% Abu Tandan Sawit dengan 5%, 7,5% dan 10% semen dapat meningkatkan nilai CBR. Nilai CBR maksimum terjadi pada penambahan 7,5% Abu Tandan Sawit dan 10% semen sebesar 8,73% dengan selisih dengan CBR tanah asli sebesar 5,02%.
f. Kusuma (2015) melakukan penelitian campuran abu sawit. Peneliti menggunakan 3 variasi abu sawit 0% ,10% ,15%. Pada persentase abu sawit 0% dengan lama pemeraman 0 hari di dapat nilai qu 0,6 kg/cm2. Nilai qu ini
51 adalah nilai qu yang minimum . nilai qu terus mengalami peningkatan terus–
meneruspada presentase abu sawit 0% sampai lama pemeraman 14 hari, dan nilai maksimum pada presenatse abu sawit 0% yaitu 1.06667 kg/cm2.. Pada presentase abu sawit 10% nilai qu yang maksimum yaitu 1,68 kg/cm2 dengan lama pemeraman 28 hari , pada persente abu sawit 15% nilai qu maksimum 2,575 kg/cm2 Dengan lama pemeraman 28 hari. pada persentase abu sawit 30% didapat nilai qu maksimum 2,25 kg/cm2 dengan lama pemeraman 28 hari. Pada persentase abu sawit 15% dengan lama pemeraman 28 hari, dan dapat digunakan untuk jalan di desa Cibuela, Kec Munjul, pandegalang. Nilai qu optimal yaitu 2,575 kg/cm2. Penambahan abu sawit dapat mempengaruhi nilai qu tetapi ada batasan presentase abu sawit, juga dapat menurunkan qu Pemeraman juga dapat meningkatkan nilai qu, tetapi pemeraman harus dilakukan lebih dari 3 hari.
52 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN