• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen Analisis ekspor teh hitam indonesia (Halaman 36-41)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang masalah teh hitam sebelumnya telah banyak dilakukan. Pada penelitian-penelitian terdahulu komoditas ini telah dikupas dalam berbagai aspek baik itu aspek teknis, manajemen, kelayakan, bahkan juga aspek ekspor komoditas teh hitam itu sendiri. Pada penulisan ini akan diungkap beberapa hasil penelitian terdahulu yang akan menunjang dan menjadi bahan masukan bagi penelitian ini. Selain itu juga penelitian ini juga bisa menjadi pembanding dan acuan bahwa penelitian yang akan dilakukan nantinya memiliki keunikan yang berbeda dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya baik itu dari sisi produk, tematik, maupun alat analisis yang digunakan yang nantinya.

Suryana dan Oktaviani (1994) telah me lakukan penelitian tentang komoditas teh ini. Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai kajian usahatani, pemasaran, dan ekspor teh. Penelitian tersebut menggunakan data yang diambil dari tahun 1972 sampai dengan 1992, didalamnya diungkapkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh Indonesia adalah luas areal, harga teh di Jakarta, dan dummy kebijakan pemerintah berupa devaluasi.

Pada kurun waktu 1972 hingga 1992 produksi Indonesia mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 3.11 persen per tahun, angka tersebut jauh lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan produksi teh dunia yang hanya mencapai 0.62 persen per tahun. Peningkatan produksi ini dikarenakan oleh adanya peningkatan produktivitas dari produsen-produsen lokal. Seiring dengan peningkatan produksi, volume ekspor juga mengalami

peningkatan bahkan laju pertumbuhannya melebihi pertumbungan produksinya yaitu 6.5 persen per tahun.

Penelitian tentang komoditas teh juga dilakukan oleh Irawati (1996). Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh hitam Indonesia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa komoditas teh Indonesia mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan volume ekspor sampai dengan tahun tersebut yang memiliki kecendrungan yang meningkat. Selain itu Irawati juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia secara nyata waktu itu adalah harga ekspor, harga domestik, dan nilai tukar.

Hal serupa juga dikemukakan Sihombing (1997) pada penelitiannya yang menganalisis permintaan dan penawaran teh hitam Indonesia di pasar domestik dan internasional. Pada penelitiannya ini disebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia secara nyata, yaitu harga ekspor, harga domestik, dan nilai tukar. Dalam jangka pendek maupun panjang harga teh dipasar domestik tidak responsif terhadap harga ekspor, nilai tukar dan penawaran domestik. Harga ekapor teh itu sendiri lebih responsif terhadap perubahan harga teh dunia baik dalam jangka pendek maupun panjang. Namun karena penelitian- penelitian tersebut dilakukan pada waktu sebelum terjadi krisis maka terdapat kemungkinan terjadi banyak perubahan. Oleh karena itu diperlukan kembali analisis tentang hal tersebut pada masa sekarang agar komoditas ini tetap dapat menjaga pamornya di mata dunia dan juga tetap menghasilkan banyak devisa bagi negeri ini.

Penelitian yang menganalisis kelayakan komoditas teh hitam dalam memasuki bursa berjangka komoditi pernah dilakukan oleh Ardiansyah (2002) menceritakan bahwa jika dilihat dari kesiapan teh hitam dalam memasuki Bursa Perdagangan Berjangka Komoditi maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya dua varietas/ grade teh hitam saja yang dapat memasuki pasar tersebut yaitu BOP I (mutu khusus) dan PF II (mutu II). Hal ini didasari oleh standar yang jelas kedua varietas tersebut, serta Carrying Charges yang lebih rendah dari harga barjangkanya. Dari hasil perhitungannya diperoleh rasio mark-up untuk varietas BOP I dan PF II masing- masing adalah 14.37 % dan 13.77 %, ini lebih besar dari

Carrying Charges yang besarnya 10.74 %. Hal ini disebabkan singkatnya masa penyimpanan yang bisa silakukan komoditas tersebut.

Pada tahun 1998, 1999, 2000, dan 2001 komposisi varietas ini yang memasuki pasar di KPB berubah ubah yaitu dari 47.23 % dan 32.55 % menjadi 49.26 % dan 30.52 % kemudian 50.23 % dan 33.08 % dan tahun berikutnya menjadi 50.20 % dan 33.18 % dan terakhir 50.27 % dan 33.11%. Dari perbandingan harga selama lima tahun yang sama juga terlihat fluktuasi harga yang besar terjadi pada tahun 1998 dengan titik titik harga terendah terjadi rata- rata pada bulan mei sampai dengan juli. Dari kesimpulan tersebut diberikan saran untuk melakukan hedging (lindung nilai) di Bursa Perdagangan Berjangka Komoditi, namun sebelumnya di gunakan suatu sistem yang tepat untuk melakukan penyimpanan hasil panen. Hal ini diperlukan ketika perdagangan meunjukan harga pasar terendah yaitu sekitar bulan mei sampai juli.

Penelitian lainnya tentang teh hitam ini kemudian dilakukan oleh Iriana dan Nuraeni (2004). fokus penelitian kali ini adalah mengenai strategi

pengembengan bisnis teh. Penelitiannya dilakukan pada perusahaan tebesar penyumbang produksi teh nasional yaitu PTPN VIII tapi ditempat yang berbeda, tentunya hal ini bisa dijadikan cerminan dari kegiatan produksi nasional yang terjadi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelemahan yang ada pada perusahaan yang juga mungkin terjadi pada skala nasional ini adalah peralatan atau teknologi yang digunakan tergolong tua dan ketinggalan jaman kemudian kurang gencar mengadakan promosi. Selain itu terdapat juga ancaman yang terjadi dari bermunculannya pesaing dari negara lain, kelangkaan pupuk dan juga sistem pemasaran yang dinilai masih lemah.

Dari hasil ini Iriana dan Nuraeni mengemukakan strategi yang bisa dilakukan dalam keadaan seperti ini, yaitu memperbaiki kualitas bahan baku dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan manajemen pemetikan, menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pelanggan, kemudian meningkatkan pangsa pasar dengan cara penetrasi pasar yang didukung oleh sistem promosi yang baik. Penelitian Ardiansyah, Iriana dan Nuraeni ini jelas berbeda tematik atau fokus penelitiannya dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Namun akan menjadi penunjang bagi hasil yang ingin dicapai nanti.

Nugroho (2004) dalam penelitiannya yang menganalisis prilaku dinamik ekspor teh hitam Indonesia yang juga merupakan studi kasus di PTPN VIII, disebutkan bahwa selama tahun 1999 sampai dengan 2002 produksi dan volume ekspor teh hitam PTPN VIII mempunyai trend yang menurun dengan tingkat penurunan perbulannya masing- masing yaitu 12.5 dan 12.75 persen. Berbeda dengan produksi dan volume ekspor, harga ekspor teh hitam PTPN VIII mengalami fluktuasi. Pada awalnya harga ekspor mengalami kecenrungan yang

meningkat sampai pada pertengahan tahun 2001 kemudian setelah itu turun kembali yang diduga dikarenakan menguatnya nilai tukar rupiah. Pada penelitian tersebut untuk menegetahui faktor –faktor yang mempengaruhi ekspor dinggunakan metode ECM (error correction model) hasil yang dicapai pada umumnya relatif sama dengan penelitian terdahulu namun sedikit terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini harga domestik dinyatakan tidak berpengaruh pada perkembangan volume ekspor teh hitam di PTPN VIII.

Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pada alat analisis dan cakupannya. Penelitian tersebut hanya meneliti produk dari PTPN VIII sedangkan penulis meneliti cakupan yang lebih luas dengan menggunakan data nasional dan melakukan pendugaan menggunakan model persamaan simultan dengan metode kuadrat dua tahap (2SLS).

Berdasarkan studi terdahulu tersebut, secara umum terlihat bahwa faktor dominan yang menyebabkan berfluktuasinya volume ekspor komoditi teh hitam adalah harga domestik, harga ekspor, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hasil- hasil penelitian terdahulu tersebut akan digunakan sebagai dasar bagi penelitian akan akan dilakukan. Hal ini bisa menjadikan bahan perbandingan dari penggunaan model yang dilakukan dalam penelitian-penelitian ini. Perbedaan arah dan fokus penelitian serta perbedaan alat analisis pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu menjadi ciri tersendiri dari penelitian ini. Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah keragaman hasil penelitian dan layak menjadi bahan masukan bagi para akademisi serta pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan industri teh Indonesia.

Dalam dokumen Analisis ekspor teh hitam indonesia (Halaman 36-41)

Dokumen terkait